"Aku bisa melindungi diriku sendiri tanpa harus ada tambahan bodyguard. Satu Andika saja sudah membuat kepalaku pusing, sekarang mau ditambah lagi." Rafael menolak dengan keras. Ia merasa bisa menjaga diri sendiri, jadi untuk apa kedua orang tuanya, menambah bodyguard. Rafael diam dan kemudian memandang kedua orang tuanya secara bergantian. ,"Tolong jangan perlakukan aku seperti anak kecil. Mommy dan papi sudah memberikan aku 3 pengawal pribadi. Andika, dia akan selalu mengikuti aku mana saja. Aku rasa ini sudah cukup." Pria itu mencoba untuk memberikan pemahaman kepada kedua orang tuanya."Beberapa bulan yang lalu mobil yang kami naiki diikuti di serang dari belakang. Supir yang mengendarai mobil itu meninggal di tempat karena tertembak. Papi, mami bisa selamat karena diselamatkan oleh seorang gadis. Kemampuan bela dirinya begitu sangat hebat meskipun usianya masih sangat muda. Dan kami ingin gadis itu menjadi pengawal pribadimu. Namun bila kamu tidak mau, tidak apa-apa. Biar dia m
Rafael duduk didepan Tiara. Pria berwajah tampan itu, tidak ada henti-hentinya tersenyum memandang Tiar. Sehingga membuat gadis itu salah tingkah. Rasa rindu dan gelisah sekian lama, seakan hilang seketika saat melihat gadis cantik yang memenuhi ruang hatinya. "Jangan lihat saya seperti ini pak." Gadis itu tersipu malu. "Abang lebih senang ketika kita berbicara santai seperti di sekolah waktu itu. Di sini aman dek, jadi gak usah formal." Rafael tersenyum manis dan memperlihatkan gigi gingsul sebelah kanannya.Tiara hanya tersenyum menanggapi ucapan si pria. Meskipun hatinya kini berteriak bahagia, namun harus diingatnya, bahwa ia seorang bodyguard yang bertugas melindungi sang tuan. "Kangen dek, kangen sekali." Rafael mengungkapkan perasaannya. Lagi-lagi Tiara menangapi ucapan si pria dengan senyuman. Hal ini sungguh membuat Rafael kesal dan tidak puas. Pria itu meneguk kopi di cangkirnya hingga habis dan kemudian beranjak dari duduknya. Tiara yang menangkap gerakan si tuan, den
Setelah selesai acara peresmian, Tiara berjalan di selebah Rafael hingga sampai ke parkiran.“Kunci mobil pak.” Tiara berkata dengan tersenyum. Rafael mengeluarkan kunci mobil dari dalam saku celana hitam yang dipakainya dan berencana untuk membuka pintu depan menekan remote. Setelah Tiara menjadi bodyguard nya, Elizabeth dan Faisal mengambil Andika untuk menjadi pengawal pribadi mereka. Andika merupakan orang kepercayaannya yang sudah seperti anak sendiri bagi mereka."Mau ngapain?" Rafael mengerutkan kening saat Tiara mengambil kunci mobil ditangannya. “Mau menyetir mobil.” Tiara tersenyum dan membukakan pintu belakang penumpang dengan gaya seperti seorang supir. Rafael tidak masuk ke dalam mobil. Pria itu memandang kekasihnya dengan tatap tidak suka. Diperlukan seperti ini oleh kekasihnya, sungguh membuat tidak nyaman. "Abang aja yang mengemudikan mobilnya sayang." Dengan cepat Tiara menutup mulut pria tersebut. "Jangan ngomong seperti ini, nanti ada yang dengar. Ingin Abang su
Elizabeth dan Faizal yang duduk di teras rumah, sejak tadi mengawasi dan memperhatikan Tiara bekerja. Mereka tidak meminta gadis itu harus sewaspada ini. Namun apa yang di lakukan Tiara memang bagian dari pekerjaannya. Tiara melangkah mendekati Faisal dan Elizabeth."Apa sudah selesai?” Elizabeth mulai bertanya.“Sudah buk. Ini alat pelacak yang di selipkan di mobil pak Rafael. Apa ini ibuk yang meletakkannya?” tanya Tiara sambil menyerahkan sebuah chip yang berukuran sangat kecil.Elizabeth dan Faisal tampak sangat terkejut. “Kami tidak pernah meletakkan alat pelacak di mobil Rafael, apa mungkin Andik,” balas Elizabeth.Tiara memandang Andika yang berdiri tidak jauh dari Mita dan Faisal. Apa yang sedang mereka katakan, pasti terdengar oleh Pria tersebut. Seperti dugaannya, Andika mendekat. "Aku tidak meletakkan alat pelacak di mobil," jelasnya. Ia sungguh sangat menyesali atas keteledorannya saat mengawasi majikannya. Bagaimana mungkin ia tidak menemukan benda tersebut."Jika tidak
Elizabeth tersenyum tipis saat melihat wajah Tiara yang sudah sangat merah karena ucapannya. "Bagaimana Tiara apa sudah siap dengan pekerjaan hari ini?" Faisal bertanya dengan sangat ramah"Sudah pak, tapi saya tidak punya pengalaman untuk kerja di kantoran," jawab Tiara dengan kaku. Elizabeth tersenyum memandang Tiara. Pagi ini, Tiara terlihat sangat cantik dan segar. Gadis itu memakai mini dress berwarna Dongker dan blazer berwarna putih. Bila melihat penampilannya yang anggun, feminim dan modis, tidak akan ada yang bisa menebak bahwa Tiara memiliki ilmu bela diri yang tinggi dan bodyguard terlatih. Faisal tertawa lepas mendengar jawaban polos dari gadis berwajah cantik tersebut. "Jadi sekretaris itu pekerjaannya paling enak. Hanya cukup pengatur agenda dan membuat janji. Sedangkan untuk masalah surat kontrak dan sebagainya, ada asisten Adnan yang akan mengerjakan." "Nanti akan ada sekretaris yang akan membimbing Tiara. Sekretaris itu, akan mendampingi sampai Tiara paham dan be
Tiara berjalan beriringan dengan Rafael. Jujur saja dirinya gugup, namun Tiara tetap bersikap tenang dan berjalan dengan anggun dan elegan.Datang kembali ke perusahaan ini dan menjadi seorang sekretaris dari direktur utama, sungguh tidak pernah terbayang olehnya. Rafael dan Tiara masuk ke dalam lif khusus direktur utama yang menuju ke lantai 10. Di depan pintu masuk ruangan Rafael, ada meja sekretaris pribadinya bernama Sari. Sari sudah duduk di mejanya, dengan penampilannya yang selalu saja memukau dan sangat cantik serta seksi. Tubuhnya memiliki tinggi sekitar 170, bentuk tubuh yang langsing dan ideal. Tidak kurus dan sangat montok. Sari salah satu karyawan Rafael yang populer di kantor ini. Melihat sang bos datang, gadis itu langsung berdiri untuk menyambutnya.“Selamat pagi pak.” Sapa Sari dengan tersenyum ramah.“Pagi Sari, perkenalkan ini Tiara. Saya minta kamu untuk membimbing Tiara dan beritahu Tiara, bagaimana cara untuk menjadi sekretaris saya.” Rafael menjawab sambil ter
Tiara sangat fokus mendengar segala arahan yang diberikan Sari kepadanya. Wanita cantik itu ternyata sangat baik dan juga sabar saat mengajari Tiara."Kelihatannya kamu masih muda banget." Sari memandang wajah Tiara dan memperhatikan dengan seksama. Jika diperhatikan, gadis yang menjadi rekan kerjanya, masih terlihat seperti masih remaja. Namun dari cara berbicara dan penampilan, gadis itu tampak seperti wanita dewasa. Apakah seperti ini yang dikatakan kepribadian ganda, pikir Sari."Ya Mbak, aku baru lulus SMA," jawab Tiara jujur."Baru lulus SMA, kok bisa bekerja di sini dan menjadi sekretaris?" Sari memandang Tiara dengan mengerutkan keningnya."Syarat dan ketentuan untuk jadi sekretaris pak Rafael bukannya mudah. Harus lulusan universitas terbaik dengan IPK yang tinggi. Kami juga harus Pasih berbahasa inggris. Sedangkan kamu baru lulus SMA, tapi sudah menjadi sekretaris pak Rafael. Berarti kamu lewat jalur khusus. Ayo ngaku, siapa yang sudah memasukkan kamu ke sini?" Sari kembali
Tiara duduk di kursi penumpang bersama dengan Sari. Sedang Adnan, dan Rafael, duduk di kursi depan. Kedua pria itu tidak berhenti berbicara mengenai pekerjaan. Tiara lebih banyak diam saat berada di dalam mobil. Matanya fokus memandang ke arah depan dan melirik ke kiri, ke kanan serta bagian belakang. Setelah mengambil sensor pelacak mobil yang selalu dipakai Rafael, setidaknya membuat hatinya sedikit lega, namun tetap selalu waspada. Jika alat sensor pelacak GPS itu di letak didalam mobil, itu artinya orang yang melakukan masih orang dekat. Karena terlihat cara kerjanya yang begitu sangat rapi dan bisa masuk ke dalam mobil yang sudah memiliki pengaman canggih seperti mobil Rafael.Adnan menghentikan mobilnya di sebuah restoran yang menjadi tempat mereka bertemu dengan rekan bisnisnya. "Sudah sampai," ucapnya sambil membuka sabuk pengaman. Rafael menganggukkan kepalanya dan memandang ke arah belakang. Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat Tiara yang sudah turun dari d
"Apa dia sudah jalan ke sini?" Faisal memandang Rafael."Iya dad, kita tunggu sebentar." Rafael sedikit tersenyum. Meskipun menu sudah terhindar, namun ia ingin makan siang bersama-sama dengan sahabatnya. Sekalian akan mengenalkan Daddy, dan menceritakan tentang hubungannya dengan sang bodyguard.Tiara memandang ke arah pintu masuk. Jantungnya berdegup cepat saat melihat sosok yang dikenalnya. "Rhoma," panggil Faisal. Rhoma tersenyum dan berjalan ke arah Faisal."Enggak nyangka bisa jumpa di sini. Bagaimana kabar kamu, nak?" Faisal bertanya dengan tersenyum. Rhoma adalah orang yang sangat berjasa dalam hidupnya, karena sudah menyelamatkan nyawa istri dan dirinya sendiri. Faisal pernah berniat untuk menjalin kerjasama membuka coffee shop dengan Rhoma, namun pada akhirnya pemuda itu menolak dengan alasan begitu sibuk takut tidak terhandle lagi."Alhamdulillah baik pak Faisal." Rhoma tersenyum. Rafael kenalin ini Rhoma yang dulu pernah menyelamat Daddy dan mommy saat di serang oleh o
Rafael memandang Tiara dengan tersenyum. pagi ini, gadis itu terlihat sangat cantik dan segar dengan memakai stelan blazer berwarna pink muda dan baju kaos putih di dalamnya. Baru melihat senyum manis Tiara saja, hatinya sudah sangat senang dan berbunga-bunga. Degup jantungnya semakin cepat, ketika tatapan matanya bertemu dengan Rafael. Dengan cepat Tiara mengalihkan pandanganya ke arah yang lain. Ia tidak ingin Elizabeth atau Faizal merasa curiga melihat sikapnya."Ayo Tiara, duduk." Elizabeth menarik tangan gadis Cantik tersebut."Iya Bu," jawab Tiara. Sikap baik Elizabeth yang seperti ini, membuat Tiara semakin merasa bersalah. Bahkan sang majikannya itu meletakkan daging bakar ke dalam piringnya. "Bagaimana kuliahnya semala" tanya Rafael. Meskipun obrolan tentang kegiatan perkuliahan dan seperti apa saat di kampus, sudah dibahas, namun tetap saja Rafael bertanya untuk mencari topik obrolan di meja makan. "Baru permulaan pak jadi masih tahap beradaptasi," jawab Tiara dengan sedi
"Saya juga ingin jalan-jalan di Indonesia, jadi anggap saja saat ini sedang jalan-jalan." Yunaindra kembali membujuk kedua gadis tersebut. Ke dua gadis itu pastinya tidak percaya dan canggung dengan orang yang baru di kenal seperti dirinya."Mengapa kalian sepertinya takut denganku, yakinlah aku ini orang baik dan tidak pemakan manusia." Pria berwajah tampan itu terkekeh. Menghadapi anak kecil, diperlukan kesabaran yang ekstra tinggi dan itulah yang saat ini dilakukannya. Dengan sabar meyakini kedua gadis yang masih berdiri dengan sorot mata penuh keraguan. Yunaindra hanya diam dan memandang kedua gadis yang saling berbisik. "Baiklah tapi saya minta saya diantar pulang duluan ya Om," pinta Zia. Berdua saja di dalam mobil dengan lawan jenis yang baru saja di kenal, tentu membuat Zia tidak nyaman. "Tidak masalah." Pria tampan itu tersenyum lega. Tidak masalah siapa yang diantar lebih dulu, yang penting kedua gadis itu mau diantarkan pulang, sehingga ia tidak merasa bersalah terhada
"Maaf Mr, saya ada pekerjaan untuk besok pagi. Jadi saya harus segera pulang untuk menyelesaikan pekerjaan saya. Apa saya bisa minta tolong untuk mengantarkan teman-teman saya pulang? Namun jika Mr sibuk, tidak apa, saya akan menghubungi taksi." Tiara berkata dengan sedikit berbisik di dekat daun telinga Yunaindra agar perkataannya tidak di dengar oleh kedua temannya."Oh tidak, aku tidak sibuk. Pulanglah, selesaikan perjalanan mu." Pria bermata sedikit sipit itu tersenyum. "Terimakasih Mr." Tiara beranjak dari duduknya. "Tiara mau ke mana?" Tanya Zia."Maaf, aku ada pekerjaan untuk besok pagi. Jadi aku pamit dulu ya. Kalian akan di antar Mr Yuna pulang." Tiara berkata dengan tersenyum. Sebelum kedua temannya berbicara, Tiara sudah pergi lebih dulu. Tiara langsung pergi dan masuk ke dalam mobil. Senyum mengembang di bibir tipisnya saat melihat 40 pesan dari Rafael. [Gimana di kampus?][Ingat ya, jangan pandang-pandang cowok.][Selesai kuliah langsung pulang.][Telpon Abang kalau s
"Tiara ini mobil kamu?" Cila bertanya dengan heboh. Dilihatnya mobil mewah berwarna hitam itu dengan mulut terbuka. Tanpa ada rasa malu, gadis itu mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan meminta Zia untuk mengambil gambarnya. Zia hanya patuh mengikuti perintah teman barunya. Ia mengambil gambar Cila dengan berbagai pose. "Cila, ini sudah banyak." Zia mulai lelah. "Satu kali lagi, buat video reels." Pintanya dengan tersenyum.Dengan sangat sabar Zia mengikuti permintaan temannya. "Sudah," ucapnya sambil memberikan ponsel Cila."Tunggu, satu lagi, video tiktok." Cila kembali merayu temannya. Zia menuruti kehendak temannya. Dengan sabar mengambil rekaman video tiktok. Entah sudah berapa kali gadis itu mengambil video tiktok dan menunggu Cila mengupdate dan kemudian mengambil lagi. Yunaindra tersenyum geli melihat Cila yang bertingkah udik. Melihat tingkah gadis-gadis itu, membuatnya hanya tertawa kecil. Namun secara diam-diam Yunaindra ikut serta mengambil video Zia dan Cila. Lumay
Tiara seakan tidak percaya ketika melihat rombongan dosen yang masuk kedalam ruangan dan kemudian duduk di kursi bagian depan yang disediakan khusus untuk dosen yang akan memberikan kata sambutan untuk mereka. "Abang Rhoma," gumamnya" Tiara memandang sosok yang begitu sangat dikenalnya dengan mulut yang sedikit terbuka. Diantara dosen-dosen yang sekarang duduk di depan, pria itu tampak paling muda dan juga paling tampan."Tiara, dosennya ganteng banget ya." Zia mencolok tangan Tiara. "Iya, ganteng banget dan masih muda. Sudah nikah belum ya," jawab teman Tiara bernama Cila. Tiara hanya diam saat mendengar teman-temannya berbicara. Sampai saat ini, ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Meskipun terpesona dengan dosen muda yang menjadi pusat perhatian para mahasiswi, namun tetap saja para mahasiswi itu diam dan fokus mendengarkan arahan dari Dekan fakultas mereka."Dosen-dosen yang duduk di depan ini, merupakan ketua jurusan dan koordinator prodi." Pria berkacamata ter
Setelah sampai di rumah Rafael dan mengantarkan pria itu dengan selamat, Tiara pamit untuk pulang ke kosnya. Ia akan mandi terlebih dahulu dan kemudian langsung ke kampus tempat kuliahnya. Semua ini seperti mimpi untuknya. Jika dulu Tiara hanya bisa bermimpi untuk menjadi seorang mahasiswa, namun hari ini mimpinya menjadi kenyataan. "Apa gak capek?" Rafael memandang kekasihnya. Dengan cepat Tiara menggelengkan kepalanya. "Hari ini belum kuliah, masih perkenalan akademik kampus," jelasnya. Rafael tersenyum dan berniat untuk mengusap kepala gadis tersebut. Namun dengan cepat Tiara mundur beberapa langkah. "Nanti ibu lihat," ucapnya yang menjaga jarak dengan pria tersebut.Rafael yang memahami kondisi hubungan mereka, hanya bisa menganggukkan kepalanya. "Ini kunci mobil." Rafael memberikan kunci mobil di tangannya.Dengan cepat Tiara menggelengkan kepalanya. "Pakai taksi aja.”"Bawa mobil aja, besok pagi jemput Abang." Rafael sedikit memaksa. Mana mungkin ia bisa tenang jika Tiara p
Tiara berdiri di luar ruangan. Ruangan yang saat ini menjadi tempat Rafael bertemu dengan klien, berjarak sekitar 3 ruangan dari tempat sebelumnya. Tiara dapat melihat dengan jelas. Tiga orang pria berpakaian pelayan masuk ke dalam ruangan sambil membawa makanan. Tidak lama ketiga pria itu keluar dengan wajah kesal. "Setelah ini, aku harus meminta kepada ibu dan pak Faizal, nama-nama orang yang harus diwaspadai." Batin Tiara. Apa yang tadi dicemaskan ternyata benar. Filing nya tidak meleset. Setelah 1 jam berjaga di luar ruangan, Tiara kembali masuk. Dilihatnya Rafael dan yang lainnya sedang makan. "Kenapa lama sekali?" Rafael memandang Tiara. Ketika Tiara keluar dari ruangan, ia tidak tenang namun saat Tiara berada di dalam ruangan, dadanya terasa panas. Apa lagi melihat cara Mr Yuna memandang Tiara. "Iya, kamar mandi antri." Tiara tersenyum dan menyantap makanannya.Rafael hanya membulatkan mulutnya saat mendengar jawaban Tiara. Meskipun merasa tidak nyaman, namun Tiara tetap b
Tiara duduk di kursi penumpang bersama dengan Sari. Sedang Adnan, dan Rafael, duduk di kursi depan. Kedua pria itu tidak berhenti berbicara mengenai pekerjaan. Tiara lebih banyak diam saat berada di dalam mobil. Matanya fokus memandang ke arah depan dan melirik ke kiri, ke kanan serta bagian belakang. Setelah mengambil sensor pelacak mobil yang selalu dipakai Rafael, setidaknya membuat hatinya sedikit lega, namun tetap selalu waspada. Jika alat sensor pelacak GPS itu di letak didalam mobil, itu artinya orang yang melakukan masih orang dekat. Karena terlihat cara kerjanya yang begitu sangat rapi dan bisa masuk ke dalam mobil yang sudah memiliki pengaman canggih seperti mobil Rafael.Adnan menghentikan mobilnya di sebuah restoran yang menjadi tempat mereka bertemu dengan rekan bisnisnya. "Sudah sampai," ucapnya sambil membuka sabuk pengaman. Rafael menganggukkan kepalanya dan memandang ke arah belakang. Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat Tiara yang sudah turun dari d