Setelah 30 menit berada di rumah sakit, akhirnya Bella dan Riana pergi. Pelayan Indri bergegas meraih buah dari atas meja lalu membawanya ke luar dan membuangnya di tempat sampah."Buahnya dibawa ke mana bi ?" Tanya Zeira setelah Indri kembali."Maaf nyonya, buahnya saya berikan kepada petugas kebersihan, soalnya kita masih banyak stok buah" dalih Indri."Ow... Tidak apa-apa" jawab Zeira."Maaf aku harus berbohong pada nyonya, aku takut mereka membuat sesuatu di dalam buah itu untuk mencelakai nyonya" ucap dalam hati Indri. Tok....tok....tok.... suara ketukan pintu."Permisi nyonya" Asep menjulurkan kepala dari balik pintu. Melangkah menghampiri Zeira dan berdiri dengan hormat. "Maaf nyonya, aku datang kemari untuk menjemput tuan muda" ucapnya."Tapi Azka sedang tidur paman" Memang Azka sedang tidur di samping Zeira."Tapi ini adalah perintah dari tuan nyonya" Zeira terdiam, ia menatap Azka yang tertidur pulas di sampingnya. "Baiklah paman" ucapnya.Asep mengangkat tubuh mungil Azk
"Ke tempat lain, gak mungkin ke neraka" jawab angkuh Anjas."Kenapa harus ke tempat lain, kalau untuk bertanya kan bisa di kamar saja" protes Zeira.Anjas tidak menjawab Zeira, ia langsung membuka pintu kamar tamu dan menarik Zeira masuk, lalu menutup dan menguncinya dari dalam."Duduk di sini" Anjas mendudukkan Zeira di sofa, lalu ia duduk di sofa tepat di hadapan Zeira. "Jawab aku dengan jujur" "Aku tidak menemui Armel ke hotel, mereka menjebak aku dengan meminta Sarah untuk menghubungiku dan memintaku datang ke sana. Saat aku masuk ke dalam kamar ! Tiba-tiba yang datang bukan Sarah tetapi Bella dan Armel. Kami sempat berdebat dan aku berusaha untuk pergi, tetapi Sarah menutup mulutku dengan sesuatu yang membuat aku tidak sadarkan diri. Kamu percaya atau tidak ! Itu urusan kamu, tetapi itulah kenyataannya" Zeira mengoceh panjang lebar tanpa mendengar pertanyaan Anjas terlebih dahulu."Kamu kenapa bisa menjawab seperti itu ? Aku kan belum bertanya !" Ucap Anjas.Zeira mengangkat ta
Saat Zeira masuk ke dalam ruangan Anjas, wajah pria tampan itu terlihat dingin. Tetapi Zeira mengabaikannya, ia langsung melangkah menuju Azka yang duduk di sofa bermain sendiri."Mama" panggil Azka."Ssstt..." Zeira menempelkan satu jari di bibirnya sendiri. "Tante" lanjutnya.Anjas refleks menegakkan kepala, tadinya pria itu fokus menatap layar laptop, tetapi kini ia menatap punggung Zeira. Ada perasaan aneh dalam dirinya saat Zeira melarat panggilan Azka. Padahal waktu dulu dia yang meminta Azka memanggil Zeira Tante saat mereka di kantor.Hem....Anjas berdehem. "Bisakah kau membuatkan kopi untukku ?" Ucapnya.Zeira memutar kepala, "bisa pak" jawab Zeira. "Tunggu sebentar ya sayang" lanjut Zeira berbicara kepada Azka."Ok m...." Azka menghentikan kata-katanya. "Ok Tante" ulangnya.Tadinya anak kecil itu ingin mengatakan mama, tetapi ia tiba-tiba mengigat apa yang dikatakan Zeira tadi. "Permisi mbak" ucap Zeira dari pintu."Oh iya mbak" sahut sang koki baru. "apa mbak butuh sesuatu
Setibanya di kediaman Wijaya, Anjas mengantar Azka ke kamar. Ia berpamitan kepada anak kecil itu dengan alasan ingin menemui rekan kerjanya. Setelah itu Anjas langsung pergi meninggalkan kediaman Wijaya tanpa berpamitan kepada Zeira.Butuh waktu 45 menit untuk Anjas tiba disebuah bangunan tinggi berlantai 40. Pria tampan itu langsung disambut senyum hangat sahabatnya."Hay bro, akhirnya kamu datang juga" Biyan menjabat tangan Anjas dan saling berpelukan."Lu sih.... Buat acara hari kerja, apa salahnya buat acara weekend" protes Anjas. Kalau sahabatnya itu tidak menghubunginya tadi ! Anjas pasti lupa dan tidak akan datang ke acara anniversary sahabatnya itu."Gua juga maunya gitu bro, tapi lu tahu lah gimana istri aku. Kalau gak dituruti kemauannya ! Bisa merajuk 3 hari 3 malam" "Nah....itu alasannya aku gak mau punya istri" sahut Anjas dengan sigap."Eh....lu juga kan sudah punya istri bro. Kamu lupa ya ?" Protes Biyan."Bukan lupa, tapi pernikahan kami hanya status demi putraku. Kam
"Tidak Zeira, kali ini aku akan menikmati seluruh tubuhmu" Armel menarik kedua lengan Zeira, lalu melemparkannya dengan kasar ke atas tempat tidur."Tolong, tolong" Zeira berteriak sekuat mungkin. Tetapi tidak satupun yang bisa mendengarnya, sebab kamar itu memiliki alat peredam suara. Bahkan pelayan Indri yang sedang membersihkan Gucci yang terletak di dekat pintu kamar Zeira, sama sekali tidak mendengar suara teriakan wanita cantik itu.Armel menimpa tubuh mungil Zeira, ia menggenggam kedua pergelangan tangan Zeira dengan satu tangannya. Sedangkan tangan yang satu lagi bekerja untuk membuka piyama yang melekat ditubuh wanita cantik itu.Kini dada mulus Zeira sudah terekspos bebas di hadapan Armel, hanya bra berawal merah yang masih melekat di sana menutupi kedua gunung kembar Zeira."Tolong jangan lakukan ini, aku mohon" ucap Zeira disela-sela tangisan."Diam saja, dan nikmati permainanku" "Jangan, jangan" Zeira meronta sambil menghindari bibir Armel yang mendekati bibirnya.Pak...
Warning : Di bab ini sedikit panas dan mengandung unsur dewasa. Jadi bijaklah dalam membaca karena cerita ini memang khusus untuk dewasa. Terima kasih atas pengertiannya.*********************Sudah pasti Zeira tidak akan menolak saat Anjas ingin menyentuhnya, sebab Anjas adalah suaminya. Karena sudah tanggung jawab seorang istri untuk melayani suami.Anjas dengan lembut membuka kancing baju Zeira satu persatu, lalu melemparkannya sembarang ke atas lantai. Kini kedua gunung kembar itu sudah terpampang indah di depan mata Anjas."Kamu tidak apa-apa ?" Tanya Anjas untuk memastikan Zeira."Aku tidak apa-apa" jawab Zeira. Ia memaksa bibirnya tersenyum untuk menyakinkan Anjas.Dengan lembut pria tampan itu melumat bibir Zeira. Awalnya ia hanya bermain sendiri, tetapi hanya berselang lima menit tiba-tiba Zeira membalas ciumannya. Wanita cantik itu membuka mulut memberikan ruang untuk Anjas. Decakan demi decakan mulai memenuhi ruangan itu akibat dari kedua lidah yang sedang berlaga di dalam
Anjas memutar mata ke arah telunjuk Azka, "um.....um...." Ia bingung harus menjawab apa, karena luka itu bekas cakaran dari kuku Zeira saat mereka melakukan hubungan suami-istri."Luka karena apa papah ?" Azka kembali bertanya."Ini luka bekas cakaran kucing" jawab Anjas sembarang."Ha.... kucing ? Kita kan enggak punya kucing papah" protes Azka.*Aduh ini anakku kok pintar banget ya ? Susah dibohongi seperti papahnya* bisik dalam hati Anjas."Bukan kucing di rumah ini sayang" ucap Anjas."Jadi kucing di mana pah ?""Um...ah tanya saja sama mama" Anjas menunjuk Zeira yang baru ke luar dari kamar mandi."Mama" panggil Azka sambil mengejan Zeira yang melangkah menuju meja rias."Iya sayang" jawab Zeira."Kucing mana yang melukai papah, ma ?" Tanya Azka.Zeira mengerutkan kening, ia bingung dengan pertanyaan putranya. Zeira merasa Anjas tidak terluka, tubuh pria itu baik-baik saja dan mulus seperti biasa."Luka apa sayang ?" Bukannya menjawab, Zeira justru balik bertanya.Azka meraih tan
Gunawan meninggalkan ruang keluarga terlebih dulu, lalu di susul Riana. Wanita paruh baya itu mengikuti suaminya ke kamar. Riana belum puas dengan jawaban Gunawan tentang pembagian harta, itu sebabnya Riana ingin menanyakan kembali kepada suaminya."Pah, aku dapat warisan juga kan ?" Ucap Riana bertanya kepada Gunawan. Saat ini mereka berada di dalam kamar.Gunawan hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Riana. Pria tinggi, gagak itu fokus mencari sesuatu dari dalam lemari brankas."Pah, kamu enggak dengar ya ?" Riana kembali membuka mulut karena tidak ada jawaban dari Gunawan.Gunawan memutar kepala untuk melihat Riana, yang berdiri di sampingnya, "kita tidak perlu dapat warisan mah, yang perlu itu ! Anak-anak kita" ucapnya dengan lembut."Kenapa begitu pah ?""Karena umur kita tidak lama lagi, jadi untuk apa warisan itu ? Kalau masalah tempat tinggal dan kebutuhan kita sehari-hari ! Aku masih memiliki tabungan. Lagi pula anak-anak pasti memberikan kita uang" jelas Gunawan.Wajah R
Zeira mengerutkan kening, ia bingung kenapa Anjas memanggil wanita itu, Bella. Sedangkan selma ini Zeira mengenalnya sebagai imel."Apa kabar Nyonya Zeira?" sapa Mark, sambil menyodorkan tangannya."Saya baik, bagaimana dengan bapak?" Zeira menjabat tangan Mark, ia juga balik bertanya."Saya baik," balas Mark.Setelah melepaskan tangannya dari Mark, Zeira menyodorkan tangannya kepada Bella. Namun Bella tidur menyambut tangan Zeira, ia justru menarik tangan wanita cantik itu, lalu memeluknya sambil menangis."Maafkan aku Zeira, aku benar-benar minta maaf," ucap Bella di sela-sela tangisan.Zeira melepaskan pelukannya dari Bella, "Hey, kamu kenapa minta maaf?" ucapnya.Tentu Zeira bertanya demikian! Menurutnya, ia tidak pernah ada masalah dengan wanita yang ada di hadapannya saat ini. Karena Zeira tidak tahu, kalau wanita itu adalah Bella. Sebab Bella sudah mengubah seluruh wajahnya dengan melakukan operasi plastik."Aku mohon maafkan aku Zeira, aku telah banyak melakukan kesalahan terh
"Hentikan." Sentak Zeira dengan nada yang lebih tinggi.Ia berusaha mendorong tubuh Saddam sekuat tenaga. Tetapi apalah daya, tubuhnya jauh lebih kecil daripada Saddam."Diam Zeira." Geram Saddam.Ia mulai kesal dengan sikap Zeira yang berontak, dengan kasar tangannya mencengkram kedua pipi Zeira."Kamu adalah istriku, sudah kewajibanmu untuk melayaniku," ucap Saddam dengan tegas. "Jadi, biarkan aku menikmati tu....." Tiba-tiba seseorang menarik Saddam dari belakang, sehingga pria tampan itu tidak melanjutkan kata-katanya.Pak....puk...pak... Beberapa pukulan mendarat di wajah Saddam."Aku yang akan menikmati tubuhmu pengkhianat." Suara bariton itu membuat Zeira berhenti menagis. Tadinya ia meringkuk di atas tempat tidur sambil berurai air mata, tapi kini kepalanya terangkat setelah mendengar suara yang tidak asing di telinganya."Ma....ma...mas Anjas," ucapnya dengan bibir gemetar.Zeira sama sekali tidak bergerak dari tempat tidur, ia mengucek mata untuk memperjelas penglihatannya
Mark melangkah mendekati Bella, "Maaf, tapi saya tidak mengenal anda." Wajah Bella terlihat sedih, bahkan kedua sudut matanya mengeluarkan cairan bening. Kondisinya saat ini membuatnya tidak bisa melakukan apapun. .......................Satu bulan telah berlalu, kondisi Bella kini semakin membaik. Terapi yang ia lakukan setiap hari membuat jari tangannya sudah bisa bergerak.Begitu juga dengan Mark, pria keturunan Jerman itu selalu datang menemui Anjas. Ia berusaha mengingatkan Anjas tentang masa lalunya, bahkan ia memberikan apartemennya untuk tempat tinggal Anjas dan Bella, selama mereka di sana. Mark sebenarnya ingin sekali terbang ke Indonesia untuk menemui Zeira lagi, tetapi pekerjaannya yang begitu penting tidak bisa ia tinggalkan. "Um...hum..." Bella menggumam saat melihat Mark muncul dari pintu.Mark yang mengerti maksud Bella, lantas menghampirinya, sedangkan Anjas bergegas menuju kamar."Ada apa Bella? apa kamu inginkan sesuatu?" Tanya Mark.Bella mengangguk, matanya ia
Mark sudah memohon, tetapi security tidak juga mengizinkannya untuk masuk. Akhirnya Mark kembali ke hotel."Saya terima nikahnya dan kawinnya Zeira Kirana binti Barata, dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai." "Sah...sah...sah..."Kini Zeira resmi menjadi istri Saddam, ia hanya menjabat tangan suaminya tanpa menciumnya. Begitu juga dengan sebaliknya, Saddam tidak mencium kening Zeira, sebab istrinya itu menghindar.Air mata tidak berhenti ke luar dari matanya, begitu juga dengan Susan. Ia sangat mengerti bagaimana perasaan kakaknya saat ini. Tetapi walaupun demikian, Susan tetap mengucapkan selamat dan mendoakan semoga rumah tangga kakaknya bahagia dan harmonis.Waktu menunjukkan pukul 5 sore, saat Saddam masuk ke kamar. Ia melihat Zeira duduk di kursi sambil menghadap ke arah kolam renang melalui jendela."Hem..." Saddam sengaja berdehem agar Zeira menyadari kedatangannya.Namun Zeira sama sekali tidak merespon, tatapan wanita cantik itu tetap saja tertuju ke arah kolam renang
"Selamat pagi." Suara dari seberang sana."Selamat pagi, apa ini dengan kantor Wijaya Grup?" Ucap Mark."Iya, ini dengan kantor Wijaya Grup. Saya bicara dengan siapa?" Tanya dari seberang sana."Ini saya Mark, klien pak Anjas. Apa saya bisa bicara dengan Ibu Zeira?""Maaf pak, ibu Zeira tidak ada di kantor." Balas dari seberang."Kalau begitu apa saya bisa meminta nomor ponselnya? ada yang ingin saya sampaikan tentang pak Anjas." "Tu....tu....tu...tu...." Tiba-tiba panggilan terputus. Mark mencoba menghubunginya kembali, namun tidak bisa terhubung."Pasti ada yang tidak beres," ucap Mark. Ia bangkit dari kursi dan pergi meninggalkan rumah sakit.Sementara di tempat lain, Saddam langsung melakukan tindakan agar Mark tidak bisa menghubungi nomor kantor. Ia juga berusaha menghubungi nomor Bella untuk memberitahu tentang Mark. Tetapi sayang, panggilnya tidak terhubung. Bagaimana terhubung, Bella saat ini sedang koma di rumah sakit, sedangkan ponselnya tinggal di hotel.Tepat pukul 5 sor
Keputusan Zeira untuk menikah dengan Saddam sudah bulat. Namun ia meminta pernikahan mereka hanya di laksanakan di kantor KUA tanpa adanya resepsi."Kak, apa kamu sudah yakin?" Tanya Susan.Saat ini kedua wanita cantik itu sedang duduk di taman sambil menemani Azka bermain."Sudah." Jawab singkat Zeira.Susan menarik napas dalam-dalam. "Jika kakak belum yakin! kakak berhak untuk menolaknya. Cobalah bicara dengan papah." "Tidak Susan, aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk kepada papah." Bantah Zeira."Kakak, jangan memaksakan diri hanya untuk sesuatu. Aku tahu kamu sangat menyayangi papah, itu sebabnya kamu setuju untuk menikah dengan Saddam. Tapi percayalah kak, pernikahan kamu dan Saddam tidak ada hubungannya dengan penyakit papah.""Tapi San.....""Tidak ada tapi-tapian, berpikirlah karena masih ada waktu satu bulan lagi." Setelah mengatakan itu, Susan langsung pergi.Sementara di tempat lain, Bella dan Anjas sudah berada di dalam pesawat. Keduanya terbang menuju Inggris untuk m
Satu bulan telah berlalu, hingga saat ini Zeira belum menerima permintaan ayahnya untuk menikah. Bahkan selama satu bulan ini, ia lebih sering mengurung diri di dalam kamar.Tok....tok....tok... Suara ketukan pintu menyadarkan Zeira dari khayalan.Ia bangkit dari kursi, melangkah untuk membuka pintu. Wajahnya sedikit kesal saat melihat ayahnya berdiri di sana. Zeira tahu tujuan ayahnya datang menemuinya, pasti untuk membujuknya agar menikah dengan Saddam."Apa papah boleh masuk?" Tanya Barata sambil tersenyum."Hm..." Sahut Zeira seiring dengan anggukan kepala."Apa papah datang kemari untuk membahas tentang pernikahan?" Todong Zeira setelah mereka duduk di sofa.Barata menggelengkan kepala, ia menatap Zeira sambil tersenyum. "Tidak sayang, papah datang kemari untuk mengajakmu menemani papah ke rumah sakit.""Apa papah sakit?" Zeira terlihat panik dan khawatir."Tidak sayang, papah hanya ingin cek. Soalnya akhir-akhir ini jantung papah sering berdegup kencang." Zeira bangkit dari tem
Semenjak melihat raut wajah Saddam yang begitu tegang! Susan merasa ada sesuatu yang aneh dengan pria tampan itu."Kak, kamu lihat gak wajah Saddam?" Tanya Susan kepada Zeira."Enggak, kenapa?" Zeira balik bertanya."Aku merasa ada yang aneh deh." "Aneh bagaimana? kakak rasa gak ada yang aneh." Bantah Zeira."Aku merasa wajah Saddam sedikit tegang, saat kakak mengatakan bertemu dengan pria yang mirip dengan kak Anjas." "Masa sih?" Ucap Zeira."Iya, aku enggak bohong kak." Susan mengangkat dua jari tangannya sebagai tanda serius.Zeira tersenyum tipis, "Mungkin Saddam merasa lelah, karena akhir-akhir sering lembur. Jadi wajar kalau wajahnya terlihat tegang atau pucat." Zeira berpikir positif, walupun ia tidak nyaman dengan keberadaan Saddam di rumah itu! tapi Zeira sama sekali tidak pernah berpikir buruk terhadapnya....................Pukul 6 pagi, Saddam sudah meninggalkan kediaman Wijaya. Pria tampan itu mengemudi mobilnya sendiri tanpa sopir pribadi.Biasanya setiap hari Minggu
Enam bulan telah berlalu, kenyataan pahit itu masih menyelimuti kediaman Wijaya. Terutama Zeira dan kedua anaknya, bahkan sampai saat ini Azka masih sering menagis mencari ayahnya.Seperti pagi ini, Zeira harus berusaha keras membujuk putranya."Sayang, kamu harus makan, katanya mau jadi anak pintar! kalau gak mau makan, gimana mau pintar," ucap Zeira untuk membujuk putranya."Aku rindu papah." Sahut Azka.Zeira menaruh piring yang ada ditangannya ke atas meja. Lalu memeluk Azka dengan erat dan penuh kasih sayang."Mamah juga rindu papah sayang." Balas Zeira.Keduanya saling berpelukan dan menumpahkan air mata."Jangan sedih dong, aunty jadi ikut sedih," ucap Susan."Kakek juga ikut sedih." Timpal Barata. Pria paruh baya itu sudah kembali dari Singapura, setelah mendengar kabar kematian menantunya. Lagipula kondisi Barata sudah sembuh 80 persen. Jadi ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menghentikan pengobatannya. Ia ingin menjaga dan menemani kedua putrinya.Azka melepaskan