Share

2

Penulis: Dafianii
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Karin tersenyum sambil mengucapkan terimakasih kepada Jordan yang mengantarnya pulang ke rumah.

"Terima kasih banyak Pak."

Pria itu bergumam pelan. Dia menatap sekretarisnya yang sudah keluar dari dalam mobil dan berjalan memasuki rumahnya.

Mata tajam Jordan terus memperhatikan langkah kaki Karin. Entah kenapa malam ini dia terlihat sangat cantik dan menggoda.

Sayangnya Karin tidak bisa untuk diajak bersenang-senang. Wanita itu terlalu jual mahal dan lagi Ayahnya selalu menceritakan kebaikannya.

Jordan terlalu malas berurusan dengan wanita seperti itu. Akan lebih baik jika berurusan dengan wanita yang dengan sukarela menyerahkan tubuh mereka padanya.

Setelah memastikan Karin masuk ke dalam rumah Jordan langsung melajukan mobilnya menjauh dari rumah sederhana itu.

•••••

"Jordan, harus berapa kali lagi Papa menutupi kelakuanmu itu?!"

Baru saja masuk ke dalam rumah Jordan langsung mendapat omelan dari orang tuanya.

Dia tidak tau karena apa.

"Kalau kau benar-benar tidak bisa menahan nafsumu itu segeralah menikah!" seru Mario dengan wajah memerah karena menahan amarah.

Belum sempat Jordan mengajukan pertanyaan Mario sudah lebih dulu menunjukkan layar ponselnya.

Ah tentu saja Jordan selalu diawasi kemanapun dia pergi.

Mau tau apa yang ada di ponsel itu?

Benar, foto Jordan yang tengah berciuman panas dengan seorang wanita.

"Papa sudah dapat dua foto hari ini! Apa kamu tau berapa uang yang Papa habiskan dalam satu hari untuk menutupi kelakuanmu itu?!" tanya Mario dengan nada tinggi.

Jordan mengangkat bahunya acuh. Dia seolah tidak peduli dengan kekacauan yang selalu dia buat setiap harinya.

"Kau bukan anak kecil lagi Jordan! Mengertilah bahwa ada nama baik keluarga dan perusahaan yang kau bawa!" seru Mario sambil melempar asal ponselnya.

Ponsel itu hancur ketika jatuh ke lantai. Mario melemparnya dengan kuat hingga benda itu membentur tembok.

"Sekali lagi Papa mendapatkan foto seperti ini jangan salahkan Papa jika kamu akan menikah dalam waktu dekat," kata Mario dengan penuh keseriusan.

Jordan hanya mengangguk singkat sebagai tanggapan. Dia juga sudah sering mendengar ancaman seperti itu.

Memang apa salahnya bersenang-senang?

"Aku akan istirahat, selamat malam."

Jordan langsung melangkahkan kakinya menaiki tangga dan meninggalkan Mario yang kini memijat dahinya.

Anak itu benar-benar membuatnya sakit kepala.

Sedangkan itu Jordan yang sudah masuk ke dalam kamarnya berjalan menuju balkon. Dia mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya.

Satu bungkus rokok serta korek miliknya. Jordan mengambil satu batang dari dalam sana.

Benda bernikotin itu Jordan apit diantara kedua bibirnya. Mata tajamnya menyipit ketika dia menghidupkan korek dan membakar ujung rokok miliknya.

Setelah rokok itu menyala Jordan menyesapnya. Berkali-kali dia menghembuskan nafasnya dan membiarkan asap rokok mengelilingi sekitar wajahnya.

•••••

"Sial! Aku kesiangan!!!"

Wajah Karin terlihat begitu panik. Dengan terburu-buru wanita itu menutup pintu rumahnya dan berlari ke arah ojek online yang telah dia pesan.

Tanpa menunggu waktu lagi Karin bergegas naik dan meminta agar ojek yang dia tumpangi itu mengendarai motornya dengan cepat.

Baru saja naik ke atas motor Jordan sudah terus menelpon lalu karena Karin tak menjawab pria itu mengirim pesan padanya.

Pak Jordan :

[ Dmn? ]

Padahal hanya pertanyaan dimana, tapi Karin panik bukan main.

Karin :

[ Lagi dijalan Pak ]

[ Macet ]

Karin langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas dan merapalkan doa di dalam hatinya.

Dan sialnya dia benar-benar terjebak macet sekarang!

Agh rasanya Karin ingin berteriak!

Dia sudah sangat terlambat dan sekarang dia malah terjebak macet?!

"Aduh Pak enggak ada jalan lain ya? Saya udah terlambat banget," kata Karin dengan panik.

"Enggak ada atuh Neng kalaupun ada ya harus putar balik dulu," ucap pria paruh baya itu.

Karin menggeram kesal. Dia melirik jam ditangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi.

Mati!

"Pak saya turun disini aja deh," kata Karin dengan panik.

Tanpa menunggu jawaban Karin langsung turun dan membayar. Di tengah kemacetan dia berlari ke kantor tempatnya bekerja yang jaraknya masih lumayan jauh.

Bersamaan dengan itu ponselnya berdering. Karena Karin tidak mau menambah masalah dia langsung mengangkatnya.

'Kau dimana?! Kita sudah sangat terlambat!'

"Maaf Pak tadi macet, tapi ini saya sudah turun dari ojek dan sekarang saya lagi lari ke kantor," kata Karin dengan nafas terengah karena dia berlari dengan sangat kencang.

'Dimana posisi kamu sekarang?'

"Lampu merah, sebentar Pak saya mau nyebrang dulu," ucap Karin.

Dia kembali berlari menyebrang jalan. Rasanya kaki Karin akan putus karena berlari menggunakan heels.

'Saya tunggu sepuluh menit lagi, kamu tidak lupa dengan dokumen penting saya kan?'

Perkataan itu membuat langkah kaki Karin terhenti. Matanya membulat dengan sempurna.

Dokumen itu?!

'Karin Namira! Saya akan memotong gaji kamu lima puluh persen jika kamu tidak membawa dokumen itu bersama kamu sekarang!'

Mati!

Karin tak menjawab. Dia langsung mematikan sambungan telponnya.

"Mampus! Aduh gimana? Sekarang gue harus gimana? Dokumennya di rumah!!!" kata Karin dengan panik.

Karin menggigit jarinya sambil berjalan kesana kemari. Dia tidak mungkin kembali ke rumah, tapi tidak mungkin juga pergi ke kantor tanpa membawa dokumen itu.

Bagaimana ini?

•••••

Kepala Karin terus menunduk. Dia sama sekali tidak berani menatap wajah atasannya sekarang.

Karin kembali ke rumah untuk mengambil dokumen itu dan dia terlambat lebih dari setengah jam. Mereka tidak menghadiri meeting dan kerja sama perusahaan yang harusnya sudah terjalin nyaris dibatalkan karena kecerobohannya.

Jantung Karin berdetak tidak karuan. Untuk menahan rasa takut dan gugupnya Karin menggigit kuat-kuat bibir bawahnya.

"Bagus sekali."

Kalimat pertama yang Jordan keluarkan membuat Karin merinding seketika.

Dia benar-benar takut.

Bagaimana kalau dia di pecat?

"Besok tidak usah datang ke kantor sekalian," kata Jordan dengan penuh kekesalan.

Karin sudah nyaris menangis sekarang. Dia semakin menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis.

Kenapa dia bisa seceroboh ini?

"Datang terlambat, meninggalkan dokumen penting di rumah dan nyaris membuat kerja sama perusahaan batal." Jordan menyebut satu per satu kesalahan Karin hari ini.

"Kira-kira hukuman apa yang pantas diberikan untuk anda Nona Karin Namira?" tanya Jordan dengan satu alis terangkat.

Karin semakin tidak berani untuk mendongak.

"Apa ini waktu yang tepat untuk mengganti sekretaris? Bukankah kamu sudah terlalu lama menjadi sekretaris Karin?" tanya Jordan lagi.

Jantung Karin semakin berdegup dengan kencang. Dia tau kesalahannya sangat besar hari ini, tapi Karin benar-benar tidak ingin dipecat.

Sulit mendapatkan pekerjaan dan belum tentu dia akan mendapatkan gaji yang besar seperti yang dia dapatkan di perusahaan ini.

"Maaf.."

"Maaf? Seandainya kontrak kerja sama itu benar-benar batal apa kata maaf saja cukup?" tanya Jordan dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya.

"Apa kau tau berapa kerugian yang bisa perusahaan alami jika kontrak itu dibatalkan?!" seru Jordan.

"Hal seperti ini bisa saja terjadi besok dan hari-hari setelahnya..."

"Tidak Pak saya berjanji hal seperti ini tidak akan terulang lagi," potong Karin.

Wajahnya sudah sangat memelas sekarang. Dia benar-benar ketakutan jika harus dipecat.

Mencari pekerjaan di ibu kota bukan hal yang mudah. Apalagi untuk mendapatkan posisi sebagai sekretaris.

Pekerjaan Karin sudah lebih dari kata nyaman, jadi dia tidak mau kehilangan pekerjaannya.

"Sayangnya saya tidak percaya Nona Karin Namira," kata Jordan dengan penuh penekanan.

Jordan kembali meneliti tubuh Karin dan memperhatikan ekspresi wajahnya yang benar-benar ketakutan.

Sepertinya akan menyenangkan jika Jordan bisa memanfaatkan kesempatan ini.

"Mau mengundurkan diri atau mau dipecat?" tanya Jordan yang dengan sengaja membuatnya panik.

Karin langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Saya janji hal seperti ini tidak akan terulang lagi, tapi saya mohon jangan pecat saya Pak." Karin mengatupkan kedua tangannya di dada.

Hal itu membuat Jordan menunduk dan tersenyum. Beberapa detik setelahnya dia kembali menatap Karin yang masih memohon padanya.

"Saya tidak melakukannya secara cuma-cuma Karin Namira."

Bab terkait

  • Boss Arogan itu Suamiku   3

    "Saya tidak memaksa, jika kamu keberatan silahkan berikan surat pengunduran dirinya besok."Mata Karin terpejam selama beberapa saat. Apa yang baru saja atasannya katakan itu tidak bisa dia terima dengan mudah. "Datang ke alamat itu nanti malam, tapi kalau kamu keberatan saya tunggu surat pengunduran dirinya," kata Jordan. Karin masih belum memberikan tanggapan. Tubuhnya berkeringat dingin ketika mendengar penawaran yang atasannya itu tawarkan padanya. "Bersiaplah kita akan segera pergi melihat perkembangan pembangunan kantor cabang," kata Jordan sambil menutup laptop miliknya. Dia berjalan mendahului Karin yang masih berdiri diam dengan pikiran yang sudah melayang entah kemana. "Lakukan pekerjaanmu hari ini dengan baik sebelum surat pengunduran diri itu sampai di meja saya," ucap Jordan. Karin menghela nafasnya pelan. Dia berusaha keras untuk tetap tenang dan langsung menyusul atasannya. Dengan rasa takut yang menguasai dirinya Karin berjalan tepat di samping Jordan, tapi tiba

  • Boss Arogan itu Suamiku   4

    Shit!Jordan tidak bisa berhenti mengumpat di dalam hatinya ketika melihat wanita yang kini ada dihadapannya menanggalkan satu per satu pakaian di tubuhnya.Dia tidak pernah mengira jika dibalik pakaian kebesaran yang selalu Karin pakai itu tersembunyi lekukan tubuh yang luar biasa menggodanya. Mendadak kepala Jordan pening. Matanya menggelap dengan gairah yang mulai datang menguasainya. Posisi keduanya yang sudah berada di dalam kamar luas milik Jordan membuat suasana mendadak panas. AC yang menyala mendadak tidak berfungsi bagi Jordan yang kini menatap Karin dengan penuh nafsu. Saat hanya tersisa pakaian dalam yang melekat di tubuh wanita itu Jordan langsung mendekat. Tanpa aba-aba pria itu meraih tengkuk Karin dan menciumnya dengan tidak sabaran. Mendapat serangan seperti itu membuat jantung Karin berdegup semakin tidak karuan. Satu tangannya mencengkram kuat lengan kekar Jordan. Matanya yang masih terbuka melihat pria itu kini memejamkan matanya dan wajahnya mulai bergerak ber

  • Boss Arogan itu Suamiku   5

    Kedatangan Mario secara tiba-tiba ke rumah membuat Jordan panik bukan main. Pria paruh baya yang memergoki dirinya dengan Karin itu sekarang tengah menatapnya dengan tajam. Baik Jordan atau Karin tidak ada yang berani untuk mengeluarkan suara. Bahkan Karin hanya bisa menunduk sambil memainkan jari-jari tangannya karena merasa gugup dan takut. Mario tidak menyangka Jika dia akan melihat Jordan bersama Karin. Namun, Mario tidak berpikir bahwa Karin yang menggoda anaknya dia malah berpikir bahwa Ini semua adalah ulah anaknya sendiri. Selama ini Mario mengenal Karin sebagai wanita baik-baik. Oleh karena itu kejadian yang tidak sengaja dilihat ini menurutnya adalah kesalahan dari anaknya sendiri. Mario berpikir pasti ini semua adalah ulah Jordan yang memaksa Karin untuk mau melakukannya. "Apakah tidak ada yang mau bicara dan menjelaskan semuanya?" tanya Mario sambil menatap kedua orang itu secara bergantian. Karin langsung terdiam dengan jantung yang berdegup kencang. Dia bahkan tida

  • Boss Arogan itu Suamiku   6

    "Papa tidak bisa melakukan hal itu padaku!"Jordan membuntuti Mario yang kini masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia masih terus memberikan penolakan atas keinginan sepihak yang Mario ambil untuknya. Menikah? Itu adalah salah satu hal yang tidak ingin Jordan lakukan, tapi Mario memaksanya untuk menikah dengan sekretarisnya sendiri? Agh sialan! "Papa! Aku tidak mau menikah!" seru Jordan. Kali ini Mario yang sudah dikuasi emosi. Dia berbalik dan menatap anak laki-lakinya itu dengan wajah memerah."Kalau kau tidak mau tinggalkan jabatan mu sekarang dan kembalikan semua fasilitas yang telah Papa berikan!" kata Mario dengan penuh penekanan. "Pa!""Berhenti protes Jordan! Kau tanggung sendiri akibat dari perbuatan mu." kata Mario. Jordan menghela nafasnya kasar. "Aku tidak mau..."Penolakan yang kembali Jordan katakan membuat Mario semakin dikuasai emosi, tapi berusaha keras Mario menahannya. "Papa sudah berkali-kali mentoleransi semua kesalahan yang kau buat Jordan, tapi untuk kali in

  • Boss Arogan itu Suamiku   7

    Jordan menyematkan cincin di jari manis Karin dan para tamu undangan bertepuk tangan dengan heboh. Setelah itu Karin melakukan hal yang sama, dia menyematkan cincin di jari manis Jordan yang kini telah resmi menjadi suaminya. Selesai prosesi tukar cincin itu Karin diminta untuk mencium punggung tangan Jordan yang langsung wanita lakukan hingga kini tepuk tangan para tamu undangan semakin terdengar. Kemudian giliran Jordan yang diminta untuk mencium kening Karin. Saat melakukannya mata Jordan terpejam selama beberapa detik, tapi dia tidak langsung menjauhkan wajahnya. Jordan malah menunduk dan mengatakan sesuatu di depan wajah Karin yang membuat wanita itu menahan sesak dalam dadanya. "Aku sama sekali tidak pernah mengharapkan pernikahan ini, jadi jangan berharap banyak padaku."Setelah itu Jordan menjauhkan wajahnya. Kini mereka berdua menghadap ke arah tamu undangan sambil menunjukkan seulas senyuman. Pernikahan ini bukan hanya Jordan yang tidak mengharapkannya, tapi Karin pun sa

  • Boss Arogan itu Suamiku   8

    "Kau tidur saja di kamar tamu!"Jordan berkata dengan ketus begitu mereka masuk ke dalam rumahnya. Sekitar pukul sembilan pagi tadi Jordan memang langsung pergi dari rumah orang tuanya bersama dengan Karin yang sudah berstatus menjadi istrinya. Saat sampai di rumahnya dia langsung meninggalkan Karin dan membiarkan wanita itu membawa barang-barangnya sendiri dengan kesusahan. Begitu baru saja masuk Jordan langsung mengatakan hal itu dengan ketus sambil menunjuk ke arah kamar yang berjarak dua pintu dari kamarnya. "Baik, terimakasih Pak," kata Karin pelan. "Pak? Kau memanggil suamimu dengan sebutan Pak?" tanya Jordan dengan sedikit kesal. "Maaf, maksudku terimakasih banyak Jordan," kata Karin yang mengulangi kembali perkataannya. Jordan bergumam pelan. Kemudian dia menatap wajah Karin yang selama beberapa detik. "Apa kau benar-benar memanfaatkan aku untuk membayar semua hutang keluargamu?" tanya Jordan sambil melipat kedua tangannya di dada. Pria itu menatap Karin dengan angkuh.

  • Boss Arogan itu Suamiku   9

    Karin gemetar karena ketakutan. Dia langsung berjalan menjauh dari ruangan yang berada di bawah tangga itu. Mata Jordan menatap nyalang ke arahnya. Pria itu melangkahkan kakinya dengan cepat dan langsung menutup kembali pintu itu dengan kuat. "Apa yang kau lakukan?!" bentak Jordan. Karin menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tangannya bergetar hebat karena ketakutan. Di dalam sana dia melihat tumpukan senjata yang tertata rapih di dalam lemari juga ada beberapa yang tergantung di tembok. Jantung Karin berdegup dengan begitu kencang. Apalagi ketika melihat sebuah foto yang tertempel di tembok. "Jangan membuka ruangan ini sembarangan! Hanya aku yang boleh membukanya!" seru Jordan lagi. "Maaf.. maafkan aku Jordan aku tidak tau," kata Karin dengan cepat. Jordan berdecak kesal. Dia langsung mengusir Karin dari hadapannya yang membuat wanita itu langsung berlari menjauh. "Sialan!"Setelah Karin pergi Jordan langsung masuk ke dalam ruangan itu. Dia melihat berbagai macam pistol juga

  • Boss Arogan itu Suamiku   10

    Jordan pulang dengan raut wajah muram. Pria itu terlihat berkali-kali lipat lebih menyeramkan dari hari biasanya. Karin tidak tau apa alasannya. Dia ingin mengajukan pertanyaan, tapi tidak berani melakukannya. Sekarang Karin mengintip dari balik pintu kamarnya. Matanya menatap ke arah Jordan yang sedari tadi menghisap rokoknya.Wajah pria itu terlihat sangat tidak bersahabat. Terhitung sudah lima batang rokok yang pria itu habiskan sejak pulang. "Apa terjadi sesuatu ya? Aku jadi penasaran," ucap Karin sambil terus mengintip suaminya itu. Sedangkan di ruang tamu itu Jordan yang terus-terusan menghisap rokoknya berusaha menjernihkan pikirannya. Kabar yang dia terima tadi membuat kepalanya pening bukan main. Setelah menghabiskan rokok ke enam Jordan beralih pergi menuju dapur. Dia mengambil satu botol wine yang ada di dalam sana. Kemudian Jordan kembali dan duduk di sofa. Dia menenggak minuman itu perlahan. Kepalan tangan Jordan begitu terlihat. Urat-urat di lengan pria itu semaki

Bab terbaru

  • Boss Arogan itu Suamiku   10

    Jordan pulang dengan raut wajah muram. Pria itu terlihat berkali-kali lipat lebih menyeramkan dari hari biasanya. Karin tidak tau apa alasannya. Dia ingin mengajukan pertanyaan, tapi tidak berani melakukannya. Sekarang Karin mengintip dari balik pintu kamarnya. Matanya menatap ke arah Jordan yang sedari tadi menghisap rokoknya.Wajah pria itu terlihat sangat tidak bersahabat. Terhitung sudah lima batang rokok yang pria itu habiskan sejak pulang. "Apa terjadi sesuatu ya? Aku jadi penasaran," ucap Karin sambil terus mengintip suaminya itu. Sedangkan di ruang tamu itu Jordan yang terus-terusan menghisap rokoknya berusaha menjernihkan pikirannya. Kabar yang dia terima tadi membuat kepalanya pening bukan main. Setelah menghabiskan rokok ke enam Jordan beralih pergi menuju dapur. Dia mengambil satu botol wine yang ada di dalam sana. Kemudian Jordan kembali dan duduk di sofa. Dia menenggak minuman itu perlahan. Kepalan tangan Jordan begitu terlihat. Urat-urat di lengan pria itu semaki

  • Boss Arogan itu Suamiku   9

    Karin gemetar karena ketakutan. Dia langsung berjalan menjauh dari ruangan yang berada di bawah tangga itu. Mata Jordan menatap nyalang ke arahnya. Pria itu melangkahkan kakinya dengan cepat dan langsung menutup kembali pintu itu dengan kuat. "Apa yang kau lakukan?!" bentak Jordan. Karin menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tangannya bergetar hebat karena ketakutan. Di dalam sana dia melihat tumpukan senjata yang tertata rapih di dalam lemari juga ada beberapa yang tergantung di tembok. Jantung Karin berdegup dengan begitu kencang. Apalagi ketika melihat sebuah foto yang tertempel di tembok. "Jangan membuka ruangan ini sembarangan! Hanya aku yang boleh membukanya!" seru Jordan lagi. "Maaf.. maafkan aku Jordan aku tidak tau," kata Karin dengan cepat. Jordan berdecak kesal. Dia langsung mengusir Karin dari hadapannya yang membuat wanita itu langsung berlari menjauh. "Sialan!"Setelah Karin pergi Jordan langsung masuk ke dalam ruangan itu. Dia melihat berbagai macam pistol juga

  • Boss Arogan itu Suamiku   8

    "Kau tidur saja di kamar tamu!"Jordan berkata dengan ketus begitu mereka masuk ke dalam rumahnya. Sekitar pukul sembilan pagi tadi Jordan memang langsung pergi dari rumah orang tuanya bersama dengan Karin yang sudah berstatus menjadi istrinya. Saat sampai di rumahnya dia langsung meninggalkan Karin dan membiarkan wanita itu membawa barang-barangnya sendiri dengan kesusahan. Begitu baru saja masuk Jordan langsung mengatakan hal itu dengan ketus sambil menunjuk ke arah kamar yang berjarak dua pintu dari kamarnya. "Baik, terimakasih Pak," kata Karin pelan. "Pak? Kau memanggil suamimu dengan sebutan Pak?" tanya Jordan dengan sedikit kesal. "Maaf, maksudku terimakasih banyak Jordan," kata Karin yang mengulangi kembali perkataannya. Jordan bergumam pelan. Kemudian dia menatap wajah Karin yang selama beberapa detik. "Apa kau benar-benar memanfaatkan aku untuk membayar semua hutang keluargamu?" tanya Jordan sambil melipat kedua tangannya di dada. Pria itu menatap Karin dengan angkuh.

  • Boss Arogan itu Suamiku   7

    Jordan menyematkan cincin di jari manis Karin dan para tamu undangan bertepuk tangan dengan heboh. Setelah itu Karin melakukan hal yang sama, dia menyematkan cincin di jari manis Jordan yang kini telah resmi menjadi suaminya. Selesai prosesi tukar cincin itu Karin diminta untuk mencium punggung tangan Jordan yang langsung wanita lakukan hingga kini tepuk tangan para tamu undangan semakin terdengar. Kemudian giliran Jordan yang diminta untuk mencium kening Karin. Saat melakukannya mata Jordan terpejam selama beberapa detik, tapi dia tidak langsung menjauhkan wajahnya. Jordan malah menunduk dan mengatakan sesuatu di depan wajah Karin yang membuat wanita itu menahan sesak dalam dadanya. "Aku sama sekali tidak pernah mengharapkan pernikahan ini, jadi jangan berharap banyak padaku."Setelah itu Jordan menjauhkan wajahnya. Kini mereka berdua menghadap ke arah tamu undangan sambil menunjukkan seulas senyuman. Pernikahan ini bukan hanya Jordan yang tidak mengharapkannya, tapi Karin pun sa

  • Boss Arogan itu Suamiku   6

    "Papa tidak bisa melakukan hal itu padaku!"Jordan membuntuti Mario yang kini masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia masih terus memberikan penolakan atas keinginan sepihak yang Mario ambil untuknya. Menikah? Itu adalah salah satu hal yang tidak ingin Jordan lakukan, tapi Mario memaksanya untuk menikah dengan sekretarisnya sendiri? Agh sialan! "Papa! Aku tidak mau menikah!" seru Jordan. Kali ini Mario yang sudah dikuasi emosi. Dia berbalik dan menatap anak laki-lakinya itu dengan wajah memerah."Kalau kau tidak mau tinggalkan jabatan mu sekarang dan kembalikan semua fasilitas yang telah Papa berikan!" kata Mario dengan penuh penekanan. "Pa!""Berhenti protes Jordan! Kau tanggung sendiri akibat dari perbuatan mu." kata Mario. Jordan menghela nafasnya kasar. "Aku tidak mau..."Penolakan yang kembali Jordan katakan membuat Mario semakin dikuasai emosi, tapi berusaha keras Mario menahannya. "Papa sudah berkali-kali mentoleransi semua kesalahan yang kau buat Jordan, tapi untuk kali in

  • Boss Arogan itu Suamiku   5

    Kedatangan Mario secara tiba-tiba ke rumah membuat Jordan panik bukan main. Pria paruh baya yang memergoki dirinya dengan Karin itu sekarang tengah menatapnya dengan tajam. Baik Jordan atau Karin tidak ada yang berani untuk mengeluarkan suara. Bahkan Karin hanya bisa menunduk sambil memainkan jari-jari tangannya karena merasa gugup dan takut. Mario tidak menyangka Jika dia akan melihat Jordan bersama Karin. Namun, Mario tidak berpikir bahwa Karin yang menggoda anaknya dia malah berpikir bahwa Ini semua adalah ulah anaknya sendiri. Selama ini Mario mengenal Karin sebagai wanita baik-baik. Oleh karena itu kejadian yang tidak sengaja dilihat ini menurutnya adalah kesalahan dari anaknya sendiri. Mario berpikir pasti ini semua adalah ulah Jordan yang memaksa Karin untuk mau melakukannya. "Apakah tidak ada yang mau bicara dan menjelaskan semuanya?" tanya Mario sambil menatap kedua orang itu secara bergantian. Karin langsung terdiam dengan jantung yang berdegup kencang. Dia bahkan tida

  • Boss Arogan itu Suamiku   4

    Shit!Jordan tidak bisa berhenti mengumpat di dalam hatinya ketika melihat wanita yang kini ada dihadapannya menanggalkan satu per satu pakaian di tubuhnya.Dia tidak pernah mengira jika dibalik pakaian kebesaran yang selalu Karin pakai itu tersembunyi lekukan tubuh yang luar biasa menggodanya. Mendadak kepala Jordan pening. Matanya menggelap dengan gairah yang mulai datang menguasainya. Posisi keduanya yang sudah berada di dalam kamar luas milik Jordan membuat suasana mendadak panas. AC yang menyala mendadak tidak berfungsi bagi Jordan yang kini menatap Karin dengan penuh nafsu. Saat hanya tersisa pakaian dalam yang melekat di tubuh wanita itu Jordan langsung mendekat. Tanpa aba-aba pria itu meraih tengkuk Karin dan menciumnya dengan tidak sabaran. Mendapat serangan seperti itu membuat jantung Karin berdegup semakin tidak karuan. Satu tangannya mencengkram kuat lengan kekar Jordan. Matanya yang masih terbuka melihat pria itu kini memejamkan matanya dan wajahnya mulai bergerak ber

  • Boss Arogan itu Suamiku   3

    "Saya tidak memaksa, jika kamu keberatan silahkan berikan surat pengunduran dirinya besok."Mata Karin terpejam selama beberapa saat. Apa yang baru saja atasannya katakan itu tidak bisa dia terima dengan mudah. "Datang ke alamat itu nanti malam, tapi kalau kamu keberatan saya tunggu surat pengunduran dirinya," kata Jordan. Karin masih belum memberikan tanggapan. Tubuhnya berkeringat dingin ketika mendengar penawaran yang atasannya itu tawarkan padanya. "Bersiaplah kita akan segera pergi melihat perkembangan pembangunan kantor cabang," kata Jordan sambil menutup laptop miliknya. Dia berjalan mendahului Karin yang masih berdiri diam dengan pikiran yang sudah melayang entah kemana. "Lakukan pekerjaanmu hari ini dengan baik sebelum surat pengunduran diri itu sampai di meja saya," ucap Jordan. Karin menghela nafasnya pelan. Dia berusaha keras untuk tetap tenang dan langsung menyusul atasannya. Dengan rasa takut yang menguasai dirinya Karin berjalan tepat di samping Jordan, tapi tiba

  • Boss Arogan itu Suamiku   2

    Karin tersenyum sambil mengucapkan terimakasih kepada Jordan yang mengantarnya pulang ke rumah. "Terima kasih banyak Pak."Pria itu bergumam pelan. Dia menatap sekretarisnya yang sudah keluar dari dalam mobil dan berjalan memasuki rumahnya. Mata tajam Jordan terus memperhatikan langkah kaki Karin. Entah kenapa malam ini dia terlihat sangat cantik dan menggoda. Sayangnya Karin tidak bisa untuk diajak bersenang-senang. Wanita itu terlalu jual mahal dan lagi Ayahnya selalu menceritakan kebaikannya. Jordan terlalu malas berurusan dengan wanita seperti itu. Akan lebih baik jika berurusan dengan wanita yang dengan sukarela menyerahkan tubuh mereka padanya. Setelah memastikan Karin masuk ke dalam rumah Jordan langsung melajukan mobilnya menjauh dari rumah sederhana itu. •••••"Jordan, harus berapa kali lagi Papa menutupi kelakuanmu itu?!"Baru saja masuk ke dalam rumah Jordan langsung mendapat omelan dari orang tuanya.Dia tidak tau karena apa. "Kalau kau benar-benar tidak bisa menaha

DMCA.com Protection Status