Andini adalah anak dari pasangan Raja Aryadwipa dan sang ibu yang bernama Shelena, seorang peri cantik asal Uni Soviet. Ia kehilangan ibunya diusia yang masih belia. Sang ibu harus membantu negaranya dalam perang pasifik. Para jin dan peri juga ikut dikerahkan dalam perang tersebut untuk mengecoh musuh. Bukan, antar Negara kebanyakan telah memiliki bala tentara jin. Sejak dulu, manusia telah bersekutu dengan mahkluk Dunia Oranye. Sang ibu yang menjadi perwira pimpinan perang terpaksa harus meregang nyawa. Sang ayah, Raja Aryadwipa sangat terpukul, namun ia segera bangkit karena putri kecilnya membutuhkannya.
Raja dan putri kecilnya sering mengunjungi kerajaan danau gelandang. Sang raja memiliki maksud agar putri tetap memiliki sosok ibu, walaupun dengan ibu orang lain. Sungguh, raja belum siap menggantikan posisi mendiang istrinya. Makhluk negeri oranye terkenal setia pada pasangannya.Andini kecil dititipkan pada ratu amnesia. Ratu menyambut baik karena ia tidak memiliki seorang putri. Ketika pagi, andini diantar, menjelang sore, ia dijemput. Hal itu terus dilakukan sang putri dan berhenti ketika ratu amnesya meninggal karena sakit keras. Satu lagi yang perlu diketahui, jangan kira bangsa negeri oranye tidak bisa lenyap. Mereka bisa saja sakit seperti halnya manusia.Raja Aryadwipa mulai jengah dengan putrinya. Sejak pagi hingga siang ia hanya rebahan di kamarnya. Hingga mulut berbusa memarahi pelayannya hal itu tidak akan berpengaruh.
"Bagaimana, Suri?"
"Maaf tuanku Raja, Putri Andini tidak bisa diganggu katanya." Ucap Suri pelayan pribadi sang putri sembari menundukkan kepalanya."Biar aku saja." Raja aryadwipa menuju kamar sang putri."Mau dibuka sendiri atau ayah paksa?"Mendengar suara itu, Andini bergegas membuka pintu kamarnya. Praktis muka bantal yang diberikan pada sang ayah."Ini hari minggu ayah, aku ingin bermalas-malasan, kemarin udah sekolah, lelahnyaa.." "Kita akan berkunjung ke Kerajaan Gelandang."Wajah sang putri mendadak cerah."Ayo ayah, sekarang!" "Tidak sekarang, tapi nanti petang. Kita akan datang ke pernikahan Pangeran Suryanaka dan Putri Pitaloka.""Ah.. aku akan siap-siap ayah""Nah, itu yang kumaksudkan. Sekalipun hari libur seorang putri jangan bermalas-malasan, kasihan calon suamimu nanti. Jangan samakan dirimu dengan kerbau.""Ayah ih.." sembari memukul perut sang ayah. Dengan senyum mengembang, Raja Aryadwipa mengelus surai gadis kecilnya.Tiba di pesta pernikahan, putri andini di damping suri pelayannya, memisahkan diri dari sang ayah yang sedang bercengkrama dengan raja dari kerajaan lain. Ia mencari dambaannya paangeran inderalaya. Bukan, selagi belum bertemu dengan pangeran, ia bisa mencicipi kudapan yang dihidangkan di meja prasmanan. Semua tampak sangat lezat.Ia tidak perlu menjaga berat badannya. Dengan magic, ia bisa mengubah badannyaa menjadi ideal seperti yang ia mau. Jangan salahkan kemampuannya sebagai putri dari kerajaan peri pohon kencana. Kan jangan ragukan kecantikan seorang peri.Ketika asyik menyantap kudapan, ia tanpa sengaja melihat pageran inderalaya dari jauh. Anggap saja jantungnya kini berdetak semakin cepat dan keringat bercucuran, untuk menggambarkan betapa gugupnya ia. Seoran putri, dihadapan pangeran dambaannya, jangan sampai terlihat bodoh, apalagi dengan banyaknya makanan yang ada di nampannya, tidak.. andini terburu-buru meletakkan nampan yang ia pegang sampai tidak sengaja menyenggol lilin di meja dan menjatukan tumpukan kue yang lezat. Sesungguhnya ia nampak ceroboh. Pangeran inderalaya dari jauh menatapnya sambil geleng-geleng kepala. Ia selalu mencoba membangun image baik dihadapan pangeran, sayangnya selalu gagal.Bahkan ketika pesta telah usai, andini kecil bersama ayah dan beberapa raja yang dekat dengan raja harismaya memutuskan untuk menginap. Paginya, andini bermain di area taman dan bergerak menuju paviliun pangeran suryanaka untuk melihat bunga sakura yang selalu dibanggakan pangeran ketika gadis kecil itu berkunjung. Penjagaan di area paviliun ada di depan pintu masuk, sementara andini masuk melalui celah samping yang biasa digunakan untuknya bermain bersama pangeran-pangeran dulu.Terdengar desahan dan erangan. Andini membesarkan pendengarannya. Pandangannya menembus pada dinding paviliun, terlihat pangeran dan putri sedang melakukan agedan dewasa. Akan menjerit, namun tertahan norma kesopanan, ia membekap mulutnya sendiri dan berlari menjauh. Langkah kakinya mengarah menuju gazebo tempan pangeran inderalaya sedang memainkan lego. Larinya yang kencang tidak sempat direm dan badannya menjatuhkan lego yang telah disusun sang pangeran. Andini terjatuh."Akhh.." pangeran mengerang frustasi dengan susunan legonya yang hampir jadi."Ma..maaf Pangeran.. aku tidak sengaja.. Andini memelas.""Selalu Andini.. selalu.. apa kau tidak bisa diam? Apapun yang kau lakukan tidak.. akh.. ayo ku bantu bangun."Putri andini mengambil uluran tangan pangeran. Setelah andini benar-benar bangun, pangeran meninggalkannya begitu saja. Tersisa andini sendirian dengan lego yang berserakan. Dari jauh pangeran memerintahkan pelayannya untuk membereskan lego-lego itu.Putri andini tidak ingin terlihat seperti pengacau, ia juga tidak ingin menjadi ceroboh. Maka seperti yang selalu ayahnya sampaikan, demi calon suaminya, ia harus berubah. Siapa calon suaminya? Bahkan hanya ada satu orang yang selalu ia idam-idamkan.********
"Ini bukan pernikahan politik sembarangan."
"Tetap aku tidak mau ayah, sudah ada seseorang yang aku cinta.""Persetan dengan cinta anakku, kamu adalah seorang putri, tolong pahami posisimu."Andini memelas, pandangannya beraca-kaca."Kamu bahkan tidak menanyakan dengan siapa kamu dijodohkan!""Untuk apa? Malas.""Raja Harismaya benar-benar kasihan akan mendapatkan kau sebagai menantu! Aku tidak bisa membayangkan. Akan kucarikan yang lain saja.""Apa? Tunggu ayah! Tadi siapa? Raja.. Harismaya? Pangeran inderalaya?" mata sang putri kembali berbinar."Ayah?!" andini yang manja seperti saat ia kecil, telah kembali."Jangan lupa jaga image." Sang ayah tersenyum. Ayah dan anak berpelukan erat. Raja aryadwipa selalu tahu keinginan putrinya, maka ia tidak bisa tidak terpengaruh apapun itu.***********
Andini dewasa tidak akan seceroboh dulu. Pada dasarnya sifat manja telah mendarah daging, tapi dewasa ini ia telah pandai menempatkan diri.Beberapa kali andini dan sang ayah berkunjung ke kediaman raja harismaya, hal ini sebagai tanda kehormatan pada kerajaan yang lebih tinggi dan besar dari kerajaan milik ayahnya.Setiap ia berkunjung, tidak pernah menjumpai Pangeran Inderalaya. Pangeran selalu menghindarinya. Bahkan ketika hari pernikahan tinggal hitungan hari. Ia telah mendamba paras pangeran dewasa, tapi tidak pernah sekalipun bertemu. Ia selalu terpikirkan kejadian lego dulu, itu adalah terakhir mereka bertemu. Setelahnya ketika ia berkunjung seperti pangeran menghindarinya. Harusnya ia senang akan pernikahan itu, namun firasatnya tidak enak.Next..
Seperti yang sudah-sudah, Inderalaya dan Sarah tidak memilih kamar sebagai tempat bertemu, lagi. Sepertinya tidak akan. Sepertinya. Sore ini Sarah datang lebih awal di tepi danau. Ia telah menunjukkan raut sedihnya sedari awal Inderalaya muncul.“Menangislah.." Inderalaya memberikan bahunya untuk sandaran Sarah. Ia akan menanyai gadis itu selagi emosinya membaik.“Sudah? Berceritalah."Kemudian Sarah menceritakan apa yang menjadi kekalutannya berusan. Indera merutuki kepolosan kekasihnya yang terburu-buru menceritakan hubungannya dengan sang ayah. Namun, hal ini ada baiknya, ia juga tidak ingin terlallu lama dalam suasana menggantung.“Apakah hubungan kita harus berakhir sampai disini?" tanya Sarah.“Tidak akan." Sanggahnya Inderalaya."Sarah menatap Inderalaya ragu,Kamu meminta bertemu lebih cepat dari biasanya, tidak sampai satu minggu harus menunggu. Apa ada hal penting untuk disampaikan?"Pandangan Inderalaya meredup. Ia tidak tega akan menyampaika
“Apakah tidak apa-apa?" tanya Sarah.“Tentu saja. Tidak ada budaya pingit di dunia kami. Jadi aku masih bisa bertemu dengan kekasihku."“Ini bahkan h min beberapa jam sayangku."“Jika ini adalah pernikahan kita, aku pasti akan sangat gugup."“Kenapa gugup?" tanya Sarah manja.“Entah, aku tidak sabar menunggu resmi dan kita bisa melakukan banyak hal." Ucap inderalaya genit.“Sepertinya aku tahu arah pembicaraanmu." Ucap Sarah sembari mencubit lengan Pangeran.“Sekarang ini dulu." Kecupan Inderalaya bersarang di dahi Sarah.“Kembalilah, orang-orang pasti mencarimu."“Benar, aku harus bersiap." Inderalaya tertawa dan pamit undur diri. ********* Sementara itu, suasana Kerajaan Danau Gelandang mendadak riuh, karena pangeran tidak ditemukan di manapun.“Sudah ketemu?" tanya Pangeran Suryanaka pada Jendral.“Belum pangeran."Pangeran Suryanaka berinisiatif mencari barang bukti di kamar adiknya jika emang terbukti kabur dari pernikahan. Se
Putri Andini bangun sendirian. Hari ini cerah, dan ia bangun kesiangan lagi. Kenapa Pangeran tidak membangunkannya. Tunggu, ia melihat bercak darah di ranjang. Darah siapa? Tentu saja darah pangeran. Mungkin saja ia mengiris bagian tubuhnya. Jangan bayangkan mahkluk dunia oranye akan seperti itu, tentu saja ada magic, kenapa menggunakan cara seperti manusia. Keluar paviliun ia melihat penjaga kerajaan yang cengar-cengir. Sang Putri memang akrab dengan siapa saja.“Putri pasti kelelahan." Ucap Penjaga.“Simpan itu dalam pikiranmu, dodo!" ucap sang putri memerah.“Ah, sang putri merona.." ucap Penjaga di sebelahnya.“Untung aku Putri Andini, aku tidak tahu akan seperti apa kalian apabila dengan putri yang lain, beraninya menggoda!" ucap Putri dengan aksen manjanya.“Tidak Putri, hanya Putri Andini jujungan kita, tidak mau yang lain."Andini diam saja sambil tersenyum meninggalkan penjaga mencari Pangeran. ********* “Apa kau punya persediaa
Pesta yang dilakukan di kediaman Pangeran Inderalaya berlangsung sama meriahnya dengan yang diadakan oleh Kerajaan Pohon Kencana. Seusai pesta, Raja Aryadwipa menemui putrinya untuk mengucapkan salam perpisahan.“Putri ayah sudah dewasa." Ucap Raja Aryadwipa sedih.Mendengar ucapan ayahnya, air mata sang putri tidak bisa dibendung.“Maafkan aku ayah, aku tidak bisa bersamamu lagi. Aku.. aku tidak bisa bermanja lagi padamu karena aku telah menjadi seorang istri. Ayah jaga kesehatan. Aku akan rajin berkunjung. Atau ayah saja yang berkunjung agar aku tidak kelelahan." Ucap putri sendu.“Dasar anak nakal! Harusnya kau bersama suamimu yang berkunjung. Ayah kan raja." Sambil memukul pelan bahu sang putri menghalau air mata yang akan keluar.“Saya dan putri akan rajin berkunjung, ayah. Saya tidak akan membiarkan putri kelelahan." Pangeran ikut bergabung membelai bahu istrinya.“Jangan biarkan ia tidur saja, putraku. Ia suka rebahan, tapi sebenarnya ia mampu mengerjakan ba
Masih dalam perjalanan mengambil telur asin,“Apakah kamu benar sendirian tadi? Entah kenapa firasat ayah lain."“Tadi, tidak penting ayah. Aku hanya olahraga."Sayangnya sang ayah sempat melihat perubahan raut wajah putrinya.Tidak sampai limabelas menit telah sampai di rumah H. Usrok pemilih usaha telur asin dan bebek potong. Terdapat banner selamat datang yang dipampang di gerbang masuk rumahnya.“Halo, Pak Udin ya? Tadi yang ngubungin?"“Iya Pak Usrok”“Mari masuk.."Keduanya masuk ke ruang tamu yang tidak begitu besar. Rumah ini tergolong sederhana untuk ukuran juragan bebek yang namanya dikenal banyak orang, tidak hanya se-desa Tanjung saja.“Ham, tolong panggilkan Mbok Yem suruh buatkan minuman." Pak Usrok menyuruh pemuda yang tadinya membaca itu, untuk ke belakang memanggil pembantunya.“Tidak usah repot-repot pak, saya Cuma sebentar."“Alah tidak masalah, biasany
Pangeran dan putri merasakan puas yang berbeda-beda. Hal tersebut hanya ada dalam benak mereka sendiri. Pangeran yang berusaha tidur membelakangi putri tidak bisa bergerak dengan adanya tangan dan kaki yang membelitnya. Ia akan menarik perkataannya jika Putri Andini telah berubah. Ia masih sama seperti dulu. Gadis yang ceroboh dan manja. Gerakan Andini pada punggung polosnya kembali membangunkan hasrat yang ditidurkannya.Ia siap untuk memulai lagi hari ini. Begitupun dengan Andini yang harus siap, karena ini hukumannya. ********* Sarah harap-harap cemas menunggu kedatangan kekasihnya. Ini lebih lambat dari yang dijanjikannya. Ayahnya dari tadi telah mempertanyakan apa gerangan maksud yang akan disampaikan, ketika Sarah menahan sang ayah untuk pergi ke ladang kembali. Beberapa menit kemudian Inderalaya datang dengan wajah segarnya. Ia menampakkan diri bak manusia biasa. Berpakaian batik panjang dan membawa bingkisan. Tak lupa, rambut panjangnya digelung rapi berpo
Sekembalinya Pak Udin ke rumah, hari sudah petang. Tak lupa pak udin menghampiri kamar putrinya yang masih tertutup.“Nduk, udah makan?"Tidak ada sahutan. Pak udin beranjak ke ruang makan. Melihat hidangan masih utuh. Pak udin kembali ke depan kamar putrinya.“Marah boleh, tapi kalo nggak makan jangan ya.. nanti kamu bisa sakit."Pak Udin mendorong pintu kamar putrinya, dan terbuka. Biasanya dikunci.“Loh, Nduk?" Pak Udin bingung, kamar putrinya kosong.*********Selepas Pak Udin pergi ke warung, Sarah bergegas ikut keluar, namun dengan tujuan yang berbeda. Danau gelandang. Sarah berjalan seorang diri melalui pematang sawah, jalan terdekat menuju danau. Sesampainya di pinggir danau tempat biasa mereka bertemu, Sarah member kode untuk memanggil kekasihnya itu. Beberapa menit kemudian muncul lah Inderalaya.“Kenapa engkau selalu bersedih, Sayang?"“Kau gila, bagaimana aku tidak bersedih!"&ldquo
“Coba tanya ke anak indigo saja, jangan ke dukun dulu, mahal nanti." Ucap Karyono.“Nah ya, itu juga gak papa." Sambung Yuk Jum.“Siapa tapi?"“Si Ilham anaknya Haji Usrok bisa itu."“Jangan ke nak Ilham, saya nggak enak."“Eh udah kenal."“Yaapa pak lawong demi anak kok."“Langsung saja, saya yakin pasti dibawa jin itu."“Firasat ayah ya, ini ceritanya." Ucap Karyono.“Ada channel dukun?"“Saya biasa ke Mbah Surip, Pak Udin." Ucap Yuk Jum.“Halah.. mana berani dia, lawannya sulit ini. kalo sumber masalah ada di sekitar sini, yo jangan pake dukun sini, cari yang jauh." Ucap Karyono.“Di mana?!"“Saya punya kenalan guru di daerah Gunung Kawi sana, dia juga ndukun. Namanya Ki Pejah."“Hahaha.. yaopo Pak Karyo, kok wong mati ditawakne."“Hush.. gak boleh hina nama orang, yuk. Nama itu pemberian orang tuanya."“Paling dulu disangka udah mati ya, eh ternyata masih hidup hahaha.. Yuk Jum."“Iya, bener kayak gitu ceritanya."Eh.
Kepulangan Inderalaya dari Inderamayu disambut bahagia oleh Kerajaan Danau Gelandang. Pasalnya, kesepakatan mereka berhasil. Ia mendapatkan pasokan beras dari sana dengan harga miring, asalkan kerajaan danau gelandang menambah pasokan ayam potong dan telur kepada mereka.Putri Andini menunggu suaminya di depan paviliun. Keduanya saling tersenyum. Jangan lupakan rasa cinta andini yang kian hari semakin berkembang. Sayangnya, Inderalaya menganggap ia tak ubahnya seorang adik."Bagaimana Inderamayu?""Hanya berkunjung ke kerajaan, dan melihat-lihat sawah di sana, tidak lebih. Aku hanya ingin cepat pulang.""Kangen ya?"Pangeran Inderalaya tersenyum. Putri Andini merutuki kespontanannya."Iya, kangen dengan kerajaan dan seseorang.""Ah ya benar. Sudah dua hari bukan, kau tidak mengunjunginya."Pangeran tersenyum benar."Aku juga merindukan kecerobohan seseorang." Lanjutnya sambil menatap jahil ke Putri Andini. Sang putri salah tin
Pagi hari, yang memiliki tanaman di sawah, akan pergi ke sawah. Yang bekerja di kantor, atau sekolah berangkatlah ke kantor atau ke sekolah, yang ke pasar, berjualan atau sekedar mengantar istri belanja, maka berangkatlah ke pasar. Yang menganggur, biasanya lebih memilih tidur agak panjang, atau bila terpaksa bangun, biasanya lebih memilih ngopi di Yuk Jum. Yuk Jum juga menjual nasi pecel di pagi hari. Siangnya kalau orang-orang ingin makan, ia telah menyiapkan menu lain atau menawarkan indomie, yang terkenal disemua kalangan, utamanya anak kos. Selain itu, ada rokok, gorengan, jajanan, sprite, fanta, es marimas, dan menu utamanya kopi hitam, dan masih banyak lagi yang lain. Sekali duduk di kursi pengunjung, maka tidak ada waktu yang terlalu cepat. Semuanya ada, maka pengunjung, yang utamanya kaum adam, betah berlama-lama di sana.Seperti pagi ini, kiranya pukul 8 pagi, para penganggur memadati tempat Yuk Jum, nanti sekitar pukul 10 pagi, para pekerja sawah akan menggan
“Coba tanya ke anak indigo saja, jangan ke dukun dulu, mahal nanti." Ucap Karyono.“Nah ya, itu juga gak papa." Sambung Yuk Jum.“Siapa tapi?"“Si Ilham anaknya Haji Usrok bisa itu."“Jangan ke nak Ilham, saya nggak enak."“Eh udah kenal."“Yaapa pak lawong demi anak kok."“Langsung saja, saya yakin pasti dibawa jin itu."“Firasat ayah ya, ini ceritanya." Ucap Karyono.“Ada channel dukun?"“Saya biasa ke Mbah Surip, Pak Udin." Ucap Yuk Jum.“Halah.. mana berani dia, lawannya sulit ini. kalo sumber masalah ada di sekitar sini, yo jangan pake dukun sini, cari yang jauh." Ucap Karyono.“Di mana?!"“Saya punya kenalan guru di daerah Gunung Kawi sana, dia juga ndukun. Namanya Ki Pejah."“Hahaha.. yaopo Pak Karyo, kok wong mati ditawakne."“Hush.. gak boleh hina nama orang, yuk. Nama itu pemberian orang tuanya."“Paling dulu disangka udah mati ya, eh ternyata masih hidup hahaha.. Yuk Jum."“Iya, bener kayak gitu ceritanya."Eh.
Sekembalinya Pak Udin ke rumah, hari sudah petang. Tak lupa pak udin menghampiri kamar putrinya yang masih tertutup.“Nduk, udah makan?"Tidak ada sahutan. Pak udin beranjak ke ruang makan. Melihat hidangan masih utuh. Pak udin kembali ke depan kamar putrinya.“Marah boleh, tapi kalo nggak makan jangan ya.. nanti kamu bisa sakit."Pak Udin mendorong pintu kamar putrinya, dan terbuka. Biasanya dikunci.“Loh, Nduk?" Pak Udin bingung, kamar putrinya kosong.*********Selepas Pak Udin pergi ke warung, Sarah bergegas ikut keluar, namun dengan tujuan yang berbeda. Danau gelandang. Sarah berjalan seorang diri melalui pematang sawah, jalan terdekat menuju danau. Sesampainya di pinggir danau tempat biasa mereka bertemu, Sarah member kode untuk memanggil kekasihnya itu. Beberapa menit kemudian muncul lah Inderalaya.“Kenapa engkau selalu bersedih, Sayang?"“Kau gila, bagaimana aku tidak bersedih!"&ldquo
Pangeran dan putri merasakan puas yang berbeda-beda. Hal tersebut hanya ada dalam benak mereka sendiri. Pangeran yang berusaha tidur membelakangi putri tidak bisa bergerak dengan adanya tangan dan kaki yang membelitnya. Ia akan menarik perkataannya jika Putri Andini telah berubah. Ia masih sama seperti dulu. Gadis yang ceroboh dan manja. Gerakan Andini pada punggung polosnya kembali membangunkan hasrat yang ditidurkannya.Ia siap untuk memulai lagi hari ini. Begitupun dengan Andini yang harus siap, karena ini hukumannya. ********* Sarah harap-harap cemas menunggu kedatangan kekasihnya. Ini lebih lambat dari yang dijanjikannya. Ayahnya dari tadi telah mempertanyakan apa gerangan maksud yang akan disampaikan, ketika Sarah menahan sang ayah untuk pergi ke ladang kembali. Beberapa menit kemudian Inderalaya datang dengan wajah segarnya. Ia menampakkan diri bak manusia biasa. Berpakaian batik panjang dan membawa bingkisan. Tak lupa, rambut panjangnya digelung rapi berpo
Masih dalam perjalanan mengambil telur asin,“Apakah kamu benar sendirian tadi? Entah kenapa firasat ayah lain."“Tadi, tidak penting ayah. Aku hanya olahraga."Sayangnya sang ayah sempat melihat perubahan raut wajah putrinya.Tidak sampai limabelas menit telah sampai di rumah H. Usrok pemilih usaha telur asin dan bebek potong. Terdapat banner selamat datang yang dipampang di gerbang masuk rumahnya.“Halo, Pak Udin ya? Tadi yang ngubungin?"“Iya Pak Usrok”“Mari masuk.."Keduanya masuk ke ruang tamu yang tidak begitu besar. Rumah ini tergolong sederhana untuk ukuran juragan bebek yang namanya dikenal banyak orang, tidak hanya se-desa Tanjung saja.“Ham, tolong panggilkan Mbok Yem suruh buatkan minuman." Pak Usrok menyuruh pemuda yang tadinya membaca itu, untuk ke belakang memanggil pembantunya.“Tidak usah repot-repot pak, saya Cuma sebentar."“Alah tidak masalah, biasany
Pesta yang dilakukan di kediaman Pangeran Inderalaya berlangsung sama meriahnya dengan yang diadakan oleh Kerajaan Pohon Kencana. Seusai pesta, Raja Aryadwipa menemui putrinya untuk mengucapkan salam perpisahan.“Putri ayah sudah dewasa." Ucap Raja Aryadwipa sedih.Mendengar ucapan ayahnya, air mata sang putri tidak bisa dibendung.“Maafkan aku ayah, aku tidak bisa bersamamu lagi. Aku.. aku tidak bisa bermanja lagi padamu karena aku telah menjadi seorang istri. Ayah jaga kesehatan. Aku akan rajin berkunjung. Atau ayah saja yang berkunjung agar aku tidak kelelahan." Ucap putri sendu.“Dasar anak nakal! Harusnya kau bersama suamimu yang berkunjung. Ayah kan raja." Sambil memukul pelan bahu sang putri menghalau air mata yang akan keluar.“Saya dan putri akan rajin berkunjung, ayah. Saya tidak akan membiarkan putri kelelahan." Pangeran ikut bergabung membelai bahu istrinya.“Jangan biarkan ia tidur saja, putraku. Ia suka rebahan, tapi sebenarnya ia mampu mengerjakan ba
Putri Andini bangun sendirian. Hari ini cerah, dan ia bangun kesiangan lagi. Kenapa Pangeran tidak membangunkannya. Tunggu, ia melihat bercak darah di ranjang. Darah siapa? Tentu saja darah pangeran. Mungkin saja ia mengiris bagian tubuhnya. Jangan bayangkan mahkluk dunia oranye akan seperti itu, tentu saja ada magic, kenapa menggunakan cara seperti manusia. Keluar paviliun ia melihat penjaga kerajaan yang cengar-cengir. Sang Putri memang akrab dengan siapa saja.“Putri pasti kelelahan." Ucap Penjaga.“Simpan itu dalam pikiranmu, dodo!" ucap sang putri memerah.“Ah, sang putri merona.." ucap Penjaga di sebelahnya.“Untung aku Putri Andini, aku tidak tahu akan seperti apa kalian apabila dengan putri yang lain, beraninya menggoda!" ucap Putri dengan aksen manjanya.“Tidak Putri, hanya Putri Andini jujungan kita, tidak mau yang lain."Andini diam saja sambil tersenyum meninggalkan penjaga mencari Pangeran. ********* “Apa kau punya persediaa
“Apakah tidak apa-apa?" tanya Sarah.“Tentu saja. Tidak ada budaya pingit di dunia kami. Jadi aku masih bisa bertemu dengan kekasihku."“Ini bahkan h min beberapa jam sayangku."“Jika ini adalah pernikahan kita, aku pasti akan sangat gugup."“Kenapa gugup?" tanya Sarah manja.“Entah, aku tidak sabar menunggu resmi dan kita bisa melakukan banyak hal." Ucap inderalaya genit.“Sepertinya aku tahu arah pembicaraanmu." Ucap Sarah sembari mencubit lengan Pangeran.“Sekarang ini dulu." Kecupan Inderalaya bersarang di dahi Sarah.“Kembalilah, orang-orang pasti mencarimu."“Benar, aku harus bersiap." Inderalaya tertawa dan pamit undur diri. ********* Sementara itu, suasana Kerajaan Danau Gelandang mendadak riuh, karena pangeran tidak ditemukan di manapun.“Sudah ketemu?" tanya Pangeran Suryanaka pada Jendral.“Belum pangeran."Pangeran Suryanaka berinisiatif mencari barang bukti di kamar adiknya jika emang terbukti kabur dari pernikahan. Se