Satu Minggu telah berlalu, selama satu Minggu ini Anjas jarang pulang ke kediaman Wijaya. Ia hanya datang sebentar untuk melihat putranya Azka, setelah itu langsung pergi tanpa bertemu dengan Zeira."Mamah...." Panggil Azka. Anak menggemaskan itu berlari dari pintu untuk mengejar ibunya."Sayang mamah." Zeira mencium kedua pipi Azka, dan mengecup keningnya."Mamah mau ke mana?" Tanya Azka, karena melihat Zeira berpakaian rapi.Zeira tersenyum. "Enggak ke mana-mana sayang," ucapnya."Tapi, kok mamah udah rapih?" Azka kembali bertanya.Zeira menungkupkan kedua telapak tangannya di wajah Azka. "Biar mamah kelihatan lebih cantik," ucapnya."Oow, mamah memang cantik pakai baju ini." Timpal Azka."Terima kasih sayang." Zeira kembali mencium kedua pipi putranya. "Yasudah, sekarang anak mamak berangkat sekolah ya?" Lanjutnya."Ok mamah."Azka mencium kedua pipi ibunya, dan punggung tangannya. Setelah itu ia berangkat ke sekolah bersama pelayan Indri.Setelah mobil yang membawa Azka tidak ter
Setibanya di rumah sakit, Susan bergegas menuju resepsionis. Alangkah terkejutnya Susan saat mendengar kalau Zeira sudah 45 menit masuk ke ruangan operasi.Ia segera menghubungi Asep dan Indri, memintanya datang ke rumah sakit untuk menemaninya."Apa yang terjadi kepada nyonya?" Indri langsung bertanya saat ia tiba di rumah sakit.Begitu juga dengan Asep, "Apa yang terjadi nyonya?""Tidak terjadi apa-apa bi, pak." Sahut Susan yang duduk di kursi besi, dengan wajah pucat."Terus, kenapa nyonya dioperasi?" Indri kembali bertanya.Susan menarik napas dalam-dalam, "Kak Zeira melakukan operasi sesar."Asep dan Indri terkejut, yang mereka tahu! selama ini Zeira berniat untuk melahirkan secara normal. Tetapi kenapa tiba-tiba dioperasi? apa karena kandungannya bermasalah? hingga operasinya dilakukan mendadak seperti ini? pertanyaan itulah yang muncul di kepala Asep dan Indri.Tetapi keduanya tidak berani bertanya, karena melihat wajah Susan yang begitu khawatir."Pak Asep, apa kak Anjas ada
Tepat pukul 7 malam, Asep dan Saddam tiba di rumah sakit. Keduanya tidak masuk ke ruangan Zeira, mereka menunggu di luar dan Susan yang ke luar untuk menemui.Susan memalingkan wajah saat melihat Saddam duduk di samping Asep. Ia kesal kepada pria tampan itu, jika bukan karena Saddam! mungkin semua ini tidak akan terjadi."Bagaimana pak Asep?" Tanya Susan."Mobil tuan masih di kantor polisi nyonya." Jawab Asep."Bukan itu maksudku pak. Tapi mayat kak Anjas di mana?" Susan memperjelas maksudnya.Asep mengusap air mata dari kedua pipinya, "Jasadnya tidak ditemukan nyonya, karena habis terbakar bersama mobil." "Cukup pak, cukup," ucap Susan. Ia tidak kuat untuk mendengarnya.Saddam bangkit dari tempatnya, melangkah menghampiri Susan dan duduk di sampingnya. Tangan kanannya mengelus pundak wanita cantik itu dengan lembut. "Jangan sentuh aku," ucap Susan sambil menepis tangan Saddam. "Semua ini terjadi karena kamu. Apa kamu sudah puas?" Lanjutnya."Susan, dengarkan aku dulu. Ada hal penti
Enam bulan telah berlalu, kenyataan pahit itu masih menyelimuti kediaman Wijaya. Terutama Zeira dan kedua anaknya, bahkan sampai saat ini Azka masih sering menagis mencari ayahnya.Seperti pagi ini, Zeira harus berusaha keras membujuk putranya."Sayang, kamu harus makan, katanya mau jadi anak pintar! kalau gak mau makan, gimana mau pintar," ucap Zeira untuk membujuk putranya."Aku rindu papah." Sahut Azka.Zeira menaruh piring yang ada ditangannya ke atas meja. Lalu memeluk Azka dengan erat dan penuh kasih sayang."Mamah juga rindu papah sayang." Balas Zeira.Keduanya saling berpelukan dan menumpahkan air mata."Jangan sedih dong, aunty jadi ikut sedih," ucap Susan."Kakek juga ikut sedih." Timpal Barata. Pria paruh baya itu sudah kembali dari Singapura, setelah mendengar kabar kematian menantunya. Lagipula kondisi Barata sudah sembuh 80 persen. Jadi ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menghentikan pengobatannya. Ia ingin menjaga dan menemani kedua putrinya.Azka melepaskan
Semenjak melihat raut wajah Saddam yang begitu tegang! Susan merasa ada sesuatu yang aneh dengan pria tampan itu."Kak, kamu lihat gak wajah Saddam?" Tanya Susan kepada Zeira."Enggak, kenapa?" Zeira balik bertanya."Aku merasa ada yang aneh deh." "Aneh bagaimana? kakak rasa gak ada yang aneh." Bantah Zeira."Aku merasa wajah Saddam sedikit tegang, saat kakak mengatakan bertemu dengan pria yang mirip dengan kak Anjas." "Masa sih?" Ucap Zeira."Iya, aku enggak bohong kak." Susan mengangkat dua jari tangannya sebagai tanda serius.Zeira tersenyum tipis, "Mungkin Saddam merasa lelah, karena akhir-akhir sering lembur. Jadi wajar kalau wajahnya terlihat tegang atau pucat." Zeira berpikir positif, walupun ia tidak nyaman dengan keberadaan Saddam di rumah itu! tapi Zeira sama sekali tidak pernah berpikir buruk terhadapnya....................Pukul 6 pagi, Saddam sudah meninggalkan kediaman Wijaya. Pria tampan itu mengemudi mobilnya sendiri tanpa sopir pribadi.Biasanya setiap hari Minggu
Satu bulan telah berlalu, hingga saat ini Zeira belum menerima permintaan ayahnya untuk menikah. Bahkan selama satu bulan ini, ia lebih sering mengurung diri di dalam kamar.Tok....tok....tok... Suara ketukan pintu menyadarkan Zeira dari khayalan.Ia bangkit dari kursi, melangkah untuk membuka pintu. Wajahnya sedikit kesal saat melihat ayahnya berdiri di sana. Zeira tahu tujuan ayahnya datang menemuinya, pasti untuk membujuknya agar menikah dengan Saddam."Apa papah boleh masuk?" Tanya Barata sambil tersenyum."Hm..." Sahut Zeira seiring dengan anggukan kepala."Apa papah datang kemari untuk membahas tentang pernikahan?" Todong Zeira setelah mereka duduk di sofa.Barata menggelengkan kepala, ia menatap Zeira sambil tersenyum. "Tidak sayang, papah datang kemari untuk mengajakmu menemani papah ke rumah sakit.""Apa papah sakit?" Zeira terlihat panik dan khawatir."Tidak sayang, papah hanya ingin cek. Soalnya akhir-akhir ini jantung papah sering berdegup kencang." Zeira bangkit dari tem
Keputusan Zeira untuk menikah dengan Saddam sudah bulat. Namun ia meminta pernikahan mereka hanya di laksanakan di kantor KUA tanpa adanya resepsi."Kak, apa kamu sudah yakin?" Tanya Susan.Saat ini kedua wanita cantik itu sedang duduk di taman sambil menemani Azka bermain."Sudah." Jawab singkat Zeira.Susan menarik napas dalam-dalam. "Jika kakak belum yakin! kakak berhak untuk menolaknya. Cobalah bicara dengan papah." "Tidak Susan, aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk kepada papah." Bantah Zeira."Kakak, jangan memaksakan diri hanya untuk sesuatu. Aku tahu kamu sangat menyayangi papah, itu sebabnya kamu setuju untuk menikah dengan Saddam. Tapi percayalah kak, pernikahan kamu dan Saddam tidak ada hubungannya dengan penyakit papah.""Tapi San.....""Tidak ada tapi-tapian, berpikirlah karena masih ada waktu satu bulan lagi." Setelah mengatakan itu, Susan langsung pergi.Sementara di tempat lain, Bella dan Anjas sudah berada di dalam pesawat. Keduanya terbang menuju Inggris untuk m
"Selamat pagi." Suara dari seberang sana."Selamat pagi, apa ini dengan kantor Wijaya Grup?" Ucap Mark."Iya, ini dengan kantor Wijaya Grup. Saya bicara dengan siapa?" Tanya dari seberang sana."Ini saya Mark, klien pak Anjas. Apa saya bisa bicara dengan Ibu Zeira?""Maaf pak, ibu Zeira tidak ada di kantor." Balas dari seberang."Kalau begitu apa saya bisa meminta nomor ponselnya? ada yang ingin saya sampaikan tentang pak Anjas." "Tu....tu....tu...tu...." Tiba-tiba panggilan terputus. Mark mencoba menghubunginya kembali, namun tidak bisa terhubung."Pasti ada yang tidak beres," ucap Mark. Ia bangkit dari kursi dan pergi meninggalkan rumah sakit.Sementara di tempat lain, Saddam langsung melakukan tindakan agar Mark tidak bisa menghubungi nomor kantor. Ia juga berusaha menghubungi nomor Bella untuk memberitahu tentang Mark. Tetapi sayang, panggilnya tidak terhubung. Bagaimana terhubung, Bella saat ini sedang koma di rumah sakit, sedangkan ponselnya tinggal di hotel.Tepat pukul 5 sor