Share

Bagian 6 : Keputusan

Author: Elhawe
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Seperti yang sudah-sudah, Inderalaya dan Sarah tidak memilih kamar sebagai tempat bertemu, lagi. Sepertinya tidak akan. Sepertinya. Sore ini Sarah datang lebih awal di tepi danau. Ia telah menunjukkan raut sedihnya sedari awal Inderalaya muncul.

“Menangislah.." Inderalaya memberikan bahunya untuk sandaran Sarah. Ia akan menanyai gadis itu selagi emosinya membaik. 

“Sudah? Berceritalah."

Kemudian Sarah menceritakan apa yang menjadi kekalutannya berusan. Indera merutuki kepolosan kekasihnya yang terburu-buru menceritakan hubungannya dengan sang ayah. Namun, hal ini ada baiknya, ia juga tidak ingin terlallu lama dalam suasana menggantung.

“Apakah hubungan kita harus berakhir sampai disini?" tanya Sarah.

“Tidak akan." Sanggahnya Inderalaya.

"Sarah menatap Inderalaya ragu,

Kamu meminta bertemu lebih cepat dari biasanya, tidak sampai satu minggu harus menunggu. Apa ada hal penting untuk disampaikan?"

Pandangan Inderalaya meredup. Ia tidak tega akan menyampaikan jika keadaan sarah seperti ini. namun sudah kepalang tanggung, tidak bisa ditunda, dan waktu terus berjalan. Tapi..

"Jujurlah.. seperti biasanya."

“Kamu jangan khawatir. Mungkin berita ini sedikit mempengaruhimu. Ayahanda akan menjodohkanku dengan seorang peri. Ini pernikahan politik. Aku sedang mengusahakan agar ini tidak akan terlaksana. Apabila.."

“Lantas bagaimana dengan kita?" Sarah kembali menangis.

“Apabila mungkin, ada kemungkinan terburuknya, pernikahan tidak bisa dihentikan, aku akan tetap mempertahankanmu.” Lanjut Inderalaya.

“Bagaimana mungkin?" ucap Sarah disela tangisnya.

“Pantang bagi laki-laki mengingkari janjinya. Sarah, ki ungkapkan dengan jujur, sekalipun nanti aku menikahinya, aku tidak akan mencintainya, karena cintaku hanya untukmu. Ku pastikan setelah pernikahanku, tidak aka nada perubahan diantara kita."

“Bagaimana dengan ayahku? Dan aku?" Sarah memastikan kedepannya ia akan bagaimana dan seperti apa.

“Setelah pernikahanku terlaksana, tunggu. Tunggu aku. Aku akan memintamu pada ayahmu."

Sarah tersenyum kecil. Hari menjelang maghrib, Sarah segera pamit pulang, menyisakan Inderalaya yang masih menatap nan jauh.

Dalam bayangannya, ia akan menikahi Andini dan menjadikan Sarah sebagai selirnya. Apakah itu mungkin? Apakah Sarahnya akan baik-baik saja? Tunggu, apakah Ayah Sarah akan menerimanya. Ini sungguh memusingkannya.

Di tengah perjalanan pulangnya, ia teringat andini dan segala kecerobohan gadis itu. Akankah gadis seperti itu menjadi istrinya? Ia menyeringai, meremehkan.

********

Pernikahan tinggal hitungan hari, perdebatan antara Pangeran Inderalaya dan ayahnya, Raja Harismaya, semakin menjadi. Seperti kali ini, Inderalaya dengan lantang akan tetap mempertahankan Sarah. Bahkan sang kakak yang biasana sebagai tempat pertimbangannyapun, ia abaikan.

“Aku akan menemui andini dan membicarakannya. Mumpung masih ada waktu."

Inderalaya segera melesat pergi ke Kerajaan Pohon Kencana.

“Mungkin akan lucu jika kita mengingaktakn masa kecil mereka, ayah." Ucap Pangeran Suryanaka.

“Aku tidak tahu dengan jalan pikiran adikmu. Ikuti saja apa maunya. Jika ada yang tidak mengenakkan, baru kita tangani." Ucap Raja Harismaya.

Pangeran Inderalaya membenarkan perkataanya, ia telah sampai di gerbang depan Kerajaan Pohon Kencana dan menghubungi seseorang yang ia ingin temui tadi.

Di sisi lain, Putri Andini terkaget-kaget, tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba pangeran menghubunginya ingin bertemu. Ia harus mempersiapkan diri dan hatinya, agar tidak terlihat ceroboh dihadapan Pangeran nanti.

Pangeran menunggu Putri gazebo dekat dengan danau buatan area kerajaan.

“Selamat sore, Pangeran."

Pangeran Inderalaya berbalik dan membalas salam.

“Selamat sore, lama tidak bertemu Putri Andini."

“Iya, sudah lama"

“Ternyata suasana di sini cukup nyaman."

“Aku sudah meminta pelayan untuk membawakan teh kemari, suasananya memang sangat nyaman untuk minum teh disore hari"

“Mungkin akan lebih cantik apabila kolam ini diisi teratai"

“Akan kucoba."

“Emm.. kurasa pangeran cukup sibuk, beberapa kali saya berkunjung tidak pernah bertemu, emm.. ada apa gerangan pangeran menemui saya kemari?" tanya Putri Andini canggung.

Pangeran menghela nafas.

“Aku memiliki seorang kekasih. Aku menemuinya selagi engkau berkunjung."

Sudah basa-basinya. Pernyataan Pangeran tersebut membuat hati Putri berdenyut. Berusaha tidak menampakkan kekecewaan, Putri Andini menghela nafas lagi.

“Lantas?"

“Aku mencintainya."

“Upacara pernikahan tinggal beberapa hari, kenapa baru sekarang..

“Apa aku bisa melawannya? Bahkan jika aku ingin, aku tetap tidak bisa melawan titah Raja.”

“Apakah kedatangan pangeran ke sini, agar aku yang membatalkannya?" Andini mulai berkaca-kaca.

“Apakah bisa?" tanya Pangeran antusias.

Putri Andini mulai kesal. 

Tidak semudah itu fergusoo..

“Tidak! Bahkan jika engkau memohon, pernikahan ini akan tetap terlaksana." Ucap Putri Andini menaikkan suaranya.

“Aku tidak bermaksud membatalkannya, aku hanya ingin bernegosiasi!" Ucap Pangeran terpancing.

Lelehan air mata yang tiba-tiba keluar dari pelupuk mata Andini, segera ia hapus cepat.

“Maafkan kelancanganku." Tunduknya.

“Kita akan tetap menikah, tapi aku menginginkan selir."

Kini ia sudah mengetahui maksud Pangeran menemuinya. Pangeran tidak akan melepas begitu saja perempuan yang dicintainya, dan ia juga tidak bisa melanggar titah Raja. Jika tidak ada maksud begini apakah Pangeran sudi menemui Andini yang tidak dicintainya..

“Siapa? siapa perempuan itu?" tanya Putri Andini.

“Apakah aku harus repot menceritakannya?"

Putri sedikit mengangkat kepalanya untuk menghindari lelehan air mata yang sudah mengintip ingin keluar. Sungguh ternyata tidak hanya manja, Putri juga sosok yang juga cengeng. Ia menangkap sosok pelayan dari sudut matanya. Pelayan itu tidak berani menginterupsi percakapan Putri dan Pangeran yang terlihat panas.

“Oh, tehnya sudah menunggu." "Kemarilah pelayan."

Mereka meminum teh dengan pikiran masing-masing.

“Sebagai raja nantinya, memiliki istri lebih dari satu bukanlah memang hal yang wajar seharusnya. Sebagai istri, bukan, calon istri, aku akan berusaha mendukung apapun keputusan Pangeran." Ucap Putri dengan senyuman.

"Aku senang kita saling kooperatif."

Ketika mencoba berdiri, gaun putri yang panjang tidak sengaja terinjak kakinya sendiri. Jadilah ia oleng ke kanan dan terjatuh. Jangan pikir akan ada adegan romantis. Pangeran berada di sebelah kiri putri dan refleknya sangat buruk. Pangeran tertawa pada apa yang dilakukan Putri Andini.

Sang Putri malu bukan kepalang, kemudian menjulurkan tangannya meminta bantuan pangeran untuk berdiri. 

“Ini baru andini. Aku merindukan kecerobohanmu lagi. Hahaha.." sambil memegang tangan Andini membantunya berdiri.

Entah, ucapan pangeran terdengar tulus dan apa adanya, membuat andini menghangat. Tidak apa-apa untuk menjadi ceroboh sekali saja, jika itu membuat Pangeran bahagia.

Mendapat tatapan yang berbeda dari putri andini, pangeran mengerjap.

“Maaf, ada yang harus aku kerjakan di istana gelandang, mohon pamit dan terimakasih tehnya."

“Iya, Pangeran."

Kehidupan bersama antara Pangeran dan Putri akan dimulai dalam beberapa hari lagi.

Inderalaya masih terbayang dengan pertemuannya dengan Andini tadi. Iya, Andini adalah seorang putri, dan kerajaan butuh sosok laki-laki sebagai pemimpin. Raja Aryadwipa menginginkannya sebagai suami anaknya dan penerusnya. Rencana ini pasti telah dimatangkan sejak jauh-jauh hari antara ayahnya dan Raja Aryadwipa.

Di sisi lain, Andini juga tengah memikirkan percakapan mereka tadi. Memikirkannya membuat gelisah, siapakah perempuan beruntung yang menjadi tambatan hati pangeran idamannya, dan bagaimanakah hidupnya bersama pangeran nanti. Akankah ia bisa membawa pangeran mencintainya sementara gadis yang dicintai pangeran turut serta dalam lingkaran pernikahannya..

Next...

Related chapters

  • Book 1 : INDERALAYA (Beside This World)   Bagian 7 : Hari Pernikahan

    “Apakah tidak apa-apa?" tanya Sarah.“Tentu saja. Tidak ada budaya pingit di dunia kami. Jadi aku masih bisa bertemu dengan kekasihku."“Ini bahkan h min beberapa jam sayangku."“Jika ini adalah pernikahan kita, aku pasti akan sangat gugup."“Kenapa gugup?" tanya Sarah manja.“Entah, aku tidak sabar menunggu resmi dan kita bisa melakukan banyak hal." Ucap inderalaya genit.“Sepertinya aku tahu arah pembicaraanmu." Ucap Sarah sembari mencubit lengan Pangeran.“Sekarang ini dulu." Kecupan Inderalaya bersarang di dahi Sarah.“Kembalilah, orang-orang pasti mencarimu."“Benar, aku harus bersiap." Inderalaya tertawa dan pamit undur diri. ********* Sementara itu, suasana Kerajaan Danau Gelandang mendadak riuh, karena pangeran tidak ditemukan di manapun.“Sudah ketemu?" tanya Pangeran Suryanaka pada Jendral.“Belum pangeran."Pangeran Suryanaka berinisiatif mencari barang bukti di kamar adiknya jika emang terbukti kabur dari pernikahan. Se

  • Book 1 : INDERALAYA (Beside This World)   Bagian 8 : Pangeran Pergi?

    Putri Andini bangun sendirian. Hari ini cerah, dan ia bangun kesiangan lagi. Kenapa Pangeran tidak membangunkannya. Tunggu, ia melihat bercak darah di ranjang. Darah siapa? Tentu saja darah pangeran. Mungkin saja ia mengiris bagian tubuhnya. Jangan bayangkan mahkluk dunia oranye akan seperti itu, tentu saja ada magic, kenapa menggunakan cara seperti manusia. Keluar paviliun ia melihat penjaga kerajaan yang cengar-cengir. Sang Putri memang akrab dengan siapa saja.“Putri pasti kelelahan." Ucap Penjaga.“Simpan itu dalam pikiranmu, dodo!" ucap sang putri memerah.“Ah, sang putri merona.." ucap Penjaga di sebelahnya.“Untung aku Putri Andini, aku tidak tahu akan seperti apa kalian apabila dengan putri yang lain, beraninya menggoda!" ucap Putri dengan aksen manjanya.“Tidak Putri, hanya Putri Andini jujungan kita, tidak mau yang lain."Andini diam saja sambil tersenyum meninggalkan penjaga mencari Pangeran. ********* “Apa kau punya persediaa

  • Book 1 : INDERALAYA (Beside This World)   Bagian 9 : Bersatu

    Pesta yang dilakukan di kediaman Pangeran Inderalaya berlangsung sama meriahnya dengan yang diadakan oleh Kerajaan Pohon Kencana. Seusai pesta, Raja Aryadwipa menemui putrinya untuk mengucapkan salam perpisahan.“Putri ayah sudah dewasa." Ucap Raja Aryadwipa sedih.Mendengar ucapan ayahnya, air mata sang putri tidak bisa dibendung.“Maafkan aku ayah, aku tidak bisa bersamamu lagi. Aku.. aku tidak bisa bermanja lagi padamu karena aku telah menjadi seorang istri. Ayah jaga kesehatan. Aku akan rajin berkunjung. Atau ayah saja yang berkunjung agar aku tidak kelelahan." Ucap putri sendu.“Dasar anak nakal! Harusnya kau bersama suamimu yang berkunjung. Ayah kan raja." Sambil memukul pelan bahu sang putri menghalau air mata yang akan keluar.“Saya dan putri akan rajin berkunjung, ayah. Saya tidak akan membiarkan putri kelelahan." Pangeran ikut bergabung membelai bahu istrinya.“Jangan biarkan ia tidur saja, putraku. Ia suka rebahan, tapi sebenarnya ia mampu mengerjakan ba

  • Book 1 : INDERALAYA (Beside This World)   Bagian 10 : Bertemu Ilham

    Masih dalam perjalanan mengambil telur asin,“Apakah kamu benar sendirian tadi? Entah kenapa firasat ayah lain."“Tadi, tidak penting ayah. Aku hanya olahraga."Sayangnya sang ayah sempat melihat perubahan raut wajah putrinya.Tidak sampai limabelas menit telah sampai di rumah H. Usrok pemilih usaha telur asin dan bebek potong. Terdapat banner selamat datang yang dipampang di gerbang masuk rumahnya.“Halo, Pak Udin ya? Tadi yang ngubungin?"“Iya Pak Usrok”“Mari masuk.."Keduanya masuk ke ruang tamu yang tidak begitu besar. Rumah ini tergolong sederhana untuk ukuran juragan bebek yang namanya dikenal banyak orang, tidak hanya se-desa Tanjung saja.“Ham, tolong panggilkan Mbok Yem suruh buatkan minuman." Pak Usrok menyuruh pemuda yang tadinya membaca itu, untuk ke belakang memanggil pembantunya.“Tidak usah repot-repot pak, saya Cuma sebentar."“Alah tidak masalah, biasany

  • Book 1 : INDERALAYA (Beside This World)   Bagian 11 : Izin Ayah

    Pangeran dan putri merasakan puas yang berbeda-beda. Hal tersebut hanya ada dalam benak mereka sendiri. Pangeran yang berusaha tidur membelakangi putri tidak bisa bergerak dengan adanya tangan dan kaki yang membelitnya. Ia akan menarik perkataannya jika Putri Andini telah berubah. Ia masih sama seperti dulu. Gadis yang ceroboh dan manja. Gerakan Andini pada punggung polosnya kembali membangunkan hasrat yang ditidurkannya.Ia siap untuk memulai lagi hari ini. Begitupun dengan Andini yang harus siap, karena ini hukumannya. ********* Sarah harap-harap cemas menunggu kedatangan kekasihnya. Ini lebih lambat dari yang dijanjikannya. Ayahnya dari tadi telah mempertanyakan apa gerangan maksud yang akan disampaikan, ketika Sarah menahan sang ayah untuk pergi ke ladang kembali. Beberapa menit kemudian Inderalaya datang dengan wajah segarnya. Ia menampakkan diri bak manusia biasa. Berpakaian batik panjang dan membawa bingkisan. Tak lupa, rambut panjangnya digelung rapi berpo

  • Book 1 : INDERALAYA (Beside This World)   Bagian 12 : Hilang

    Sekembalinya Pak Udin ke rumah, hari sudah petang. Tak lupa pak udin menghampiri kamar putrinya yang masih tertutup.“Nduk, udah makan?"Tidak ada sahutan. Pak udin beranjak ke ruang makan. Melihat hidangan masih utuh. Pak udin kembali ke depan kamar putrinya.“Marah boleh, tapi kalo nggak makan jangan ya.. nanti kamu bisa sakit."Pak Udin mendorong pintu kamar putrinya, dan terbuka. Biasanya dikunci.“Loh, Nduk?" Pak Udin bingung, kamar putrinya kosong.*********Selepas Pak Udin pergi ke warung, Sarah bergegas ikut keluar, namun dengan tujuan yang berbeda. Danau gelandang. Sarah berjalan seorang diri melalui pematang sawah, jalan terdekat menuju danau. Sesampainya di pinggir danau tempat biasa mereka bertemu, Sarah member kode untuk memanggil kekasihnya itu. Beberapa menit kemudian muncul lah Inderalaya.“Kenapa engkau selalu bersedih, Sayang?"“Kau gila, bagaimana aku tidak bersedih!"&ldquo

  • Book 1 : INDERALAYA (Beside This World)   Bagian 13 : Sebuah Usaha

    “Coba tanya ke anak indigo saja, jangan ke dukun dulu, mahal nanti." Ucap Karyono.“Nah ya, itu juga gak papa." Sambung Yuk Jum.“Siapa tapi?"“Si Ilham anaknya Haji Usrok bisa itu."“Jangan ke nak Ilham, saya nggak enak."“Eh udah kenal."“Yaapa pak lawong demi anak kok."“Langsung saja, saya yakin pasti dibawa jin itu."“Firasat ayah ya, ini ceritanya." Ucap Karyono.“Ada channel dukun?"“Saya biasa ke Mbah Surip, Pak Udin." Ucap Yuk Jum.“Halah.. mana berani dia, lawannya sulit ini. kalo sumber masalah ada di sekitar sini, yo jangan pake dukun sini, cari yang jauh." Ucap Karyono.“Di mana?!"“Saya punya kenalan guru di daerah Gunung Kawi sana, dia juga ndukun. Namanya Ki Pejah."“Hahaha.. yaopo Pak Karyo, kok wong mati ditawakne."“Hush.. gak boleh hina nama orang, yuk. Nama itu pemberian orang tuanya."“Paling dulu disangka udah mati ya, eh ternyata masih hidup hahaha.. Yuk Jum."“Iya, bener kayak gitu ceritanya."Eh.

  • Book 1 : INDERALAYA (Beside This World)   Bagian 14 : Tidak Menyerah

    Pagi hari, yang memiliki tanaman di sawah, akan pergi ke sawah. Yang bekerja di kantor, atau sekolah berangkatlah ke kantor atau ke sekolah, yang ke pasar, berjualan atau sekedar mengantar istri belanja, maka berangkatlah ke pasar. Yang menganggur, biasanya lebih memilih tidur agak panjang, atau bila terpaksa bangun, biasanya lebih memilih ngopi di Yuk Jum. Yuk Jum juga menjual nasi pecel di pagi hari. Siangnya kalau orang-orang ingin makan, ia telah menyiapkan menu lain atau menawarkan indomie, yang terkenal disemua kalangan, utamanya anak kos. Selain itu, ada rokok, gorengan, jajanan, sprite, fanta, es marimas, dan menu utamanya kopi hitam, dan masih banyak lagi yang lain. Sekali duduk di kursi pengunjung, maka tidak ada waktu yang terlalu cepat. Semuanya ada, maka pengunjung, yang utamanya kaum adam, betah berlama-lama di sana.Seperti pagi ini, kiranya pukul 8 pagi, para penganggur memadati tempat Yuk Jum, nanti sekitar pukul 10 pagi, para pekerja sawah akan menggan

Latest chapter

  • Book 1 : INDERALAYA (Beside This World)   Bagian 15 : Faktanya

    Kepulangan Inderalaya dari Inderamayu disambut bahagia oleh Kerajaan Danau Gelandang. Pasalnya, kesepakatan mereka berhasil. Ia mendapatkan pasokan beras dari sana dengan harga miring, asalkan kerajaan danau gelandang menambah pasokan ayam potong dan telur kepada mereka.Putri Andini menunggu suaminya di depan paviliun. Keduanya saling tersenyum. Jangan lupakan rasa cinta andini yang kian hari semakin berkembang. Sayangnya, Inderalaya menganggap ia tak ubahnya seorang adik."Bagaimana Inderamayu?""Hanya berkunjung ke kerajaan, dan melihat-lihat sawah di sana, tidak lebih. Aku hanya ingin cepat pulang.""Kangen ya?"Pangeran Inderalaya tersenyum. Putri Andini merutuki kespontanannya."Iya, kangen dengan kerajaan dan seseorang.""Ah ya benar. Sudah dua hari bukan, kau tidak mengunjunginya."Pangeran tersenyum benar."Aku juga merindukan kecerobohan seseorang." Lanjutnya sambil menatap jahil ke Putri Andini. Sang putri salah tin

  • Book 1 : INDERALAYA (Beside This World)   Bagian 14 : Tidak Menyerah

    Pagi hari, yang memiliki tanaman di sawah, akan pergi ke sawah. Yang bekerja di kantor, atau sekolah berangkatlah ke kantor atau ke sekolah, yang ke pasar, berjualan atau sekedar mengantar istri belanja, maka berangkatlah ke pasar. Yang menganggur, biasanya lebih memilih tidur agak panjang, atau bila terpaksa bangun, biasanya lebih memilih ngopi di Yuk Jum. Yuk Jum juga menjual nasi pecel di pagi hari. Siangnya kalau orang-orang ingin makan, ia telah menyiapkan menu lain atau menawarkan indomie, yang terkenal disemua kalangan, utamanya anak kos. Selain itu, ada rokok, gorengan, jajanan, sprite, fanta, es marimas, dan menu utamanya kopi hitam, dan masih banyak lagi yang lain. Sekali duduk di kursi pengunjung, maka tidak ada waktu yang terlalu cepat. Semuanya ada, maka pengunjung, yang utamanya kaum adam, betah berlama-lama di sana.Seperti pagi ini, kiranya pukul 8 pagi, para penganggur memadati tempat Yuk Jum, nanti sekitar pukul 10 pagi, para pekerja sawah akan menggan

  • Book 1 : INDERALAYA (Beside This World)   Bagian 13 : Sebuah Usaha

    “Coba tanya ke anak indigo saja, jangan ke dukun dulu, mahal nanti." Ucap Karyono.“Nah ya, itu juga gak papa." Sambung Yuk Jum.“Siapa tapi?"“Si Ilham anaknya Haji Usrok bisa itu."“Jangan ke nak Ilham, saya nggak enak."“Eh udah kenal."“Yaapa pak lawong demi anak kok."“Langsung saja, saya yakin pasti dibawa jin itu."“Firasat ayah ya, ini ceritanya." Ucap Karyono.“Ada channel dukun?"“Saya biasa ke Mbah Surip, Pak Udin." Ucap Yuk Jum.“Halah.. mana berani dia, lawannya sulit ini. kalo sumber masalah ada di sekitar sini, yo jangan pake dukun sini, cari yang jauh." Ucap Karyono.“Di mana?!"“Saya punya kenalan guru di daerah Gunung Kawi sana, dia juga ndukun. Namanya Ki Pejah."“Hahaha.. yaopo Pak Karyo, kok wong mati ditawakne."“Hush.. gak boleh hina nama orang, yuk. Nama itu pemberian orang tuanya."“Paling dulu disangka udah mati ya, eh ternyata masih hidup hahaha.. Yuk Jum."“Iya, bener kayak gitu ceritanya."Eh.

  • Book 1 : INDERALAYA (Beside This World)   Bagian 12 : Hilang

    Sekembalinya Pak Udin ke rumah, hari sudah petang. Tak lupa pak udin menghampiri kamar putrinya yang masih tertutup.“Nduk, udah makan?"Tidak ada sahutan. Pak udin beranjak ke ruang makan. Melihat hidangan masih utuh. Pak udin kembali ke depan kamar putrinya.“Marah boleh, tapi kalo nggak makan jangan ya.. nanti kamu bisa sakit."Pak Udin mendorong pintu kamar putrinya, dan terbuka. Biasanya dikunci.“Loh, Nduk?" Pak Udin bingung, kamar putrinya kosong.*********Selepas Pak Udin pergi ke warung, Sarah bergegas ikut keluar, namun dengan tujuan yang berbeda. Danau gelandang. Sarah berjalan seorang diri melalui pematang sawah, jalan terdekat menuju danau. Sesampainya di pinggir danau tempat biasa mereka bertemu, Sarah member kode untuk memanggil kekasihnya itu. Beberapa menit kemudian muncul lah Inderalaya.“Kenapa engkau selalu bersedih, Sayang?"“Kau gila, bagaimana aku tidak bersedih!"&ldquo

  • Book 1 : INDERALAYA (Beside This World)   Bagian 11 : Izin Ayah

    Pangeran dan putri merasakan puas yang berbeda-beda. Hal tersebut hanya ada dalam benak mereka sendiri. Pangeran yang berusaha tidur membelakangi putri tidak bisa bergerak dengan adanya tangan dan kaki yang membelitnya. Ia akan menarik perkataannya jika Putri Andini telah berubah. Ia masih sama seperti dulu. Gadis yang ceroboh dan manja. Gerakan Andini pada punggung polosnya kembali membangunkan hasrat yang ditidurkannya.Ia siap untuk memulai lagi hari ini. Begitupun dengan Andini yang harus siap, karena ini hukumannya. ********* Sarah harap-harap cemas menunggu kedatangan kekasihnya. Ini lebih lambat dari yang dijanjikannya. Ayahnya dari tadi telah mempertanyakan apa gerangan maksud yang akan disampaikan, ketika Sarah menahan sang ayah untuk pergi ke ladang kembali. Beberapa menit kemudian Inderalaya datang dengan wajah segarnya. Ia menampakkan diri bak manusia biasa. Berpakaian batik panjang dan membawa bingkisan. Tak lupa, rambut panjangnya digelung rapi berpo

  • Book 1 : INDERALAYA (Beside This World)   Bagian 10 : Bertemu Ilham

    Masih dalam perjalanan mengambil telur asin,“Apakah kamu benar sendirian tadi? Entah kenapa firasat ayah lain."“Tadi, tidak penting ayah. Aku hanya olahraga."Sayangnya sang ayah sempat melihat perubahan raut wajah putrinya.Tidak sampai limabelas menit telah sampai di rumah H. Usrok pemilih usaha telur asin dan bebek potong. Terdapat banner selamat datang yang dipampang di gerbang masuk rumahnya.“Halo, Pak Udin ya? Tadi yang ngubungin?"“Iya Pak Usrok”“Mari masuk.."Keduanya masuk ke ruang tamu yang tidak begitu besar. Rumah ini tergolong sederhana untuk ukuran juragan bebek yang namanya dikenal banyak orang, tidak hanya se-desa Tanjung saja.“Ham, tolong panggilkan Mbok Yem suruh buatkan minuman." Pak Usrok menyuruh pemuda yang tadinya membaca itu, untuk ke belakang memanggil pembantunya.“Tidak usah repot-repot pak, saya Cuma sebentar."“Alah tidak masalah, biasany

  • Book 1 : INDERALAYA (Beside This World)   Bagian 9 : Bersatu

    Pesta yang dilakukan di kediaman Pangeran Inderalaya berlangsung sama meriahnya dengan yang diadakan oleh Kerajaan Pohon Kencana. Seusai pesta, Raja Aryadwipa menemui putrinya untuk mengucapkan salam perpisahan.“Putri ayah sudah dewasa." Ucap Raja Aryadwipa sedih.Mendengar ucapan ayahnya, air mata sang putri tidak bisa dibendung.“Maafkan aku ayah, aku tidak bisa bersamamu lagi. Aku.. aku tidak bisa bermanja lagi padamu karena aku telah menjadi seorang istri. Ayah jaga kesehatan. Aku akan rajin berkunjung. Atau ayah saja yang berkunjung agar aku tidak kelelahan." Ucap putri sendu.“Dasar anak nakal! Harusnya kau bersama suamimu yang berkunjung. Ayah kan raja." Sambil memukul pelan bahu sang putri menghalau air mata yang akan keluar.“Saya dan putri akan rajin berkunjung, ayah. Saya tidak akan membiarkan putri kelelahan." Pangeran ikut bergabung membelai bahu istrinya.“Jangan biarkan ia tidur saja, putraku. Ia suka rebahan, tapi sebenarnya ia mampu mengerjakan ba

  • Book 1 : INDERALAYA (Beside This World)   Bagian 8 : Pangeran Pergi?

    Putri Andini bangun sendirian. Hari ini cerah, dan ia bangun kesiangan lagi. Kenapa Pangeran tidak membangunkannya. Tunggu, ia melihat bercak darah di ranjang. Darah siapa? Tentu saja darah pangeran. Mungkin saja ia mengiris bagian tubuhnya. Jangan bayangkan mahkluk dunia oranye akan seperti itu, tentu saja ada magic, kenapa menggunakan cara seperti manusia. Keluar paviliun ia melihat penjaga kerajaan yang cengar-cengir. Sang Putri memang akrab dengan siapa saja.“Putri pasti kelelahan." Ucap Penjaga.“Simpan itu dalam pikiranmu, dodo!" ucap sang putri memerah.“Ah, sang putri merona.." ucap Penjaga di sebelahnya.“Untung aku Putri Andini, aku tidak tahu akan seperti apa kalian apabila dengan putri yang lain, beraninya menggoda!" ucap Putri dengan aksen manjanya.“Tidak Putri, hanya Putri Andini jujungan kita, tidak mau yang lain."Andini diam saja sambil tersenyum meninggalkan penjaga mencari Pangeran. ********* “Apa kau punya persediaa

  • Book 1 : INDERALAYA (Beside This World)   Bagian 7 : Hari Pernikahan

    “Apakah tidak apa-apa?" tanya Sarah.“Tentu saja. Tidak ada budaya pingit di dunia kami. Jadi aku masih bisa bertemu dengan kekasihku."“Ini bahkan h min beberapa jam sayangku."“Jika ini adalah pernikahan kita, aku pasti akan sangat gugup."“Kenapa gugup?" tanya Sarah manja.“Entah, aku tidak sabar menunggu resmi dan kita bisa melakukan banyak hal." Ucap inderalaya genit.“Sepertinya aku tahu arah pembicaraanmu." Ucap Sarah sembari mencubit lengan Pangeran.“Sekarang ini dulu." Kecupan Inderalaya bersarang di dahi Sarah.“Kembalilah, orang-orang pasti mencarimu."“Benar, aku harus bersiap." Inderalaya tertawa dan pamit undur diri. ********* Sementara itu, suasana Kerajaan Danau Gelandang mendadak riuh, karena pangeran tidak ditemukan di manapun.“Sudah ketemu?" tanya Pangeran Suryanaka pada Jendral.“Belum pangeran."Pangeran Suryanaka berinisiatif mencari barang bukti di kamar adiknya jika emang terbukti kabur dari pernikahan. Se

DMCA.com Protection Status