Satu malam Zeira tidak bisa tidur, ia hanya duduk di sofa sambil memandangi wajah tampan suaminya. Ingin rasanya memutar waktu agar malam menjadi siang. Zeira sudah tidak sabar lagi untuk menanyakan apa maksud dari ucapan Anjas.Ting-nong, ponsel Anjas yang terletak di atas meja rias, tiba-tiba mengeluarkan suara.Entah mengapa Zeira ingin sekali melihat pesan yang masuk di sana. Padahal biasanya ia tidak pernah ingin tahu tentang apa yang masuk ke ponsel suaminya.Zeira bangkit dari sofa, melangkah untuk meraih ponsel. Jari lentiknya menekan angka untuk membuka sandi."Selamat pagi pak Anjas, semoga malammu menyenangkan. Aku belum bisa move on dengan percintaan kita tadi malam," ucap Zeira sambil membaca pesan yang ada di sana.Tubuh mungil Zeira seketika lemah tak berdaya, sehingga ia terperosok ke lantai. Kedua mata indahnya terpejam, namun tetap mengeluarkan butiran bening.Zeira menarik napas dalam-dalam, ia menguatkan hatinya lalu bangkit dari lantai."Mas, mas, bangun dong." Ze
"Tadi malam suamiku melakukan kesalahan, itu sebabnya aku datang kemari untuk meminta maaf secara langsung kepadamu. Jadi aku mohon, lupakanlah kejadian tadi malam dan berhentilah menghubungi suamiku. Karena semua yang terjadi itu, di luar kesadaran suamiku," ucap Zeira dengan lembut namun penuh penekanan.Imel tersenyum mendengar ucapan Zeira, "Di luar kesadaran?" tanya Imel dengan nada mencibir."Anjas Pratama Wijaya melakukannya dengan penuh kesadaran, nyonya Wijaya." Lanjutnya dengan tegas."Tidak, aku mengenal suamiku seperti apa." Bantah Zeira."Iya, semua istri pasti mengenal suaminya. Tapi, aku yang lebih paham tentang Anjas, bukan kamu." Zeira memutar mata untuk menatap mata Imel, "Orang luar tidak akan paham dengan suamiku. Apalagi dengan kamu, yang baru beberapa kali bertemu karena urusan bisnis," ucapnya."Sebelum kamu ada! aku sudah mengenalnya terlebih dahulu. Bahkan, aku sudah beberapa kali tidur di kamarnya."Seluruh bulu kuduk Zeira berdiri, darahnya mengalir kencang
"Bukan aku yang keterlaluan Saddam. Tapi, kamu yang terlalu bodoh." Sahut Bella."Iya, aku memang terlalu bodoh." Timpal Saddam. "Tapi aku tidak akan tinggal diam Bella." Lanjutnya.Bella tersenyum, di tatapnya Saddam dengan tatapan menjijikkan. "Apa kamu akan mengatakan yang sebenarnya? terus, apa kamu pikir Anjas akan percaya?" ucapnya sembari bertanya."Iya, aku akan mengatakan semuanya kepada Anjas, dan aku akan mengatakan kalau kamu bukanlah Imel melainkan Bella." Ancam Saddam. IniMemang benar, Imel adalah Bella. Wanita cantik berhati iblis itu sengaja melakukan operasi plastik 2 bulan yang lalu di luar negeri. Semua itu ia lakukan demi melancarkan rencananya untuk merusak rumah tangga Anjas dan Zeira."Silahkan, aku tidak takut Saddam. Lagipula, Anjas tidak akan percaya dengan ucapan kamu, karena kamu tidak memiliki bukti sama sekali." "Kita lihat saja." Sahut Saddam.Setelah mengatakan itu, Saddam langsung pergi meninggalkan apartemen dan kembali ke kantor. Sebenarnya ia ing
"Nyonya, nyonya sudah sadarkan diri."Seketika bibir Susan tersenyum lebar, di dorongnya pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu."Kakak." Panggil Susan sambil berlari menghampiri Zeira yang terbaring di atas tempat tidur.Kedua wanita cantik itu berpelukan sambil menumpahkan air mata. "Kakak, aku sangat khawatir," ucap Susan."Maafkan kakak, San." Sahut Zeira.Zeira melepaskan pelukannya dari Susan, "Azka dan mas Anjas di mana?""Azka di rumah kak." Jawab Susan."Mas Anjas?" Zeira kembali bertanya.Wajah Susan seketika berubah, ditariknya napas dalam-dalam, lalu dibuang melalui mulut. "Kakak di kantor," jawabnya dengan asal."Ow..."Wajah Zeira terlihat kecewa, tangannya bergerak mengelus perut buncitnya."Kakak jangan sedih ya? kak Anjas memang lagi sibuk. Nanti kalau urusannya sudah selesai, pasti datang." Susan terpaksa berbohong demi kebaikan Zeira.Zeira tersenyum sambil menganggukkan kepala, ia bersikap seolah-olah percaya dengan ucapan Susan. Namun sesungguhnya, Zeira tahu kal
Tepat pukul 8 pagi, Zeira sudah meninggalkan kediaman Wijaya. Dengan wajah kusam dan mata bengkak, ia menemui dokter spesialis kandungan. Tetapi sebelum ke rumah sakit, Zeira terlebih dahulu mengantarkan Azka ke sekolah. Kedatangan Zeira ke rumah sakit, tentu membuat dokter yang menanganinya selama ini, merasa terkejut. "Selamat pagi buk, silahkan duduk." Dokter mempersilahkan Zeira untuk duduk."Terima kasih dokter." Balas Zeira."Ada yang bisa saya bantu buk Zeira?"Hem...Zeira berdehem sebelum membuka mulut. "Begini dokter, saya datang kemari untuk melakukan operasi sesar," ucapnya tanpa basa-basi.Wajah dokter seketika berubah, ia terkejut sekaligus bingung dengan permintaan Zeira. "Maaf buk, melakukan operasi hari ini! aku rasa belum waktu yang tepat. Selain kondisi ibu yang belum stabil! usia kandungan ibu juga masih 8 bulan." Dokter menolak secara halus."Aku sudah baik dokter," ucap Zeira."Tapi bu, usia kandungan ibu baru 8 bulan. Jika memang ibu harus operasi! kita tunggu
Satu Minggu telah berlalu, selama satu Minggu ini Anjas jarang pulang ke kediaman Wijaya. Ia hanya datang sebentar untuk melihat putranya Azka, setelah itu langsung pergi tanpa bertemu dengan Zeira."Mamah...." Panggil Azka. Anak menggemaskan itu berlari dari pintu untuk mengejar ibunya."Sayang mamah." Zeira mencium kedua pipi Azka, dan mengecup keningnya."Mamah mau ke mana?" Tanya Azka, karena melihat Zeira berpakaian rapi.Zeira tersenyum. "Enggak ke mana-mana sayang," ucapnya."Tapi, kok mamah udah rapih?" Azka kembali bertanya.Zeira menungkupkan kedua telapak tangannya di wajah Azka. "Biar mamah kelihatan lebih cantik," ucapnya."Oow, mamah memang cantik pakai baju ini." Timpal Azka."Terima kasih sayang." Zeira kembali mencium kedua pipi putranya. "Yasudah, sekarang anak mamak berangkat sekolah ya?" Lanjutnya."Ok mamah."Azka mencium kedua pipi ibunya, dan punggung tangannya. Setelah itu ia berangkat ke sekolah bersama pelayan Indri.Setelah mobil yang membawa Azka tidak ter
Setibanya di rumah sakit, Susan bergegas menuju resepsionis. Alangkah terkejutnya Susan saat mendengar kalau Zeira sudah 45 menit masuk ke ruangan operasi.Ia segera menghubungi Asep dan Indri, memintanya datang ke rumah sakit untuk menemaninya."Apa yang terjadi kepada nyonya?" Indri langsung bertanya saat ia tiba di rumah sakit.Begitu juga dengan Asep, "Apa yang terjadi nyonya?""Tidak terjadi apa-apa bi, pak." Sahut Susan yang duduk di kursi besi, dengan wajah pucat."Terus, kenapa nyonya dioperasi?" Indri kembali bertanya.Susan menarik napas dalam-dalam, "Kak Zeira melakukan operasi sesar."Asep dan Indri terkejut, yang mereka tahu! selama ini Zeira berniat untuk melahirkan secara normal. Tetapi kenapa tiba-tiba dioperasi? apa karena kandungannya bermasalah? hingga operasinya dilakukan mendadak seperti ini? pertanyaan itulah yang muncul di kepala Asep dan Indri.Tetapi keduanya tidak berani bertanya, karena melihat wajah Susan yang begitu khawatir."Pak Asep, apa kak Anjas ada
Tepat pukul 7 malam, Asep dan Saddam tiba di rumah sakit. Keduanya tidak masuk ke ruangan Zeira, mereka menunggu di luar dan Susan yang ke luar untuk menemui.Susan memalingkan wajah saat melihat Saddam duduk di samping Asep. Ia kesal kepada pria tampan itu, jika bukan karena Saddam! mungkin semua ini tidak akan terjadi."Bagaimana pak Asep?" Tanya Susan."Mobil tuan masih di kantor polisi nyonya." Jawab Asep."Bukan itu maksudku pak. Tapi mayat kak Anjas di mana?" Susan memperjelas maksudnya.Asep mengusap air mata dari kedua pipinya, "Jasadnya tidak ditemukan nyonya, karena habis terbakar bersama mobil." "Cukup pak, cukup," ucap Susan. Ia tidak kuat untuk mendengarnya.Saddam bangkit dari tempatnya, melangkah menghampiri Susan dan duduk di sampingnya. Tangan kanannya mengelus pundak wanita cantik itu dengan lembut. "Jangan sentuh aku," ucap Susan sambil menepis tangan Saddam. "Semua ini terjadi karena kamu. Apa kamu sudah puas?" Lanjutnya."Susan, dengarkan aku dulu. Ada hal penti