"Alan, aku bisa menjelaskan semuanya. Kami hanya..."
Belum sempat Elena melanjutkan kalimatnya, seorang pria asing tiba-tiba muncul di sebelah Alan sambil membawa sebuah paper bag."Pesananmu," kata pria itu sambil menjulurkan paper bag itu ke belakang Elena.Refleks Elena menolek ke belakang dan melotot ketika melihat Jack hanya mengenakan handuk yang menutupi bagian privatnya. Ia menelan ludah dengan susah payah, lalu kembali melihat Alan.Sepupunya itu menaikkan sebelah alisnya, apalagi ketika melihat beberapa tanda merah di tubuh bodyguard itu. Jantung Elena seperti ingin meledak dan wajahnya terasa panas dingin."A-aku tidak berselingkuh. Demi Tuhan, kami dijebak. Aku bahkan tidak tahu siapa yang membawaku ke kamar ini. Kami sama-sama tidak sadar setelah meminum sampanye kemarin," jelas Elena dengan terburu-buru.Jack sama sekali terlihat tidak peduli pada mereka dan langsung masuk kembali ke kamar mandi sambil membawa paper bag itu."Bisa kau jelaskan semuanya dari awal?" tanya pria itu sambil masuk ke dalam kamar.Elena buru-buru menutup pintu kamar dan menguncinya dari dalam. Dia menjelaskan semuanya, termasuk bagian dimana Jack menerima minuman dari Bella."Tolong, jangan sampai siapapun tahu mengenai hal ini. Aku benar-benar tidak pernah berniat untuk mengkhianati Lucas."Alan hanya diam dan terlihat berpikir. Pria itu sama sekali tidak terusik ketika Jack keluar dari kamar mandi dan keluar dari kamar tanpa sekalipun pamit pada mereka."Alan?"Pria yang dipanggil namanya itu menatap Elena dengan tatapan yang sulit diartikan. Elena ingin sekali berteriak karena sepupunya itu susah sekali dipaksa untuk bicara. Hampir mirip dengan Jack."Alan!""Aku akan menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Kau lekaslah pulang agar tidak ada yang curiga. Masih jam 6 pagi. Bilang saja kau sedang menginap di rumahku."Setelah itu Alan keluar dari kamar, meninggalkan Elena sendirian dengan pikiran berkecamuk.***Selama dalam perjalanan menuju ke mansion ayahnya, hanya ada keheningan yang memenuhi mobil. Sejak meninggalkan Elena bersama Alan tadi, pria itu tidak kembali lagi ke dalam kamar. Meninggalkan Elena sendirian di kamar hotel untuk sarapan.Bahkan sampai detik ini, ia tidak tahu siapa yang menyewa kamar hotel itu. Ia sudah memaksa resepsionis untuk memberitahunya, namun mereka menolak dengan alasan privasi."Anggap saja apa yang terjadi di antara kita adalah sebuah kesalahan. Jangan sampai ada yang tahu," kata Elena dengan wajah lesu dan tak bersemangat.Pria itu hanya menoleh padanya sekilas, lalu kembali fokus pada jalanan di depannya. Seharusnya Elena melupakan kejadian itu, tapi tentu saja ia tidak bisa. Ia sudah tidak gadis lagi dan pria di sampingnya adalah pelakunya. Seharusnya ia memaki-maki pria itu dan menuntut ganti rugi.Tapi lagi-lagi ia hanya bisa mengesah. Jack tidak tahu apa-apa. Pria itu juga tidak sadar setelah meminum sampanye tadi malam. Dalam hati ia bertanya-tanya, apakah pria itu juga tidak terima atau justru menikmatinya? Tadi ia sempat mendengar pria itu menyebut nama Claire dan mengira sedang bercinta dengan wanita itu alih-alih dirinya.Entah kenapa hati Elena terasa nyeri. Meskipun ia marah karena pria itu merenggut kehormatannya, tapi ia merasa terhina karena dikira sebagai wanita lain. Apakah Claire itu kekasihnya? Apakah pria itu juga merasa bersalah?Lain kali ia akan menemui wanita itu dan menjelaskan semuanya jika mereka sampai bertengkar."Apa perlu saya menemani anda masuk?"Pertanyaan itu membuyarkan pemikiran-pemikirannya hingga tidak sadar bahwa mereka telah sampai di depan mansion megah milik keluarga Pierce. Tiba-tiba jantungnya berdegup kencang dan perutnya terasa mulas.Ia merasa akan ada sesuatu yang terjadi, namun tidak tahu apa. Rasa tidak nyaman itu menjadi pertanda seperti yang sudah-sudah."Kau bisa ikut masuk denganku," putus Elena setelah menarik nafas dalam dan menghembuskannya berkali-kali untuk mengusir rasa gugup yang mengganggu.Mereka melangkah mendekati pintu mansion yang terlihat sepi dari luar. Begitu pintu terbuka, Elena segera memasuki mansion dengan langkah tegap, sampai tiba-tiba wajahnya tertimpuk oleh sesuatu hingga kepalanya mundur ke belakang."Masih berani kau pulang ke sini?"Suara menggelegar penuh amarah menyambut kepulangannya. Elena mengangakan mulutnya ketika melihat banyak foto berceceran di lantai setelah dilemparkan ke mukanya dengan kasar.Ia mengambil salah satu foto dan melihatnya. Matanya membelalak tak percaya, lalu mendongak untuk melihat ayahnya. Thomas Pierce berdiri tidak jauh di hadapannya, ditemani oleh ibu tirinya dan adik tirinya. Yang lebih mengejutkan lagi, Lucas berdiri di samping adik tirinya dengan pandangan terluka."Dasar perempuan jalang! Kau sebentar lagi akan menikah dengan Lucas, tapi kau malah berselingkuh dan tidur dengan bodyguardmu sendiri. Dasar murahan! Kau benar-benar telah mencoreng nama baik keluarga ini," pekik Thomas dengan wajah memerah."Aku bisa menjelaskan semuanya. Aku benar-benar tidak tahu kenapa aku bisa tidur dengan Jack. Aku berani bersumpah, aku tidak mengingat apapun!" bantah Elena tak mau kalah.Ia merobek-robek foto-foto menjijikkan itu dengan amarah yang menggebu-gebu."Aku yakin ada yang menjebakku. Bukankah kau sendiri tahu musuhmu ada dimana-mana?" Lalu Elena melihat Miranda, ibu tirinya yang sejak awal masuk ke mansion ini sudah sangat dibencinya. Ia menuding wanita itu dengan nafas memburu. "Aku yakin dia yang melakukannya."Wanita ular itu memasang wajah terluka dan menunduk untuk mengusap matanya."Kakak, kami sangat menyayangimu. Kami juga terkejut dengan berita ini. Bangun-bangun semuanya sudah geger karena foto-fotomu tersebar luas di internet," kata Bella dengan wajah sedih.Tubuh Elena langsung membeku. "Ap-apa?""Semua orang sudah tahu mengenai kelakuanmu dan mereka menertawakanmu yang tidak bisa menahan nafsumu. Kau selama ini terlihat baik-baik, tapi ternyata kau hanyalah perempuan yang haus belaian," hina Thomas tak berperasaan.Elena menggeleng tak terima. "Kalian lebih percaya dengan foto yang bisa diedit oleh siapa saja di jaman serba canggih ini?""Apa kau bisa menyangkalnya? Apa kau bisa menjelaskan tanda merah di leher bodyguardmu itu? Sebegitu hausnya kau, sampai-sampai kau memilih lelaki rendahan sepertinya dibandingkan dengan Lucas yang jauh lebih terhormat," sembur Thomas.Elena bisa saja berkelit, tapi foto-foto itu terlihat asli. Pertanyaannya, siapa yang memfoto mereka? Siapa yang ikut masuk ke kamar hotel dan dengan kurang ajarnya memfoto dirinya dan Jack yang sedang dalam posisi sangat intim dan tanpa busana?Terlihat seperti telah direncanakan dengan rapi dan matang sebelumnya."Pergilah dari mansion ini dan jangan kembali lagi," kata Thomas dengan dingin. "Pelayan! Bawa kopernya ke sini dan berikan padanya!"Elena mengerjap ketika melihat seorang pelayan yang memakai seragam hitam menarik kopernya dan meletakkannya di hadapannya."Ayah mengusirku?" pekiknya tak percaya."Kau telah mencoreng nama baik keluarga Pierce dan Greenlake Corporation. Kau sudah tidak pantas lagi untuk berada di sini. Mulai saat ini kau dipecat.""Aku hanya tidak sengaja tidur dengan bodyguarku, bukan membunuh seseorang. Bukankah ini terlalu berlebihan? Aku yang memajukan perusahaanmu selama ini."Thomas melengos. "Posisimu akan digantikan oleh Bella.""Apa? Dia bahkan bukan anak kandungmu! Apa kau sudah gila?" teriak Elena marah."Kau bahkan tidak sopan dengan ayahmu sendiri. Bella selama ini selalu bersikap baik dan tidak pernah berbuat ulah. Tidak sepertimu," balas Thomas dingin.Amarah itu sudah tidak bisa lagi ditahannya. Elena menatap Miranda dan Bella yang masih memasang wajah terluka dan iba, tapi itu semua hanyalah pura-pura. Dia tahu pasti sifat asli mereka. Ia bahkan tahu apa saja skandal Bella di luar sana.Matanya beralih pada Lucas yang masih menatapnya dengan terluka. Saat ia ingin meminta dukungan dari kekasihnya itu, tiba-tiba ia melihat seringai kecil di bibir pria itu. Ia mengerjap dan seringai itu sudah tidak ada di sana.Detik itu juga, Elena sadar. Ia terlalu fokus pada perusahaan sampai tidak tahu apa yang mereka semua lakukan di belakangnya."Maaf, Elena. Aku tidak menyangka kau tega berselingkuh di belakangku. Apalagi dengan pria rendahan seperti dia." Lucas menatap ke arah Jack dengan pandangan merendahkan dan terlihat jijik. "Aku rasa lebih baik hubungan kita berakhir di sini saja."Elena bahkan tidak berniat untuk menjelaskan ataupun memohon-mohon. Bertahun-tahun berkecimpung di dunia bisnis yang kejam, ia sudah terbiasa mengamati ekspresi dari rekan-rekan bisnis dan lawannya. Ia bukanlah perempuan yang bodoh dan naif. Seringai kecil, bahkan sangat tipis di bibir Lucas sudah menjelaskan semuanya.Ia mengangguk, lalu tertawa terbahak-bahak sambil bertepuk tangan beberapa kali. Keempat orang di hadapannya menatapnya seolah-olah ia sudah gila."Baik. Aku akan pergi dari sini."Ia menatap Thomas dengan seringai miring penuh arti. "Kau yang paling mengerti aku, ayah."Mata Thomas membelalak. Pria yang masih terlihat bugar di usia 50 tahun itu mengepalkan tangannya.Elena berbalik sambil menyeret kopernya, namun Jack langsung mengambil alih. Ia bahkan tidak sadar pria itu sejak tadi masih berdiri di belakangnya. Mereka menuju ke mobil Elena dan segera melaju meninggalkan mansion."Anda baik-baik saja?" tanya Jack dengan wajah khawatir. Berkali-kali pria itu menoleh ke arahnya.Elena mengangguk, lalu menggeleng. "Aku bahkan masih memproses apa yang sedang terjadi."Ya, Elena sudah terbiasa menghadapi berbagai masalah berat, dan ia terbiasa bersikap tenang. Emosinya masih sebatas amarah yang meledak-ledak karena perlakuan ayahnya dan tidak terima karena Bella akan mengambil alih seluruh kerja kerasnya."Mau saya bantu untuk balas dendam?""Apa?" Elena berusaha memastikan pendengarannya."Saya bisa membantu anda untuk membalas mereka."Ia memperhatikan pria itu yang terlihat tenang, sama sekali tidak terpengaruh dengan kejadian tadi. Seolah-olah pria itu sudah terbiasa. Jack bahkan tidak bereaksi apapun ketika Lucas merendahkannya. Pria itu benar-benar pintar dalam menyembunyikan emosinya."Anda ingin pergi kemana?"Elena menghela nafas panjang, kembali menghadap ke depan. "Tidak usah berbicara formal padaku. Kita sudah bukan lagi atasan dan bawahan. Aku bahkan sudah resmi menjadi pengangguran sekarang." Elena terkekeh, memikirkan apa yang baru saja terjadi.Dia mengambil ponselnya dari tas kecil yang kemarin malam ia bawa."Lebih baik jangan melihat apapun di internet. Kau tidak akan menyukainya."Elena melirik pria itu. Apakah itu artinya Jack sebenarnya sudah tahu mengenai berita ini terlebih dulu? Tapi Elena tetaplah keras kepala. Ia tetap membuka berita online di internet dan matanya membelalak ketika melihat foto
Elena menatap sepasang manusia di hadapannya dengan sorot mata tak percaya. Baru satu jam yang lalu Bella, adik tirinya, terlihat bersedih dan turut bersimpati atas musibah yang menimpanya, namun kini perempuan itu menatapnya dengan sorot mata angkuh dan penuh kemenangan.Pandangannya beralih pada Lucas yang hanya menatapnya datar. Tidak ada lagi sorot memuja di sana. Pria itu bahkan membiarkan Bella memeluk lengannya dengan seringai mengejek.Ia menatap pakaian Bella yang terlihat seksi untuk ukuran pekerja kantoran. Roknya terlalu ketat dan panjangnya hanya sampai di tengah-tengah paha. Blazer yang dikenakannya juga sangat ketat hingga membuat dada wanita itu terlihat membusung.Hatinya berdenyut nyeri. Bella seperti wanita yang dulu menemani Lucas di apartemen pria itu. Apakah selama ini kekasihnya, tidak, mantan kekasihnya lebih menyukai perempuan seksi dengan pakaian terbuka seperti mereka?Tiba-tiba ia terkekeh geli, menertawakan kebodohannya. Tentu saja tidak ada laki-laki jama
Suara orang berbisik-bisik memasuki telinga Elena, membuat keningnya mengernyit. Dengan pelan ia membuka matanya dan langsung mendesis ketika merasakan nyeri dan perih di beberapa bagian tubuhnya."Kau sudah sadar?"Setelah mengerjapkan mata beberapa kali, pandangan Elena yang semula buram mulai terlihat jernih. Ia melihat seorang gadis berambut brunette lurus tengah berdiri di samping ranjang yang ditempatinya."Siapa kau? Aku berada dimana?"Pandangannya mengedar ke sekeliling ruangan yang serba putih. Ia mengenal betul ruangan ini karena dulu ia sering ke tempat seperti ini ketika ibunya sakit keras menjelang ajal."Namaku Nikolina Re... Peterson. Kau bisa memanggilku Nina. Aku adiknya Jack," jawab gadis itu dengan senyum ramah.Elena menatap gadis itu dengan seksama. Wajahnya memang mirip dengan Jack, tapi lebih feminin. Kulitnya putih dan tubuhnya proporsional. Secara keseluruhan, gadis itu memenuhi standar kecantikan yang selama ini diagung-agungkan oleh kaum wanita."Dimana Jac
Pandangan Nina lurus ke depan dan terlihat begitu dingin, sampai-sampai Elena beringsut menjauh tanpa sadar. Perkataan yang terucap dari mulut gadis itu membuatnya diserang oleh banyak pertanyaan.Siapa yang penjahat? Lucas? Kalau hanya selingkuh, ia kira tidak sampai membuat lelaki brengsek itu masuk ke dalam kategori penjahat. Lalu kenapa Nina seolah-olah tahu mengenai Lucas? Siapa sebenarnya gadis di sampingnya ini? Selain Jack yang misterius dan tertutup, ternyata adiknya pun sama. Hanya saja Nina seperti bunglon."Apa maksudmu, Nina? Siapa yang penjahat?"Gadis itu tidak menjawab. Nina malah menyalakan mesin mobil dengan pandangan tetap lurus, membuat Elena akhirnya penasaran. Siapa yang membuat gadis yang lebih muda darinya itu terlihat begitu marah?Begitu kepalanya mengikuti arah pandang Nina, jantung Elena seperti diremas.Lucas dan Bella berjalan di hadapan mereka dengan senyum menghiasi bibir keduanya. Hal yang tidak pernah dilihatnya ketika Lucas sedang bersamanya.TIN! T
"Kau terlihat seperti dia.""Apa?"Nina mengerjap dan langsung mengubah ekspresinya. Elena bisa mendengar gumaman itu meskipun terdengar lirih. Dia? Dia siapa?"Ayo kita makan dulu. Kau pasti kelaparan. Aku juga," ajak gadis itu sambil menarik lengannya keluar dari salon kecantikan.Ia meringis menahan sakit di kedua kakinya ketika Nina berjalan dengan cepat. Tapi ia tidak akan protes. Entah kenapa ia tidak mau membuat gadis yang terus menggenggam tangannya itu marah.Mereka berhenti di food court dan langsung memesan makanan cepat saji. Nina bahkan memesan dua buah hamburger dan seloyang pizza."Kenapa kau makan sebanyak itu?" tanya Elena heran ketika pesanan mereka datang dan gadis di hadapannya langsung memakan burger itu dengan lahap. Ia hanya memesan satu burger dan air mineral. Itupun ia meminta sayurnya diperbanyak. Melihat bagaimana Nina melahap semua makanan itu tanpa berpengaruh pada berat badannya membuatnya iri.Sejak dulu ia menjaga pola makannya karena takut gemuk. Buka
"Memilihku? Apa maksudmu dengan memilihku?" tanya Elena sambil mengejar Nina yang sudah melenggang pergi dengan banyak paper bag di kedua tangannya."Kenapa kau dan kakakmu sok misterius sekali? Tinggal menjawab saja apa susahnya, sih?" gerutunya ketika gadis itu bahkan terus melanjutkan langkah sampai ke mobilnya.Nina menatapnya sejenak, lalu mengibaskan rambutnya yang baru disadari Elena kini berwarna coklat dan bergelombang."Kau adalah pebisnis, seharusnya paham kenapa tidak semua pertanyaan harus langsung dijawab."Ia hanya bisa mengangakan mulutnya ketika gadis itu memasuki mobil dan menyalakan mesinnya. Klakson yang terdengar keras membuatnya terlonjak."Cepatlah. Kakakku akan membunuhku jika sampai kau tidak kunjung sampai di rumahnya."Tanpa banyak protes lagi, Elena segera masuk ke sisi penumpang di sebelah Nina. Gadis itu langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, membuatnya kembali berpegangan pada jok di belakangnya."Kenapa kau sepertinya tahu banyak tentangku
"Katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?"Elena tidak mau jika harus berada di posisi ini terus-menerus. Sebelum kejadian memalukan di kamar hotel itu, ia bahkan tidak begitu peduli dengan Jack. Selama ini ia hanya fokus pada pekerjaannya dan Lucas. Ia bahkan tidak merasa harus didampingi oleh seorang bodyguard meskipun ayahnya memiliki banyak musuh. Itu karena Alan yang menjabat sebagai asistennya selalu menemaninya kemana-mana.Jadi kehadiran Nathan sebagai bodyguardnya selama setahun ini ia anggap sebagai teman. Begitu pula dengan Jack yang menggantikan Nathan ketika pria itu tiba-tiba mengundurkan diri dua bulan yang lalu.Dan sekarang, tiba-tiba ia harus menghadapi sisi lain dari Jack yang membuatnya berkali-kali merasa...rendah diri.Reaksi Jack setelah mereka tidak sengaja tidur bersama membuatnya berpikir. Apakah ia memang sangat tidak menarik? Apakah Jack merasa jijik padanya? Sejelek itukah dirinya sehingga lelaki itu bahkan tiba-tiba pergi dari hadapannya?"Elena, ma
Cerita Nina mengenai kisah cinta kakaknya yang suram membuat Elena ikut merasakan sakit. Ternyata mereka berada di posisi yang sama. Sama-sama patah hati.Bedanya, ia dikhianati oleh kekasihnya dan adik tirinya. Sementara Jack? Kasihan sekali pria itu. Kalah sebelum berperang. Pukulan telak bagi kaum laki-laki yang lebih mengedepankan egonya.Sekarang Elena tahu kenapa Jack begitu dingin dan irit bicara. Ia mengerti kenapa pria itu terlihat seperti baru saja mendapatkan hadiah tak terduga ketika mereka sama-sama tak sadar di kamar hotel itu.Pria itu mengira bahwa ia adalah Claire. Hal yang tentu saja tidak akan pernah terjadi di dunia nyata jika Jack dalam keadaan sadar. Rasa ibanya pada pria itu meningkat.Meskipun Jack terlihat keras dan menyeramkan di luar, tapi hati pria itu rapuh. Entah kenapa Elena tidak rela jika pria itu berkubang dalam rasa cinta yang tak akan pernah bisa diraih. Jack berhak mendapatkan kebahagiaan. Seperti dirinya.Apa yang menimpa Jack memang tidak separah
"Kau yakin dengan keputusanmu?" Jacob bertanya untuk yang kesekian kalinya.Nathan mengangguk mantap. Tidak ada keraguan dalam hatinya. Ia sudah yakin dengan keputusannya, dan menurutnya itu adalah yang terbaik.Jacob menghela nafas panjang, lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi."Apa karena kau masih mencintai menantuku?""Salah satunya. Tapi lebih karena aku tidak mau menghancurkan pernikahan anak anda. Meskipun aku sangat mencintai Elena, tapi aku tidak mau membuat dia menderita."Berita mengenai Elena yang kritis karena kehilangan banyak darah setelah bertengkar dengan Jack membuat Nathan sadar. Cinta memang tidak bisa dipaksakan. Apalagi wanita adalah makhluk yang sensitif. Selalu menggunakan perasaannya."Baiklah. Jika kau memang sudah tidak merasa nyaman terus berada di sini, aku tidak bisa menahanmu. Tapi kau bisa kembali ke sini sewaktu-waktu jika kau mau," kata Jacob akhirnya.Pria itu membubuhkan tandatangan pada surat mutasi untuk Nathan."Kenapa Korea Selatan?
Elena mengeratkan pegangan tangannya pada lengan Jack ketika melihat bayi itu semakin mendekat dalam gendongan seorang perawat."Bayi kita. Dia bayi kita," ucapnya antusias.Sebenarnya ia terkejut ketika melihat raut kaget dan terpana di wajah Jack. Seolah-olah pria itu juga baru pertama kalinya melihat wajah anak mereka. Tapi ia tidak mau merusak suasana. Mungkin memang benar suaminya sibuk menungguinya, sementara bayi mereka harus dirawat di inkubator.Tiba-tiba bayi itu menangis, membuat Elena bingung sekaligus penasaran. Dia belum pernah menghadapi seorang bayi sebelumnya."Tidak usah panik, Nyonya. Dekap dia dalam pelukan anda. Bayi memerlukan pelukan dari ibunya setelah lahir," kata perawat itu sambil tersenyum.Elena menerima bayinya dengan sedikit kikuk. Takut jika nanti tiba-tiba menjatuhkannya atau membuat tangisan bayi itu kian menjadi-jadi.Di luar dugaannya, bayi itu justru berhenti menangis setelah Elena mendekatkannya pada dadanya. Hatinya terasa begitu penuh. Senyumnya
"Siapa kau?" Elena menatap seorang wanita yang masih muda dan terlihat begitu cantik. Kecantikan khas wanita jaman dulu. Mengingatkannya pada wanita-wanita seperti Putri Diana atau Marilyn Monroe.Tunggu, ia seperti pernah melihat wanita ini sebelumnya. Tapi di mana?"Kau begitu cantik. Bahkan lebih cantik dari Amelia," kata wanita itu sambil tersenyum lembut.Tubuh wanita itu begitu tinggi semampai seperti layaknya model. Seperti tubuh Elena yang tinggi, sehingga orang-orang sering mengira bahwa dirinya adalah seorang model.Sebentar, ada yang aneh di sini. Elena memperhatikan wanita di hadapannya dengan seksama. Rambut pirang dan bibir agak tebal di bagian bawah. Kulit putih bersih dan mata sebiru langit di siang hari."Tidak mungkin," gumam Elena.Satu kesadaran membuatnya refleks melangkah mundur. Kepalanya menggeleng-geleng."Ini tidak benar. Seharusnya aku tidak bisa bertemu dan berbincang denganmu. Apakah aku sudah mati?" Dia mulai panik dan melihat ke sekitarnya.Hanya ada ham
Suara isak tangis yang menyayat hati memenuhi ruang ICU. Seorang pria menggenggam tangan seorang wanita yang sejak kemarin belum juga sadarkan diri. Padahal sudah berkantong-kantong darah habis, tapi sang wanita belum juga mau bangun."Jack, kau juga harus makan untuk memulihkan tenagamu. Jangan menyiksa diri sendiri." Julia mengusap pipinya yang basah melihat sang putra terus menangis dalam penyesalan."Semua ini karena kebodohanku. Seharusnya aku menjaga perasaannya. Seandainya aku tidak egois, dia tidak akan berbaring di sini," ucap Jack di sela-sela tangisnya.Ya, Jack benar-benar sangat menyesal. Dia melampiaskan kemarahan karena cemburu buta, tapi dia tidak pernah menyangka bahwa dampaknya jauh lebih besar lagi. Dia benar-benar bisa kehilangan Elena untuk selamanya.Sekarang dia tahu bagaimana rasanya menjadi Arsen. Ternyata rasanya tidak menyenangkan. Rasanya seperti bertaruh dengan waktu. Tidak ada yang tahu apakah Elena bisa sadar atau malah pergi untuk selamanya."Maafkan ak
Selama hidupnya, Jack tidak pernah lepas kendali. Dia selalu bisa menahan diri. Bahkan meskipun dia tahu bahwa Claire menikah dengan Arsen, dia hanya diam saja. Tapi semua berubah ketika ia bertemu dengan Elena.Sekarang emosinya sering tidak stabil. Sudah dua kali ini dia lepas kendali, dan semuanya karena Elena. Ia tidak bisa biasa saja atau tak acuh jika itu sudah menyangkut tentang Elena.Ada rasa aneh yang tidak bisa dijabarkan. Dia takut jika Elena pergi jauh darinya. Kembali meninggalkannya seperti dulu."Di mana Nathan?" tanyanya pada salah satu karyawan yang melintas di lobi perusahaan."Umm, kurang tahu, Tuan. Tapi tadi saya sempat melihat dia bersama Tuan Jacob," jawab karyawan itu dengan sopan.Jack berlalu dengan amarah masih menguasai diri. Kedua tangannya bahkan masih terkepal dengan erat dan jantungnya bertalu-talu. Siapapun yang berpapasan dengannya tidak berani menyapa. Kakinya melangkah memasuki lift dan menekan tombol lantai paling atas. Dia benar-benar sangat ma
"Jack belum pulang juga?" tanya Elena dengan hati gelisah.Kemarin malam setelah dinyatakan baik-baik saja oleh dokter dan diperbolehkan untuk pulang, Elena berkali-kali menelpon suaminya. Tapi karena tubuhnya entah kenapa masih terasa lelah, dia pun akhirnya tertidur begitu diantarkan ke kamar oleh Alan."Belum. Aku sudah menghubungi ponselnya, tapi tidak diangkat," jawab Nina. "Lebih baik sarapan dulu. Kau harus memulihkan energi setelah kemarin hampir saja keracunan."Elena menurut saja ketika Nina menuntunnya menuju ke ruang makan. Beruntung Nina mau langsung datang ke mansion untuk menemaninya. Entah kenapa suaminya tidak kunjung pulang."Makanlah yang banyak, Nona. Setelah ini jangan lagi keluar. Sebentar lagi Anda melahirkan, jadi lebih baik di rumah saja. Anda bisa meminta tolong pada pengawal yang biasanya menjaga anda jika menginginkan sesuatu," saran Bibi Mary sambil meletakkan berbagai menu makanan sehat untuk ibu hamil.Mendadak Elena teringat dengan Brad. Di mana laki-la
Nathan menatap tajam orang yang keluar dari tempat yang gelap. Pria seusia Jacob Reeves yang memakai jaket kulit hitam dan celana jeans."Kenapa kau jauh-jauh datang ke sini, ayah? Sudah kubilang untuk jangan dekat-dekat denganku," kata Nathan dengan menggertakkan rahangnya."Supaya wanita pujaanmu itu tidak tahu bahwa kau adalah anak seorang direktur FBI? Memangnya kenapa? Suami wanita itu bahkan berada jauh di bawahku.""Tapi dia jauh lebih kaya darimu. Dia bahkan bisa membeli jabatanmu beserta seluruh aset yang kau punya," sergah Nathan.Pria yang dipanggil ayah itu mendengkus. Menghisap rokoknya dan meniupkan asap ke arah Nathan."Sungguh aneh kau mengaku sudah yatim piatu. Apakah sebegitu inginnya kau terbebas dariku? Bukankah seharusnya kau menerima jabatan yang kuberikan? Kau bahkan bisa berada di atas Jack Reeves."Nathan tidak peduli dengan perkataan ayahnya. Dia langsung beranjak dari tempatnya."Wanita itu membuat pilihan yang bagus. Seandainya dia memilihmu, aku tidak akan
Sudah sebulan lebih Nathan sengaja menghindari segala hal yang berhubungan dengan Elena dan Jack. Bukan hanya wanita saja, pria seperti dirinya pun juga membutuhkan waktu untuk menyendiri agar hatinya tidak semakin terluka."Takdir benar-benar membencimu rupanya," ujar Brad sebelum tertawa girang.Ya, takdir benar-benar mempermainkan hidupnya sekarang. Setelah memohon pada Evan untuk diberikan pekerjaan lainnya dengan alasan yang meyakinkan, lagi-lagi Nathan harus berakhir di tempat yang sama dengan Elena.Di ballroom eMark, tempat di mana ayah Elena mengadakan acara pesta ulang tahun perusahaan sekaligus untuk mengenalkan Elena kepada publik sebagai putri kandungnya.Semua orang terkesiap ketika mengetahui fakta itu. Apalagi ketika mereka tahu bahwa Edward Brown adalah mantan menantu Alexander Pierce. Mereka semua tentu langsung ramai dan saling berbisik."Tidak ada yang benar-benar menjadi temanmu di dunia bisnis," komentar Nathan sambil mengawasi Elena meskipun telinganya mendengar
Nathan membelalakkan mata. Tubuhnya menegang. Bagaimana Alan bisa tahu mengenai asal-usulnya? Padahal dia sudah menutupinya dengan rapat.Bahkan hacker profesional pun tidak akan mampu menembus informasi pribadinya karena sokongannya begitu kuat. Asalkan dia tetap diam dan tidak berbuat ulah."Kau pikir kau bisa menutupi siapa dirimu yang sebenarnya, hah? Jika itu menyangkut adikku, aku akan melakukan apa saja. Termasuk menyelidiki tentang latar belakangmu. Kau membuat malu ayahmu karena mengundurkan diri dari gedung Pentagon, padahal karirmu begitu cemerlang. Kau mencoreng nama ayahmu karena memberontak, tidak mau menuruti perintah Menteri Pertahanan dan Presiden."Nathan tidak bisa berkata-kata. Perkataan Alan membuatnya terlalu shock sampai pikirannya mendadak kosong."Kau semakin membuat malu ayahmu karena memilih untuk menjalani karir sebagai tentara bayaran swasta, dan berakhir sebagai bodyguard anak konglomerat. Kau dilarang untuk membuat skandal lagi, atau ayahmu akan diturunk