Dentuman musik house memenuhi sebuah ruangan, di mana para siswa siswi yang baru lulus sekolah SMA sedang bergembira di dalam sana. Mereka menikmati minuman wine sambil menggoyangkan tubuh mengikuti musik remix.
"Ayo Zeira, jangan malu-malu," ucap seorang wanita kepada sahabatnya. Sambil menarik tangan wanita cantik itu, dan membawanya ke tengah keramaian.
"San, aku ke kamar mandi dulu ya?" Zeira melangkah menuju kamar mandi dengan langkah sempoyongan. Minuman yang ia teguk kini membuatnya sulit untuk berjalan dan matanya mulai berkunang-kunang.
Zeira membasuh wajahnya dengan air, ia berharap hal itu akan membuat penglihatannya kembali normal. Namun ternyata tidak, justru penglihatannya semakin parah, bahkan kaca yang ada di hadapannya terlihat berputar-putar.
"Ra, kamu baik-baik saja kan?" panggil Susan, sambil mengetuk pintu.
Wanita cantik berambut pendek itu merasa khawatir karena Zeira sudah terlalu lama di dalam kamar mandi. Itu sebabnya dia menyusul ke sana.
Setelah menunggu lima menit, akhirnya Zeira membuka pintu.
"San, kepalaku pusing, sepertinya aku harus pulang."
"Kok pulang sih? Ini baru jam berapa? Padahal kita booking room sampai jam 4 subuh. Enggak enak dong kalau kamu pulang duluan," gerutu Susan.
"Tapi kepalaku sudah pusing banget, San," keluh Zeira.
Tentu saja dia merasa pusing, karena ini pertama kalinya ia menyentuh yang namanya minuman beralkohol. Sedangkan Susan dan teman-temannya yang lain sudah terbiasa.
"Ya sudah deh, biar aku antar kamu pulang."
"Enggak usah San," tolak Zeira dengan sigap. "Kamu di sini saja, biar aku pulang sendiri," lanjutnya.
"Kamu pulang pakai apa?" tanya Susan, karena saat datang ke sana! Zeira menumpang di mobil miliknya.
"Aku naik taksi saja."
"Benar kamu gak apa-apa naik taksi?"
"Iya enggak apa-apa," Sahut Zeira. "Kalau begitu aku pergi dulu ya?" lanjutnya.
"Kamu hati-hati ya?" ucap Susan.
Ia meraih sesuatu dari saku celana lalu menyodorkannya ke tangan Zeira. "Ini ongkos taksi kamu."
"Terima kasih ya, aku pergi dulu." Zeira melangkah dengan hati-hati, melewati teman-temannya yang sedang happy menikmati house music.
Dari ruangan VIP Zeira melangkah sempoyongan, sampai seorang waiters wanita membantunya agar ia bisa berjalan ke luar.
"Terima kasih mbak," ucap Zeira kepada waiters.
"Apa perlu saya pesan taksi untuk, Nona?" tawar wanita itu.
"Enggak usah mbak, aku sudah memesannya."
"Oh.... baiklah. Kalau begitu aku permisi dulu." Waiters itu masuk dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Sementara Zeira melangkah untuk menyebrangi jalan, ia sudah tidak sabar lagi menunggu taksi yang dipesannya datang, lantas Zeira ingin menaiki taksi yang ada di seberang jalan.
Ia baru melangkah dua langkah, tiba-tiba sebuah mobil mewah berwarna hitam datang dari arah timur.
"Aw....." Jerit Zeira saat ujung mobil itu mengenai pinggul rampingnya. Begitu juga dengan orang yang ada di dalam mobil.
"Kamu kenapa Asep? Apa kamu tidak bisa menyetir dengan benar?" Bentak seorang pria kepada sopir pribadinya, dengan nada yang tidak jelas.
"Maaf Tuan, wanita itu tiba-tiba muncul di tengah jalan. Jadi aku terpaksa menginjak rem." jawab Asep.
"Periksa dia, jika memang terluka! Berikan uang dan suruh dia berobat ke rumah sakit," ucap pria itu sambil memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi mobil.
Asep bergegas turun dari mobil untuk melihat wanita yang nyaris ia tabrak. Ia sedikit terkejut karena melihat Zeira bersimpuh sambil muntah-muntah. Asep berpikir akibat benturan mobilnya membuat wanita itu sampai muntah.
"Maaf Nona, aku......"
"Hum...." Sela Zeira yang membuat Asep tidak melanjutkan kata-katanya. "Aku tidak apa-apa, Bapak bisa pergi," lanjutnya dengan nada khas orang mabuk.
Saat Asep menunduk untuk membantu Zeira bangkit, hidungnya langsung mencium bau alkohol dari mulut Zeira.
*Ya Tuhan, yang ini mabuk, yang di dalam juga mabuk. Apa orang-orang sudah pada gila mabuk ya?* ucap dalam hati Asep.
"Nona duduk di sini dulu ya?" Asep mendudukkan Zeira di pinggir jalan, lalu ia melangkah menuju mobil.
"Tuan, wanita itu tidak terluka. Dia baik-baik saja," ucap Asep kepada bosnya.
"Hm, kalau begitu ayo kita pergi."
"Tapi Tuan, aku tidak tega meninggalkan wanita itu sendirian di sini. Soalnya dia sama seperti tuan," keluh Asep dengan ragu-ragu.
Asep tidak tega meninggalkan Zeira dalam keadaan mabuk parah seperti itu, apalagi di sana banyak pria yang sedang memperhatikan Zeira. Bisa saja saat mereka pergi, pria-pria itu menghampiri Zeira dan memanfaatkan situasi.
"Maksud kamu? Sama seperti saya?" ucap pria itu. Ia menatap Asep dengan tatapan tajam.
"Ma...ma... maksud aku, sama-sama mabuk Tuan," jawab Asep dengan gugup karena takut. "Padahal di sini banyak pria, aku takut jika mereka mengganggu wanita itu, Tuan," lanjutnya sambil mengutarakan isi dalam hatinya.
"Hm....bawa dia masuk."
Asep segera menghampiri Zeira, ia membantu wanita cantik itu bangkit dari aspal, lalu menuntunnya masuk ke dalam mobil.
Sepanjang perjalanan Asep sudah berkali-kali bertanya kepada Zeira di mana alamat rumahnya, namun wanita cantik itu tidak tahu di mana rumahnya. Akhirnya Asep membawa Zeira ke hotel tempat tuannya menginap.
"Maaf Mbak, aku ingin memesan satu kamar lagi," ucap Asep kepada resepsionis. Ia ingin memesan satu kamar lagi untuk Zeira.
"Maaf Pak, semua kamar sudah full."
"Baik Mbak, terima kasih." Asep kembali ke kamar presiden suite, yaitu kamar tuanya menginap.
"Maaf Tuan, semua kamar sudah full," ucapnya setelah tiba di kamar.
"Hm, kamu pergi saja. Biarkan dia tidur di sini."
Asep menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia ragu untuk meninggalkan tuannya berduaan bersama Zeira dalam keadaan mabuk parah seperti itu. Tapi apalah daya, Asep harus menuruti semua perintah bosnya.
Setelah Asep pergi, sepasang mahluk Tuhan yang sedang mabuk itu bolak balik masuk ke dalam kamar mandi secara bergantian. Keduanya memuntahkan racun yang ia minum tadi.
Setelah muntah, pria tampan itu merasa lebih baik, berbeda dengan Zeira. Wanita cantik yang baru berusia 20 tahun itu berubah menjadi aneh. Tubuhnya terasa panas dan otaknya memikirkan hal yang kotor. Bahkan ia menggigit bibir bawah, dan mengelus pahanya sendiri melihat pria yang terbaring di atas tempat tidur.
Rasa aneh yang ada dalam tubuhnya, memaksa wanita cantik itu bangkit dari sofa, melangkah menuju tempat tidur. Jari lentiknya menyentuh dada bidang pria tampan yang sedang tertidur pulas di atas ranjang.
Sentuhan lembut dari tangan Zeira membuat pria tampan itu terbangun dari tidurnya.
"Kamu mau ngapain?" ucapnya.
Zeira tidak menjawab, tetapi ia mengigit bibir bawahnya sambil menatap pria itu, dengan tatapan penuh nafsu dan gairah.
================="Kamu mau ngapain?" Pria itu mengulang pertanyaannya. "Tolong sentuh aku, Pak," jawab Zeira dengan suara erotis, yang membuat sesuatu di bawah sana terbangun dari tidurnya. "Apa kamu benar-benar ingin melakukannya?" tanya pria itu untuk memastikan. "Hm..." Zeira menganggukkan kepala. Hanya dalam hitungan detik, tubuh keduanya sudah polos tanpa sehelai benang. Pria tampan itu sudah menikmati setiap inci dari kulit mulus wanita cantik itu. "AW......." Suara jeritan Zeira memenuhi ruangan yang cukup luas itu. Walaupun ia dalam keadaan mabuk parah! Tetapi ia bisa merasakan sakit yang luar biasa dikedua pangkal pahanya, saat pria tampan itu menghentakkan tubuhnya dengan kasar. "Ow.... milikmu sangat sempit sayang." Pria itu mengerang, sambil melanjutkan aksinya. Setelah melakukan pertempuran kurang lebih 1 jam, keduanya langsung tertidur tanpa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu..................Suara ponsel membangunkan pria itu dari tidurnya. Ia membuka mata dengan malas sam
Dua bulan telah berlalu, Zeira menjalani hari-harinya seperti biasa. Dulu sewaktu sekolah, ia bekerja dari pukul 1 siang hingga pukul 10 malam. Tetapi selama 2 bulan ini, ia mulai bekerja pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore. Zeira sebenarnya sudah merasa nyaman bekerja di sana, dan upah yang ia terima sudah cukup lumayan. Namun kondisi ibunya yang semakin memburuk, membuat Zeira harus mencari perkejaan yang lebih bagus dan gajinya lebih tinggi, agar ia bisa membawa ibunya berobat ke rumah sakit. Pagi ini Zeira sedang bersiap-siap, karena sebentar lagi sahabatnya Susan datang menjemput. Tin... Zeira berlari ke luar rumah ketika mendengar suara klakson mobil. Ia yakin kalau itu pasti Susan, dan dugaannya memang benar. "Hay Ra?" Sapa Susan dari dalam mobil. "Hay, maaf ya, aku sudah merepotkan kamu." Zeira merasa tidak enak karena meminta Susan menemaninya untuk mengantar lamaran kerja. "Santai saja, aku tidak merasa direpotkan kok. Lagipula kita sudah lama tidak bertemu, jadi aku suda
Saat masuk ke dalam Apotik, Zeira berniat hanya membeli tolak angin. Namun hati kecilnya berkata lain, ingin rasanya membeli alat tes kehamilan untuk memastikan apa yang ada di dalam pikirannya saat ini. Akhirnya dengan wajah malu, Zeira membeli tiga tes kehamilan lalu kembali ke rumah. Tangannya gemetar saat mencelupkan benda kecil berbentuk panjang itu, ke dalam urin yang ia tampung dalam mangkuk kecil. "Tolong aku ya Tuhan, semoga hasilnya negatif," ucap Zeira sambil memejamkan mata. Perlahan ia membuka mata dan melihat ada dua garis merah di sana. Seketika jantungnya berdegup kencang, seluruh tubuhnya gemetar. Zeira tidak tahu harus berbuat apa, ia bingung harus meminta pertanggungjawaban kepada siapa. Sebab ia tidak mengenal pria yang tidur bersamanya dua bulan yang lalu. Pikirannya yang kacau, membuat wanita cantik itu berteriak histeris. "Tidak.....tidak...." Mendengar teriakkan Zeira, Maria berusaha bangkit dari tempat tidur. Ia melangkah menuju kamar putrinya dengan la
Zeira berhenti tepat di depan pintu ruangan CEO. Ia ragu mengangkat tangan untuk mengetuk pintu, jantungnya serasa dak dik duk di dalam sana. Ia menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya dengan lembut melalui mulut, untuk menetralkan perasaannya. Setelah lima menit, akhirnya Zeira memberanikan diri untuk mengetuk pintu. "Masuk." Terdengar suara bariton dari dalam sana. Zeira membuka pintu. "Permisi Pak, saya ingin mengantar makanan," ucap Zeira dengan lembut, sambil menundukkan kepala. "Hm...." jawab singkat Anjas, tanpa melihat lawan bicaranya. Matanya fokus ke layar monitor laptop, dan jari tangannya berselancar di keyboard. "Saya taruh di atas meja ya Pak?" ucap Zeira. "Hm...." Lagi-lagi Anjas menjawab dengan singkat. Zeira melangkah menuju sofa, ia menaruh nampan di atas meja lalu memutar tubuh dan kembali melangkah menuju pintu. "Saya permisi dulu Pak," pamit Zeira. "Hm...." Anjas membalas dengan jawaban yang sama. "Ya Tuhan, apa tidak ada jawaban lain selain Hm.." ger
Zeira refleks memutar tubuh, matanya membulat sambil menelan saliva dengan kasar melihat Anjas berdiri di bibir pintu. "Ti...ti....tidak bicara apa-apa Pak?" Ucapnya dengan gugup. *Mati lah aku* lanjutnya di dalam hati. "Jangan biasakan bicara sendiri, hanya orang tidak waras yang melakukan itu." Anjas meletakkan sekop sampah berisi serpihan kaca yang Zeira tinggalkan tadi. Setelah itu Anjas langsung pergi meninggalkan Zeira dan kembali ke ruangannya. Zeira menghela napas lega. "Syukur dia tidak mendengarnya. Kalau tidak! Habis lah aku," ucapnya sambil mengelus dada.....................Waktu telah menunjukkan pukul 5, Zeira kini sedang bersiap-siap untuk pulang. Ia melangkah ke luar dari ruangan sambil tangannya sibuk mengetik layar ponsel untuk membalas pesan dari sahabatnya Susan. Wanita cantik itu benar-benar tidak memperhatikan jalannya, sehingga ia salah pintu. Seharusnya Zeira memasuki lift khusus karyawan yang terletak di sebelah kanan. Tetapi saat ini ia memasuki lift se
"Jika kamu tidak mau menikah dengan Bella ataupun wanita lain! Itu artinya kamu tidak memiliki kesempatan untuk mendapat warisan Wijaya. Aku hanya memberikan warisan kepadamu jika kamu sudah memiliki keturunan. Jadi, pikirkan baik-baik." Gunawan meninggalkan pintu ruang kerja Anjas. "Menikah, menikah, dan menikah. Itu dan itu yang selalu dibahas." Geram Anjas. Entah apa yang membuat pria tampan itu tidak mau menikah dan memiliki rumah tangga. Padahal dia lelaki perkasa, bahkan hampir setiap malam ia membayar wanita untuk menemaninya tidur. Anjas meraih ponsel dari atas meja, lalu menghubungi seseorang. "Iya bro." Suara dari balik ponselnya. "Lu di mana? on the way ke tempat biasa ya, aku lagi pusing nih," ucap Anjas. "Ok bro." Setelah memutuskan sambungan telepon, Anjas bergegas meninggalkan kediaman Wijaya menuju tempat hiburan malam. Di sana ia bersenang-senang bersama sahabatnya Marsel dan beberapa wanita penghibur. Anjas selalu ke tempat ini setiap kali ia berdebat dengan
Waktu menunjukkan pukul 5 sore, semua karyawan sudah meninggalkan kantor. Hanya beberapa orang yang tinggal di sana, salahsatunya Zeira, Anjas, Saddam dan beberapa karyawan lainnya. "Zeira." Seseorang memanggil dari pintu. Zeira memutar tubuh menghadap pintu. "Iya Pak," ucapnya setelah melihat Saddam berdiri di sana. "Malam ini ada klien yang akan datang ke kantor ini, dan orang itu adalah klien spesial Pak Anjas. Jadi tolong siapkan makanan dan minuman untuk mereka." "Baik Pak." Sahut Zeira dengan sopan. Zeira berkutat di dapur kesayangannya, ia menyiapkan beberapa menu makan malam untuk para tamu dan bosnya. Selama 2 jam berada di dekat kompor, akhirnya Zeira menyiapkan 3 menu makanan dan 1 macam kue. Zeira baru saja menjatuhkan bokong di atas kursi untuk menghilangkan lelah, tetapi tiba-tiba seorang karyawan datang ke sana dan memintanya untuk mengantar makanan ke ruangan Anjas. "Baik mbak, aku akan mengantarnya," ucap Zeira sambil bergegas menyusun makanan ke atas nampan.
Maria menundukkan kepala, ia membulatkan niat untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Zeira. "Tadi ada tetangga yang datang kemari. Mereka bertanya tentang tes kehamilan yang kamu beli waktu itu di Apotek," ucapnya. Mata Zeira membulat, otaknya berpikir mengigat dengan siapa ia bertemu waktu itu. "Perasaan tidak ada yang melihatku waktu itu, tapi kenapa mereka bisa tahu Bu?" "Ibu tidak tahu dari mana mereka mengetahuinya." Jawab Maria. "Terus apa lagi yang mereka katakan, Bu?" "Jika memang kamu terbukti hamil di luar nikah, kita disuruh pergi dari sini." Jawab jujur Maria. Zeira menggenggam kedua tangan Maria. "Maafkan aku Ibu," ucapnya sambil berurai air mata. "Tidak apa-apa sayang. Ini bukan kesalahanmu, tetapi ini adalah takdir dari yang kuas." Maria mengelus ujung rambut Zeira dengan penuh kasih sayang. "Sekarang istirahatlah, ini sudah larut malam," lanjut Maria meminta putri kesayangannya untuk masuk kamar.....................Cuaca mendung menyambut Zeira di pagi ha
Zeira mengerutkan kening, ia bingung kenapa Anjas memanggil wanita itu, Bella. Sedangkan selma ini Zeira mengenalnya sebagai imel."Apa kabar Nyonya Zeira?" sapa Mark, sambil menyodorkan tangannya."Saya baik, bagaimana dengan bapak?" Zeira menjabat tangan Mark, ia juga balik bertanya."Saya baik," balas Mark.Setelah melepaskan tangannya dari Mark, Zeira menyodorkan tangannya kepada Bella. Namun Bella tidur menyambut tangan Zeira, ia justru menarik tangan wanita cantik itu, lalu memeluknya sambil menangis."Maafkan aku Zeira, aku benar-benar minta maaf," ucap Bella di sela-sela tangisan.Zeira melepaskan pelukannya dari Bella, "Hey, kamu kenapa minta maaf?" ucapnya.Tentu Zeira bertanya demikian! Menurutnya, ia tidak pernah ada masalah dengan wanita yang ada di hadapannya saat ini. Karena Zeira tidak tahu, kalau wanita itu adalah Bella. Sebab Bella sudah mengubah seluruh wajahnya dengan melakukan operasi plastik."Aku mohon maafkan aku Zeira, aku telah banyak melakukan kesalahan terh
"Hentikan." Sentak Zeira dengan nada yang lebih tinggi.Ia berusaha mendorong tubuh Saddam sekuat tenaga. Tetapi apalah daya, tubuhnya jauh lebih kecil daripada Saddam."Diam Zeira." Geram Saddam.Ia mulai kesal dengan sikap Zeira yang berontak, dengan kasar tangannya mencengkram kedua pipi Zeira."Kamu adalah istriku, sudah kewajibanmu untuk melayaniku," ucap Saddam dengan tegas. "Jadi, biarkan aku menikmati tu....." Tiba-tiba seseorang menarik Saddam dari belakang, sehingga pria tampan itu tidak melanjutkan kata-katanya.Pak....puk...pak... Beberapa pukulan mendarat di wajah Saddam."Aku yang akan menikmati tubuhmu pengkhianat." Suara bariton itu membuat Zeira berhenti menagis. Tadinya ia meringkuk di atas tempat tidur sambil berurai air mata, tapi kini kepalanya terangkat setelah mendengar suara yang tidak asing di telinganya."Ma....ma...mas Anjas," ucapnya dengan bibir gemetar.Zeira sama sekali tidak bergerak dari tempat tidur, ia mengucek mata untuk memperjelas penglihatannya
Mark melangkah mendekati Bella, "Maaf, tapi saya tidak mengenal anda." Wajah Bella terlihat sedih, bahkan kedua sudut matanya mengeluarkan cairan bening. Kondisinya saat ini membuatnya tidak bisa melakukan apapun. .......................Satu bulan telah berlalu, kondisi Bella kini semakin membaik. Terapi yang ia lakukan setiap hari membuat jari tangannya sudah bisa bergerak.Begitu juga dengan Mark, pria keturunan Jerman itu selalu datang menemui Anjas. Ia berusaha mengingatkan Anjas tentang masa lalunya, bahkan ia memberikan apartemennya untuk tempat tinggal Anjas dan Bella, selama mereka di sana. Mark sebenarnya ingin sekali terbang ke Indonesia untuk menemui Zeira lagi, tetapi pekerjaannya yang begitu penting tidak bisa ia tinggalkan. "Um...hum..." Bella menggumam saat melihat Mark muncul dari pintu.Mark yang mengerti maksud Bella, lantas menghampirinya, sedangkan Anjas bergegas menuju kamar."Ada apa Bella? apa kamu inginkan sesuatu?" Tanya Mark.Bella mengangguk, matanya ia
Mark sudah memohon, tetapi security tidak juga mengizinkannya untuk masuk. Akhirnya Mark kembali ke hotel."Saya terima nikahnya dan kawinnya Zeira Kirana binti Barata, dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai." "Sah...sah...sah..."Kini Zeira resmi menjadi istri Saddam, ia hanya menjabat tangan suaminya tanpa menciumnya. Begitu juga dengan sebaliknya, Saddam tidak mencium kening Zeira, sebab istrinya itu menghindar.Air mata tidak berhenti ke luar dari matanya, begitu juga dengan Susan. Ia sangat mengerti bagaimana perasaan kakaknya saat ini. Tetapi walaupun demikian, Susan tetap mengucapkan selamat dan mendoakan semoga rumah tangga kakaknya bahagia dan harmonis.Waktu menunjukkan pukul 5 sore, saat Saddam masuk ke kamar. Ia melihat Zeira duduk di kursi sambil menghadap ke arah kolam renang melalui jendela."Hem..." Saddam sengaja berdehem agar Zeira menyadari kedatangannya.Namun Zeira sama sekali tidak merespon, tatapan wanita cantik itu tetap saja tertuju ke arah kolam renang
"Selamat pagi." Suara dari seberang sana."Selamat pagi, apa ini dengan kantor Wijaya Grup?" Ucap Mark."Iya, ini dengan kantor Wijaya Grup. Saya bicara dengan siapa?" Tanya dari seberang sana."Ini saya Mark, klien pak Anjas. Apa saya bisa bicara dengan Ibu Zeira?""Maaf pak, ibu Zeira tidak ada di kantor." Balas dari seberang."Kalau begitu apa saya bisa meminta nomor ponselnya? ada yang ingin saya sampaikan tentang pak Anjas." "Tu....tu....tu...tu...." Tiba-tiba panggilan terputus. Mark mencoba menghubunginya kembali, namun tidak bisa terhubung."Pasti ada yang tidak beres," ucap Mark. Ia bangkit dari kursi dan pergi meninggalkan rumah sakit.Sementara di tempat lain, Saddam langsung melakukan tindakan agar Mark tidak bisa menghubungi nomor kantor. Ia juga berusaha menghubungi nomor Bella untuk memberitahu tentang Mark. Tetapi sayang, panggilnya tidak terhubung. Bagaimana terhubung, Bella saat ini sedang koma di rumah sakit, sedangkan ponselnya tinggal di hotel.Tepat pukul 5 sor
Keputusan Zeira untuk menikah dengan Saddam sudah bulat. Namun ia meminta pernikahan mereka hanya di laksanakan di kantor KUA tanpa adanya resepsi."Kak, apa kamu sudah yakin?" Tanya Susan.Saat ini kedua wanita cantik itu sedang duduk di taman sambil menemani Azka bermain."Sudah." Jawab singkat Zeira.Susan menarik napas dalam-dalam. "Jika kakak belum yakin! kakak berhak untuk menolaknya. Cobalah bicara dengan papah." "Tidak Susan, aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk kepada papah." Bantah Zeira."Kakak, jangan memaksakan diri hanya untuk sesuatu. Aku tahu kamu sangat menyayangi papah, itu sebabnya kamu setuju untuk menikah dengan Saddam. Tapi percayalah kak, pernikahan kamu dan Saddam tidak ada hubungannya dengan penyakit papah.""Tapi San.....""Tidak ada tapi-tapian, berpikirlah karena masih ada waktu satu bulan lagi." Setelah mengatakan itu, Susan langsung pergi.Sementara di tempat lain, Bella dan Anjas sudah berada di dalam pesawat. Keduanya terbang menuju Inggris untuk m
Satu bulan telah berlalu, hingga saat ini Zeira belum menerima permintaan ayahnya untuk menikah. Bahkan selama satu bulan ini, ia lebih sering mengurung diri di dalam kamar.Tok....tok....tok... Suara ketukan pintu menyadarkan Zeira dari khayalan.Ia bangkit dari kursi, melangkah untuk membuka pintu. Wajahnya sedikit kesal saat melihat ayahnya berdiri di sana. Zeira tahu tujuan ayahnya datang menemuinya, pasti untuk membujuknya agar menikah dengan Saddam."Apa papah boleh masuk?" Tanya Barata sambil tersenyum."Hm..." Sahut Zeira seiring dengan anggukan kepala."Apa papah datang kemari untuk membahas tentang pernikahan?" Todong Zeira setelah mereka duduk di sofa.Barata menggelengkan kepala, ia menatap Zeira sambil tersenyum. "Tidak sayang, papah datang kemari untuk mengajakmu menemani papah ke rumah sakit.""Apa papah sakit?" Zeira terlihat panik dan khawatir."Tidak sayang, papah hanya ingin cek. Soalnya akhir-akhir ini jantung papah sering berdegup kencang." Zeira bangkit dari tem
Semenjak melihat raut wajah Saddam yang begitu tegang! Susan merasa ada sesuatu yang aneh dengan pria tampan itu."Kak, kamu lihat gak wajah Saddam?" Tanya Susan kepada Zeira."Enggak, kenapa?" Zeira balik bertanya."Aku merasa ada yang aneh deh." "Aneh bagaimana? kakak rasa gak ada yang aneh." Bantah Zeira."Aku merasa wajah Saddam sedikit tegang, saat kakak mengatakan bertemu dengan pria yang mirip dengan kak Anjas." "Masa sih?" Ucap Zeira."Iya, aku enggak bohong kak." Susan mengangkat dua jari tangannya sebagai tanda serius.Zeira tersenyum tipis, "Mungkin Saddam merasa lelah, karena akhir-akhir sering lembur. Jadi wajar kalau wajahnya terlihat tegang atau pucat." Zeira berpikir positif, walupun ia tidak nyaman dengan keberadaan Saddam di rumah itu! tapi Zeira sama sekali tidak pernah berpikir buruk terhadapnya....................Pukul 6 pagi, Saddam sudah meninggalkan kediaman Wijaya. Pria tampan itu mengemudi mobilnya sendiri tanpa sopir pribadi.Biasanya setiap hari Minggu
Enam bulan telah berlalu, kenyataan pahit itu masih menyelimuti kediaman Wijaya. Terutama Zeira dan kedua anaknya, bahkan sampai saat ini Azka masih sering menagis mencari ayahnya.Seperti pagi ini, Zeira harus berusaha keras membujuk putranya."Sayang, kamu harus makan, katanya mau jadi anak pintar! kalau gak mau makan, gimana mau pintar," ucap Zeira untuk membujuk putranya."Aku rindu papah." Sahut Azka.Zeira menaruh piring yang ada ditangannya ke atas meja. Lalu memeluk Azka dengan erat dan penuh kasih sayang."Mamah juga rindu papah sayang." Balas Zeira.Keduanya saling berpelukan dan menumpahkan air mata."Jangan sedih dong, aunty jadi ikut sedih," ucap Susan."Kakek juga ikut sedih." Timpal Barata. Pria paruh baya itu sudah kembali dari Singapura, setelah mendengar kabar kematian menantunya. Lagipula kondisi Barata sudah sembuh 80 persen. Jadi ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menghentikan pengobatannya. Ia ingin menjaga dan menemani kedua putrinya.Azka melepaskan