Sore hari yang hangat di kota Baubau. Pergantian tahun hanya tinggal menghitung hari. Hingga kini, Kevan tidak membicarakan pernikahan sama sekali dengan Ciara. Ciara sedikit resah. "Sebenernya Kak Kevan jadi nikahin aku nggak, sih?" tanyanya dengan kecewa. Ciara sedang bermalas-malasan di depan kolam renang pribadi di samping kamarnya. Dia berbaring di kursi rotan panjang. Dia merasa kesepian tinggal di rumah mewah kawasan Hunian Exclusive Green Lake. Sesekali dia menghela napas berat. "Kamu kenapa sih, Kak? Kamu udah bosen sama aku? Kenapa nggak bilang aja? Aku juga tau diri kok. Aku bukan Ciara yang kaya raya lagi. Tanpa kamu, aku mungkin cuma butiran debu di bumi." Hari ini adalah hari Jum'at yang kelabu. Felicia pergi bekerja di perusahaan Darwin Group menggantikan posisi suaminya. Dia harus membiasakan diri berperan sebagai seorang ibu tunggal. "Rumah besar ini sepi banget," keluh Ciara. "Mami pulang kerja masih lama. Mami pulang, akunya udah tidur." Ciara memai
Ciara tidak bodoh. Dia tahu Miguel sedang memprovokasi perasaannya terhadap Kevan. 'Aku memang kecewa sama Kak Kevan. Aku coba ngerti. Dia bukan cuma ngurusin aku dan keluargaku aja. Tapi, dia juga ngurusin perusahaannya dan perusahaan keluarga Hanindra.'Ciara menumpahkan pikirannya di dalam hati. Dia masih terhubung dengan Miguel di saluran telepon. Sebenarnya, Ciara bisa aja memutuskan sambungan telepon. Namun dia masih ingin tahu, apa yang akan dikatakan Miguel selanjutnya."Cia, aku tau. Perasaan kamu ke Kevan cuma kagum aja, bukan cinta. Bedain kagum dan cinta. Kamu itu deket sama Kevan dari kita tunangan sampai-sampai aku cemburu sama kedekatan kalian."Ciara mengingatnya. Miguel pernah mengancam akan memecat Kevan saat mereka menikah nanti. Saat itu, Ciara ketakutan setengah mati. Karena hanya bersama Kevan, dia bisa merasakan kebebasan dan mengetahui dunia luar. Ciara berkata di dalam hatinya lagi. 'Ah, astaga! Aku inget, waktu itu Kak Kevan pernah ngasih gambaran kehidupa
Kevan: Aku kasih waktu 1 jam untuk selesaikan masalah ini. Kalo nggak ada pergerakan juga, aku akan ambil tindakan. Kevan mengirim satu pesan peringatan kepada Robert. Dia tidak peduli dengan jabatan lawan bicaranya. Kevan tidak beranjak dari bawah jendela. Dia mengantongi handphone, lalu membakar rokok. Kepulan asap rokok tidak menghalangi pandangan Kevan. Malam ini, dia merasakan lelah. Dia juga merasa hampa. Dia bukan tidak memikirkan Ciara dan perasaan tunangannya. Namun, dia hanya tidak ingin konsentrasinya terpecah. Ziyad masih belum berbicara apapun. Dia terlalu segan memulai percakapan dengan Kevan. Karena dia tahu, suasana hati Kevan sedang buruk. "Ziyad, kamu udah periksa berkasnya?" Sebelum Robert menghubunginya, Kevan sudah menerima beberapa dokumen terkait hasil pemeriksaan tempat kejadian perkara insiden kebakaran yang menimpa keluarga Darwin. Semua dokumen itu bukan berasal dari Robert ataupun pihak Raymond. Namun, berasal dari Adnan Mahdi. Tanpa diduga-duga, A
Kevan berjalan menuju rumah Ciara dengan kedua tangan di dalam saku jaket. Kedua matanya melirik ke segala sisi mencoba menemukan hal-hal janggal. Dia berjalan dengan santai. Dia juga meningkatkan kewaspadaan. Kevan memakai headset bluetooth di telinga kanan. Dia sedang berbicara dengan Adnan. "Van, saya standby di rumah gedong putih kanan kamu," kata Adnan di saluran telepon. "Nggak usah nengok ke sini, Van! Jangan sampai musuh kamu curiga!"Kevan tidak menoleh ke sisi kanannya seperti peringatan Adnan. Dia memiliki pemikiran yang sama seperti Adnan."Aku tau," jawab Kevan datar. "Saya di loteng, Van. Tenang aja! Kamu ada di bawah perlindungan saya."Kevan tidak membalas. Dia hanya berdeham.Sesampainya di depan gerbang, Kevan mendengar ribut-ribut dari dalam rumah. Namun, dia tidak berniat masuk ke rumah itu."Tuan Kevan!" Kevan menoleh ke arah pos penjaga. Terlihat dua penjaga pos sedang berdiri dengan raut wajah cemas.Kevan bertanya, "Di mana para polisi?" "Mereka semua di d
"Kevan!"Bima berteriak. Dia hendak pergi menolong Kevan dan menyelamatkan Ciara. Namun, seorang polisi menahannya. Bima tidak bisa memalingkan wajahnya dari Kevan dan Ciara. 'Semua ini salahku! Aku yang buat Kevan dan Cia berada di situasi berbahaya kayak gini.'Semua orang lari berhamburan menyelamatkan diri. Angga dan Ziyad tetap bersama Felicia sesuai perintah Kevan di mobil tadi. Ruslan dan Ismail berlindung di pos penjaga bersama kedua satpam. Sedangkan Kevan hanya berdua dengan Ciara.Seorang polisi menyeret Bima agar tidak tertembak. Namun, kedua kaki Bima seolah berat meninggalkan Kevan dan Ciara."Ayo ikut saya berlindung! Kamu nggak boleh mati. Kamu itu kunci masalah ini," kata polisi itu tegas.'Iya, aku juga nggak mau mati sia-sia. Aku mau nebus dosa ke Kevan dan Cia. Tapi, seseorang incar nyawaku dan Kevan. Aku tau siapa otak masalah ini!' seru Bima di dalam hati dengan kesal.Malam ini, pukul 11:59 waktu kota Baubau. Seorang Tuan Muda pertama keluarga Hanindra tertemba
Saat semua orang masih tercengang dengan penembakan Bima, Kevan berteriak, "Angga, jaga Cia!" Fokus orang-orang terpecah begitu mendengar suara Kevan. "Iya, Van," sahut Angga. "Ayo, Nyonya Feli?" Kevan menurunkan Ciara dengan perlahan. Lalu, menatapnya. "Masuk dan tunggu di dalam sama Angga! Apapun yang terjadi, jangan ke mana-mana!" Ciara menggeleng sambil menangis. "Aku mau ikut." Suaranya serak dan terdengar menyedihkan. "Nggak!" bantah Kevan tegas. "Tapi, Kakー" Suara Ciara tercekat. "Kamu kan kena tembak juga. Aku nggak mauー" "Ayo masuk, Nona!" ajak Angga begitu melihat Kevan sudah berlari menghampiri Bima. "Nggak usah khawatir sama Kevan! Dia bakalan baik-baik aja." Sebenarnya Angga sendiri tidak begitu yakin dengan ucapannya. Karena dia tidak tahu seberapa tahannya jaket anti peluru yang dipakai Kevan. Namun yang pasti Angga tahu, Kevan sedang menahan rasa sakit pada punggungnya dan dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Ciara. Ciara menatap mamanya. Felicia pun meng
"Sebenernya, siapa yang nyuruh Bima bunuh Tuan Rudi?! Terus, apa bener dugaanku kalo semua ini ada kaitannya sama si Robert sialan itu?!"Kevan mengendarai motornya di suasana malam yang sunyi. Meskipun petugas Hunian Exclusive Green Lake sudah mengamankan rumah Ciara, tetapi mereka belum tahu bahwa Kevan mengejar para pelaku penembakan hingga ke Blok G3. "Seinget aku, Blok G3 itu ada portal yang menuju ke jalan pintas perkampungan."Kevan tidak peduli dengan udara kota Baubau yang dingin. Dia hanya peduli pada pelaku yang sudah membuat keluarga Ciara menderita. Kevan melihat plang nama bertuliskan Blok G3 pada bagian sisi kanannya. Dia bersiap-siap untuk belok. Begitu dia membelokkan motornya, tiba-tiba saja bunyi hantaman keras terdengar.Bam!Kevan menghentikan motornya. Dia membuka kaca helm. Sepeda motor RX King dengan nomor polisi BAU1780ZOY telah menghantam sebuah mobil L300 pick up hitam yang entah datang dari mana!Mobil itu keluar dari rumah paling ujung di mana portal b
Kevan turun dari mobil L300 pick up tanpa membuka helm.Kevan bertanya, "Ada terpal hitam, kan?" "Ada, Bos."Kevan mengangguk. "Oke. Rebahin mereka! Terus, tutup pakai terpal! Abis itu ikutin aku!""Siap, Bos."Kevan berjalan ke motornya. Dia melihat ke kanan dan kirinya. Dia menghubungi Raymond."Ada masalah, Van?" tanya Raymond di ujung telepon. Dia cemas."Di Blok G3 ini banyak rumah terbengkalai. Kamu dapet izin gunain salah satu rumah?"Kevan berbicara sambil menghidupkan mesin motor. Setelah melihat pekerjaan anak buah Raymond selesai, Kevan segera melajukan motornya."Nggak. Suneo yang bawa motor pelaku tadi ngejar mereka dari rumah Cia. Terus, Suneo ngasih tau aku kalau mereka mengarah ke Blok G3. Akhirnya aku siapin perangkap buat mereka."Kevan melajukan motor melewati perkampungan sepi. Jalan bebatuan dan penerangan yang kurang baik tidak menghalangi dia untuk tiba di tujuan.Saat Raymond menjelaskan, Kevan menyadari ada yang janggal. Dia berbicara dengan Raymond sambil me