“Apa besok aku sudah bisa pulang?” tanya Caramel pada mamahnya yang sedang menimang anaknya itu.“Kita tunggu dulu aja kata dokter gimana, kalau besok kamu sudah bisa pulang kamu harus pulang ke rumah mamah sama papah kamu!” jawab mamah Yuni.Caramel ingin menolak, tetapi setelah dia pikir kembali hal itu akan merepotkan dirinya sendiri yang baru saja melahirkan anak. Caramel juga tidak mungkin mengurus anaknya sendirian dan dia membutuhkan bantuan dari mamahnya. “Iya mah!” Caramel menatap ke sekeliling, papah tirinya itu belum masuk ke dalam ruangannya sejak 30 menit yang lalu dia pindah ke ruangan ini. “Gimana Alexa sekarang mah? Anaknya baik-baik aja kan?”Mamah Yuni tersenyum lalu memberikan cucunya kepada Caramel karena tangannya yang mulai merasakan pegal. “Kita berdoa aja yang terbaik buat adik kamu itu yah. Semoga dia dan anaknya selamat!”Caramel menganggukkan kepalanya, “Amin!” jawab Caramel.Tak lama kemudian, Caramel mendengar suara ketukan pintu dari luar. Dia menoleh dan
Leon menyipitkan matanya saat dia melihat dua orang yang sedang bercanda tidak jauh dari pandangan matanya. Orang itu pun melihat kearah Leon, lalu Leon langsung menghampirinya.“Van!” sapa Leon.“Pak Leon, bapak sedang apa disini?” tanya Novan.“Kamu kan tau istri saya sedang masuk rumah sakit, kamu sendiri ngapain disini?” tanya Leon sambil melirik kearah seorang wanita yang duduk disamping Novan.“Saya lagi nungguin adik saya buat kontrol kandungan pak. Suaminya yang bisa ikut karena masih ada kerjaan!” jawab Novan.Leon terkekeh, “Saya pikir kamu lagi nganterin istri kamu, tapi setelah sangat ingat kamu sampe sekarang kan masih jomblo!” ejek Leon.“Walaupun saya jomblo, tapi masih banyak yang ngantri buat jadi pacar saya pak!” kata Novan membela dirinya sendiri. “Oh iya, bagaimana keadaan istri bapak sekarang? Saya dengar juga dari Hani kalau Caramel sudah melahirkan?”Leon mengerutkan keningnya nama Hani begitu tidak asing baginya. Lalu Leon ingat kalau Hani adalah salah satu kary
Caramel mendengar suara ketukan pintu, karena berfikir itu mamahnya Caramel pun langsung membuka pintu tersebut.“Hai, apa kabar?”Caramel sangat tidak suka ketika dia harus berhadapan dengan Leon, apalagi lelaki itu tampak tersenyum padanya dengan kedua tangan yang sedang memengang kantong besar.“Ngapain kesini?” ketus Caramel.Leon menunjukkan barang bawaannya, “Aku mau ngasih ini buat anak kita!”Caramel masih merasa terganggu ketika Leon berbicara kalau anak yang dia lahirkan itu anaknya dengan Leon. “Gak usah! Bawa pergi lagi aja!” tolak Caramel.Caramel hendak menutup pintu, namun dengan sengaja Leon menahannya dengan kakinya. “Jangan ditutup dulu!” ujar Leon. “Apa salahnya terima barang pemberian aku ini? Lagian ini untuk anak aku, bukan kamu. Tolong terima barang ini!” Leon menyodorkan kedua kantong besar itu pada Caramel.Caramel menghela nafasnya kasar, lalu dia mengambil kantong itu. “Makasih! Tapi lain kali gak usah ngasih barang-barang lagi!” setelah mengucapkan itu, Car
“Apa? Kamu sudah menikah dengan Caramel?”Kemal langsung menoleh pada arah datangnya suara, dia begitu kaget ketika melihat kedua orang tuanya sudah ada diambang pintu masuk rumah. Begitu juga dengan Keyra yang terlihat terkejut melihat kedatangan orang tuanya yang mendadak.“Apa benar apa kamu sudah menikah?” tanya papah Kemal dengan tatapan tajam, sambil berjalan dan duduk disamping Kemal, sementara Keyra langsung berdiri dan duduk disamping mamahnya.Kemal masih merasa takut ketika melihat tatapan mata tajam dari papahnya, bahkan saat ini dia menundukkan kepalanya. “Jawab Kemal!”Kemal langsung menegakkan kembali kepalanya. Dia terdiam beberapa detik untuk mempersiapkan dirinya dan menjawab pertanyaan dari papahnya itu.“Kenapa kamu diam saja?” tanya mamah Kemal, “Keyra! Apa benar kakak kamu sudah menikah?”Keyra tersentak kaget saat mamahnya bertanya padanya, “Emm… itu….” Keyra sangat bingun akan menjawab seperti apa, lalu dia melirik pada kakaknya.“Aku bisa jelasin, mah pah!”“J
Leon kini sedang berada di ruangan sendirian menemani Alexa yang masih terbaring diatas ranjang rumah sakit. Dengan perlahan Leon mengenggam tangan Alexa, dia hanya tidak ingin kalau peralatan yang dipasang ditubuh Alexa terganggu oleh gerakan tangannya.“Xa, anak kamu udah lahir. Kamu gak mau buka mata kamu? Kasian loh anak kamu harus disimpan diinkubartor sedangkan kamu masih belum buka mata kamu. Banyak yang nunggu kamu sadar, salah satunya papah kamu. Kamu gak kasian liat papah kamu kecapean ngurusin kamu? Belum lagi Caramel yang baru aja melahirkan. Bangun yah Xa!” Leon menghela nafasnya. “Kalau kamu belum bangun, permasalahan kita gak akan pernah selesai Xa!” percuma saja Leon berbicara dengan Alexa, karena wanita itu sampai sekarang belum menunjukkan perkembangannya atau sekedar memberikan respon pun tidak pernah, dia hanya mendengar suara alat-alat yang ada didalam ruangan.Leon menoleh kearah pintu masuk saat mendengar ada seseorang yang membuka pintu. Ternyata itu adalah mam
Sudah hampir satu bulan, Alexa masih memejamkan matanya. Tetapi dia telah mengalami beberapa perkembangan yang bagus, salah satunya adalah dengan memberikan respon saat ada yang berbicara dengannya.Saat ini Caramel sedang menjenguk Alexa, dia tetap memaksa walaupun mamahnya belum mengizinkannya untuk keluar dari rumah. Tetapi Caramel tetap ingin menjenguk adiknya ini.“Lo gak mau bangun? Lo gak kasian sama anak lo yang nungguin lo bangun?” tanya Caramel, “walaupun saat lo masih sehat kita sama sekali gak pernah akur, tapi sekarang lo itu adik gue. Gue gak mau lo terus-terusan terbaring diatas ranjang, lo harus lihat anak lo, kita beresin masalah kita sama-sama,” Caramel menyeka air matanya yang mengalir disudut pipinya. “Kalau lo tau gue nangis, pasti lo bakalan ngetawain gue, tapi gue bener-bener berharap lo bangun dan hubungan kita bisa membaik layaknya saudara!” Lalu Caramel berdiri dari tempat duduknya. “Gue pulang dulu anak gue udah nungguin di rumah. Nanti gue jenguk lo lagi!”
Leon mengendarai mobilnya dengan kencang, dia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bisa berdua dengan Caramel walaupun hanya sekedar menjemputnya dari rumah sakit. Bagi Leon itu adalah salah satu tanda kalau Caramel masih perduli padanya, karena pada saat Leon menelepon Caramel dan akan menjemputnya dia sama sekali tidak menolak perkataan Leon.Tentu saja hal itu membuat Leon sangat senang, karena dengan kesempatan ini dia bisa berbicara dengan Caramel dan Leon tidak ingin melewatkan kesempatan yang langka ini.Kini Leon sudah sampai di parkiran rumah sakit, bahkan setelah memarkirkan mobilnya pun Leon sedikit berlari untuk mempercepat waktunya bertemu dengan Caramel. Tak jauh dari pandangan Leon, dia melihat Caramel yang sedang berdiri didepan rumah sakit. Lalu dengan cepat Leon menghampiri Caramel.Caramel menatap Leon aneh, karena lelaki itu sudah didepan Caramel dengan nafas yang ngos-ngosan. “Kenapa lari?” tanya Caramel.Leon masih berusaha untuk mengatur nafasnya, “Karena tad
“Gue mau ngomong mau nanya soal rencana lo yang akan menceraikan Alexa, karena gue akan menikahi dia setelah lo menceraikannya!” “Lo mau nikahin Alexa?” tanya Leon.Kemal menganggukkan kepalanya, “Maka dengan itu gue mohon sama lo buat menceraikan Alexa, bagaimana pun anak yang Alexa lahirkan itu anak gue dan anak lo ada sama Caramel. Gue mau bertanggung jawab dengan apa yang telah gue perbuat!” kata Kemal, “Gue tau, gue seperti orang yang gak tau malu karena gue dengan secara terang-terangan meminta lo untuk menceraikan Alexa, tapi ini juga demi kebaikan kita semua dan anak kita nantinya agar mereka gak kebingungan mana ayah mereka yang sebenarnya. Gue harap lo mau mempertimbangkan permintaan gue barusan!”Leon tidak menjawab perkataan Kemal barusan, dia langsung meninggalkan Kemal yang masih berdiri dibelakangnya dan kembali ke ruangan Alexa.“Kamu kok lama banget keluarnya?” tanya Alexa dengan suara pelannya.“Ada urusan dulu!” jawab Leon. Alexa menghela nafasnya, “Anak aku ada di
Kesal, marah dan sedih. Semua rasa itu bercampur didalam pikiran Caramel, sudah dua minggu lebih anaknya menghilang dibawa oleh orang lain, tapi perkembangan dari pihak kepolisian tidak ada perkembangan sama sekali.Disisi lain juga dia meminta bantuan dari pihak kepolisian, Caramel meminta bantuan dari para ustad untuk mendoakan anaknya agar segera ketemu dan bisa balik lagi bersama dengan Caramel. Bukannya Caramel tidak percaya dengan pihak kepolisian, namun dia berfikir semakin banyak orang yang mendoakan anaknya, maka anaknya akan semakin cepat untuk ditemukan.Tetapi, Caramel sudah tidak bisa menahan rasa rindunya lagi kepada anaknya itu. Dia ingin bertemu dengan anaknya hari ini juga tidak perduli bagaimana caranya.Mamah Yuni yang melihat penampilan anaknya sekarang, dia sangat khawatir. Mamah Yuni tau kalau Caramel sangat merindukan anaknya sampai dia lupa untuk mengurus dirinya sendiri. Bahkan selama dua minggu ini pun mamah Yuni tidak pernah meninggalkan Caramel sendirian di
Keyra menarik Kemal untuk keluar dari apartemen Caramel, “Kak ini maksudnya apa? Kenapa kak Leon mau mengambil Emir? Ada apa ini?” tanya Keyra bertubi-tubi.Kemal menyenderkan punggungnya didinding, “Nanti, nanti kakak kasih tau kamu, yang harus kamu ketahui sekarang adalah semua yang ada dipikiran kamu itu tidaklah benar!”Keyra mendekati Kemal, “Melihat kakak berbicara seperti barusan membuat aku semakin yakin kalau kakak sedang berbohong sama aku. Apa yang kakak sembunyiin dari aku?” tanya Keyra serius. “Aku terus merasa sangat aneh apalagi ketika aku melihat anak kak Alexa yang terlihat mirip dengan kakak, dan setelah aku bandingkan dengan Emir dia tidak ada kemiripan sedikit pun dengan kakak. Apa yang kakak sembunyiin dari aku dan kedua orang tua kita kak, aku mohon kakak jawab dengan jujur pertanyaan aku ini!”Kemal menghela nafasnya, Keyra tetap ingin mengetahui kebenarannya tetapi Kemal belum bisa memberitahu Keyra sekarang ditambah dengan janji Kemal kepada Caramel untuk teta
Keyra tidak melanjutkan perkataannya karena suara dering handphone milik kakaknya, “Sebentar kakak angkat telepon dulu!”Sedangkan disisi lain, Caramel sudah berada didalam rumahnya dan semua orang pun mengikutinya ke apartemen termasuk dengan Leon dan Alexa.“Caramel, aku tidak main main dengan apa yang aku ucapkan. Aku akan mengambil Emir dari kamu karena kamu sudah tidak bisa merawat anakku!”Caramel yang sudah tidak bisa membendung kemarahannya, dia mendekati Leon dengan tatapan marahnya. “Secara Negara lo bukanlah ayah Emir. Selama ini gue yang merawat Emir sedangkan lo sama sekali tidak pernah merawat Emir dan sekarang lo mau mengambil Emir dari gue? Lo gak tau malu atau gimana?”Leon menganggukkan kepalanya, “Oke, aku emang gak tau malu. Tapi, melihat kelalayan kamu itu aku bisa menjadikan bukti kalau kamu emang gak bisa jadi ibu yang baik. Aku bakalan merebut Emir secara hukum!”“Mamah setuju dengan apa yang kamu bicarakan Leon, bagaimanapun mamah gak bisa percaya lagi dengan
“Maksud mamah bukan salah Caramel iya begitu? Bagaimana pun Emir itu anak aku dan Caramel meninggalkan Emir, dia gak becus jaga anaknya sendiri sampai Emir hilang seperti ini!”Melihat Caramel yang ditunjuk seperti itu oleh Leon, membuat amarah dari mamah Yuni naik. Dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menampar Leon.“Mamah!” jerit Caramel dan Alexa berbarengan.“Mamah apa-apan sih? Kenapa mamah malah nampar Leon? Kenapa mamah nampar suami aku?” tanya Alexa yang tersurut emosi. “Seharusnya yang mamah tampar itu dia, dia sendiri yang gak becus jaga anaknya!”“Karena Leon berhak mendapatkan tamparan itu!”“Mah sudah cukup mah, Alexa dan Leon itu benar. Semuanya gara-gara aku!”“Bagus kalau lo nyadar. Lo tau gak sih, lo itu ngerepotin papah gue!”“Alexa stop!” ucap papah Dion. “Ini bukan waktunya kita bertengkar, dan kamu juga Leon tidak seharusnya kamu berbicara seperti itu kepada Caramel!”Leon memalingkan kepalanya kearah lain, dia sangat kesal kepada diirnya sendiri dan kepada
Caramel langsung berfikir kalau itu memang orang tuanya. “Iya mbak, sama-sama!” setelah mengucapkan kata itu, Caramel langsung kembali ke tempat duduknya semula. “Loh Emir kemana?”Pikiran Caramel langsung kalut, panik bercampur dengan cemas. Caramel terus berjalan mencari anaknya ke seluruh tempat di taman ini, dia hanya takut kalau ada seseorang yang mengambil anaknya.“Pak mohon maaf saya mau beratanya, apa bapak melihat bayi yang sedang digendong oleh seseorang bapak? Bayi itu memakai pakaian biru?” tanya Caramel pada seorang penjual.“Maaf bu, banyak banget anak kecil atau bayi yang pake baju warna biru. Jadi bapak gak tau, ibu nyari anak ibu bukan?” tanya balik sang penjual bakso.Caramel langsung menggelengkan kepalanya, “Iya pak, saya sedang mencari anak saya!”“Coba atuh bu tanya sama satpam disana, siapa tau anak ibu kerekam di cctv!” kata penjual bakso sambil menunjukkan kearah satpam berada.“Terimakasih pak!”“Sama-sama bu!”Tanpa menunggu lama lagi, Caramel langsung menu
Setelah pergi meninggalkan rumah Alexa, Leon tidak pergi ke rumahnya melainkan ke apartemen miliknya. Apartemen ini sudah lama dia tinggalkan, Leon memang sengaja tidak menjual apartemen ini karena beberapakali juga Leon pernah kesini untuk menenangkan dirinya saja.Leon merebahkan dirinya diatas kasur, dia menatap ke langit-langit kamarnya. Leon teringat kalau dulu dia dan Caramel pernah berada dikamar ini berdua dan tidur bersama disini.Leon merogoh handphone yang ada didalam saku celananya. Dia mencari-cari kontak nomor Caramel lalu dia langsung menekan tombol panggilan. Panggilan pertama Caramel tidak mengangkat teleponnya. Leon langsung mencoba kembali tetapi panggilannya tetap tidak diangkat oleh Caramel.“Kamu lagi sibuk ngurusin anak kita?” gumam Leon sambil menatap layar handphonenya yang berisikan foto Caramel. Leon terkekeh geli, karena dia berbicara pada foto Caramel yang sudah dipastikan tidak akan pernah dijawab.Sedangkan disisi lain, Caramel memang sengaja tidak menga
Alexa mendelik kesal pada papahnya. “Ih kok papah malah kayak gitu. Aku butuh papah untuk merencanakan apa yang harus aku lakukan lagi?”“Apa yang kamu rencanakan?”Alexa dan papah Dion kaget, mereka berdua langsung menoleh ke belakang. Ternyata disana sudah ada Leon yang berdiri dibelakang mereka.Alexa langsung merasa sangat gugup, dia sudah seperti tertangkap basah oleh Leon. Lalu dia melirik pada papahnya, memberikan kode kepada papahnya itu agar bisa mengalihkan Leon. Sementara itu, Leon berjalan mendekat pada keduanya.“Kenapa diam? Apa yang papah dan Alexa rencanakan?” tanya Leon yang curiga.Papah Dion yang mengerti dengan tatapan anaknya pun langsung menjawab pertanyaan Leon. “Ah, kami sedang merencanakan syukuran untuk Kalisa yang baru lahiran. Papah terpaksa membantu Alexa untuk menyiapkan acara nanti, karena papah tau kalau kamu tidak akan mau membantu Alexa!” Leon mengerutkan keningnya, “Apa hanya itu saja?” tanya Leon sambil menatap pada Alexa.Alexa menganggukkan kepal
“Cucu? Cucu jeng Martia ada disini?”“Iya, Emir itu kan cucu saya. Makanya saya sengaja kesini mau jenguk cucu saya!”Mamah Nisa mengibaskan tangannya merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Martia tersebut. “Ah jeng Martia ini emang suka banget yah bercandanya, mana mungkin Emir itu cucu jeng Martia. Kan Emir cucu saya!” jawab mamah Nisa sambil tertawa yang dipaksakan.Mamah Martia menggelengkan kepalanya, “Loh saya gak bercanda jeng, Emir itu emang beneran cucu saya kok. Masa saya bercanda sih?” kata mamah Martia sambil tertawa.Caramel merasa jika saat pernafasannya sedang terganggu, bahkan untuk mengambil helaan nafas juga dia merasa sangat kesulitan. Ini semua tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh Caramel.Mamah Kemal terlihat sekali kebingungan dengan yang dikatakan oleh mamah Leon barusan. Tetapi tak lama kemudian, mamah Kemal tersenyum. “Ah iya, saya baru inget kan Alexa sekarang jadi menantu jeng Martia. Otomatis an
Caramel dengan langkah pelan menghampiri mamahnya Leon yang tersenyum kecil saat melihat kedatangannya.“Apa kabar Caramel?” tanya mamah Martia. “Kamu baik-baik aja kan?Caramel merasa sangat aneh dengan sikap mamahnya Leon yang terlihat ramah seperti itu kepadanya. Biasanya, dia akan segera mengeluarkan kata-kata pedasnya untuk Caramel. “Aku baik-baik aja tante, tante apa kabar?” tanya Caramel kikuk.“Tante juga baik-baik aja kok!” jawab mamah Martia.“Sebentar tan, aku siapin dulu makanan dan minuman untuk tante!” “Tidak, nanti tante merepotkan kamu!”“Enggak kok tan, sama sekali gak merepotkan. Aku ke dapur dulu!”Caramel pun pergi ke dapur menemui bibi yang ada didapur. “Bi makanan ringan masih ada kan?” tanya Caramel pada bibi.“Masih ada kok non, non mau nyiapin untuk bu Martia?” tanya bibi.“Iya bi, tolong siapin bi!”“Baik non!” lalu bibi pun menyiapkan makanan yang ada, setelah siap kemudian Caramel membawa makanan dan minuman itu ke tengah rumah.“Makasih, Mel. Tante kesini