Share

Bab 5 : Disturb

Penulis: Hanna Aisha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-02 19:49:55

Sudah pukul lima sore, waktunya Aqila pulang dari kantor dan mengistirahatkan tubuh dari lelahnya bekerja. Segala kekacauan di atas mejanya segera dia rapikan. Kertas-kertas dokumen, alat tulis, serta apa pun yang berserakan di atas meja dia bereskan.

Blazer hitam yang tergantung di belakang kursi dia raih lalu dengan cepat dia kenakan, kemudian jemarinya menyambar tas dan segera melangkah keluar ruangan.

Sembari berjalan, dia meraih ponsel dari dalam tas. Mencari nama seseorang yang begitu dia rindukan, kemudian mengetikkan pesan untuknya.

[Kita ketemu di kafe biasa aja, ya? Aku harus ngehindarin Hendra biar dia nggak lapor sama Papa.]

Pintu lift terbuka tepat saat terdengar denting notifikasi. Aqila tersenyum sembari memasuki lift bersama bodyguard yang senantiasa mengikutinya di belakang.

[Oke, Sayang. Aku tunggu di kafe biasa. Kamu hati-hati di jalan. Love you.]

Ah, baru membaca pesan dari Kenzo saja hati Aqila sudah berdebar tak keruan begini, bagaimana jika dia mendengar langsung Kenzo mengucapkan kata cinta untuknya?

Melihat Aqila sedang tersenyum sambil memandangi ponsel, Hendra menjadi penasaran. Dicondongkannya badan, lalu diliriknya layar ponsel yang sedang menampilkan chat itu untuk melihat nama seseorang di sana. Namun, belum sempat Hendra melihat nama orang yang sedang berkirim pesan dengan Aqila, gadis itu telah terlebih dulu mengetahui niat Hendra dan dengan cepat mengalihkan layar ponsel menjauh dari lelaki itu.

"Apa liat-liat? Mau ngintip lu, ya?" sergahnya.

Hendra hanya tersenyum. "Ngintip gimana, Non? Kan Non lagi nggak di kamar mandi."

"Ck." Aqila hanya mendecih, malas menanggapi lelucon garing bodyguardnya.

"Lagian, saya liat-liat Non Qila dari tadi senyum-senyum sendiri. Chatan sama siapa?"

Aqila keluar dari lift begitu pintu lift terbuka, tanpa berniat menjawab pertanyaan Hendra. Sesampainya di depan kantor, dia melihat Hendra tengah mengambil mobil di parkiran dan membawanya ke teras kantor di mana Aqila sedang berdiri.

"Hendra, lu pulang aja bawa mobil gue ke rumah. Gue harus ketemu temen gue dulu. Bilangin sama Papa, nanti gue pulang naik taksi aja," ujarnya sembari melangkah hendak ke tepi jalan.

Hendra yang mendengar itu buru-buru turun dari mobil dan menahan tangan Aqila. "Non mau ketemu siapa? Saya anterin."

"Nggak usah, lu pulang duluan aja. Deket, kok, tempatnya."

"Saya anterin, Non."

Aqila menarik napas dalam-dalam, lalu menyemburkannya dalam bentuk teriakan, "Gue bilang nggak usah, ya nggak usah!"

Susah sekali bicara baik-baik dengan Hendra!

"Kalo Non nggak mau saya anterin, saya bakal bilang sama Tuan kalau Non ketemuan sama cowok itu."

Aqila terbelalak. Tak menyangka lelaki yang terlihat kalem di depannya ini berani berkata seperti itu. "Lu ngancem gue? Lu berani ngancem gue?"

"Saya nggak ngancem, Non. Saya hanya menjalankan tugas dari Tuan."

"Kan gue bilang, gue mau ketemuan sama temen. Nggak percayaan banget, sih!"

"Kalau Non beneran ketemu sama temen seharusnya nggak papa, dong kalo saya anterin."

Aqila mendesah kesal. Ternyata laki-laki di depannya tidak mudah dikelabuhi. Dia juga tidak takut kepadanya, mungkin karena yang menggajinya adalah Giri, bukan Aqila. Jadi, dia merasa tidak perlu takut pada Aqila.

"Gimana, Non? Saya anterin, atau saya laporin Tuan?" Hendra menaikkan sebelah alisnya sambil tersenyum miring.

Sebenarnya, tanpa Aqila bilang pun Hendra tau kalau wanita itu pasti akan bertemu dengan pacarnya. Untuk apa dia melarang Hendra mengantarkannya jika wanita itu tidak bertemu dengan Kenzo, kan? Hendra juga penasaran, seperti apa tampang lelaki bernama Kenzo itu, hingga membuat Aqila sampai tergila-gila begitu. Apakah lelaki itu akan lebih tampan darinya?

"Kalo Non mau ketemu sama pacar Non juga nggak papa. Yang penting saya harus ikut. Supaya kalau Tuan tanya, saya bisa jawab kalo Non lagi sama saya, biar saya nggak dimarahin Tuan, Non," tawarnya.

Aqila mengerutkan kening, seakan ragu dengan ucapan Hendra barusan. Namun, begitu melihat Hendra mengangguk sambil memperlihatkan raut serius, Aqila akhirnya mengiyakan.

"Lu janji jangan bilang Papa?" tegurnya begitu mereka telah masuk ke mobil.

Hendra menyalakan mesin, lalu menginjak gas perlahan. "Tenang, Non, saya bisa jaga rahasia."

Lelaki itu tersenyum, melirik Aqila dari spion tengah. Pandangan mereka bertemu beberapa saat, tetapi Aqila dengan cepat memalingkan muka ke arah jendela. Semoga saja lelaki di depannya itu bisa dipercaya.

***

"Sayang!" Aqila melambaikan tangan saat melihat Kenzo di meja ujung ruangan.

Kenzo yang mendengar panggilan dari kekasihnya segera bangkit menyambut kedatangan sang pujaan hati. Mereka berpelukan sekilas, sedangkan Kenzo mendaratkan kecupan manis di kening Qila, membuat gadis itu tersipu.

"Duduk, Sayang," ucap Kenzo setelah melepaskan tangannya dari tubuh Aqila. Dia bergegas menarik kursi di sampingnya dan mempersilakan wanitanya duduk.

Suasana romantis keduanya terusik saat sudut mata Kenzo menangkap bayangan laki-laki berpakaian serba hitam yang berdiri di belakang tempat duduk Aqila.

Dia menoleh, menatap lelaki itu dengan tatapan bingung.

Melihat arah mata Kenzo, Aqila akhirnya menjelaskan, "Dia Hendra, Zo. Orang yang ditugasin sama Papa buat jadi bodyguard aku."

"Bodyguard?" Kenzo menaikkan alis. "Orang kaya dia jadi bodyguard?" sambungnya sambil menunjuk lelaki yang masih setia berdiri di tempatnya.

Kenzo kembali mengarahkan pandangan ke lelaki itu. Dia memindai dari atas sampai bawah, meneliti tentang penampang luar lelaki itu dengan seksama.

Lelaki itu berperawakan tinggi, bentuk tubuhnya proporsional untuk ukuran laki-laki, tetapi jika menjadi bodyguard sepertinya masih kurang kekar. Otot-otot lengannya tidaklah sebesar atlet binaraga. Wajahnya bahkan tidak ada tampang garang sama sekali. Namun, cukup tampan untuk ukuran seorang bodyguard.

Kenzo memperhatikan raut wajah Hendra. Datar, tetapi tidak mengintimidasi. Dia ragu Hendra pernah menjadi bodyguard sebelumnya karena penampilan lelaki itu sama sekali tidak mirip seperti penampilan para bodyguard papanya di rumah. Bahkan dari cara berdirinya saja tidak mencerminkan seorang bodyguard sama sekali.

"Kamu yakin dia bodyguard, Sayang?"

Aqila mengangguk. Memang benar, kan? Sudah dua hari ini Hendra bekerja dengannya sebagai bodyguard, jadi mana mungkin dia salah.

Sedangkan Hendra yang sedari tadi diam pun tak luput memperhatikan lelaki yang duduk di samping nonanya. Lelaki berperawakan tinggi kurus itu memang tampan. Namun, Hendra masih merasa dirinya bahkan lebih tampan dari lelaki itu. 

Dan lagi, dari penampilannya Hendra seperti bisa menilai kalau lelaki itu cukup liar. Pantas saja Giri melarang Aqila berhubungan dengan lelaki itu.

"Kalian kenapa liat-liatan mulu, sih?" Aqila yang merasakan perang dingin lewat tatapan mata keduanya berusaha melerai. 

Diusapnya punggung tangan Kenzo di atas meja. "Kamu cuekin aja dia. Aku ngajak dia ke sini karena dia udah janji nggak akan laporin pertemuan kita ke papa."

"Kamu percaya sama dia?"

Aqila menghela napas. "Aku nggak punya pilihan, Sayang. Udahlah, nggak papa."

Kenzo membuang muka. "Rasanya nggak nyaman aja, kencan dibuntutin orang lain."

"Anggap aja dia nggak ada. Oke? Hm?"

Melihat raut memohon dari wanitanya, Kenzo menghela napas, lalu mengangguk terpaksa. Sudahlah. Dia hanya tak perlu menganggap kehadiran lelaki lain di sekitar Aqila. Itu saja.

"Ndra, lu duduk di sana aja. Nggak usah berdiri di belakang gue. Nggak enak diliat orang," bisik Aqila kepada Hendra. Lelaki itu mengangguk, kemudian mengambil tempat duduk di meja samping nonanya.

Kenzo tersenyum miring, kemudian melambaikan tangan memanggil pelayan, lalu memesankan makan untuk kekasihnya. Aqila tersenyum, hatinya menghangat karena perlakuan manis Kenzo untuknya. Dia merasa beruntung memiliki kekasih seperti Kenzo.

***

"Halo, Tuan ...," ucap Hendra setelah memasang sebelah earphone di telinganya, sementara satu tangan menggenggam setir.

Mereka sedang dalam perjalanan pulang. Sekarang sudah pukul setengah delapan malam. Sore tadi, Hendra sempatkan mengirim pesan kepada Giri bahwa Aqila sedang ingin jalan-jalan. Namun, karena hari sudah mulai larut, Giri jadi khawatir, siapa tau Aqila menyelinap pergi dari Hendra untuk bertemu dengan Kenzo.

"Hendra, Qila masih sama kamu, kan?" tanya Giri di seberang sana.

"Iya, Tuan. Non Qila masih sama saya. Ini kami sedang di jalan mau pulang." Hendra menjawab sambil terus mengemudi. 

Diliriknya kaca tengah untuk mengamati ekspresi Aqila. Ternyata wanita itu tengah terpejam sembari menyandarkan kepala ke headrest.

"Ya udah kalo kaya gitu. Dia nggak bikin ulah, kan? Nggak pergi sama Kenzo?"

Hendra meremas setir di tangannya. "Non Qila dari tadi sama saya, Tuan. Dia cuma makan di kafe setelah itu keliling mal saja, tidak ketemu siapa-siapa."

Kedua netra Aqila yang semula terpejam seketika terbuka lebar. Pandangannya mengarah ke Hendra, menunggu dengan was-was ucapan lelaki itu selanjutnya. Di kepalanya, dia tengah menebak-nebak respon yang diberikan papanya saat mendengar ucapan lelaki itu.

"Ya sudah kalau begitu, hati-hati di jalan."

"Baik, Tuan." Setelah itu, Giri mematikan sambungan telepon.

Hendra kembali melirik spion, dan seketika matanya bertabrakan pandang dengan tatapan tajam Aqila.

"Papa tanya apa aja?" tanya Aqila was-was.

Hendra menarik senyum tipis. "Tenang, Non, bapak cuma tanya Non lagi sama saya apa enggak."

Tanpa sadar, Aqila mendesah lega. Meskipun kehadiran Hendra di momen kencannya bersama Kenzo hari ini terasa mengganggu karena lelaki itu terus membuntuti mereka hingga tak memberi sedikit pun ruang untuk mereka menghabiskan waktu berdua, tetapi setidaknya Aqila bisa percaya kalau lelaki itu bisa diajak kerja sama.

"Ya udah, kalo gitu. Gue merem bentar, ya? Ngantuk," ucap Aqila seraya kembali memejamkan mata.

Hendra mengangguk pelan tanpa berharap Aqila melihat responnya, lalu menginjak gas lebih dalam guna mempercepat laju mobil, agar mereka bisa cepat sampai rumah dan Aqila bisa cepat istirahat. Dilihat dari raut wajahnya, gadis itu sepertinya kelelahan.

Hendra mengulas senyum saat matanya kembali melirik ke spion dan mendapati Aqila telah terlelap. Wajahnya yang tenang saat sedang tertidur terlihat lebih cantik.

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
RoggoneBotak
Ceritanya bagus tapi cuma sekarat... Kalau di lihat kali terakhir tarikh update bulan 7/2022 dah 5 bulan berlalu, Authornya mana entah sakit atau udah pergi ke alam lain?
goodnovel comment avatar
RoggoneBotak
Hai kapan updatenya??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bodyguard Ganteng Jodohku   Bab 6 : Promise

    Kira-kira pukul setengah sepuluh malam, Hendra baru saja hendak melangkahkan kaki ke teras rumah saat ponsel di saku celananya tiba-tiba berdering. Dahinya seketika mengernyit, tetapi tak dapat dipungkiri, segaris senyum simpul terlukis di bibirnya kala melihat nama sang penelepon.Dia berbelok arah, mengurungkan niat masuk ke rumah dan malah duduk di bangku panjang samping rumahnya. Sebatang rokok dia nyalakan sebelum mengangkat panggilan."Ya, Non."Suara gadis manis di seberang segera menyambut sapaannya."Lu udah pulang?" Suaranya masih serak. Seperti habis bangun tidur."Iya. Saya sudah di rumah," jawabnya seraya mengembuskan asap rokok dari mulut.Terdengar gumam lirih dari seberang. Seperti ragu hendak mengatakan sesuatu."Ada apa, Non?" tanyanya memastikan."Eummm ... gue tadi ketiduran di mobil, ya?"Dalam hati Hendra tergelak mendengar suara Aqila yang terkesan malu-malu. Biasanya, kan, gadis itu selalu marah-marah, bahkan berbicara saja selalu menggunakan nada yang keras. N

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05
  • Bodyguard Ganteng Jodohku   Bab 7 : Fullfilled

    "Sayang!"Kenzo sudah berdiri di depan mobilnya yang terparkir di halaman kantor Aqila. Memakai setelan kemeja kotak-kotak merah hitam dan celana jeans biru yang lututnya sobek-sobek khas anak tongkrongan. Matanya berbinar melihat Aqila melangkah keluar pintu utama, tetapi detik kemudian tatapannya berubah sinis saat Hendra muncul dari balik pintu menyusul langkah gadis itu.Aqila yang mengerti arti dari tatapan Kenzo segera menenangkan hati kekasihnya. "Biarin dia ikut, ya, Sayang. Kaya kemaren."Kenzo mendecih. Bisa-bisanya lelaki kampung itu terus-menerus membuntuti kencan mereka!"Kenapa nggak disuruh pulang aja, sih, dia. Nanti kamu biar aku yang anter pulang," tegasnya.Aqila menggeleng sembari mengusap lengan Kenzo. "Nggak bisa, Yang. Papa bakal marah kalo aku nggak pulang bareng Hendra. Udahlah. Anggep aja dia nggak ada. Yang penting kita bisa ketemu. Oke?"Kenzo mengembuskan napas keras. Kesal rasanya karena waktu berduaannya dengan Aqila terinterupsi oleh makhluk tak jelas

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Bodyguard Ganteng Jodohku   Bab 8 : Kenzo

    Suara gesekan ban dan paving halaman yang berdecit nyaring membuat ngilu telinga. Sorot lampu mobil terpancar terang bersama deru mesin mobil yang masih terdengar nyaring memecah kebisuan malam, sebelum akhirnya mati beberapa saat kemudian. Tak lama setelahnya, terdengar suara pintu dibuka, lalu ditutup dengan cara dibanting dengan keras. BMW merah itu lantas teronggok diam di garasi rumah setelah ditinggalkan sang pengendaranya.Seorang lelaki muda berambut setengah gondrong menaiki tangga. Dia melangkah cepat dengan kaki dihentak ke arah kamarnya yang berada di lantai dua dan menghadap langsung ke taman samping rumah. Dibukanya pintu dan dibantingnya dengan keras, sekeras dia membanting pintu mobil saat turun tadi. Hatinya dongkol. Begitu kesal karena acara kencannya bersama sang kekasih benar-benar berantakan. Dia masih tak mengerti, bagaimana bisa dua orang yang telah sama-sama dewasa dibuntuti bodyguard saat berkencan! Waktu yang seharusnya mereka habiskan berdua tak bisa diperg

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • Bodyguard Ganteng Jodohku   Prolog

    Malam itu, lorong rumah sakit nampak sepi. Seorang gadis berjalan tergesa menelusuri lorong temaram yang seakan tak berujung itu sambil terisak-isak. Bahunya berguncang, hidung memerah, juga matanya yang bengkak karena air mata terus saja tumpah bak air bah. Beberapa helai anak rambut menempel di pipi dan dagunya yang basah.Di ujung lorong itu terdapat pintu kaca dari sebuah ruangan yang hendak dia tuju, ruangan tempat papanya dirawat, ruang ICU. Air matanya mengalir semakin deras kala melihat wajah wanita yang baru saja bangkit dari duduknya."Mama ...." Gadis itu berlari menghampiri wanita yang dia panggil mama. Kedua lengannya segera merengkuh tubuh yang sama terisaknya sepertinya."Gimana papa?" tanyanya sambil mengurai pelukan.Utari—wanita yang dipanggilnya mama tadi mengusap pipinya sesaat sebelum menjawab, "Dokter baru aja keluar, Sayang. Katanya papa udah baik-baik aja. Papa udah berhasil melewati masa kritisnya."Gadis itu mengembuskan napas lega. "Syukurlah."Pintu terbuka

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-16
  • Bodyguard Ganteng Jodohku   Part 1 : CEO Woman

    06.30 WIBAlarm dari ponsel di nakas berdering nyaring sejak satu jam yang lalu, tetapi si empunya masih nyenyak bergelung di alam mimpi. Burung-burung yang berterbangan di luar kaca jendela seakan lelah membangunkan. Begitu pula dengan sinar matahari pagi yang menerobos masuk ke dalam kamar melalui celah-celah korden yang terbuka.Suara langkah kaki yang menghentak menaiki tangga terdengar menyelingi dentingan alarm yang tak kunjung usai. Semakin dekat, langkah kaki itu semakin keras terdengar."Aqila! Udah jam berapa ini? Bangun!" Suara teriakan sang mama membuat Aqila seketika tersentak bangun.Kepalanya masih terasa linglung, matanya juga masih setengah terpejam. Namun, pintu kamar yang terbuka dengan keras membuat kedua matanya seketika terbuka lebar."Kamu bangun aja masih susah, kok sok-sokan mau kerja." Omelan Utari seperti cambuk yang memaksa Aqila bergerak cepat menyambar handuk.Aqila menghela napas kesal. Seminggu yang lalu papanya sudah pulang dari rumah sakit. Begitu pul

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-16
  • Bodyguard Ganteng Jodohku   Part 2 : New Bodyguard

    Bi Suti mengetuk pintu kamar Aqila beberapa kali. Gadis berambut cokelat gelap itu tidak keluar dari kamar sejak pulang kantor, mungkin tertidur. Sementara sekarang sudah pukul delapan malam. Utari telah menyuruhnya untuk memanggil Aqila untuk makan malam."Non, makan malam dulu, Non. Udah ditunggu Bapak sama Ibu di bawah," ujarnya dengan suara agak dikeraskan.Bi Suti kembali mengetuk pintu saat tak mendengar jawaban. Lalu, karena takut nona majikannya kenapa-kenapa, dia akhirnya membuka pintu dan menerobos masuk.Di atas ranjang, dia melihat Aqila masih tertidur pulas. Bajunya bahkan belum diganti, masih mengenakan baju kantor. Make up di wajahnya juga belum dihapus. Sepertinya Aqila langsung tidur tanpa mandi terlebih dahulu."Non, udah malem." Bi Suti mengguncang bahu Aqila pelan.Tak ada respon selain gumaman lirih dari bibir tipis merah muda milik Aqila. Gadis itu pasti sangat kelelahan.Kembali diguncangnya bahu Aqila, kali ini lebih keras."Eugh ... kenapa, Bi?" Gadis itu meng

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-16
  • Bodyguard Ganteng Jodohku   Part 3 : Angry Boss

    Aqila mendesah kesal saat membuka pintu ruangannya dan melihat Hendra tengah berdiri di depan pintu."Lu ... dari tadi kaya gitu?" tanya Aqila heran. Pasalnya, dia menyuruh Hendra keluar dari ruangannya sejak tengah hari, saat jam istirahat makan siang. Dan sekarang sudah sore, jam pulang kantor. Namun, laki-laki bersetelan serba hitam itu masih saja berdiri tegap di depan pintu.Hendra yang mendengar pertanyaan Aqila hanya menelengkan kepala. Melihat itu, Aqila membuang napas, lalu memperjelas pertanyaannya. "Lu dari tadi berdiri kaya gitu? Dari siang?""Iya. Kan Non yang suruh," jawab Hendra polos.Aqila geleng-geleng kepala. Tak habis pikir bahwa dia akan bertemu laki-laki seperti ini. Terlebih lagi, lelaki itu akan mengikutinya ke mana pun dia pergi. Argh! Aqila merasa frustasi bahkan hanya dengan memikirkannya.Tanpa menghiraukan Hendra yang masih saja mematung bak manekin, Aqila melenggang pergi begitu saja. Tubuhnya lelah, otaknya serasa hampir terbakar, ditambah melihat wajah

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-16
  • Bodyguard Ganteng Jodohku   Bab 4 : Attach

    "Gimana, Qi? Udah dipelajari?" Vania bertanya seraya masuk ke ruangan anak bosnya itu.Aqila mengalihkan pandangan dari layar laptop, lalu tersenyum saat menemukan sekretarisnya melangkah masuk."Udah, Tan." Ditutupnya laptop itu setelah memastikan file tersimpan dengan benar. Kemudian bangkit guna bersiap menghadiri rapat. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan. Mereka akan menghadiri rapat di luar kantor, jadi harus berangkat lebih cepat jika tidak ingin terlambat karena terjebak macet di jalan.Tas telah tersampir di pundak, Aqila bergegas keluar menyusul langkah Vania yang telah terlebih dahulu meninggalkan ruangannya.Begitu melewati pintu, Aqila disambut oleh Hendra yang masih setia berdiri di sana.Tak ingin merusak suasana hatinya, Aqila segera melanjutkan langkah tanpa menyapa bodyguardnya itu. Namun, dia terkejut saat melihat Hendra mengikuti langkahnya menuju ruangan Vania."Ngapain lu ikut? Jaga kantor aja!""Saya disuruh Tuan untuk mengikuti ke mana pun Non pergi. Saya ju

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-30

Bab terbaru

  • Bodyguard Ganteng Jodohku   Bab 8 : Kenzo

    Suara gesekan ban dan paving halaman yang berdecit nyaring membuat ngilu telinga. Sorot lampu mobil terpancar terang bersama deru mesin mobil yang masih terdengar nyaring memecah kebisuan malam, sebelum akhirnya mati beberapa saat kemudian. Tak lama setelahnya, terdengar suara pintu dibuka, lalu ditutup dengan cara dibanting dengan keras. BMW merah itu lantas teronggok diam di garasi rumah setelah ditinggalkan sang pengendaranya.Seorang lelaki muda berambut setengah gondrong menaiki tangga. Dia melangkah cepat dengan kaki dihentak ke arah kamarnya yang berada di lantai dua dan menghadap langsung ke taman samping rumah. Dibukanya pintu dan dibantingnya dengan keras, sekeras dia membanting pintu mobil saat turun tadi. Hatinya dongkol. Begitu kesal karena acara kencannya bersama sang kekasih benar-benar berantakan. Dia masih tak mengerti, bagaimana bisa dua orang yang telah sama-sama dewasa dibuntuti bodyguard saat berkencan! Waktu yang seharusnya mereka habiskan berdua tak bisa diperg

  • Bodyguard Ganteng Jodohku   Bab 7 : Fullfilled

    "Sayang!"Kenzo sudah berdiri di depan mobilnya yang terparkir di halaman kantor Aqila. Memakai setelan kemeja kotak-kotak merah hitam dan celana jeans biru yang lututnya sobek-sobek khas anak tongkrongan. Matanya berbinar melihat Aqila melangkah keluar pintu utama, tetapi detik kemudian tatapannya berubah sinis saat Hendra muncul dari balik pintu menyusul langkah gadis itu.Aqila yang mengerti arti dari tatapan Kenzo segera menenangkan hati kekasihnya. "Biarin dia ikut, ya, Sayang. Kaya kemaren."Kenzo mendecih. Bisa-bisanya lelaki kampung itu terus-menerus membuntuti kencan mereka!"Kenapa nggak disuruh pulang aja, sih, dia. Nanti kamu biar aku yang anter pulang," tegasnya.Aqila menggeleng sembari mengusap lengan Kenzo. "Nggak bisa, Yang. Papa bakal marah kalo aku nggak pulang bareng Hendra. Udahlah. Anggep aja dia nggak ada. Yang penting kita bisa ketemu. Oke?"Kenzo mengembuskan napas keras. Kesal rasanya karena waktu berduaannya dengan Aqila terinterupsi oleh makhluk tak jelas

  • Bodyguard Ganteng Jodohku   Bab 6 : Promise

    Kira-kira pukul setengah sepuluh malam, Hendra baru saja hendak melangkahkan kaki ke teras rumah saat ponsel di saku celananya tiba-tiba berdering. Dahinya seketika mengernyit, tetapi tak dapat dipungkiri, segaris senyum simpul terlukis di bibirnya kala melihat nama sang penelepon.Dia berbelok arah, mengurungkan niat masuk ke rumah dan malah duduk di bangku panjang samping rumahnya. Sebatang rokok dia nyalakan sebelum mengangkat panggilan."Ya, Non."Suara gadis manis di seberang segera menyambut sapaannya."Lu udah pulang?" Suaranya masih serak. Seperti habis bangun tidur."Iya. Saya sudah di rumah," jawabnya seraya mengembuskan asap rokok dari mulut.Terdengar gumam lirih dari seberang. Seperti ragu hendak mengatakan sesuatu."Ada apa, Non?" tanyanya memastikan."Eummm ... gue tadi ketiduran di mobil, ya?"Dalam hati Hendra tergelak mendengar suara Aqila yang terkesan malu-malu. Biasanya, kan, gadis itu selalu marah-marah, bahkan berbicara saja selalu menggunakan nada yang keras. N

  • Bodyguard Ganteng Jodohku   Bab 5 : Disturb

    Sudah pukul lima sore, waktunya Aqila pulang dari kantor dan mengistirahatkan tubuh dari lelahnya bekerja. Segala kekacauan di atas mejanya segera dia rapikan. Kertas-kertas dokumen, alat tulis, serta apa pun yang berserakan di atas meja dia bereskan.Blazer hitam yang tergantung di belakang kursi dia raih lalu dengan cepat dia kenakan, kemudian jemarinya menyambar tas dan segera melangkah keluar ruangan.Sembari berjalan, dia meraih ponsel dari dalam tas. Mencari nama seseorang yang begitu dia rindukan, kemudian mengetikkan pesan untuknya.[Kita ketemu di kafe biasa aja, ya? Aku harus ngehindarin Hendra biar dia nggak lapor sama Papa.]Pintu lift terbuka tepat saat terdengar denting notifikasi. Aqila tersenyum sembari memasuki lift bersama bodyguard yang senantiasa mengikutinya di belakang.[Oke, Sayang. Aku tunggu di kafe biasa. Kamu hati-hati di jalan. Love you.]Ah, baru membaca pesan dari Kenzo saja hati Aqila sudah berdebar tak keruan begini, bagaimana jika dia mendengar langsun

  • Bodyguard Ganteng Jodohku   Bab 4 : Attach

    "Gimana, Qi? Udah dipelajari?" Vania bertanya seraya masuk ke ruangan anak bosnya itu.Aqila mengalihkan pandangan dari layar laptop, lalu tersenyum saat menemukan sekretarisnya melangkah masuk."Udah, Tan." Ditutupnya laptop itu setelah memastikan file tersimpan dengan benar. Kemudian bangkit guna bersiap menghadiri rapat. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan. Mereka akan menghadiri rapat di luar kantor, jadi harus berangkat lebih cepat jika tidak ingin terlambat karena terjebak macet di jalan.Tas telah tersampir di pundak, Aqila bergegas keluar menyusul langkah Vania yang telah terlebih dahulu meninggalkan ruangannya.Begitu melewati pintu, Aqila disambut oleh Hendra yang masih setia berdiri di sana.Tak ingin merusak suasana hatinya, Aqila segera melanjutkan langkah tanpa menyapa bodyguardnya itu. Namun, dia terkejut saat melihat Hendra mengikuti langkahnya menuju ruangan Vania."Ngapain lu ikut? Jaga kantor aja!""Saya disuruh Tuan untuk mengikuti ke mana pun Non pergi. Saya ju

  • Bodyguard Ganteng Jodohku   Part 3 : Angry Boss

    Aqila mendesah kesal saat membuka pintu ruangannya dan melihat Hendra tengah berdiri di depan pintu."Lu ... dari tadi kaya gitu?" tanya Aqila heran. Pasalnya, dia menyuruh Hendra keluar dari ruangannya sejak tengah hari, saat jam istirahat makan siang. Dan sekarang sudah sore, jam pulang kantor. Namun, laki-laki bersetelan serba hitam itu masih saja berdiri tegap di depan pintu.Hendra yang mendengar pertanyaan Aqila hanya menelengkan kepala. Melihat itu, Aqila membuang napas, lalu memperjelas pertanyaannya. "Lu dari tadi berdiri kaya gitu? Dari siang?""Iya. Kan Non yang suruh," jawab Hendra polos.Aqila geleng-geleng kepala. Tak habis pikir bahwa dia akan bertemu laki-laki seperti ini. Terlebih lagi, lelaki itu akan mengikutinya ke mana pun dia pergi. Argh! Aqila merasa frustasi bahkan hanya dengan memikirkannya.Tanpa menghiraukan Hendra yang masih saja mematung bak manekin, Aqila melenggang pergi begitu saja. Tubuhnya lelah, otaknya serasa hampir terbakar, ditambah melihat wajah

  • Bodyguard Ganteng Jodohku   Part 2 : New Bodyguard

    Bi Suti mengetuk pintu kamar Aqila beberapa kali. Gadis berambut cokelat gelap itu tidak keluar dari kamar sejak pulang kantor, mungkin tertidur. Sementara sekarang sudah pukul delapan malam. Utari telah menyuruhnya untuk memanggil Aqila untuk makan malam."Non, makan malam dulu, Non. Udah ditunggu Bapak sama Ibu di bawah," ujarnya dengan suara agak dikeraskan.Bi Suti kembali mengetuk pintu saat tak mendengar jawaban. Lalu, karena takut nona majikannya kenapa-kenapa, dia akhirnya membuka pintu dan menerobos masuk.Di atas ranjang, dia melihat Aqila masih tertidur pulas. Bajunya bahkan belum diganti, masih mengenakan baju kantor. Make up di wajahnya juga belum dihapus. Sepertinya Aqila langsung tidur tanpa mandi terlebih dahulu."Non, udah malem." Bi Suti mengguncang bahu Aqila pelan.Tak ada respon selain gumaman lirih dari bibir tipis merah muda milik Aqila. Gadis itu pasti sangat kelelahan.Kembali diguncangnya bahu Aqila, kali ini lebih keras."Eugh ... kenapa, Bi?" Gadis itu meng

  • Bodyguard Ganteng Jodohku   Part 1 : CEO Woman

    06.30 WIBAlarm dari ponsel di nakas berdering nyaring sejak satu jam yang lalu, tetapi si empunya masih nyenyak bergelung di alam mimpi. Burung-burung yang berterbangan di luar kaca jendela seakan lelah membangunkan. Begitu pula dengan sinar matahari pagi yang menerobos masuk ke dalam kamar melalui celah-celah korden yang terbuka.Suara langkah kaki yang menghentak menaiki tangga terdengar menyelingi dentingan alarm yang tak kunjung usai. Semakin dekat, langkah kaki itu semakin keras terdengar."Aqila! Udah jam berapa ini? Bangun!" Suara teriakan sang mama membuat Aqila seketika tersentak bangun.Kepalanya masih terasa linglung, matanya juga masih setengah terpejam. Namun, pintu kamar yang terbuka dengan keras membuat kedua matanya seketika terbuka lebar."Kamu bangun aja masih susah, kok sok-sokan mau kerja." Omelan Utari seperti cambuk yang memaksa Aqila bergerak cepat menyambar handuk.Aqila menghela napas kesal. Seminggu yang lalu papanya sudah pulang dari rumah sakit. Begitu pul

  • Bodyguard Ganteng Jodohku   Prolog

    Malam itu, lorong rumah sakit nampak sepi. Seorang gadis berjalan tergesa menelusuri lorong temaram yang seakan tak berujung itu sambil terisak-isak. Bahunya berguncang, hidung memerah, juga matanya yang bengkak karena air mata terus saja tumpah bak air bah. Beberapa helai anak rambut menempel di pipi dan dagunya yang basah.Di ujung lorong itu terdapat pintu kaca dari sebuah ruangan yang hendak dia tuju, ruangan tempat papanya dirawat, ruang ICU. Air matanya mengalir semakin deras kala melihat wajah wanita yang baru saja bangkit dari duduknya."Mama ...." Gadis itu berlari menghampiri wanita yang dia panggil mama. Kedua lengannya segera merengkuh tubuh yang sama terisaknya sepertinya."Gimana papa?" tanyanya sambil mengurai pelukan.Utari—wanita yang dipanggilnya mama tadi mengusap pipinya sesaat sebelum menjawab, "Dokter baru aja keluar, Sayang. Katanya papa udah baik-baik aja. Papa udah berhasil melewati masa kritisnya."Gadis itu mengembuskan napas lega. "Syukurlah."Pintu terbuka

DMCA.com Protection Status