"Kalau ternyata anak yang ada didalam kandungan Alexa itu adalah anak Kemal, maka Leon akan menceraikan Alexa. Lalu apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu akan kembali menerima Leon ayah dari anak yang kamu kandung itu?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh apah Dion membuat Caramel merasa bingung, bahkan sampai saat ini pun dia belum memikirkan apa yang akan dia lakukan kedepannya."Aku...aku.." perkataan Caramel tertunda karena dia mendengar suara handphone yang berbunyi.Papah Dion merogoh saku jasnya, "Sebentar papah angkat telepon dulu!" Caramel hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya saja.Lalu papah Dion pun sedikit menjauh dari posisi Caramel sekarang. Beberapa saat Caramel menunggu papahnya itu pun kembali mendekatinya. "Mel, maaf kayaknya sekarang papah harus pergi ke kantor karena ada masalah!""Gak apa-apa kok, papah pergi ke kantornya hati-hati yah pah!"Papah Dion menganggukkan kepalanya sambil mendekati Caramel, dia usap puncak kepala Caramel dengan lembut. "Papah harap
“Apa itu karena gue?” Caramel menatap Tari, tatapannya itu membuat semua temannya yang ada disana pun ikut menerka-nerka. “Enggak itu bukan karena lo kok!” “Lo boleh jujur kok Mel, kalau itu emang bener-bener karena gue. Gue bakalan nerima resikonya!” ucap Tari. Dia sangat merasa bersalah kepada Caramel karena telah bermain belakang dengan Kemal, walaupun sebenarnya dia yang berusaha untuk mendekati Kemal. Tetapi Kemal sangat menyambutnya dengan baik sehingga membuat Tari merasa ada lampu hijau yang diberikan oleh Kemal kepadanya, tetapi pada akhirnya Tari sadar dan merasa sangat bersalah pada Caramel. Dia yang tau dari awal seharusnya itdak melakukan hal itu, namun rasa sukanya pada Kemal membuat Tari gelap mata dan salah arah. Caramel melepaskan genggaman tangannya pada Tari. “Gue udah bilang kalau perceraian gue ini gak ada sangkut pautnya sama lo. Ada satu alasan yang emang bener-bener buat gue untuk berpisah sama Kemal. Jadi lo gak usah ngerasa bersalah gitu, lo itu manusia wa
Pak satpam itu memberikan sebuah amplop pada Caramel, “Saya tidak tau, tapi tadi ada yang memberikan saya ini!” ucap pak satam.Caramel mengambil amplop coklat itu, "Makasih yah pak!""Sama-sama!" jawab pak satpam. "Saya permisi dulu!""Iya pak!" pak satpam pun meninggalkan Caramel yang masih menebak-nebak isi dari amplop itu, setelah itu Caramel langsung menuju kamar apartemennya. Sesampainya disana, Caramel membuka amplop itu di sofa. Caramel merasa cemas sekaligus degdegan saat membuka amplop itu, lalu Caramel tersenyum miring saat melihat isi dari amplop itu. "Sudah aku duga," isi dari amplop itu adalah surat gugatan cerai yang sudah ditandatangani langsung oleh Kemal.Caramel tidak tau apa yang dia rasakan sekarang, disatu sisi dia merasa sedih tetapi disatu sisi yang lain dia sendiri yang meminta cerai dan hal itu mungkin akan membuat Kemal bahagia karena dia sudah terlepas dari Caramel yang jelas-jelas bukan Kemal yang harus bertanggung jawab atas kehamilannya.Tetapi, Caramel
"Gimana hasilnya Gus?" tanya Leon.Caramel mengerutkan keningnya, dia merasa kalau dokter itu kenal dengan Leon. "Lo liat sendiri aja!" dokter yang bernama Agus itu pun memberikan sebuah amplop berwarna putih kepada Leon.Leon menganggukkan kepalanya "Lo emang temen gue yang paling baik," ucap Leon."Biasa aja lo," jawab dokter Agus sambil terkekeh."Makasih yah! Gue jadi ngerepotin lo!""Santai aja kali Yon. Eh gue gak bisa lama-lama nih ngobrolnya, masih banyak pasien yang harus gue periksa soalnya!"Leon menepuk-nepuk bahu dokter Agus, "Oke, thanks yah udah mau bantuin gue!""Iya sama-sama, kayak ke siapa aja loh. Yaudah yah gue tinggal dulu! Mari om, semuanya!" Leon menganggukkan kepalanya, lalu dokter Agus pun pergi."Jangan kita bicarakan hal disini. Kita bicara di rumah saja!" usul papah Dion, "Malu kalau kita berbicara masalah keluarga di tempat umum kayak gini!""Tapi pah, mamah kan belum tau tentang ini!""Karena itu kita harus bicara di rumah mamah kamu juga berhak tau! Ayo
"Tapi untuk apa aku tanda tangan surat ini? Aku dan dia kan nikah sirih?" Setau Caramel bercerai saat menikah sirih itu cukup dengan mengatakan talak saja. Caramel jadi teringat dengan kata-katanya waktu itu yang masih dalam keadaan emosi kalau semuanya akan diurus. Dia sama sekali tidak mengingat kalau dia nikah sirih. "Mungkin untuk tanda kalau aku dan dia sudah tidak ada hubungan lagi?"Caramel kembali menyimpan surat tersebut diatas lemari kecilnya, dia berencana untuk memberikannya secara langsung pada Kemal. Dia sudah menikah dengan Kemal secara baik-baik dan sekarang pun Caramel ingin berpisah dengan Kemal secara baik-baik mengingat bagaimana lelaki itu selalu baik padanya, Caramel tidak mau kalau setelah bercerai hubungan mereka menjadi seperti orang asing yang tidak pernah saling mengenal satu sama lain sebelumnya.Caramel pun berpikir bagaimana dengan Leon dan Alexa, apa mereka berdua akan melakukan hal yang sama seperti apa yang dia lakukan. Caramel juga berharap apa yang d
Leon membawa kopernya, dia akan pergi dari rumah ini dan akan menceraikan Alexa. Bagaimana pun Leon tidak bisa terus bersama dengan wanita yang jelas-jelas telah berselingkuh dan hamil anak laki-laki lain.Alexa yang sedang duduk disofa bersama dengan kedua orang tuanya tak lupa juga dengan Elvana yang ada dipanggkuan papah Dion. Dia langsung menghampiri Leon dan menghalangi Leon.“Kamu mau kemana?” tanya Alexa dengan raut wajah yang panik.“Minggir!”Alexa menggelengkan. “Enggak! Gak bakalan aku biarin kamu pergi ninggalin aku Leon!” Leon sama sekali tidak memperdulikan Alexa lagi, dia tetap melanjutkan langkahnya menuju pintu depan.Sedangkan kedua orang tua Alexa hanya bisa diam melihat apa yang terjadi didepan mereka. Bukannya tidak mau untuk membujuk Leon, tetapi kedua orang tua Alexa pun sudah merasa sangat malu dengan apa yang telah dilakukan oleh Alexa.Alexa masih berusaha untuk mengejar Leon yang sudah sampai didepan pintu depan. “Sudah aku katakan bukan? Kalau kamu mencerai
Yang Caramel rasakan saat ini dia sangat lemas dan lelah serta masih ada rasa sakit yang dia rasakan setelah melahirkan. Sudah beberapa saat Caramel menunggu, bayinya itu masih dibawa oleh suster yang akan membersihkan darah.Selama proses persalinan, hanya mamahnyalah yang menemaninya. Sempat Caramel berfikir kalau Leon akan menemaninya melahirkan anak mereka. Tetapi Leon tidak ada dan tidak mungkin juga Leon datang menemaninya karena dia bukan suami Caramel dan sudah pasti juga Leon lebih memilih untuk menemani Alexa seperti apa yang dilakukan Kemal. Caramel juga sangat yakin kalau Kemal saat ini sedang menunggu Alexa bersama dengan Leon.Memikirkan hal itu tentu membuat Caramel merasa sangat sedih karena tidak ada yang perduli padanya selain mamahnya dan juga papah Dion yang beberapa kali datang melihatnya.“Minum dulu!” mamah Yuni sambil membantu Caramel untuk membenarkan posisinya menjadi duduk.Caramel tersenyum sambil mengambil gelas yang diberikan oleh mamahnya, “Makasih mah!”
Dengan enggan, mamah Yuni tetap memberikan bayi Caramel kepada Leon. Leon dengan sangat senang menerima anak itu. Pada saat Leon menggendong bayi itu, dia merasakan kebahagian yang sangat besar ketika pertama kali dia menggendong bayi ini. Ada getaran yang dia rasakan, Leon merasa sangat terharu dan sekaligus menyesal karena dia pernah tidak menerima bayi ini sebagai anaknya. Tetapi semuanya telah jelas sekarang, melihat betapa miripnya bayi ini dengannya.Anak ini yang seharusnya selama ini dia jaga, tetapi malah dia telantarkan begitu saja dan memilih untuk menikah dengan Alexa. “Ganteng banget!” gumam Leon sambil mengelus-ngelus pipi anaknya itu.“Anak siapa yang kamu gendong?” tanya mamah Martia.Leon langsung menoleh pada mamahnya yang sedang berdiri dibelakangnya. “Emm ini…”Mamah Martia mengerutkan keningnya, “Kenapa kamu kebigungan gitu?”“Ini cucu saya!” jawab mamah Yuni yang membuat mamahnya Leon itu langsung kaget.“Berarti ini anak wanita jalang itu?” tanya mamahnya, “Ber