Home / Romansa / Boneka Tawanan Sang Penguasa / 70. Maafkan Aku, Camila

Share

70. Maafkan Aku, Camila

Author: AeStar's Ruby
last update Last Updated: 2025-03-27 17:00:21

Camila bergetar saat dia baru saja mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak terucap begitu saja.

Perceraian.

Victor, matanya yang gelap menatap Camila dengan intens. Dengan gerakan tangan, dia menyuruh para pelayan yang tadi berada di ruangan itu untuk keluar. Tanpa satu kata pun, mereka segera menurut, menutup pintu dengan hati-hati, meninggalkan hanya mereka berdua di dalam kamar yang dipenuhi ketegangan.

Camila mengira Victor akan mengabaikan ucapannya dan pergi begitu saja, tapi tidak. Lelaki itu justru mendekatinya.

Victor berdiri tepat di hadapannya, menundukkan kepala sedikit, hingga tatapan mereka sejajar. Jarinya terangkat, menangkup lembut kedua pipi Camila, memaksa istrinya itu menatapnya dalam.

"Katakan sekali lagi."

Suara Victor terdengar rendah, hampir seperti bisikan, tapi sarat dengan ketegangan yang tajam.

Camila mengerjapkan mata. Ada keteguhan dalam sorot mata
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Boneka Tawanan Sang Penguasa   71. Lebih dari Segalanya

    Di dalam ruangan luas dengan pencahayaan redup, Nathan bersandar di kursinya dengan kaki terangkat ke meja. Jemarinya mengetuk-ngetuk permukaan kayu, matanya menatap langit-langit dengan ekspresi bosan. Tapi itu sebelum ponselnya bergetar di atas meja.Dengan cepat, dia mengambilnya dan melihat nama yang tertera di layar.Will.Nathan langsung mengangkat panggilan itu. "Bagaimana? Apa ada perkembangan?"Dari seberang, suara Will terdengar, sedikit terengah. "Victor baru saja memaksa istrinya masuk ke dalam mobil. Camila menangis, kelihatannya mereka bertengkar sebelum itu."Nathan duduk tegak, ekspresinya berubah tajam. "Apa? Kau yakin dia menangis?""Aku melihatnya sendiri," jawab Will tanpa ragu.Ada jeda sejenak. Nathan menggertakkan giginya, tinjunya mengepal di atas meja. "Tentu saja, Victor. Aku tahu kau tidak akan pernah bisa membuat Camila bahagia.""Ke mana mereka pergi?" tanyanya kemudian."Ma

    Last Updated : 2025-03-28
  • Boneka Tawanan Sang Penguasa   72. Kejaran Will

    Will menggenggam erat setirnya, rahangnya mengeras saat melihat mobil yang dikendarai Raphael semakin jauh di depan. Dia memacu mobilnya lebih cepat, menyalip kendaraan-kendaraan lain di jalanan yang mulai padat. Kecepatan menjadi kunci, dan dia tidak bisa kehilangan targetnya begitu saja.Mobil yang dia ikuti melesat tajam melewati persimpangan, memaksanya untuk menekan pedal gas lebih dalam. Will menggeram frustasi ketika mendapati beberapa kendaraan besar menghalangi jalannya."Sial!" gerutunya, tangannya menggenggam setir dengan kuat.Namun, dia tidak butuh waktu lama untuk kembali mendapatkan celah. Begitu ada ruang terbuka, dia segera menyalip, kembali melesat mengejar mobil yang diyakininya membawa Camila.Beberapa menit berlalu, mobil target akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan tua yang tampak terbengkalai. Will segera menepikan mobilnya sedikit lebih jauh dan mematikan mesin. Dengan cepat, dia keluar dari mobil dan mengamati pergera

    Last Updated : 2025-03-28
  • Boneka Tawanan Sang Penguasa   73. Aku Mengerti

    Victor menutup telepon dengan Raphael, mengembuskan napas panjang untuk menahan kepanikan yang nyaris melumpuhkan pikirannya. Camila mengalami syok hingga perutnya sakit. Bayangan wajah istrinya yang pucat dan penuh air mata menghantui pikirannya, tapi Victor memaksa dirinya tetap tenang. Dia tidak bisa kehilangan fokus sekarang, terutama ketika perang ini akan segera dimulai. Pintu ruangannya diketuk, dan seseorang masuk tanpa menunggu izin. Liam. Dokter pribadi keluarga Aryasena itu melangkah masuk dengan santai, meskipun matanya tajam menatap Victor yang terlihat berbeda dari biasanya. "Ada apa? Kau memanggilku dengan nada yang serius." Victor menatap sahabatnya itu dengan ekspresi tak terbaca, lalu berdiri dari kursinya. "Sudah waktunya berangkat," kata Victor akhirnya. "Camila sudah lebih dulu pergi ke villa di Utara." Liam mengernyit. "Kau jadi

    Last Updated : 2025-03-28
  • Boneka Tawanan Sang Penguasa   74. Persiapan

    Liam datang terakhir, menyusul setelah perjalanan panjangnya dari mansion. Begitu dia turun dari mobil, Raphael langsung menyambutnya dengan ekspresi serius."Akhirnya kau datang," kata Raphael sambil melirik jam tangannya.Liam mengangguk, mengeratkan mantel panjangnya yang sedikit berdebu akibat perjalanan. Udara di sekitar villa ini jauh lebih dingin dibanding di kota."Maaf, aku sedikit terlambat. Bagaimana keadaannya?" tanya Liam.Raphael menghela napas. "Syok berat. Sejak perjalanan tadi dia terus diam, dan dia hampir pingsan karena tekanan emosinya."Liam mengernyit. "Bagaimana kondisi fisiknya?""Tidak ada luka serius, tapi dia butuh perhatian khusus. Sejak turun dari mobil, dia langsung masuk ke kamar dan hampir tidak berbicara dengan siapa pun."Liam mengangguk paham. Dia bisa membayangkan bagaimana perasaan Camila saat ini.Raphael menepuk bahu Liam. "Aku harus segera kembali. Kau yang bertanggung jaw

    Last Updated : 2025-03-29
  • Boneka Tawanan Sang Penguasa   75. Tetap Adikku

    "Sedang apa sekarang Victor? Aku ingin melihat wajahnya," gumam Camila seorang diri.Camila memandangi taman di luar jendela yang tampak tertata rapi, biasanya dia dan Victor akan berjalan-jalan sore hari untuk menghabiskan waktu bersama, tapi kali ini dia hanya seorang diri diasingkan.Camila menghela napas lelahnya. "Apa Victor masih mencari Selena, apakah dia masih berusaha menemukannya. Aku percaya kalau Victor ingin melindungiku, tapi sayangnya aku juga percaya kalau Victor masih mencintai Selena."Camila memejamkan matanya, dia kembali berpikir tentang semua yang terjadi belakangan ini, semuanya terlalu tiba-tiba. Cintanya pada Victor juga tiba-tiba."Seharusnya aku tidak mencintai Victor hanya karena dia bersikap sedikit baik padaku, harusnya aku bisa menjaga hatiku agar tidak terlalu sakit nantinya," kata Camila.Camila duduk perlahan, mengusap perutnya yang mulai membesar. "Mungkin Victor ingin melindungi hanya karena bayi yang a

    Last Updated : 2025-03-29
  • Boneka Tawanan Sang Penguasa   76. Serangan Pertama

    Raphael menghentikan mobilnya di bangunan besar yang mewah dan otentik. Dia membuka pintu mobil perlahan, tidak lupa menutupnya kembali. Raphael memasuki pintu yang sudah dibukakan oleh pelayan dan menuju ke arah Joee yang sedang membersihkan meja."Di mana Nyonya Camila?" tanya Raphael tanpa basa-basi.Joee menoleh sebentar, lalu melanjutkan kerjaannya. "Nyonya sedang di taman belakang dengan nyonya besar," jawab Joee.Raphael langsung melanjutkan langkahnya ke halaman belakang dan dia melihat Camila sedang duduk di samping Sophia. Mereka berdua terlihat begitu akrab dan entah kenapa hati Raphael terasa menghangat karena tuannya telah menemukan sesuatu yang akan dia lindungi setelah badai di hatinya berlalu.Raphael melangkahkan kakinya mendekat ke arah mereka berdua. Camila menyadari kehadiran Raphael dan menoleh menatap manik yang menatapnya lumayan tajam. "Nyonya, Tuan memberikan ini untuk komunikasi. Tuan juga mengatakan kalau dia a

    Last Updated : 2025-03-30
  • Boneka Tawanan Sang Penguasa   77. Keluarga dan Ambisi

    Nathan yang berdiri di hadapan mereka semua pembenci Victor. Melihat orang-orang yang berkumpul di pihaknya seakan tercium wangi darah yang sangat dia sukai. Bagaimana Victor akan bertekuk lutut di hadapannya dan dia memenggal kepala Victor sambil tersenyum. "Sekarang Victor tengah dalam masa lengahnya, dia pikir dia akan bisa mengatasi kita, dia tidak mungkin bisa menahan balai serangan yang datang beruntun. Dia terlalu sibuk mengurus koneksinya dan melebarkan kekuasaan sampai lupa harus bersiap sekarang." Perkataan dari Nathan membangkitkan mereka seakan sudah tidak sabar untuk segera menghancurkan nama Aryasena dari peradaban. "Sepertinya begitu, aku sama sekali tidak melihat pergerakan Victor selain dia sibuk untuk menjalin kerja sama dengan beberapa pihak," timpal Alexander. Mereka tertawa puas melihat Victor yang terlihat kecolongan tanpa mereka menyelidiki lebih lanjut. "Itulah sebabnya Aryasena harus

    Last Updated : 2025-03-31
  • Boneka Tawanan Sang Penguasa   78. Perkiraan Meleset

    "Kau sungguh-sungguh?" tanya Sebastian tersenyum dengan mata yang berbinar. "Apa kau pikir aku bisa bohong dengan kabar seperti ini? Aku hamil sungguhan dan kita akan menjadi orang tua, oleh sebab itulah aku tidak boleh stres dan aku juga tidak ingin bertemu keluargaku yang akan memicu konflik," jelas Selena. Sebastian bangkit dari duduknya, berjalan mengitari meja dan langsung memeluk Selena, memberikannya banyak kecupan singkat di wajah Selena. "Aku sangat bersyukur mendapat kabar seperti ini, aku harap kita bisa menjadi orang tua yang baik. Aku akan menuruti semua permintaanmu tanpa bertanya lagi. Kita akan pergi jauh setelah ini dan memulai hidup dengan baik," ujar Sebastian. Selena tersenyum, pada akhirnya suaminya bisa mengerti keputusannya tanpa harus bertanya apa pun lagi. Itulah yang dia harapkan, pergi dari keramaian ataupun keluarganya, karena kenangan dulu sangat membuatnya sakit hati. "Baguslah kalau begitu, aku ingin semuanya jadi lebih tenang. Bisakah kita pergi bes

    Last Updated : 2025-04-02

Latest chapter

  • Boneka Tawanan Sang Penguasa   103. Berpaling

    Mentari sore mulai merunduk perlahan, menyisakan cahaya keemasan yang menyelinap masuk melalui jendela besar di ruang kerja Victor. Laki-laki itu menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan satu tangan mengusap pelipis, menyudahi rapat yang melelahkan. Di hadapannya, Raphael berdiri sambil merapikan berkas-berkas yang baru saja selesai dibahas.“Jadi … hanya itu yang aku bisa kerjakan hari ini?” tanya Victor santai, meski nada suaranya menggoda dan sedikit menantang.Raphael menatap Victor dengan alis terangkat. “Tuan sudah selesai. Berkas-berkas sudah ditandatangani, laporan sudah kuperiksa ulang. Tidak ada yang tersisa untuk hari ini, Tuan.”Victor tertawa pelan sambil berdiri dan mengambil jasnya. “Bagus. Karena aku sudah tidak sabar ingin pulang.”Raphael mengangguk mengerti. “Nyonya Camila, ya?”Victor hanya tersenyum, tapi dari matanya, jelas terpancar kerinduan. “Kau tahu sendiri bagaimana Camila akhir-akhir ini. Masih sedikit terganggu sejak William datang bersama Elena. Aku harus c

  • Boneka Tawanan Sang Penguasa   102. Dicintai

    Camila duduk di sisi ranjang, menatap layar tablet yang memperlihatkan beberapa artikel dan foto tentang Elena—putri dari William, sekutu Victor.Cantik, anggun, berpendidikan tinggi, dan yang paling membuatnya terdiam lama… Elena berasal dari keluarga terpandang, memiliki reputasi mentereng di dunia bisnis dan sosial. Camila menghela napas berat, menutup layar tabletnya perlahan.Pikiran-pikiran gelap mulai mengendap di benaknya. Ia memandang bayangannya di cermin besar di seberang ruangan, mengamati dirinya yang kini tengah hamil, dengan lingkaran gelap di bawah mata karena sering sulit tidur akhir-akhir ini.“Elena memiliki segalanya …,” gumamnya lirih. “Sedangkan aku .…”Ia menggigit ujung jarinya, kebiasaan lamanya saat sedang gelisah. Wajahnya mengerut, hatinya diliputi kecemasan. Bagaimana pun, Elena adalah tawaran menarik dalam dunia Victor. Ia takut jika Victor berpaling. Seperti yang dulu dilakukan Victor pada Selena—meninggalkan seorang perempuan untuk perempuan lain.Camil

  • Boneka Tawanan Sang Penguasa   101. Selir

    Udara sore itu terasa hangat, langit dihiasi semburat jingga yang perlahan memudar ke ungu, menyiratkan senja yang menenangkan. Camila melangkah masuk ke dalam mansion dengan senyum ceria yang tak bisa ia sembunyikan. Pertemuan dengan Selena memberi kelegaan dalam hatinya, seolah satu beban besar telah terangkat. Wajahnya bersinar ketika melihat Victor tengah menunggunya di ruang tengah, seperti biasa dengan tatapan lembut yang hanya diperuntukkan untuknya.Victor berdiri, menghampiri Camila dengan langkah ringan, lalu menyentuh pipinya dengan jemari hangat. “Kau tersenyum,” katanya lirih, penuh makna. “Aku senang melihatmu seperti ini lagi.”Camila menatapnya sambil tersipu, lalu menjawab, “Aku juga lega. Setelah semua yang terjadi … aku merasa ini pertama kalinya aku bisa bernapas tanpa beban.”Victor mengangguk, memandangi istrinya dengan mata yang berbinar. “Kalau begitu … setelah ini, apa yang ingin kau lakukan, hm?”Camila menggenggam tangan Victor dengan manja. “Aku ingin makan

  • Boneka Tawanan Sang Penguasa   100. Ambisi yang Menghancurkan

    Udara sore hari membawa semilir angin lembut yang menyusup masuk ke dalam ruang tamu vila kecil di pinggiran kota. Sebuah tempat netral yang dipilih Victor untuk mempertemukan dua perempuan yang pernah—dan masih—menjadi bagian dari kehidupannya.Camila duduk dengan tubuh tegak di sofa, bersebelahan dengan Victor, namun ada jeda kecil di antara mereka. Tangannya bertaut di atas pangkuan, dan tatapannya sesekali mencuri pandang ke arah wanita yang duduk di seberang, Selena. Wajah Camila terlihat canggung, dan kepalanya lebih sering tertunduk.Selena menyambut kedatangan mereka dengan senyum merekah. Ia tampak begitu hangat dan ramah, seolah tidak ada beban di antara mereka bertiga. Rambut panjangnya tergerai lembut, dan perutnya yang mulai membuncit terlihat jelas di balik gaun panjang berwarna pastel.“Terima kasih sudah datang, Victor, Camila.” Suara Selena terdengar tenang dan bersahabat.Camila membalas senyuman itu dengan anggukan kecil, berusaha keras menyembunyikan rasa canggungn

  • Boneka Tawanan Sang Penguasa   99. Tak Tergoyahkan

    Pagi di rumah besar keluarga Aryasena masih terasa lengang. Cahaya matahari menyusup pelan lewat jendela besar, menciptakan bayangan hangat di lantai marmer. Di ruang tengah yang hening, Victor duduk bersama Camila. Tangannya menggenggam tangan perempuan itu erat, seolah tak ingin melepaskannya barang sedetik pun.Camila menatapnya dengan tenang, bibirnya membentuk senyum kecil yang lembut. “Victor … kau tidak perlu melakukan semua itu hanya untuk membuatku percaya. Aku sudah percaya padamu. Percaya sepenuh hati.”Victor tidak langsung menjawab. Ia memandangi wajah Camila dalam-dalam, seolah ingin menyimpan tiap detailnya di ingatan. “Aku tahu kau sudah percaya,” katanya akhirnya. “Tapi aku tidak bisa merasa lega jika aku belum membuktikannya langsung di depan matamu. Aku ingin menghapus semua keraguan yang mungkin masih bersisa—meski hanya sedikit.”Camila menghela napas pelan. Ia tahu Victor bukan sekadar berkata—pria itu memang tipe yang akan menyelesaikan semuanya dengan jelas dan

  • Boneka Tawanan Sang Penguasa   98. Bayangan Masa Lalu

    Senja semakin meredup saat Camila dan Victor duduk di teras belakang mansion Aryasena. Bayangan pohon-pohon tinggi memanjang, menciptakan kesunyian yang bersahaja. Namun di hati Camila, gelombang ketidakpastian masih bergulung.“Kau benar-benar bisa melupakan Selena?” tanya Camila pelan, hatinya berdegup kencang. “Evelyn mirip sekali dengannya … Aku takut, kau akan teringat lagi padanya.”Victor menatap Camila dengan lembut, merangkul pinggang istrinya. “Haruskah aku membawa Selena ke hadapanmu, lalu bersumpah di depan Tuhan bahwa hubungan kami telah benar‑benar kandas?” ucapnya tenang, suaranya mantap. “Aku menegaskan sekali lagi, yang kusayangi sekarang hanyalah kau, Camila. Tak ada yang lain. Apa itu saja belum cukup setelah semua perjuanganmu?”Camila terdiam, mengerjakan pergumulan di dalam dada. Benar, Victor telah menanggalkan segala kekuasaannya, mempertaruhkan nyawa, bahkan melupakan rasa sakit lamanya hanya demi menyelamatkan dirinya. Air matanya mengalir perlahan saat ia me

  • Boneka Tawanan Sang Penguasa   97. Satu-satunya

    Suasana ruang penghakiman masih menegang ketika vonis terhadap Nathan diumumkan. Desis kebencian dan gumaman setuju membanjiri ruangan, namun belum sempat semua kembali tenang, suara berat dan bergetar terdengar dari sisi kanan ruangan.“Bukankah … hukuman itu terlalu berlebihan?” tanya Lucas Ardhana dengan suara serak yang ditahan oleh amarah sekaligus kepanikan. Tubuhnya berdiri tegak, namun sorot matanya jelas gelisah.Semua kepala keluarga menoleh padanya, termasuk Victor yang berdiri di tengah dengan Camila di sisinya. Victor menatap Lucas tanpa berkedip, lalu melangkah maju dengan langkah lambat dan penuh tekanan.“Berlebihan?” ulang Victor dingin, suaranya memotong udara seperti pisau. “Ibuku mati ditusuk berulang kali. Camila—istriku—hampir kehilangan nyawanya dan anak kami. Dan kau ingin bilang hukuman ini … berlebihan?”Lucas mengepal tangannya. “Tapi kau membuat anakku tak lagi bisa hidup normal! Kau memotong dua tangannya, satu kakinya. Itu sama saja menyuruhnya mati perla

  • Boneka Tawanan Sang Penguasa   96. Kejatuhan Sempurna

    Camila duduk di kursi kayu di sudut ruangan, matanya tak pernah lepas dari tubuh Victor yang kini tengah diperban dan dirawat oleh dokter lain. Biasanya Liam yang akan mengurus semua luka Victor, tapi kondisi Liam yang tengah kritis membuat hal itu mustahil. Kini, seorang dokter tua dengan gerakan cekatan menyeka darah yang masih tersisa dan membalut luka panjang di sisi tubuh Victor dengan hati-hati.Victor menahan nyeri tanpa suara. Hanya napasnya saja yang sesekali terdengar berat. Namun saat matanya bertemu dengan pandangan Camila, senyum kecil ia hadirkan seolah ingin menyampaikan bahwa semuanya baik-baik saja.Camila hanya bisa menggenggam tangannya sendiri erat-erat, menahan semua rasa khawatir yang menggelegak dalam dadanya. Ketika sang dokter akhirnya selesai, ia hanya mengangguk sopan sebelum keluar meninggalkan ruangan tanpa banyak kata.Camila segera bangkit, menghampiri sisi tempat tidur dan duduk di tepinya.“Kau harus beristirahat sekarang,” ucapnya lirih sambil mengelu

  • Boneka Tawanan Sang Penguasa   95. Tempat Pulang

    Sinar matahari pagi menyusup pelan lewat celah jendela kamar yang setengah tertutup tirainya. Udara terasa sunyi, berat oleh duka yang masih menggantung di antara napas-napas yang tertahan. Di depan cermin, Camila berdiri dalam diam, memandang pantulan dirinya yang dibalut gaun hitam sederhana. Warna gelap itu menambah pucat pada wajahnya yang memang sudah kehilangan rona sejak hari-hari penuh luka itu datang bertubi-tubi.Pintu kamar terbuka perlahan. Langkah kaki mendekat pelan di belakangnya. Lalu sepasang lengan kuat memeluknya dari belakang, membawa kehangatan di antara dinginnya suasana berkabung. Victor menyandarkan dagunya di pundak Camila, menghela napas panjang sebelum akhirnya berbisik, “Kau tak perlu ikut, Camila. Seperti yang aku bilang tadi di mobil … kau cukup istirahat.”Camila menatap bayangan Victor di cermin, lalu menggeleng pelan dengan senyum kecil yang lebih mirip luka daripada kebahagiaan. “Aku masih kuat …,” bisiknya lirih. “Aku harus ikut … aku ingin mengantar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status