Segelas susu sudah tandas. Sepiring macaroni schotel sudah bersih tanpa sisa. Elena membanting gelas di tangannya ke atas meja, menimbulkan suara yang cukup keras di malam yang semakin beranjak."Aku sudah menuruti kemauanmu untuk menghabiskan semuanya. Sekarang ceritakan padaku. Aku benci tidak tahu apa-apa," ujarnya dengan mata menatap tajam pada dua pria yang sejak tadi memperhatikannya.Selama menjadi CEO di usia yang terlalu muda, ia dituntut untuk selalu tahu dan sigap setiap kali ada masalah. Beban yang terlalu berat itu mempengaruhi cara berpikirnya.Ia menjadi dewasa sebelum waktunya, hingga ia lupa bagaimana caranya menikmati hidup. Tapi Elena tetaplah seorang perempuan muda yang mengedepankan emosi. Sekali terkena masalah yang begitu besar, ia langsung tumbang dan kehilangan arah. Seperti sekarang ini. Ia mendadak menjadi seorang wanita labil seperti gadis remaja. Ia bahkan tidak lagi pusing memikirkan kelangsungan perusahaan milik keluarganya. Seolah-olah beban berat yan
Amelia Pierce adalah putri sulung dari keluarga Pierce, keluarga konglomerat yang dihormati di kota Portland. Perusahaan mereka bergerak di bidang consumer goods yang memiliki cabang di beberapa kota. Mereka termasuk dalam jajaran orang-orang paling kaya di negara bagian Oregon.Demi memperkuat jaringan bisnis mereka, Alexander Pierce menjodohkan Amelia dengan Edward Thorne Brown, anak dari pemilik perusahaan e-niaga multinasional yang mengoperasikan pasar online. Pernikahan mereka tentu membuat perusahaan keluarga Pierce, Greenlake group, semakin dikenal berkat kerjasamanya dengan eMark. Produk mereka semakin dikenal di seluruh negara bagian Amerika dan penjualan mereka meningkat drastis secara online.Edward yang dari awal memang sudah mencintai Amelia secara diam-diam sejak mereka bertemu secara tak sengaja di Universitas Portland, tentu saja sangat bahagia karena berhasil memperistri wanita itu.Pernikahan mereka begitu bahagia. Atau setidaknya itulah yang dirasakan oleh Edward. P
"Kau sudah gila? Aku tidak mau menikah di usia muda," bentak Elena sambil menepis tangan laki-laki yang baru diketahuinya sebagai kakak kandungnya itu."Dengan menikah dengannya, nama baikmu yang rusak akan kembali. Skandal yang menimpamu akan dilupakan dengan sendirinya begitu kau menikah dengan Jack," jelas Alan dengan menggebu-gebu."Bukankah itu akan semakin memperkuat skandal yang menimpaku?""Tidak, itu akan menyelamatkan nama baikmu. Bagaimana jika kau hamil? Akan lebih baik jika statusmu sudah menikah ketika ternyata kau mengandung. Jika kau tidak menikah, skandal itu mungkin akan dilupakan. Tapi kehamilanmu akan menjadi pertanyaan di kemudian hari, dan skandal itu kembali muncul ke permukaan," ucap Alan.Deg! Ia sama sekali tidak memikirkan kemungkinan itu. Mereka tidak mengenakan pengaman, jadi besar kemungkinannya ia akan hamil.Kalau ia hamil tanpa menikah, tentu nama baiknya akan semakin tercemar. Entah ia bisa keluar untuk sekedar menghirup udara segar atau tidak. Orang
"Perjanjian, kesepakatan. Aku akan menikah denganmu, sebagai gantinya aku akan memberikan perlindungan padamu."Elena menatap pria itu dengan pandangan heran, seolah-olah Jack baru saja berbicara dengan bahasa alien."Kenapa kau tetap ingin menikah denganku? Kita melakukan itu bukan atas keinginan masing-masing. Kita dijebak. Itu bukan salahmu dan kau tidak perlu bertanggungjawab," kata Elena."Aku bukan pria brengsek. Sadar atau tidak, aku telah menodaimu dan menghancurkan reputasimu. Kalaupun kau menolak untuk menikah denganku, apakah ada jaminan di kemudian hari akan ada lelaki yang mau menikahimu karena skandal itu?""Tapi perempuan seperti Bella bisa mendapatkan laki-laki dengan mudah dan dia tetap bisa mendapatkan Lucas," bantah Elena.Pria itu menatapnya dengan sabar, seolah-olah sedang menghadapi anak kecil."Elena, kau berbeda dengan Bella. Kau adalah perempuan terhormat, sedangkan adik tirimu dengan mudah membuka kakinya demi uang. Dan kau adalah ahli waris keluarga Pierce d
Pintu ruangan terbuka, menampilkan seorang perempuan paruh baya yang melihat mereka dengan mata menyipit.Wanita itu berambut hitam legam, dandanan yang terlihat sederhana namun elegan, dan auranya terlihat berwibawa. Membuat Elena yang nafasnya terengah-engah langsung menelan ludah gugup.Ia merasa seperti tertangkap basah sedang melakukan tindakan asusila, apalagi ketika pandangan mata biru itu terarah pada lehernya, lalu turun ke arah pinggangnya yang ternyata masih ada tangan Jack di sana."Eh, ma-maaf...""Jack, Mama tidak pernah mengajarimu untuk mengambil kesempatan pada anak gadis orang," potong wanita itu yang ternyata adalah ibunya Jack.Elena hanya bisa menunduk, merasa sangat malu karena kondisinya benar-benar memalukan ketika wanita itu masuk."Jangan hanya menyengir tidak jelas begitu. Cepat turun dan makan malam bersama. Sudah lama kau selalu menghindar setiap kali Mama mengajakmu untuk makan malam bersama."Tiba-tiba wanita itu meraih tangannya dan menariknya keluar da
Security Black J37, perusahaan tentara bayaran swasta yang memiliki lebih dari 600 ribu karyawan yang tersebar di Amerika, Eropa, dan Asia.Perusahaan ini terkenal dengan tenaga kerjanya yang berkualitas tinggi dan selalu sukses menjalankan misi untuk mengamankan bank, penjara swasta, bandara pribadi, mengawal para konglomerat dan artis, terjun langsung ke medan konflik di dunia, investigasi kasus, bahkan membantu pemerintah.Elena menelan ludahnya ketika melihat berita salah satu bodyguard Security Black yang mendapatkan bayaran $20.000 sehari untuk mengawal seorang pemilik media sosial terkenal. Jack benar ketika mengatakan bahwa akan membantunya membalas dendam dan melindunginya. Dia adalah anak dari pemilik perusahaan yang kekayaannya sudah pasti jauh melebihi keluarga Pierce dan Brown. Tentu saja kekuasaan keluarga Reeves begitu berpengaruh di negara ini, bukan?Dan pria itu adalah seorang kepala agen lapangan FBI yang sedang menyamar. Menyamar untuk apa? Melakukan misi apa?Jar
Sudah lima belas menit berlalu sejak rekaman CCTV itu berhenti, Elena hanya diam saja dengan pandangan kosong menatap layar laptop di hadapannya.Rasa kecewa, sakit hati, dan marah membuatnya hanya bisa diam dengan kedua tangan terkepal erat di atas meja. Ia tidak menyangka bahwa mereka sudah merencanakan hal ini sejak lama demi menguasai hartanya. Lebih menyakitkan lagi ketika mereka bersandiwara memainkan perasaannya, menganggapnya perempuan bodoh dan memanfaatkan keputusasaannya terhadap cinta.Ia ingat dulu Thomas tidak pernah menyayanginya sejak kecil. Laki-laki itu hanya pura-pura perhatian jika ada kakek dan ibunya. Jika mereka tidak ada, Thomas akan bersikap dingin dan tak acuh.Tentu saja sikap pria itu membuat Elena tumbuh dengan mendambakan kasih sayang dari seorang laki-laki. Ia memang mendapatkan kasih sayang itu dari Edward, pria yang ia kira adalah pamannya selama ini. Namun, pria itu jarang datang ke mansion karena kesibukannya.Lalu Alan, sepupunya, juga sangat perha
"Kau yakin tidak apa-apa untuk sementara?" tanya Jack begitu mereka berhenti di tempat parkir khusus tamu milik eMark, perusahaan milik ayahnya.Elena mengangguk. "Ini bukan pertama kalinya aku datang ke sini sendirian.""Tapi kondisinya berbeda. Setelah selesai, kau jangan pulang sendiri. Tunggu anak buahku yang bernama Evan menjemputmu. Dia berambut coklat, bermata abu-abu, dan memiliki tato elang di leher kirinya. Ingat, jangan sampai keliru," pesan Jack dengan wajah serius."Kau terdengar seperti kekasih yang terlalu khawatir," sindir Elena."Karena kau memang calon istriku. Jangan banyak protes. Posisimu tidak aman sekarang. Ingat, jangan memberikan nomor barumu pada Lucas maupun Thomas."Pria itu berubah menjadi cerewet setelah mereka sepakat untuk menikah. Ia memutar matanya merasa jengah."Kau cerewet sekali," ucapnya dengan jengkel."Terserah apa katamu. Setelah urusanku selesai, aku akan langsung menjemputmu." Tiba-tiba lelaki itu mencium keningnya, membuatnya membeku dengan
"Kau yakin dengan keputusanmu?" Jacob bertanya untuk yang kesekian kalinya.Nathan mengangguk mantap. Tidak ada keraguan dalam hatinya. Ia sudah yakin dengan keputusannya, dan menurutnya itu adalah yang terbaik.Jacob menghela nafas panjang, lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi."Apa karena kau masih mencintai menantuku?""Salah satunya. Tapi lebih karena aku tidak mau menghancurkan pernikahan anak anda. Meskipun aku sangat mencintai Elena, tapi aku tidak mau membuat dia menderita."Berita mengenai Elena yang kritis karena kehilangan banyak darah setelah bertengkar dengan Jack membuat Nathan sadar. Cinta memang tidak bisa dipaksakan. Apalagi wanita adalah makhluk yang sensitif. Selalu menggunakan perasaannya."Baiklah. Jika kau memang sudah tidak merasa nyaman terus berada di sini, aku tidak bisa menahanmu. Tapi kau bisa kembali ke sini sewaktu-waktu jika kau mau," kata Jacob akhirnya.Pria itu membubuhkan tandatangan pada surat mutasi untuk Nathan."Kenapa Korea Selatan?
Elena mengeratkan pegangan tangannya pada lengan Jack ketika melihat bayi itu semakin mendekat dalam gendongan seorang perawat."Bayi kita. Dia bayi kita," ucapnya antusias.Sebenarnya ia terkejut ketika melihat raut kaget dan terpana di wajah Jack. Seolah-olah pria itu juga baru pertama kalinya melihat wajah anak mereka. Tapi ia tidak mau merusak suasana. Mungkin memang benar suaminya sibuk menungguinya, sementara bayi mereka harus dirawat di inkubator.Tiba-tiba bayi itu menangis, membuat Elena bingung sekaligus penasaran. Dia belum pernah menghadapi seorang bayi sebelumnya."Tidak usah panik, Nyonya. Dekap dia dalam pelukan anda. Bayi memerlukan pelukan dari ibunya setelah lahir," kata perawat itu sambil tersenyum.Elena menerima bayinya dengan sedikit kikuk. Takut jika nanti tiba-tiba menjatuhkannya atau membuat tangisan bayi itu kian menjadi-jadi.Di luar dugaannya, bayi itu justru berhenti menangis setelah Elena mendekatkannya pada dadanya. Hatinya terasa begitu penuh. Senyumnya
"Siapa kau?" Elena menatap seorang wanita yang masih muda dan terlihat begitu cantik. Kecantikan khas wanita jaman dulu. Mengingatkannya pada wanita-wanita seperti Putri Diana atau Marilyn Monroe.Tunggu, ia seperti pernah melihat wanita ini sebelumnya. Tapi di mana?"Kau begitu cantik. Bahkan lebih cantik dari Amelia," kata wanita itu sambil tersenyum lembut.Tubuh wanita itu begitu tinggi semampai seperti layaknya model. Seperti tubuh Elena yang tinggi, sehingga orang-orang sering mengira bahwa dirinya adalah seorang model.Sebentar, ada yang aneh di sini. Elena memperhatikan wanita di hadapannya dengan seksama. Rambut pirang dan bibir agak tebal di bagian bawah. Kulit putih bersih dan mata sebiru langit di siang hari."Tidak mungkin," gumam Elena.Satu kesadaran membuatnya refleks melangkah mundur. Kepalanya menggeleng-geleng."Ini tidak benar. Seharusnya aku tidak bisa bertemu dan berbincang denganmu. Apakah aku sudah mati?" Dia mulai panik dan melihat ke sekitarnya.Hanya ada ham
Suara isak tangis yang menyayat hati memenuhi ruang ICU. Seorang pria menggenggam tangan seorang wanita yang sejak kemarin belum juga sadarkan diri. Padahal sudah berkantong-kantong darah habis, tapi sang wanita belum juga mau bangun."Jack, kau juga harus makan untuk memulihkan tenagamu. Jangan menyiksa diri sendiri." Julia mengusap pipinya yang basah melihat sang putra terus menangis dalam penyesalan."Semua ini karena kebodohanku. Seharusnya aku menjaga perasaannya. Seandainya aku tidak egois, dia tidak akan berbaring di sini," ucap Jack di sela-sela tangisnya.Ya, Jack benar-benar sangat menyesal. Dia melampiaskan kemarahan karena cemburu buta, tapi dia tidak pernah menyangka bahwa dampaknya jauh lebih besar lagi. Dia benar-benar bisa kehilangan Elena untuk selamanya.Sekarang dia tahu bagaimana rasanya menjadi Arsen. Ternyata rasanya tidak menyenangkan. Rasanya seperti bertaruh dengan waktu. Tidak ada yang tahu apakah Elena bisa sadar atau malah pergi untuk selamanya."Maafkan ak
Selama hidupnya, Jack tidak pernah lepas kendali. Dia selalu bisa menahan diri. Bahkan meskipun dia tahu bahwa Claire menikah dengan Arsen, dia hanya diam saja. Tapi semua berubah ketika ia bertemu dengan Elena.Sekarang emosinya sering tidak stabil. Sudah dua kali ini dia lepas kendali, dan semuanya karena Elena. Ia tidak bisa biasa saja atau tak acuh jika itu sudah menyangkut tentang Elena.Ada rasa aneh yang tidak bisa dijabarkan. Dia takut jika Elena pergi jauh darinya. Kembali meninggalkannya seperti dulu."Di mana Nathan?" tanyanya pada salah satu karyawan yang melintas di lobi perusahaan."Umm, kurang tahu, Tuan. Tapi tadi saya sempat melihat dia bersama Tuan Jacob," jawab karyawan itu dengan sopan.Jack berlalu dengan amarah masih menguasai diri. Kedua tangannya bahkan masih terkepal dengan erat dan jantungnya bertalu-talu. Siapapun yang berpapasan dengannya tidak berani menyapa. Kakinya melangkah memasuki lift dan menekan tombol lantai paling atas. Dia benar-benar sangat ma
"Jack belum pulang juga?" tanya Elena dengan hati gelisah.Kemarin malam setelah dinyatakan baik-baik saja oleh dokter dan diperbolehkan untuk pulang, Elena berkali-kali menelpon suaminya. Tapi karena tubuhnya entah kenapa masih terasa lelah, dia pun akhirnya tertidur begitu diantarkan ke kamar oleh Alan."Belum. Aku sudah menghubungi ponselnya, tapi tidak diangkat," jawab Nina. "Lebih baik sarapan dulu. Kau harus memulihkan energi setelah kemarin hampir saja keracunan."Elena menurut saja ketika Nina menuntunnya menuju ke ruang makan. Beruntung Nina mau langsung datang ke mansion untuk menemaninya. Entah kenapa suaminya tidak kunjung pulang."Makanlah yang banyak, Nona. Setelah ini jangan lagi keluar. Sebentar lagi Anda melahirkan, jadi lebih baik di rumah saja. Anda bisa meminta tolong pada pengawal yang biasanya menjaga anda jika menginginkan sesuatu," saran Bibi Mary sambil meletakkan berbagai menu makanan sehat untuk ibu hamil.Mendadak Elena teringat dengan Brad. Di mana laki-la
Nathan menatap tajam orang yang keluar dari tempat yang gelap. Pria seusia Jacob Reeves yang memakai jaket kulit hitam dan celana jeans."Kenapa kau jauh-jauh datang ke sini, ayah? Sudah kubilang untuk jangan dekat-dekat denganku," kata Nathan dengan menggertakkan rahangnya."Supaya wanita pujaanmu itu tidak tahu bahwa kau adalah anak seorang direktur FBI? Memangnya kenapa? Suami wanita itu bahkan berada jauh di bawahku.""Tapi dia jauh lebih kaya darimu. Dia bahkan bisa membeli jabatanmu beserta seluruh aset yang kau punya," sergah Nathan.Pria yang dipanggil ayah itu mendengkus. Menghisap rokoknya dan meniupkan asap ke arah Nathan."Sungguh aneh kau mengaku sudah yatim piatu. Apakah sebegitu inginnya kau terbebas dariku? Bukankah seharusnya kau menerima jabatan yang kuberikan? Kau bahkan bisa berada di atas Jack Reeves."Nathan tidak peduli dengan perkataan ayahnya. Dia langsung beranjak dari tempatnya."Wanita itu membuat pilihan yang bagus. Seandainya dia memilihmu, aku tidak akan
Sudah sebulan lebih Nathan sengaja menghindari segala hal yang berhubungan dengan Elena dan Jack. Bukan hanya wanita saja, pria seperti dirinya pun juga membutuhkan waktu untuk menyendiri agar hatinya tidak semakin terluka."Takdir benar-benar membencimu rupanya," ujar Brad sebelum tertawa girang.Ya, takdir benar-benar mempermainkan hidupnya sekarang. Setelah memohon pada Evan untuk diberikan pekerjaan lainnya dengan alasan yang meyakinkan, lagi-lagi Nathan harus berakhir di tempat yang sama dengan Elena.Di ballroom eMark, tempat di mana ayah Elena mengadakan acara pesta ulang tahun perusahaan sekaligus untuk mengenalkan Elena kepada publik sebagai putri kandungnya.Semua orang terkesiap ketika mengetahui fakta itu. Apalagi ketika mereka tahu bahwa Edward Brown adalah mantan menantu Alexander Pierce. Mereka semua tentu langsung ramai dan saling berbisik."Tidak ada yang benar-benar menjadi temanmu di dunia bisnis," komentar Nathan sambil mengawasi Elena meskipun telinganya mendengar
Nathan membelalakkan mata. Tubuhnya menegang. Bagaimana Alan bisa tahu mengenai asal-usulnya? Padahal dia sudah menutupinya dengan rapat.Bahkan hacker profesional pun tidak akan mampu menembus informasi pribadinya karena sokongannya begitu kuat. Asalkan dia tetap diam dan tidak berbuat ulah."Kau pikir kau bisa menutupi siapa dirimu yang sebenarnya, hah? Jika itu menyangkut adikku, aku akan melakukan apa saja. Termasuk menyelidiki tentang latar belakangmu. Kau membuat malu ayahmu karena mengundurkan diri dari gedung Pentagon, padahal karirmu begitu cemerlang. Kau mencoreng nama ayahmu karena memberontak, tidak mau menuruti perintah Menteri Pertahanan dan Presiden."Nathan tidak bisa berkata-kata. Perkataan Alan membuatnya terlalu shock sampai pikirannya mendadak kosong."Kau semakin membuat malu ayahmu karena memilih untuk menjalani karir sebagai tentara bayaran swasta, dan berakhir sebagai bodyguard anak konglomerat. Kau dilarang untuk membuat skandal lagi, atau ayahmu akan diturunk