"Wanita ini benar-benar gila! Kenapa dia mempermalukan dirinya sendiri?" pekik Freya sambil menonton video yang diunggah oleh Jennifer Dunn."Astaga, dia ini bodoh atau apa? Dari video ini saja sudah ketahuan bahwa dia yang salah. Dimana-mana, kalau sudah tanda tangan kontrak, berarti dia sudah setuju dengan syarat dan ketentuan yang berlaku."Elena menikmati rebahan santainya di atas ranjang dengan tenang. Sama sekali tidak terusik. Dua hari yang lalu, Jack harus ke Norwegia karena ada sedikit masalah di sana. Sebagai gantinya, suaminya meminta Freya untuk menemaninya di sini. Keuntungan mendapatkan suami yang kaya raya, jadi Elena tentu saja tidak keberatan sama sekali."Menurutmu, apakah berita ini akan berdampak pada perusahaan kalian?" tanya Freya penasaran."Jauh lebih banyak orang yang tidak peduli dengan gosip artis ketimbang yang benar-benar memperhatikan. Mereka suka drama. Penjualan produk Greenlake akan tetap seperti biasa," jawab Elena sambil memejamkan mata."Kenapa kau
Acara hari ini berjalan dengan lancar. Penyelenggara event berterima kasih pada Jack karena telah menyediakan jasa pengamanan tingkat tinggi.Terjadinya teror di salah satu sekolah dan pusat perbelanjaan membuat pihak penyelenggara event fashion show musim semi tentu waspada. Mereka tidak hanya membutuhkan bodyguard biasa, tetapi juga yang memiliki basis militer.Tentu saja Security Black unggul dalam bidang ini, karena semua karyawan mereka adalah tentara bayaran swasta yang bisa menjadi apa saja, termasuk menjadi bodyguard yang bisa merangkap sebagai penjinak bom dan menghadapi teroris."Kami benar-benar berterima kasih pada Anda. Acara ini berjalan dengan lancar dan aman. Senang sekali bisa bekerjasama dengan Security Black," ucap pria berambut pirang yang menjadi ketua penyelenggara."Tidak masalah. Anda bisa menghubungi kepala cabang Security Black di negara ini jika sewaktu-waktu ingin menggunakan jasa kami," jawab Jack sambil menepuk bahu kepala cabang Security Black di Peranci
Jack berbalik hanya untuk mendapati sosok Bradley Smith dengan penampilan baru dan terlihat lebih tampan. Sebelah alisnya terangkat. Kedua matanya menelusuri penampilan pria itu dari ujung kepala sampai ujung kaki."Aku tidak pernah menyangka kau akan menyamar sebagai seorang pria yang stylish," ucapnya sambil menahan tawa, diikuti oleh Pierre.Mereka akhirnya tertawa terbahak-bahak melihat bagaimana penampilan Brad lebih mirip seperti seorang aktor Hollywood daripada seorang agen."Diamlah, sialan! Aku harus memakai pakaian menjijikkan ini, agar perempuan ular itu percaya bahwa aku adalah seorang manajer artis yang sudah ahli di bidangnya," umpat Brad sambil menyugar rambutnya dengan kasar."Tapi tidak perlu setrendi ini. Kenapa kau harus memakai syal?" Jack menatap pria itu dengan wajah jijik."Sialan! Syal ini pemberian dari penyelenggara event fashion show ini. Bro, aku benci membahasnya. Aku harus segera menyusul si ular itu agar dia tidak curiga.""Kenapa dia bisa ada di sini?"
Seorang wanita berusia setengah abad memasuki gedung agensi yang menaungi banyak artis terkenal. Agensi yang merupakan salah satu dari tiga agensi terbesar di Amerika itu memiliki gedung tinggi dan mewah di Los Angeles, California.Langkah kakinya yang anggun menapaki lantai marmer dari gedung mewah yang sebagian sahamnya ia miliki. Ia berhenti di depan seorang resepsionis berambut pirang dengan pakaian yang stylish dan sesuai dengan mode terkini."Di mana Shawn White?"Perempuan yang awalnya sedikit santai itu mendadak tegang dan langsung memperbaiki sikap. Apalagi ketika melihat dua orang bodyguard berbadan besar dan kekar di belakang wanita itu."Ada di ruangannya, Nyonya Reeves. Saya akan menghubungi sekretarisnya," jawab perempuan itu sambil meraih gagang telepon dengan tangan gemetar.Siapapun di gedung ini tahu wanita bernama Julia Reeves. Meskipun ia bukanlah anggota kelompok elite global, namun kekuasaan yang dimilikinya dan nama Reeves di belakang namanya membuat siapapun ti
[Berita Besar! Nama belakang Jennifer Dunn adalah Freeman? Samakah dengan Alex Harris Freeman yang menjadi buronan karena diduga sebagai teroris dan otak di balik pengeboman di banyak tempat di Amerika?]Shawn melempar surat kabar ke arah Jennifer hingga mengenai kepala wanita itu."Baca! Baca berita itu, jalang murahan!" teriak Shawn dengan wajah memerah.Brad pura-pura panik dengan merebut surat kabar itu dan membaca berita di halaman utama dengan wajah Jennifer dan Alex Harris, ayah kandung Jennifer, terpampang di sana dalam ukuran besar."Alex Harris adalah seorang satpam di sebuah supermarket. Pria ini ternyata adalah seorang teroris yang menjadi buronan FBI. Sekarang pria itu sedang melarikan diri ke Florida setelah ketahuan hendak mengebom sebuah masjid. Pria ini diduga adalah ayah kandung dari artis pendatang baru Jennifer Dunn yang sedang naik daun."Ia menoleh ke arah Jennifer dengan mata melotot dan mulut menganga. "Apa ini? Ayahmu adalah seorang teroris? Jadi dia yang sela
"Tangkap teroris itu! Dia tadi mengancamku!" teriak Shawn sambil menunjuk ke arah Jennifer.Brad dengan sigap menarik tangan Jennifer dan mendorongnya masuk ke dalam mobil, sementara Nathan masuk ke sisi pengemudi dan bergegas menjalankan mobil Jennifer menjauhi gedung agensi.Beberapa orang mengejar mereka, namun dengan lihai Nathan menyalip mobil-mobil yang ada di depannya dan bersembunyi di balik deretan kendaraan lain."Sudah bersih?" tanya Nathan sambil melihat ke spion atas."Sudah," jawab Brad, lalu menoleh ke arah Jennifer yang ketakutan. "Kau tidak apa-apa?""Ini benar-benar mimpi buruk," racau Jennifer. "Kenapa semuanya menjadi kacau begini?"Wanita itu membersihkan wajahnya dengan tisu meskipun tidak begitu membantu. Bau amis dari telur benar-benar membuat perut mual.Tiba-tiba ponsel Jennifer berbunyi. Mata perempuan itu membelalak. Jari telunjuknya buru-buru menggeser layar dan meletakkan ponsel itu ke telinganya."Ayah, kau ada dimana? Kudengar kau kabur ke Florida? Baga
Elena sedang terlelap ketika ponselnya berdering berkali-kali. Meskipun matanya terasa sangat berat, ia tetap memaksakan diri untuk meraih benda itu.Siapa tahu itu dari suaminya. Ia tidak ingin abai dengan masalah sekecil apapun."Halo?"[Nona Elena, ada seseorang yang sedang mengintai restoran. Sudah sejak seminggu yang lalu.]"Hmm?"Kening Elena mengernyit, berusaha mencerna apa yang dikatakan oleh penelpon. Ia menjauhkan ponsel dari telinganya dan melihat jam kecil di layar bagian atas. Masih jam 2 siang. Nama Chad terpampang di layar."Masih jam 2 siang. Siapa yang mengintai restoran di siang hari?" balasnya sebelum menguap.Tubuhnya benar-benar terasa lelah tanpa sebab, padahal ia tidak melakukan apapun seharian kecuali jalan-jalan di taman dekat apartemen bersama Freya dan Altan.[Apa? Sekarang jam 3 pagi, Nona Elena. Ada orang berpakaian serba hitam sedang mengendap-endap dan mengintip bagian dalam restoran. Demi Tuhan! Apa itu?]Suara panik pemuda itu membuat kesadaran Elena
Jack tidak pernah menyangka bahwa Elena sangat merindukannya sampai-sampai wanita itu menangis di pelukannya. Hatinya terasa hangat dan penuh. Merasa dihargai dan diinginkan.Belum pernah ada orang yang begitu menginginkannya sebesar ini. Meskipun istrinya kaya raya dan memiliki aset dimana-mana, tapi wanita itu tetap bergantung padanya. Seolah-olah ialah yang mampu memenuhi semua kebutuhan istrinya."Kenapa menangis, hm?""Aku sangat merindukanmu," ucap Elena di sela-sela tangisnya. "Maafkan aku. Tapi aku benar-benar ingin selalu dekat denganmu."Senyumnya melebar. Tentu saja ia merasa bahagia mendengar kalimat itu. Egonya sebagai laki-laki seperti dimanjakan.Daripada mendapatkan istri yang serba mandiri, ia lebih suka jika Elena selalu membutuhkannya. Meskipun ia juga membebaskan istrinya melakukan apapun yang wanita itu mau."Maaf jika aku terlalu lama meninggalkanmu. Nanti setelah usia kandunganmu sudah memenuhi syarat, kau bisa ikut aku kemanapun.""Benarkah?" tanya istrinya den
"Kau yakin dengan keputusanmu?" Jacob bertanya untuk yang kesekian kalinya.Nathan mengangguk mantap. Tidak ada keraguan dalam hatinya. Ia sudah yakin dengan keputusannya, dan menurutnya itu adalah yang terbaik.Jacob menghela nafas panjang, lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi."Apa karena kau masih mencintai menantuku?""Salah satunya. Tapi lebih karena aku tidak mau menghancurkan pernikahan anak anda. Meskipun aku sangat mencintai Elena, tapi aku tidak mau membuat dia menderita."Berita mengenai Elena yang kritis karena kehilangan banyak darah setelah bertengkar dengan Jack membuat Nathan sadar. Cinta memang tidak bisa dipaksakan. Apalagi wanita adalah makhluk yang sensitif. Selalu menggunakan perasaannya."Baiklah. Jika kau memang sudah tidak merasa nyaman terus berada di sini, aku tidak bisa menahanmu. Tapi kau bisa kembali ke sini sewaktu-waktu jika kau mau," kata Jacob akhirnya.Pria itu membubuhkan tandatangan pada surat mutasi untuk Nathan."Kenapa Korea Selatan?
Elena mengeratkan pegangan tangannya pada lengan Jack ketika melihat bayi itu semakin mendekat dalam gendongan seorang perawat."Bayi kita. Dia bayi kita," ucapnya antusias.Sebenarnya ia terkejut ketika melihat raut kaget dan terpana di wajah Jack. Seolah-olah pria itu juga baru pertama kalinya melihat wajah anak mereka. Tapi ia tidak mau merusak suasana. Mungkin memang benar suaminya sibuk menungguinya, sementara bayi mereka harus dirawat di inkubator.Tiba-tiba bayi itu menangis, membuat Elena bingung sekaligus penasaran. Dia belum pernah menghadapi seorang bayi sebelumnya."Tidak usah panik, Nyonya. Dekap dia dalam pelukan anda. Bayi memerlukan pelukan dari ibunya setelah lahir," kata perawat itu sambil tersenyum.Elena menerima bayinya dengan sedikit kikuk. Takut jika nanti tiba-tiba menjatuhkannya atau membuat tangisan bayi itu kian menjadi-jadi.Di luar dugaannya, bayi itu justru berhenti menangis setelah Elena mendekatkannya pada dadanya. Hatinya terasa begitu penuh. Senyumnya
"Siapa kau?" Elena menatap seorang wanita yang masih muda dan terlihat begitu cantik. Kecantikan khas wanita jaman dulu. Mengingatkannya pada wanita-wanita seperti Putri Diana atau Marilyn Monroe.Tunggu, ia seperti pernah melihat wanita ini sebelumnya. Tapi di mana?"Kau begitu cantik. Bahkan lebih cantik dari Amelia," kata wanita itu sambil tersenyum lembut.Tubuh wanita itu begitu tinggi semampai seperti layaknya model. Seperti tubuh Elena yang tinggi, sehingga orang-orang sering mengira bahwa dirinya adalah seorang model.Sebentar, ada yang aneh di sini. Elena memperhatikan wanita di hadapannya dengan seksama. Rambut pirang dan bibir agak tebal di bagian bawah. Kulit putih bersih dan mata sebiru langit di siang hari."Tidak mungkin," gumam Elena.Satu kesadaran membuatnya refleks melangkah mundur. Kepalanya menggeleng-geleng."Ini tidak benar. Seharusnya aku tidak bisa bertemu dan berbincang denganmu. Apakah aku sudah mati?" Dia mulai panik dan melihat ke sekitarnya.Hanya ada ham
Suara isak tangis yang menyayat hati memenuhi ruang ICU. Seorang pria menggenggam tangan seorang wanita yang sejak kemarin belum juga sadarkan diri. Padahal sudah berkantong-kantong darah habis, tapi sang wanita belum juga mau bangun."Jack, kau juga harus makan untuk memulihkan tenagamu. Jangan menyiksa diri sendiri." Julia mengusap pipinya yang basah melihat sang putra terus menangis dalam penyesalan."Semua ini karena kebodohanku. Seharusnya aku menjaga perasaannya. Seandainya aku tidak egois, dia tidak akan berbaring di sini," ucap Jack di sela-sela tangisnya.Ya, Jack benar-benar sangat menyesal. Dia melampiaskan kemarahan karena cemburu buta, tapi dia tidak pernah menyangka bahwa dampaknya jauh lebih besar lagi. Dia benar-benar bisa kehilangan Elena untuk selamanya.Sekarang dia tahu bagaimana rasanya menjadi Arsen. Ternyata rasanya tidak menyenangkan. Rasanya seperti bertaruh dengan waktu. Tidak ada yang tahu apakah Elena bisa sadar atau malah pergi untuk selamanya."Maafkan ak
Selama hidupnya, Jack tidak pernah lepas kendali. Dia selalu bisa menahan diri. Bahkan meskipun dia tahu bahwa Claire menikah dengan Arsen, dia hanya diam saja. Tapi semua berubah ketika ia bertemu dengan Elena.Sekarang emosinya sering tidak stabil. Sudah dua kali ini dia lepas kendali, dan semuanya karena Elena. Ia tidak bisa biasa saja atau tak acuh jika itu sudah menyangkut tentang Elena.Ada rasa aneh yang tidak bisa dijabarkan. Dia takut jika Elena pergi jauh darinya. Kembali meninggalkannya seperti dulu."Di mana Nathan?" tanyanya pada salah satu karyawan yang melintas di lobi perusahaan."Umm, kurang tahu, Tuan. Tapi tadi saya sempat melihat dia bersama Tuan Jacob," jawab karyawan itu dengan sopan.Jack berlalu dengan amarah masih menguasai diri. Kedua tangannya bahkan masih terkepal dengan erat dan jantungnya bertalu-talu. Siapapun yang berpapasan dengannya tidak berani menyapa. Kakinya melangkah memasuki lift dan menekan tombol lantai paling atas. Dia benar-benar sangat ma
"Jack belum pulang juga?" tanya Elena dengan hati gelisah.Kemarin malam setelah dinyatakan baik-baik saja oleh dokter dan diperbolehkan untuk pulang, Elena berkali-kali menelpon suaminya. Tapi karena tubuhnya entah kenapa masih terasa lelah, dia pun akhirnya tertidur begitu diantarkan ke kamar oleh Alan."Belum. Aku sudah menghubungi ponselnya, tapi tidak diangkat," jawab Nina. "Lebih baik sarapan dulu. Kau harus memulihkan energi setelah kemarin hampir saja keracunan."Elena menurut saja ketika Nina menuntunnya menuju ke ruang makan. Beruntung Nina mau langsung datang ke mansion untuk menemaninya. Entah kenapa suaminya tidak kunjung pulang."Makanlah yang banyak, Nona. Setelah ini jangan lagi keluar. Sebentar lagi Anda melahirkan, jadi lebih baik di rumah saja. Anda bisa meminta tolong pada pengawal yang biasanya menjaga anda jika menginginkan sesuatu," saran Bibi Mary sambil meletakkan berbagai menu makanan sehat untuk ibu hamil.Mendadak Elena teringat dengan Brad. Di mana laki-la
Nathan menatap tajam orang yang keluar dari tempat yang gelap. Pria seusia Jacob Reeves yang memakai jaket kulit hitam dan celana jeans."Kenapa kau jauh-jauh datang ke sini, ayah? Sudah kubilang untuk jangan dekat-dekat denganku," kata Nathan dengan menggertakkan rahangnya."Supaya wanita pujaanmu itu tidak tahu bahwa kau adalah anak seorang direktur FBI? Memangnya kenapa? Suami wanita itu bahkan berada jauh di bawahku.""Tapi dia jauh lebih kaya darimu. Dia bahkan bisa membeli jabatanmu beserta seluruh aset yang kau punya," sergah Nathan.Pria yang dipanggil ayah itu mendengkus. Menghisap rokoknya dan meniupkan asap ke arah Nathan."Sungguh aneh kau mengaku sudah yatim piatu. Apakah sebegitu inginnya kau terbebas dariku? Bukankah seharusnya kau menerima jabatan yang kuberikan? Kau bahkan bisa berada di atas Jack Reeves."Nathan tidak peduli dengan perkataan ayahnya. Dia langsung beranjak dari tempatnya."Wanita itu membuat pilihan yang bagus. Seandainya dia memilihmu, aku tidak akan
Sudah sebulan lebih Nathan sengaja menghindari segala hal yang berhubungan dengan Elena dan Jack. Bukan hanya wanita saja, pria seperti dirinya pun juga membutuhkan waktu untuk menyendiri agar hatinya tidak semakin terluka."Takdir benar-benar membencimu rupanya," ujar Brad sebelum tertawa girang.Ya, takdir benar-benar mempermainkan hidupnya sekarang. Setelah memohon pada Evan untuk diberikan pekerjaan lainnya dengan alasan yang meyakinkan, lagi-lagi Nathan harus berakhir di tempat yang sama dengan Elena.Di ballroom eMark, tempat di mana ayah Elena mengadakan acara pesta ulang tahun perusahaan sekaligus untuk mengenalkan Elena kepada publik sebagai putri kandungnya.Semua orang terkesiap ketika mengetahui fakta itu. Apalagi ketika mereka tahu bahwa Edward Brown adalah mantan menantu Alexander Pierce. Mereka semua tentu langsung ramai dan saling berbisik."Tidak ada yang benar-benar menjadi temanmu di dunia bisnis," komentar Nathan sambil mengawasi Elena meskipun telinganya mendengar
Nathan membelalakkan mata. Tubuhnya menegang. Bagaimana Alan bisa tahu mengenai asal-usulnya? Padahal dia sudah menutupinya dengan rapat.Bahkan hacker profesional pun tidak akan mampu menembus informasi pribadinya karena sokongannya begitu kuat. Asalkan dia tetap diam dan tidak berbuat ulah."Kau pikir kau bisa menutupi siapa dirimu yang sebenarnya, hah? Jika itu menyangkut adikku, aku akan melakukan apa saja. Termasuk menyelidiki tentang latar belakangmu. Kau membuat malu ayahmu karena mengundurkan diri dari gedung Pentagon, padahal karirmu begitu cemerlang. Kau mencoreng nama ayahmu karena memberontak, tidak mau menuruti perintah Menteri Pertahanan dan Presiden."Nathan tidak bisa berkata-kata. Perkataan Alan membuatnya terlalu shock sampai pikirannya mendadak kosong."Kau semakin membuat malu ayahmu karena memilih untuk menjalani karir sebagai tentara bayaran swasta, dan berakhir sebagai bodyguard anak konglomerat. Kau dilarang untuk membuat skandal lagi, atau ayahmu akan diturunk