Saat hendak kembali mencari Kemal, Caramel merasakan handphone yang ada didalam saku celanannya bergetar, Caramel langsung mengambil handphoenya dan melihat siapa yang telah meneleponnya itu.“Sebentar yah sayang kakak, angkat telepon dulu!” “Iya!”[Hallo Tar, ada apa?] tanya Caramel.[Besok siang gue mau ngajak lo jalan nih, lo mau kan? Kemarin kan gak jadi?]Caramel berfikir sebentar, [Boleh aja sih, tapi gue bawa anak kecil gak kenapa-napa kan?][Adik lo itu?] tanya Tari.Caramel menganggukkan kepalanya, [Iya adik gue yang kecil!][Gak apa-apa bawa aja, gue juga pengen ketemu sama adik tiri lo itu. Nanti gue sharelok yah,][Oke, kabarin aja nanti!]Setelah itu pun Caramel langsung mematikan sambungan telepon dan kembali mencari Kemal yang Caramel duga dia ada dihalaman belakang bersama dengan Leon.Sebelum sampai di halaman belakang, Caramel sudah melihat Kemal yang berjalan sambil memengang perutnya. Dengan rasa khawatir, Caramel langsung menghampiri suaminya itu.“Loh kamu kenap
Melihat hal itu Caramel menghela nafasnya panjang. Caramel langsung mengambil handphone miliknya dan dia menelepon seseorang. Beberapa kali Caramel meneleponnya tetapi tidak diangkat, sekali lagi Caramel mencoba dan akhirnya dia mengangkat telepon dari Caramel.[Gue mau ketemu sama lo hari ini bisa?] tanya Caramel langsung.[Kapan?][Siang nanti kita ketemu!]Setelah beberapa saat berbicara, panggilan telepon pun sudah terputus. Caramel menuju kamar si kecil Elvana. Membukakan pintu kamar itu dengan sangat pelan karena dia takut mengganggu Elvana yang masih tertidur lelap.Caramel mendekat dan duduk disamping ranjang Elvana. Caramel tersenyum melihat wajah Elvana yang terlihat imut walaupun sedang tidur. Caramel mengelus-ngelus pipi Elvana yang membuat anak itu mengeliat. “Elva bangun!” ucap Caramel dengan suara pelan. Sedangkan Elvana dia hanya mengeluarkan suaranya pelan yang membuat Caramel terkekeh geli. “Elva, ayo bangun!”Dengan perlahan Elvana pun membuka matanya dan melihat C
Kemal sedang berada di cafenya, dia sedang menunggu seseorang yang sedang dia tunggu sejak tadi. Sebenarnya hari ini seharusnya Kemal tidak masuk ke cafenya, namun karena harus ada yang dia omongkan membuat dia terpaksa harus berbohong pada Caramel dan menunggu seseorang disini.Kemal terus melihat kearah jam tangannya, sudah hampir satu jam dia menunggu namun seseorang yang sudah dia tunggu itu pun belum menunjukkan wajahnya. Sudah beberapakali juga para karyawannya menawari beberapa makanan, namun Kemal sama sekali tidak mau sampai seseorang yang dia tunggu itu datang.Kemal kemabli menghala nafasnya kesal ketika saat dia mendengar suara pintu masuk terbuka tetapi sama sekali bukan orang yang dia tunggu. Sempat terpikir oleh Kemal orang yang dia tunggu itu tidak akan menemuinya, tetapi Kemal tetap menunggunya.Ini adalah hal yang sangat penting, sehingga Kemal juga harus segera menyelesaikannya. Saat kembali mendengar pintu terbuka, Kemal tersenyum karena orang yang sedaritadi dia t
“Hari itu gue sama sekali gak pake pengaman Xa, makanya gue sangat yakin kalau anak yang ada didalam kandungan lo itu anak gue. Itu juga yang menjadi alasan gue kenapa selama menikah dengan Caramel gue sama sekali belum pernah menyentuhnya sekali pun, kecuali hanya tidur bersama diatas ranjang!” Alexa terdiam sambil menundukkan kepalanya. Kemal pun langsung menggenggam tangan Alexa dengan sangat erat. “Gue juga tau, kalau lo juga sadar kalau anak yang ada didalam kandungan lo itu anak gue bukan anak Leon kan?”Caramel yang baru saja masuk ke dalam café seketika terdiam mendengar pembicaraan Kemal dan Alexa barusan. Tak Caramel sangka dia langsung mendengar hal itu dari Kemal, dan Caramel merasakan hatinya yang sakit.Caramel hendak pergi keluar, namun Leon menahannya.. “Mau kemana?”Caramel menggelengkan kepalanya, “Kita cari tempat di tempat lain aja yah!” ajak Caramel.Leon tersenyum kepada Caramel, “Bukan begini caranya!” Caramel membelalakkan matanya saat Leon dengan sengaja menar
Kemal langsung menatap Caramel, “Maksud kamu kita cerai?”“Ayo kita bercerai!”Kemal menatap Caramel dengan sangat lekat dan dalam, “Itu yang kamu mau?” tanya Caramel.“Kalau pun kemauanku, tapi itu juga jadi kemauan kamu kan Mal?” bukannya menjawab, Caramel malah memberikan pertanyaan balik untuk Kemal.Kemal mengerutkan keningnya, “Kenapa tidak menjawab pertanyaan aku? Apa sesulit itu?”Caramel terdiam sesaat, lalu tersenyum kecut. “Aku gak mau jadi penghalang kebahagian kamu Kemal, sudah cukup bagiku kamu menderita dengan menikahi wanita yang jelas-jelas hamil anak orang lain sedangkan kamu sendiri akan memiliki anak dari wanita yang sudah lama kamu cintai. Walaupun anak itu masih belum tentu anak kamu tapi aku bisa melihatnya sendiri kalau kamu begitu yakin dan bahagia. Aku gak mau menghancurkan kebahagiaan kamu Mal, kamu sudah cukup banyak berkorban untukku!”Kemal mengalihkan pandangannya pada laut yang ada didepannya itu. “Kalau itu kemauan kamu, aku hanya bisa mengikuti kemaua
Kemal lalu menarik koper yang sudah terisi barang-barangnya itu. “Aku tidak ingin kita saling tersakiti, karena itu juga aku memilih untuk pergi sekarang. Kamu jaga kesehatan, jangan lupa juga buat terus cek kandungan kamu dan minum vitamin. Kamu tidak perlu capek-capek mengurusi perceraian kita, karena aku sendiri yang akan mengurusnya.” Lalu Kemal berjongkok memposisikan dirinya tepat didepan perut Caramel, “Papah pamit yah nak, kamu jangan ngerepotin mamah kamu yah jadi anak yang baik, papah sayang sama kamu!” Hati Caramel merasa sangat sakit mendnegar ucapan tulus dari Kemal.Kemal pun kembali berdiri dan menatap Caramel yang sedang menangis, “Aku pamit!” ucap Kemal lalu pergi meniggalkan Caramel yang terpaku ditempatnya.Caramel menatap langit-langit kamarnya, matanya yang sembab akibat menangis. Caramel menatap tempat kosong yang biasanya ditiduri oleh Kemal sekarang tidak ada siapapun yang tidur bersamanya kembali karena dia sudah pergi meninggalkannya tadi.“Kini tinggal kita
"Kalau ternyata anak yang ada didalam kandungan Alexa itu adalah anak Kemal, maka Leon akan menceraikan Alexa. Lalu apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu akan kembali menerima Leon ayah dari anak yang kamu kandung itu?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh apah Dion membuat Caramel merasa bingung, bahkan sampai saat ini pun dia belum memikirkan apa yang akan dia lakukan kedepannya."Aku...aku.." perkataan Caramel tertunda karena dia mendengar suara handphone yang berbunyi.Papah Dion merogoh saku jasnya, "Sebentar papah angkat telepon dulu!" Caramel hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya saja.Lalu papah Dion pun sedikit menjauh dari posisi Caramel sekarang. Beberapa saat Caramel menunggu papahnya itu pun kembali mendekatinya. "Mel, maaf kayaknya sekarang papah harus pergi ke kantor karena ada masalah!""Gak apa-apa kok, papah pergi ke kantornya hati-hati yah pah!"Papah Dion menganggukkan kepalanya sambil mendekati Caramel, dia usap puncak kepala Caramel dengan lembut. "Papah harap
“Apa itu karena gue?” Caramel menatap Tari, tatapannya itu membuat semua temannya yang ada disana pun ikut menerka-nerka. “Enggak itu bukan karena lo kok!” “Lo boleh jujur kok Mel, kalau itu emang bener-bener karena gue. Gue bakalan nerima resikonya!” ucap Tari. Dia sangat merasa bersalah kepada Caramel karena telah bermain belakang dengan Kemal, walaupun sebenarnya dia yang berusaha untuk mendekati Kemal. Tetapi Kemal sangat menyambutnya dengan baik sehingga membuat Tari merasa ada lampu hijau yang diberikan oleh Kemal kepadanya, tetapi pada akhirnya Tari sadar dan merasa sangat bersalah pada Caramel. Dia yang tau dari awal seharusnya itdak melakukan hal itu, namun rasa sukanya pada Kemal membuat Tari gelap mata dan salah arah. Caramel melepaskan genggaman tangannya pada Tari. “Gue udah bilang kalau perceraian gue ini gak ada sangkut pautnya sama lo. Ada satu alasan yang emang bener-bener buat gue untuk berpisah sama Kemal. Jadi lo gak usah ngerasa bersalah gitu, lo itu manusia wa