"Ada apa tuan ?" Tanya Indri ketika Anjas masuk ke dapur."Di mana Zeira ?" Anjas balik bertanya."Oh, itu tuan...." Anjas menyela ucapan Indri, "itu apa ?""Nyonya pergi bersama tuan muda, tuan" Tanpa menjawab, Anjas meraih ponsel dari saku celana, lalu menghubungi seseorang. *Kamu di mana ?* Tanya Anjas setelah sambungan teleponnya terhubung.*Saya sudah dalam perjalanan tuan* suara dari seberang sana.*Perjalanan ke mana ? Cepatlah kembali* Anjas memutuskan sambungan telepon dengan kesal. Hanya menunggu 10 menit, Asep sudah tiba di kediaman Wijaya. Ia bergegas masuk ke dalam rumah setelah memarkirkan mobil.Tatapan Anjas yang begitu tajam menatapnya, membuat pria paruh baya itu guguk sekaligus takut. Namun Asep tetap melangkah menghampiri Anjas dan tertunduk sopan sebelum membuka mulut."Maaf tuan, aku pergi tanpa meminta izin" ucap Asep dengan rasa bersalah."Apa kamu melihat Zeira ?" Anjas langsung bertanya.Asep menegakkan kepala, "saya baru mengantar nyonya dan tuan muda ke
"Apa kamu bangga setelah dipanggil ibu ?" tanya Anjas setelah mereka tiba di ruangannya.Zeira memalingkan wajah menatap Anjas yang duduk di kursi kerajaan, "tidak" ucapnya dan kembali membersihkan wajah Azka yang terkena coklat."Baguslah" sahut Anjas.Ruangan itu kembali hening, Zeira mengajak Azka ke kamar untuk bermain di sana. Sedangkan Anjas fokus pada pekerjaannya.Tok....tok....tok....."Masuk" sahut Anjas dari dalam."Permisi pak" Saddam menjulurkan kepala dari balik pintu, ia melangkah menghampiri Anjas lalu menaruh map di atas meja."Ini laporan bulan ini pak" ucapnya. Bibirnya berbicara tetapi matanya bergerak liar mencari keberadaan Zeira.Anjas yang memperhatikan Saddam, lantas bertanya. "Kamu lihat apa Saddam ?"Seketika Saddam gugup, "oh... Tidak pak" "Kalau begitu pergilah" Anjas meminta Saddam ke luar. Anjas bertanya bukan tidak tahu kalau Saddam mencari keberadaan Zeira. Tapi ia enggak untuk menegurnya.Tanpa terasa satu hari telah berlalu, Zeira dan Anjas kembal
Dua hari telah berlalu, walaupun Zeira melarang Anjas untuk memberikan uang kepada Riana, tetapi pria tampan itu tetap memberikannya. Bahkan uang yang diberikan Anjas lebih dari jumlah yang diminta oleh Riana. Semua itu Anjas lakukan untuk menantang Zeira, yang ia anggap serakah dan sok berkuasa.Tentu Riana tersenyum puas karena Anjas semakin membenci Zeira. Tidak disangka hanya karena meminta uang, sepasang suami istri itu jadi berdebat. Kali ini Riana sangat beruntung, sekali tembak dua yang kena.Riana dan Armel sedang berbahagia menikmati uang yang diberikan Anjas. Sesungguhnya Armel tidak mengalami kecelakaan dan masuk rumah sakit. Itu semua hanya sandiwara Riana untuk mendapatkan uang dengan jumlah yang banyak dari Anjas.Tentu sandiwara itu diketahui Zeira, itu sebabnya ia minta ikut ke Singapura bersama Riana dan melarang Anjas memberikan uang. Tetapi kali ini ia harus membiarkan rencana Riana berhasil menipu Anjas, demi kelancaran rencananya untuk mendapatkan bukti."Bi, car
Anjas berdiri di balkon sambil menatap mobil yang membawa Zeira meninggalkan gerbang istana Wijaya menuju rumah sakit.Anjas meraih ponsel dari saku celana, lalu menghubungi Asep untuk segera menemuinya. Hanya hitungan menit, Asep sudah tiba di ruang kerja Anjas."Asep, apa kamu mengetahui sesuatu ?" Tanya Anjas.Tentu Asep bingung dengan pertanyaan tuannya, "maksud tuan ?" Asep justru balik bertanya.Anjas menatap Asep, "tentang apa yang terjadi di keluarga ini" ucapnya.Asep terlihat gugup dan salah tingkah, "aku tidak tahu apa-apa tuan, yang aku tahu ! Selama dua hari ini nyonya dan bibi Indri menggeledah kamar nyonya Riana" "Cari tahu tentang Riana" perintah Anjas."Siap tuan" Asep menunduk sopan sebelum pergi.Sementara di tempat lain, Zeira syok mengetahui apa yang terjadi kepada Susan dan ayahnya. Ia memeluk sahabatnya itu dengan penuh kasih sayang."Kamu yang sabar ya San ? Semua masalah pasti ada jalan keluarnya" ucap Zeira untuk menenangkan Susan."Dari awal, aku sudah meng
Baru saja Zeira menjatuhkan bokongnya di sisi ranjang, tiba-tiba Anjas muncul dari balik pintu."Kenapa kamu langsung pergi ? Apa karena kamu tidak menyukai, kalau aku membayar semua tagihan rumah sakit adikku ?" Todong Anjas."Iya, aku tidak menyukainya" sahut Zeira dengan lantang. "Jika aku menyukainya ! Bagaimana ?" Tanya Anjas."Terserah kamu saja" Zeira berbaring di atas tempat tidur, ia menarik selimut lalu menutupi tubuhnya.Anjas tersenyum sebelum masuk ke kamar mandi. Entah mengapa tiba-tiba ia merasa gemas melihat sikap Zeira. Padahal selama ini ia merasa kesal, bahkan berniat untuk berpisah dengan wanita cantik itu.Setelah membersihkan tubuhnya dari kamar mandi, Anjas turun ke ruang makan untuk makan malam. Di sana ia meminta seorang pelayan untuk menyiapkan makanan dan mengantarnya ke kamar.Tentu sikap manis Anjas membuat hati kecil Riana bertanya-tanya. Hubungan keduanya sedang tidak baik, tetapi kenapa Anjas justru meminta pelayan untuk mengantar makanan Zeira ke kama
Waktu menunjukkan pukul 6 sore saat Anjas tiba di kediaman Wijaya. Pria tampan itu terlambat pulang karena ada urusan penting. Sedangkan Zeira sudah satu jam yang lalu tiba di rumah."Papah" Azka berlari mengejar Anjas yang baru masuk dari pintu utama."Jagoan papah" Anjas mencium kedua pipi putranya. "Um.... wangi" lanjutnya."Iya dong pah, kan udah dimandikan mama" jawab Azka."Oh, mama yang mandikan ya ?" Anjas seolah-olah terkejut. "Papah juga mau dong dimandikan sama mama" lanjutnya sambil melirik genit Zeira.Azka yang polos, langsung berlari menarik tangan Zeira. "Mama, mandikan papah dong" ucapnya dengan nada memohon.Zeira menjatuhkan kedua lutut ke atas lantai, untuk mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi Azka. Ia menungkupkan kedua telapak tangannya di wajah anak menggemaskan itu. "Sayang, papah itu sudah besar, jadi udah bisa mandi sendiri" ucapnya dengan lembut."Azka juga sudah besar, tapi masih dimandikan sama mama dan ibu Indri" protes Azka."Tapi sayang......"Azka sege
Hanya 5 menit, Bella sudah kembali. Wanita cantik berhati iblis itu, membersihkan noda jus yang ada di gaunnya dengan air.Bella sama sakit tidak marah dan kesal, justru ia terlihat senyum saat ke luar dari kamar mandi. Bella meraih gelas anggurnya, lalu mengajak Anjas bersulam."Oh iya, bagaimana kondisi pak Hendra saat ini ?" Tanya Anjas."Ya" Bella mengedikkan bahu. "Masih seperti itu" ucapnya."Mungkin sebaiknya pak Hendra berobat ke luar negeri saja" usul Anjas.Bella menganggukkan kepala, "rencana saja juga seperti itu" Setelah 30 menit berbincang-bincang, Bella mulai merasa pusing, penglihatannya juga tiba-tiba berkunang-kunang. Sehingga ia tidak bisa melihat Anjas dengan jelas."Kamu kenapa ?" Tanya Anjas, karena Bella memijat kening dengan jarinya."Aku tidak tahu, kepalaku tiba-tiba pusing" sahut Bella."Aku bantu ke kamar ya ?" Tanya Anjas. "Hm..." Sahut Bella bersama anggukan kepala.Anjas menuntun Bella ke luar dari ruangan itu, ia membawanya masuk ke dalam lift menuju
Zeira hanya mondar mandir, ia ragu untuk mengetuk pintu kamar mandi. Ingin kembali ke tempat tidur, tapi ia penasaran dengan Anjas."Kalau mau mandi denganku, masuk saja. Ngapain berdiri di situ?" Suara Anjas terdengar dari dalam.Zeira terkejut, tentu ia bingung kenapa Anjas tahu dia ada di sana ? Setelah diperhatikan, ternyata pintu kamar mandi tidak tertutup rapat. Itu sebabnya Anjas melihat Zeira mondar mandir dari sela-sela pintu."Siapa yang mau mandi sama kamu?" Protes Zeira dengan wajah kesal."Terus, kamu ngapain dari tadi di situ ?""Aku mau ke toilet" dalih Zeira. Anjas tersenyum di dalam sana, ia ke luar dari bathtub lalu membersihkan tubuhnya di bawah aliran shower. Saat ia membuka pintu, Zeira menerobos masuk dan langsung mengunci pintu dari dalam."Jangan lama-lama, aku menunggumu" ucap Anjas untuk menggoda Zeira.Zeira memayungkan bibir, "aku memang bodoh, kenapa aku harus memikirkannya?" Sesal Zeira pada dirinya sendiri.Setelah 15 menit dalam kamar mandi, akhirnya Z
Zeira mengerutkan kening, ia bingung kenapa Anjas memanggil wanita itu, Bella. Sedangkan selma ini Zeira mengenalnya sebagai imel."Apa kabar Nyonya Zeira?" sapa Mark, sambil menyodorkan tangannya."Saya baik, bagaimana dengan bapak?" Zeira menjabat tangan Mark, ia juga balik bertanya."Saya baik," balas Mark.Setelah melepaskan tangannya dari Mark, Zeira menyodorkan tangannya kepada Bella. Namun Bella tidur menyambut tangan Zeira, ia justru menarik tangan wanita cantik itu, lalu memeluknya sambil menangis."Maafkan aku Zeira, aku benar-benar minta maaf," ucap Bella di sela-sela tangisan.Zeira melepaskan pelukannya dari Bella, "Hey, kamu kenapa minta maaf?" ucapnya.Tentu Zeira bertanya demikian! Menurutnya, ia tidak pernah ada masalah dengan wanita yang ada di hadapannya saat ini. Karena Zeira tidak tahu, kalau wanita itu adalah Bella. Sebab Bella sudah mengubah seluruh wajahnya dengan melakukan operasi plastik."Aku mohon maafkan aku Zeira, aku telah banyak melakukan kesalahan terh
"Hentikan." Sentak Zeira dengan nada yang lebih tinggi.Ia berusaha mendorong tubuh Saddam sekuat tenaga. Tetapi apalah daya, tubuhnya jauh lebih kecil daripada Saddam."Diam Zeira." Geram Saddam.Ia mulai kesal dengan sikap Zeira yang berontak, dengan kasar tangannya mencengkram kedua pipi Zeira."Kamu adalah istriku, sudah kewajibanmu untuk melayaniku," ucap Saddam dengan tegas. "Jadi, biarkan aku menikmati tu....." Tiba-tiba seseorang menarik Saddam dari belakang, sehingga pria tampan itu tidak melanjutkan kata-katanya.Pak....puk...pak... Beberapa pukulan mendarat di wajah Saddam."Aku yang akan menikmati tubuhmu pengkhianat." Suara bariton itu membuat Zeira berhenti menagis. Tadinya ia meringkuk di atas tempat tidur sambil berurai air mata, tapi kini kepalanya terangkat setelah mendengar suara yang tidak asing di telinganya."Ma....ma...mas Anjas," ucapnya dengan bibir gemetar.Zeira sama sekali tidak bergerak dari tempat tidur, ia mengucek mata untuk memperjelas penglihatannya
Mark melangkah mendekati Bella, "Maaf, tapi saya tidak mengenal anda." Wajah Bella terlihat sedih, bahkan kedua sudut matanya mengeluarkan cairan bening. Kondisinya saat ini membuatnya tidak bisa melakukan apapun. .......................Satu bulan telah berlalu, kondisi Bella kini semakin membaik. Terapi yang ia lakukan setiap hari membuat jari tangannya sudah bisa bergerak.Begitu juga dengan Mark, pria keturunan Jerman itu selalu datang menemui Anjas. Ia berusaha mengingatkan Anjas tentang masa lalunya, bahkan ia memberikan apartemennya untuk tempat tinggal Anjas dan Bella, selama mereka di sana. Mark sebenarnya ingin sekali terbang ke Indonesia untuk menemui Zeira lagi, tetapi pekerjaannya yang begitu penting tidak bisa ia tinggalkan. "Um...hum..." Bella menggumam saat melihat Mark muncul dari pintu.Mark yang mengerti maksud Bella, lantas menghampirinya, sedangkan Anjas bergegas menuju kamar."Ada apa Bella? apa kamu inginkan sesuatu?" Tanya Mark.Bella mengangguk, matanya ia
Mark sudah memohon, tetapi security tidak juga mengizinkannya untuk masuk. Akhirnya Mark kembali ke hotel."Saya terima nikahnya dan kawinnya Zeira Kirana binti Barata, dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai." "Sah...sah...sah..."Kini Zeira resmi menjadi istri Saddam, ia hanya menjabat tangan suaminya tanpa menciumnya. Begitu juga dengan sebaliknya, Saddam tidak mencium kening Zeira, sebab istrinya itu menghindar.Air mata tidak berhenti ke luar dari matanya, begitu juga dengan Susan. Ia sangat mengerti bagaimana perasaan kakaknya saat ini. Tetapi walaupun demikian, Susan tetap mengucapkan selamat dan mendoakan semoga rumah tangga kakaknya bahagia dan harmonis.Waktu menunjukkan pukul 5 sore, saat Saddam masuk ke kamar. Ia melihat Zeira duduk di kursi sambil menghadap ke arah kolam renang melalui jendela."Hem..." Saddam sengaja berdehem agar Zeira menyadari kedatangannya.Namun Zeira sama sekali tidak merespon, tatapan wanita cantik itu tetap saja tertuju ke arah kolam renang
"Selamat pagi." Suara dari seberang sana."Selamat pagi, apa ini dengan kantor Wijaya Grup?" Ucap Mark."Iya, ini dengan kantor Wijaya Grup. Saya bicara dengan siapa?" Tanya dari seberang sana."Ini saya Mark, klien pak Anjas. Apa saya bisa bicara dengan Ibu Zeira?""Maaf pak, ibu Zeira tidak ada di kantor." Balas dari seberang."Kalau begitu apa saya bisa meminta nomor ponselnya? ada yang ingin saya sampaikan tentang pak Anjas." "Tu....tu....tu...tu...." Tiba-tiba panggilan terputus. Mark mencoba menghubunginya kembali, namun tidak bisa terhubung."Pasti ada yang tidak beres," ucap Mark. Ia bangkit dari kursi dan pergi meninggalkan rumah sakit.Sementara di tempat lain, Saddam langsung melakukan tindakan agar Mark tidak bisa menghubungi nomor kantor. Ia juga berusaha menghubungi nomor Bella untuk memberitahu tentang Mark. Tetapi sayang, panggilnya tidak terhubung. Bagaimana terhubung, Bella saat ini sedang koma di rumah sakit, sedangkan ponselnya tinggal di hotel.Tepat pukul 5 sor
Keputusan Zeira untuk menikah dengan Saddam sudah bulat. Namun ia meminta pernikahan mereka hanya di laksanakan di kantor KUA tanpa adanya resepsi."Kak, apa kamu sudah yakin?" Tanya Susan.Saat ini kedua wanita cantik itu sedang duduk di taman sambil menemani Azka bermain."Sudah." Jawab singkat Zeira.Susan menarik napas dalam-dalam. "Jika kakak belum yakin! kakak berhak untuk menolaknya. Cobalah bicara dengan papah." "Tidak Susan, aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk kepada papah." Bantah Zeira."Kakak, jangan memaksakan diri hanya untuk sesuatu. Aku tahu kamu sangat menyayangi papah, itu sebabnya kamu setuju untuk menikah dengan Saddam. Tapi percayalah kak, pernikahan kamu dan Saddam tidak ada hubungannya dengan penyakit papah.""Tapi San.....""Tidak ada tapi-tapian, berpikirlah karena masih ada waktu satu bulan lagi." Setelah mengatakan itu, Susan langsung pergi.Sementara di tempat lain, Bella dan Anjas sudah berada di dalam pesawat. Keduanya terbang menuju Inggris untuk m
Satu bulan telah berlalu, hingga saat ini Zeira belum menerima permintaan ayahnya untuk menikah. Bahkan selama satu bulan ini, ia lebih sering mengurung diri di dalam kamar.Tok....tok....tok... Suara ketukan pintu menyadarkan Zeira dari khayalan.Ia bangkit dari kursi, melangkah untuk membuka pintu. Wajahnya sedikit kesal saat melihat ayahnya berdiri di sana. Zeira tahu tujuan ayahnya datang menemuinya, pasti untuk membujuknya agar menikah dengan Saddam."Apa papah boleh masuk?" Tanya Barata sambil tersenyum."Hm..." Sahut Zeira seiring dengan anggukan kepala."Apa papah datang kemari untuk membahas tentang pernikahan?" Todong Zeira setelah mereka duduk di sofa.Barata menggelengkan kepala, ia menatap Zeira sambil tersenyum. "Tidak sayang, papah datang kemari untuk mengajakmu menemani papah ke rumah sakit.""Apa papah sakit?" Zeira terlihat panik dan khawatir."Tidak sayang, papah hanya ingin cek. Soalnya akhir-akhir ini jantung papah sering berdegup kencang." Zeira bangkit dari tem
Semenjak melihat raut wajah Saddam yang begitu tegang! Susan merasa ada sesuatu yang aneh dengan pria tampan itu."Kak, kamu lihat gak wajah Saddam?" Tanya Susan kepada Zeira."Enggak, kenapa?" Zeira balik bertanya."Aku merasa ada yang aneh deh." "Aneh bagaimana? kakak rasa gak ada yang aneh." Bantah Zeira."Aku merasa wajah Saddam sedikit tegang, saat kakak mengatakan bertemu dengan pria yang mirip dengan kak Anjas." "Masa sih?" Ucap Zeira."Iya, aku enggak bohong kak." Susan mengangkat dua jari tangannya sebagai tanda serius.Zeira tersenyum tipis, "Mungkin Saddam merasa lelah, karena akhir-akhir sering lembur. Jadi wajar kalau wajahnya terlihat tegang atau pucat." Zeira berpikir positif, walupun ia tidak nyaman dengan keberadaan Saddam di rumah itu! tapi Zeira sama sekali tidak pernah berpikir buruk terhadapnya....................Pukul 6 pagi, Saddam sudah meninggalkan kediaman Wijaya. Pria tampan itu mengemudi mobilnya sendiri tanpa sopir pribadi.Biasanya setiap hari Minggu
Enam bulan telah berlalu, kenyataan pahit itu masih menyelimuti kediaman Wijaya. Terutama Zeira dan kedua anaknya, bahkan sampai saat ini Azka masih sering menagis mencari ayahnya.Seperti pagi ini, Zeira harus berusaha keras membujuk putranya."Sayang, kamu harus makan, katanya mau jadi anak pintar! kalau gak mau makan, gimana mau pintar," ucap Zeira untuk membujuk putranya."Aku rindu papah." Sahut Azka.Zeira menaruh piring yang ada ditangannya ke atas meja. Lalu memeluk Azka dengan erat dan penuh kasih sayang."Mamah juga rindu papah sayang." Balas Zeira.Keduanya saling berpelukan dan menumpahkan air mata."Jangan sedih dong, aunty jadi ikut sedih," ucap Susan."Kakek juga ikut sedih." Timpal Barata. Pria paruh baya itu sudah kembali dari Singapura, setelah mendengar kabar kematian menantunya. Lagipula kondisi Barata sudah sembuh 80 persen. Jadi ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menghentikan pengobatannya. Ia ingin menjaga dan menemani kedua putrinya.Azka melepaskan