"Cia!"Mendengar Felicia memanggilnya, Ciara menoleh sejenak ke arah sang ibu. Namun, Ciara tidak bereaksi apapun saat melihat Felicia mengangguk.Kevan mengulurkan tangan hendak menarik Ciara lagi. Tetapi, Ciara menolak dan mengusirnya."Pergi dan jangan cari aku lagi!"Kedua mata Kevan sendu. Ciara melihat bekas infus pada tangan kiri Kevan.Ciara menyipitkan mata sambil bertanya-tanya di dalam hati. 'Kak Kevan sakit? Dia habis diinfus? Dia sakit apa? Kok dia bisa sakit?' "Cia, kamu kenapa? Ini aku." Suara Kevan yang lembut menggetarkan hati Ciara. "Aku ke sini untuk jemput kamu dan keluarga kamu."Kevan selalu lemah saat berhadapan dengan Ciara. Hatinya berkata tidak ingin kehilangan Ciara lagi. Jiwanya berkata merindukan Ciara. Pikirannya berkata membutuhkan Ciara agar bisa berpikir jernih. Bisa disimpulkan bahwa Kevan tidak bisa berjauhan dengan Ciara.Maka, apapun yang Ciara lontarkan, Kevan hanya bisa menerima. Kevan pantas mendapatkan cacian. Kevan pantas disalahkan atas semu
Atas saran Ziyad, Kevan mengalah dan mengikuti kemauan Ciara. Dia mengikuti setiap langkah Ciara.Bukan tidak tahu, tetapi Ciara memilih mengabaikan kehadiran Kevan. Dia dan Felicia terus berjalan menuju rumah juragan Jasmine.Mobil Kevan berhenti di tepi jalan. Kevan melihat Ciara memasuki sebuah rumah besar di kota Tango. Rumah itu adalah rumah kedua orang tuanya. "Oh, mereka jual semua barang di rumah kedua orang tuaku?" tanya Kevan terkejut."Kayaknya gitu, Tuan. Kan orang tua Anda Juragan pengepul."Tanpa mengulur waktu, Kevan menghubungi ibunya agar memberikan harga tinggi kepada Ciara dan Felicia. "Kevan, tumben kamu punya waktu telepon Mama. Kenapa? Kamu sakit, ya? Pulang aja ke sini, Van!""Ma, ke luar sekarang!"Tanpa basa-basi, Kevan langsung mengutarakan keinginannya. Kedua mata Kevan tidak pernah lengah menatap Ciara."Ngapain? Di luar dingin habis hujan." Jasmine menolak keinginan Kevan dengan halus."Ada cewek cantik sama Ibunya mau nimbang barang. Tolong kasih mereka
"Saya mau jodohin Ciara sama anak saya yang di luar kota. Gimana menurut Bu Feli?"Jasmine datang ke ruang makan. Dia tiba-tiba bertanya ketika Felicia sedang menata meja makan. Sendok makan di tangan Felicia hampir terjatuh saat mendengar pertanyaan Jasmine. Felicia gugup. Dia tidak ingin membuat kesalahan dan tidak ingin membuat image buruk di depan Jasmine. Maka, Felicia buru-buru meletakkan sendok makan beserta garpu di atas meja."Ternyata anak Juragan Jasmine laki-laki? Saya pikir perempuan. Maafin saya, Juragan. Karena di rumah ini nggak ada foto keluarga, jadi saya nggak tau."Jasmine tersenyum lembut. Dia duduk di salah satu kursi menunggu suaminya.Sebelumnya, Jasmine telah berdiskusi dengan Theo mengenai perjodohan Kevan dan Ciara. Jasmine berpikir, dengan campur tangan kedua orang tuanya, maka Kevan tidak kesulitan mendapatkan Ciara. Apalagi, Jasmine sudah mencari tahu tentang keluarga Darwin.Jasmine menyadari bahwa Felicia terkejut dengan pertanyaannya yang tiba-tiba. M
Kevan diam-diam tersenyum karena berhasil menggendong Ciara. Selain itu, Kevan juga senang melihat Ciara cemberut."Eh, anak nakal! Kamu tadi ngapain di rumah besar itu?"Ciara tidak menjawab. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain. "Ya, suka-suka aku mau ngapain," jawabnya asal. "Nggak usah penasaran. Karena aku nggak akan kasih tau."Ciara berpikir bahwa Kevan akan marah setelah mendengar jawabannya. Namun yang Ciara dapatkan, Kevan tidak marah dan justru tertawa. "Ha! Ha! Ha!" Ini adalah pertama kalinya Kevan tertawa sejak kehilangan Ciara. Di kejauhan, Ziyad ikut tertawa bahagia. Ziyad membuntuti mereka dengan mengendarai mobil. Kevan melihat Felicia memasuki kawasan kontrakan kumuh. Jalanannya becek, berlubang dan bau sampah yang pekat. Rumah-rumah kontrakan itu terlihat rapuh dan banyak atap yang sudah tidak layak. 'Astaga! Kamu menyedihkan banget tinggal di sini, Cia,' pikir Kevan. 'Bahkan kontrakan murah Bos Gallon yang aku sewa buat teman-teman jauh lebih layak huni daripa
'Malem ini, semua salah paham aku dan keluarga Darwin harus selesai. Aku nggak mau masalah ini ketunda lagi sampai berlarut-larut.'Kevan berkata di dalam hatinya. Dia teringat wajah Julian dan Livy yang membuatnya muak.Diam-diam, Kevan memaki Julian dan Livy di dalam hati. 'Dasar brengsek! Paman Julian dan Bibi Livy emang konyol. Aku nggak akan biarin mereka hidup damai di atas penderitaan Cia! Mereka harus bayar semuanya!'Kevan selalu ikhlas dalam melakukan segala hal. Dia tidak peduli latar belakang seseorang yang dibantunya. Asalkan bisa membantu orang lain, Kevan selalu merasakan kebahagiaan tersendiri yang tidak bisa dilukiskan. Kevan dengan sabar berusaha membantu Ciara mengingat kapan dia menandatangani akte rumah. Kevan bertanya, "Kamu inget, nggak? Waktu itu aku minta kamu tanda tangan di tab Ziyad?"Wajah Ciara memperlihatkan kebingungan. Dia mencoba mengingat-ingat. "Waktu itu kamu tanda tangan di kamar," ujar Kevan menambahkan. "Ya udah nggak apa-apa kalo nggak inget
Kevan menanggapi pertanyaan Jasmine dengan santai. "Astaga, Ma! Kok Mama fitnah anak sendiri!" Kevan terlihat malu-malu.Selama 25 tahun, Kevan baru menjalin hubungan dengan wanita sebanyak dua kali. Kedua wanita itu Nulla Hanifah dan Ciara Darwin. Kevan terlihat lebih bahagia bersama Ciara dibandingkan dengan Nulla. Selain cantik dan cerdas, Ciara memiliki kepribadian yang kuat dan unik daripada Nulla yang terkesan liar. Awalnya Kevan menolak perasaannya pada Ciara. Namun seiring berjalannya waktu, dia membuka hatinya untuk Ciara. Dia bersyukur karena Ciara membalas perasaannya."Selama ini kan kamu banyak tinggal di luar daripada di rumah. Mama nggak mau kamu terjerumus ke kehidupan luar yang kelam, Van. Kayak judi, mabuk-mabukan, mainan cewek, bunuh orang dan menurut Mama yang paling parah tuh konsumsi obat terlarang."Kekhawatiran seorang ibu memang selalu beralasan. Kevan mengerti. Dia tidak membantah ataupun marah pada Jasmine.Jasmine menambahkan. "Apalagi sekarang kamu udah p
"Permisi, Juragan."Seorang pekerja katering datang menghampiri Jasmine. Dia adalah seorang wanita muda. Diam-diam, dia melirik Kevan yang sibuk bermain handphone."Nova, apa semuanya udah rapi?" tanya Jasmine sambil menatapnya."Iya, Juragan. Semuanya udah rapi sesuai permintaan Anda," jawab Nova sopan. "Oke. Saya periksa sekarang."Jasmine berdiri. Dia berjalan menuju ruang keluarga. Dia memeriksa beberapa menu makanan yang tertata di meja panjang. Sementara itu, Kevan sibuk mengirimkan pesan untuk Ciara.Kevan bergumam sambil mengetik pesan. "Daripada nunggu Cia lama, mendingan aku jemput aja di hotel. Terus, aku ajak ke sini sekalian sama Nyonya Feli dan Tuan Rudi." Kevan: Yang, udah bangun belum?Sambil menunggu pesan balasan dari Ciara, Kevan mengetuk-ngetuk meja makan dengan ujung jari. Dia tidak sabar. Kevan: Yang, nanti ketemuan ya. Aku jemput kamu di hotel.Kevan mengirimkan pesan ke-2. Namun, Ciara tidak juga kunjung membalasnya. Kesabaran Kevan benar-benar habis. Keva
Saat Ciara masih sibuk dengan pikiran-pikirannya, Jasmine melangkah mendekati dia dan Kevan. Jasmine melepaskan tangan Kevan dari Ciara. Lalu, dia merangkul Ciara sambil tersenyum manis. "Ciara, ayo masuk! Hari ini kan kamu udah janji mau ke rumah saya. Kok malah mau pergi mulung, sih?" Jasmine menggenggam tangan Ciara sambil menatap anaknya. Kevan terpaksa merelakan Jasmine membawa Ciara. Namun, siapa sangka Ciara menolak ajakan Jasmine. Ciara maju beberapa langkah ke hadapan Kevan. Dia emosi.Melihat Ciara mendekatinya, Kevan senyum-senyum kegirangan.Buk! Buk! Buk!"Kamu gemes sama aku ya, Cia? Kalo kangen ngomong aja! Jangan mukulin gitu!"Bukannya marah, Kevan justru semangat menggoda Ciara. Tingkah Kevan dan Cia sontak membuat Jasmine dan yang lainnya senyum-senyum.Ciara memukul perut Kevan berulang kali, lalu mendorongnya kuat-kuat. Wajahnya bersemu kemerahan karena menahan malu. Karena Kevan terang-terangan menggodanya."Cia, kamu ngapain?!" Felicia berseru memanggil nama