Beranda / Romansa / Bisu Karena Cinta / Bab 3: Kenyataan yang Menyesakkan

Share

Bab 3: Kenyataan yang Menyesakkan

Penulis: Aluna Seren
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-25 15:38:48

"Oh, dia gadis dari pantai itu, ya? Gadis bisu?"

Selene merasa hatinya mencelos, tetapi ia tetap berdiri tegak. Isabella terlihat sempurna, sementara ia merasa begitu kecil dan asing di dunia ini.

"Selene bukan hanya 'gadis bisu,'" kata Elliot, nadanya sedikit tajam. "Dia sedang belajar banyak hal. Bahkan berani pergi ke pasar sendirian tadi."

Isabella mengangkat alisnya. "Oh, begitu? Kau sungguh murah hati, Elliot." Nada suaranya terdengar manis, tetapi Selene merasa ada sesuatu yang menusuk dalam kata-katanya.

Isabella lalu kembali memandang Elliot dengan penuh perhatian. "Kau tidak lupa, kan? Kita punya janji makan malam bersama keluargaku malam ini. Ayahku sangat ingin berbicara denganmu."

Elliot mengangguk pelan. "Aku ingat. Aku akan ke sana setelah mengantar Selene pulang."

Isabella menghela napas, lalu mendekati Elliot dan menyentuh lengannya dengan lembut. "Jangan terlambat, oke?" katanya, sebelum memberikan ciuman cepat di pipi Elliot.

Selene mematung. Ia tidak memahami sepenuhnya apa arti hubungan mereka, tetapi sesuatu dalam hatinya terasa perih. Isabella melambaikan tangan sebelum berjalan menjauh, meninggalkan mereka dalam keheningan.

-

Setelah kejadian tadi, Selene memberanikan diri untuk bertanya kepada Bibi Elina. Dia sudah bisa menulis walaupun belum banyak kosa kata yang ia kuasai, jadi Selene bertanya dengan menulis pertanyaannya pada secarik kertas dari buku catatan kecil yang dihadiahi oleh sang Bibi.

"Siapa Isabella?"

Begitulah pertanyaannya, singkat dan langsung to the point karena memang Selene belum tahu bagaimana kosa kata yang lebih baik.

Bibi Elina yang sedang memasak menggunakan bahan masakan yang tadi dibeli Selene di pasar pun menjawab, "Oh tadi kau bertemu Isabella? Dia cantik bukan?", wanita itu malah bertanya balik kepada Selene.

Selene mengangguk, masih menunggu jawaban Bibi yang selanjutnya.

"Dia adalah teman kecil Elliot, mungkin cinta pertama Elli juga"

Deg!

Seketika rasa sesak langsung Selene rasakan, tangannya refeks bergerak mencengkram bajunya bagian dada. 

"Oh iya, aku juga harus mencarikanmu gaun yang bagus untuk menghadiri pernikahan mereka bulan depan"

Dunia Selene seolah berhenti berputar. Jantungnya berdegup kencang, hampir tak mampu menahan kesedihan yang mendera. Elliot... menikah dengan Isabella? Ia mencoba untuk berbicara, untuk mengeluarkan kata-kata yang telah lama terpendam, namun hanya ada keheningan. Suaranya tidak ada lagi. Semua yang bisa ia lakukan hanyalah menatap Bibi Elina dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

Bibi Elina masih membahas tentang warna dan jenis gaun yang akan dipakai oleh Selene nanti, namun duyung cantik itu tak bisa mendengarnya dengan seksama lebih tepatnya tidak mau mendengar. Dia pun pergi meninggalkan wanita itu.

Bibi Elina memanggil Selene, namun Selene tetap melanjutkan langkahnya untuk meninggalkan rumah. Ia tak tahu akan pergi kemana, tapi yang pasti dia tak mau mendengar apapun yang berkaitan dengan pernikahan Elliot.

-

Selene menatap laut yang luas, seolah mencari jawaban dalam debur ombak yang menghantam pantai. Tanpa suara, tanpa kemampuan untuk menyuarakan perasaannya, ia merasa seolah dunia menjadi terlalu besar dan sunyi untuk dihadapi seorang diri. Namun, entah mengapa, ada secercah harapan yang tetap bertahan dalam hatinya. Mungkin, meskipun ia tak bisa berbicara, hidup ini masih memberi kesempatan untuk menemukan arti dari kebahagiaan yang baru—bahkan tanpa suara.

Tiba-tiba, sebuah suara memecah keheningan yang menyelimuti pantai itu.

“Selene?”

Selene terkejut, mengangkat wajahnya yang basah karena air mata. Di hadapannya berdiri Elliot, wajahnya tampak cemas, matanya penuh penyesalan. Dia berdiri di sana, seperti sosok yang tiba-tiba muncul dari kegelapan senja, dengan angin yang berhembus kencang, memainkan rambutnya.

“Elliot,” Selene menulis di pasir dengan jari-jarinya, matanya masih dipenuhi kesedihan. Ia ingin berbicara, ingin menjelaskan semuanya, tetapi tak ada suara yang keluar dari bibirnya.

Elliot memperhatikan tangan Selene yang menulis di pasir, kemudian melihat wajahnya yang memucat dan air mata yang masih mengalir. Dia merasakan hatinya mencelos, merasa bersalah. Tanpa berpikir panjang, dia melangkah lebih dekat, meraih tangan Selene yang tengah menggenggam pasir basah, dan dengan lembut mengusapnya.

“Aku… aku ingin minta maaf,” kata Elliot, suaranya serak. “Isabella… dia tidak seharusnya berkata begitu padamu di pasar tadi. Aku tahu dia… dia sering bicara tanpa berpikir. Aku benar-benar minta maaf.”

Selene menatapnya dengan mata yang penuh perasaan, berusaha mencari arti dari setiap kata yang diucapkan Elliot. Tidak ada yang perlu dijelaskan lebih jauh; semua sudah cukup jelas. Namun, di balik perasaan sakit itu, ada kehangatan yang muncul ketika melihat ke tulusnya mata Elliot yang berusaha meminta maaf.

Elliot menunduk, merasa canggung. “Aku tahu kamu tidak bisa bicara… dan aku merasa sangat bodoh sekarang. Aku bahkan tidak tahu bagaimana cara menghiburmu.” Dia menyeringai kecil, seolah mencoba mencairkan suasana. “Mungkin aku bisa membuatmu tertawa dengan mencoba membuatmu merasa lebih baik… Tapi aku benar-benar tidak tahu caranya.”

Selene menatap Elliot, matanya masih basah, tetapi kali ini, senyum kecil mulai mengembang di bibirnya. Tanpa suara, dia mengangkat tangannya, mengusap wajah Elliot yang tampaknya masih merasa canggung dan bersalah. Dia menulis cepat di pasir dengan ujung jarinya, kata-kata yang tak bisa dia ucapkan.

"Tidak apa-apa. Aku tidak butuh kata-kata."

Elliot terdiam, membaca tulisan itu dengan penuh perhatian. Perlahan, senyum kecil muncul di wajahnya, meski ia masih merasa gugup. Namun, tak bisa ia pungkiri, ada perasaan yang tumbuh dalam hatinya—perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, tetapi dengan kehadiran dan sentuhan yang lembut.

Selene menatapnya dengan mata yang penuh makna, dan tanpa bisa mengendalikan perasaannya, dia meraih tangan Elliot dengan kedua tangannya. Perlahan, dia memeluknya, memberi kehangatan yang lebih besar daripada kata-kata yang tak bisa mereka ucapkan.

Elliot terkejut, tak tahu harus bagaimana. Tangan Selene terasa lembut dan penuh kehangatan meskipun dia tahu betapa besar pengorbanannya. Dia merasa gugup, salah tingkah, namun entah mengapa, pelukan itu terasa sangat alami. Dia bisa merasakan betapa tulusnya perasaan Selene, meskipun tak ada kata-kata yang keluar.

Setelah beberapa detik, Elliot menarik sedikit tubuh Selene, namun tidak melepaskan pelukannya. Matanya menatap Selene dengan serius, dan kali ini, ada kehangatan yang lebih dalam daripada sebelumnya. “Selene, aku… aku ingin kamu tahu bahwa meskipun kamu tidak bisa berbicara, kamu selalu bisa membuatku merasa lebih baik. Dan aku…” Elliot terdiam, seakan tak tahu bagaimana melanjutkan kalimatnya. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kita, tetapi aku tidak ingin melihatmu terluka lagi.”

Selene hanya mengangguk pelan, matanya menyiratkan perasaan yang lebih dari cukup. Meskipun kata-kata tidak bisa terucap, pelukan ini, dan kehadiran Elliot yang kini berdiri di sampingnya, sudah cukup menyampaikan semuanya.

Elliot merasa salting, tidak tahu harus bagaimana menghadapi perasaan yang tiba-tiba tumbuh begitu dalam. Ia bisa merasakan bahwa sesuatu lebih dari sekadar keinginan untuk menolong Selene. Entah mengapa, dia merasa sangat dekat dengan perempuan ini, meski tak tahu harus berbicara apa.

Akhirnya, dia tertawa kecil, canggung. "Aku... aku rasa aku semakin bingung, Selene," katanya dengan senyum yang malu-malu. "Tapi entah kenapa, aku senang ada di sini bersamamu."

Selene tersenyum lebar, dan meskipun tidak ada suara yang keluar dari bibirnya, matanya yang bersinar terang berbicara lebih banyak daripada kata-kata yang bisa diucapkan.

Bab terkait

  • Bisu Karena Cinta   Bab 4: Perasaan Elliot

    Elliot berjalan di sepanjang pantai yang sepi, angin laut menyapu rambutnya, membawa harum garam dan kebebasan. kemarin sore, dia bertemu dengan Selene—perempuan yang tak bisa berbicara, namun memiliki cara yang aneh untuk berbicara langsung ke hati. Sekarang, setelah pertemuan itu, perasaannya bercampur aduk.Di satu sisi, ada Isabella, tunangannya yang telah lama menjadi bagian dari hidupnya, wanita yang selalu mendampinginya sejak kecil. Mereka tumbuh bersama, merencanakan masa depan bersama, dan tak ada yang lebih ia inginkan selain kebahagiaan bersama Isabella. Dia mencintainya dengan cara yang begitu dalam, meskipun terkadang terasa seperti sebuah kewajiban, sebuah harapan yang telah ditetapkan oleh keluarga mereka.Namun, Selene… Selene adalah sesuatu yang berbeda. Ketika Elliot memandangnya tadi, ada sesuatu yang membuat jantungnya berdegup lebih cepat, sesuatu yang membuatnya merasa nyaman meskipun pertemuan mereka begitu singkat. Dia tidak tahu mengapa, tetapi saat mereka be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Bisu Karena Cinta   Bab 5: Hati yang Terbelah

    Elliot menarik napas dalam-dalam dan mendekatkan wajahnya ke wajah Selene. Wajah gadis itu semakin memerah dan nampak bingung dan takut. Namun ada secercah harapan di matanya yang berbinar, harapan yang membuat pemuda itu melangkah lebih jauh.Selene menutup mata, tubuhnya bergetar, tetapi tak mampu menghindar. Ketika bibir mereka akhirnya bertemu, ada kilatan energi yang luar biasa, seperti petir yang menyambar di kedalaman lautan. Ciuman itu, meskipun penuh keraguan, penuh hasrat, dan juga cinta yang telah lama terkubur, mengguncang dunia mereka berdua.Semua perasaan yang terpendam, semua keraguan yang ada, seakan sirna seiring ciuman itu. Waktu berhenti, dunia tidak lagi penting. Yang ada hanya mereka—dua hati yang tak bisa lagi dipisahkan oleh apapun, meskipun takdir berusaha memisahkan mereka.Ketika mereka terpisah, Selene menarik napas panjang, menatap Elliot dengan mata penuh air mata yang tak dapat ia tahan.Tanpa mereka sadari, seseorang tengah berdiri tak jauh dari posisi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Bisu Karena Cinta   Bab 6: Gelombang Perasaan

    Elliot mengantar Isabella pulang, mereka berjalan beriringan sambil berpegangan tangan, namun lebih tepatnya hanya Isabella yang memegang tangan Elliot erat. Gadis itu sangat mencintainya, tak ingin melepasnya dan akan melakukan segala cara agar sang kekasih tak berpaling darinya. "Terima kasih sudah mengantarku, Elli", kata Isabella dengan suara yang lembut dan penuh makna. Ia mengulurkan tangannya dan menyentuh kekar Ellliot dengan perlahan, ingin sang pria juga merasakannya. "Aku senang sekali bisa pergi denganmu hari ini"Elliot tersenyum canggung, sedikit terkejut oleh sentuhan itu. Ia merasa sedikit tidak nyaman, namun tak ingin mengecewakan Isabella. "Tidak masalah, Isabella. Aku senang bisa menemanimu," jawabnya, berusaha terdengar normal, meskipun hatinya berdebar.“Elliot,” suara Isabella terdengar lebih dalam saat dia melangkah mendekat, langkah kakinya menggema di lantai kayu yang berkilau di bawah kaki mereka. “Keluargaku pergi beberapa hari. Jadi, aku hanya punya kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Bisu Karena Cinta   Bab 7: Dalam Pelukan Dilema

    Elliot memeluk Isabella, "Maafkan aku Isabell.."Setelah berbisik lembut di telinga Isabella, Elliot pergi meninggalkan gadis itu. Tangisan Isabella meledak, seolah setiap tetes air matanya mengalirkan segala kesedihan yang tak tertahankan.Isabella kini benar-benar membenci Selene. Seandainya Selene tak ada, hubungannya dengan Elliot tak akan jadi berantakan seperti sekarang."Aku benci kamu, Selene..."-Malam itu, angin bertiup kencang, membawa dingin yang menusuk tulang saat Elliot berlari menjauh dari rumah Isabella. Setiap langkahnya terasa berat, penuh kebingungan dan kesedihan yang tak bisa dia tafsirkan. Semua yang terjadi begitu cepat, terlalu cepat, dan perasaan cemas menguasai pikirannya. Isabella… wajahnya seakan terus mengikuti, seperti bayangan yang tak bisa dia hindari. Tapi ada sesuatu yang lebih dalam lagi, sesuatu yang mengusik, membuatnya merasa terjebak antara dua dunia. Dalam kegelisahan itu, tanpa dia sadari, langkah kakinya berhenti.Di depan sebuah rumah tua y

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Bisu Karena Cinta   Bab 8: Jejak yang Tertinggal

    Malam itu di bawah cahaya rembulan yang melewati sela-sela jendela kamar Selene, mereka berdua menghabiskan malam bersama.-Pagi itu, udara di luar masih dingin, menyelimuti segala sesuatu dalam kabut tipis yang menutupi jalanan. Elliot sudah bangun lebih awal, sebelum fajar benar-benar menyinari langit. Ia berbaring di samping Selene, menatap gadis itu yang masih terlelap dalam tidurnya, kemudian ia kecup perlahan pipi dan bibir gadis itu. Suasana di kamar itu terasa sunyi, hanya suara napas Selene yang terdengar pelan, damai. Dengan langkah hati-hati, Elliot menurunkan kakinya dari ranjang dan bergerak menuju pintu kamar. Ia berhenti sejenak, memandang Selene yang terbaring tenang, dan sebuah rasa hangat menyelinap di dadanya, perasaan yang sulit dijelaskan. Tapi ia tahu—ia tak bisa tinggal. Ini bukan tempatnya, bukan saatnya.Ia berjalan menuju lorong dengan gerakan cepat namun pelan, takut membangunkan siapa pun. Di luar kamar, rumah itu masih sunyi, bibi Elina belum terbangun, d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Bisu Karena Cinta   Bab 9: Penculikan Selene

    Malam semakin larut, dan Bibi Elina duduk di kursi depan rumah, matanya tak henti memandang ke arah jalan yang kosong. Lampu minyak yang redup di meja sampingnya mengeluarkan cahaya kuning yang bergetar, seakan mencerminkan kegelisahannya. Waktu seolah melambat, dan setiap detik yang berlalu terasa semakin berat. Selene belum juga pulang.Hati Bibi Elina mulai dipenuhi kekhawatiran yang terus mengusik pikirannya. Angin malam yang sejuk menyisir rambut abu-abunya, tapi ia tak merasa dingin. Suara jangkrik terdengar jelas, seolah menyampaikan kecemasan yang sama, menyatu dengan kegelisahannya."Kemana perginya anak itu? Mana mungkin hanya membeli roti di pasar bisa menghabiskan waktu berjam-jam", gumamnya gelisah.Dengan gusar wanita itu masuk ke dalam rumahnya dan mengambil syalnya, kemudian mengalungkannya ke leher, mengingat malam ini udara lebih dingin. Tak lupa menutup dan mengunci pintu rumahnya. Ya, Bibi Elina hendak menyusul atau lebih tepatnya mencari Selene ke pasar.-Bibi El

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Bisu Karena Cinta   Bab 10: Bisikan Tak Terduga

    Elliot akhirnya sampai di depan gudang tua di belakang toko buku yang sudah lama tutup. Tempat itu memang sepi, gelap, dan jarang dilalui orang, hanya dihiasi dengan debu tebal yang menutupi lantai. Suasana yang mencekam membuat napasnya semakin terengah-engah.Tanpa pikir panjang, ia mengabaikan rasa takut yang merayap di hatinya dan dengan cepat mendobrak pintu gudang yang sudah reyot itu. Pintu berderit keras saat ia mendorongnya dengan segenap tenaga, menciptakan suara yang menambah ketegangan malam yang sunyi.Begitu pintu gudang terbuka, Elliot langsung melihat Selene terbaring lemah di sudut ruangan, wajahnya pucat dan tubuhnya terluka. Dua pria berdiri di dekatnya, tersenyum penuh kemenangan. Amarah Elliot meledak seketika. Matanya dipenuhi kebencian dan kepanikan, hatinya berdegup kencang seolah tak sanggup menahan gejolak emosi yang membara.Melihat Selene dalam kondisi terpuruk, ia merasa seolah seluruh dunia mendukungnya untuk membalas perlakuan keja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Bisu Karena Cinta   Bab 11: Masa Lalu

    Wanita tua itu menyeringai, senyumnya penuh dengan arti yang tak dapat dijelaskan. Dengan tatapan tajam yang seolah bisa menembus jiwa, dia mendekatkan wajahnya ke Isabella dan berbisik, "Aku tahu apa yang sedang kamu rencanakan, dan aku tahu bagaimana cara kamu bisa mendapatkannya".Isabella mengernyitkan dahinya. Ia menatap wanita tua itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Wanita itu berpakaian lusuh dan memakai jubah yang menutupi sebagian wajahnya. Isabella tak menghiraukan wanita itu dan hendak untuk berlalu pergi."Kamu ingin Elliot kembali padamu kan?"Mendengar hal itu, Isabella menghentikan langkahnya. Ia kembali menatap wanita itu dengan ekspresi sedikit terkejut. Bagaimana bisa wanita tua yang tidak ia kenal bisa tahu mengenai keretakan hubungannya dengan Elliot?"Apa yang bisa kamu lakukan untukku, wanita tua?"Wanita itu tersenyum menyeringai, dan tiba-tiba bola kristal di tangannya mengeluarkan cahaya, "Aku bisa melakukan apapun yang kau mau, asal ada imbalannya"-Sele

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10

Bab terbaru

  • Bisu Karena Cinta   Bab 12: Jejak Dendam di Antara kita

    "Selene... dia adalah duyung bersuara indah yang memberikan kedamaian di dasar laut"Mendengar hal itu, Isabella sedikit tersedak ketika menyeruput tehnya. "Uhuk... Selene adalah duyung?!"Tangan wanita tua itu bergerak mengambil cangkir teh di depannya dan menyeruputnya hingga habis."Dia menjadi bisu karena melakukan perjanjian dengan penyihir agar bisa menjadi manusia"Kini semuanya mulai terasa masuk akal, Selene yang tiba-tiba muncul di pesisir pantai dengan keadaan tak bisa bicara dan tak tahu apa-apa mengenai dunia manusia. Isabella tertawa puas, sekarang dia tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.-Selene duduk di dapur rumah Bibi Elina, memandang rempah-rempah yang tersebar di meja. Dengan sedikit ragu-ragu, karena masih belajar, dia memotong bahan-bahan untuk hidangan makan malam nanti.Dia mengangkat pisau, memotong cabai merah dengan hati-hati, kemudian menaburkannya ke dalam panci. Dia masih ingat betapa sulitnya hidup di dunia manusia, jauh dari lautan tempat dia dil

  • Bisu Karena Cinta   Bab 11: Masa Lalu

    Wanita tua itu menyeringai, senyumnya penuh dengan arti yang tak dapat dijelaskan. Dengan tatapan tajam yang seolah bisa menembus jiwa, dia mendekatkan wajahnya ke Isabella dan berbisik, "Aku tahu apa yang sedang kamu rencanakan, dan aku tahu bagaimana cara kamu bisa mendapatkannya".Isabella mengernyitkan dahinya. Ia menatap wanita tua itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Wanita itu berpakaian lusuh dan memakai jubah yang menutupi sebagian wajahnya. Isabella tak menghiraukan wanita itu dan hendak untuk berlalu pergi."Kamu ingin Elliot kembali padamu kan?"Mendengar hal itu, Isabella menghentikan langkahnya. Ia kembali menatap wanita itu dengan ekspresi sedikit terkejut. Bagaimana bisa wanita tua yang tidak ia kenal bisa tahu mengenai keretakan hubungannya dengan Elliot?"Apa yang bisa kamu lakukan untukku, wanita tua?"Wanita itu tersenyum menyeringai, dan tiba-tiba bola kristal di tangannya mengeluarkan cahaya, "Aku bisa melakukan apapun yang kau mau, asal ada imbalannya"-Sele

  • Bisu Karena Cinta   Bab 10: Bisikan Tak Terduga

    Elliot akhirnya sampai di depan gudang tua di belakang toko buku yang sudah lama tutup. Tempat itu memang sepi, gelap, dan jarang dilalui orang, hanya dihiasi dengan debu tebal yang menutupi lantai. Suasana yang mencekam membuat napasnya semakin terengah-engah.Tanpa pikir panjang, ia mengabaikan rasa takut yang merayap di hatinya dan dengan cepat mendobrak pintu gudang yang sudah reyot itu. Pintu berderit keras saat ia mendorongnya dengan segenap tenaga, menciptakan suara yang menambah ketegangan malam yang sunyi.Begitu pintu gudang terbuka, Elliot langsung melihat Selene terbaring lemah di sudut ruangan, wajahnya pucat dan tubuhnya terluka. Dua pria berdiri di dekatnya, tersenyum penuh kemenangan. Amarah Elliot meledak seketika. Matanya dipenuhi kebencian dan kepanikan, hatinya berdegup kencang seolah tak sanggup menahan gejolak emosi yang membara.Melihat Selene dalam kondisi terpuruk, ia merasa seolah seluruh dunia mendukungnya untuk membalas perlakuan keja

  • Bisu Karena Cinta   Bab 9: Penculikan Selene

    Malam semakin larut, dan Bibi Elina duduk di kursi depan rumah, matanya tak henti memandang ke arah jalan yang kosong. Lampu minyak yang redup di meja sampingnya mengeluarkan cahaya kuning yang bergetar, seakan mencerminkan kegelisahannya. Waktu seolah melambat, dan setiap detik yang berlalu terasa semakin berat. Selene belum juga pulang.Hati Bibi Elina mulai dipenuhi kekhawatiran yang terus mengusik pikirannya. Angin malam yang sejuk menyisir rambut abu-abunya, tapi ia tak merasa dingin. Suara jangkrik terdengar jelas, seolah menyampaikan kecemasan yang sama, menyatu dengan kegelisahannya."Kemana perginya anak itu? Mana mungkin hanya membeli roti di pasar bisa menghabiskan waktu berjam-jam", gumamnya gelisah.Dengan gusar wanita itu masuk ke dalam rumahnya dan mengambil syalnya, kemudian mengalungkannya ke leher, mengingat malam ini udara lebih dingin. Tak lupa menutup dan mengunci pintu rumahnya. Ya, Bibi Elina hendak menyusul atau lebih tepatnya mencari Selene ke pasar.-Bibi El

  • Bisu Karena Cinta   Bab 8: Jejak yang Tertinggal

    Malam itu di bawah cahaya rembulan yang melewati sela-sela jendela kamar Selene, mereka berdua menghabiskan malam bersama.-Pagi itu, udara di luar masih dingin, menyelimuti segala sesuatu dalam kabut tipis yang menutupi jalanan. Elliot sudah bangun lebih awal, sebelum fajar benar-benar menyinari langit. Ia berbaring di samping Selene, menatap gadis itu yang masih terlelap dalam tidurnya, kemudian ia kecup perlahan pipi dan bibir gadis itu. Suasana di kamar itu terasa sunyi, hanya suara napas Selene yang terdengar pelan, damai. Dengan langkah hati-hati, Elliot menurunkan kakinya dari ranjang dan bergerak menuju pintu kamar. Ia berhenti sejenak, memandang Selene yang terbaring tenang, dan sebuah rasa hangat menyelinap di dadanya, perasaan yang sulit dijelaskan. Tapi ia tahu—ia tak bisa tinggal. Ini bukan tempatnya, bukan saatnya.Ia berjalan menuju lorong dengan gerakan cepat namun pelan, takut membangunkan siapa pun. Di luar kamar, rumah itu masih sunyi, bibi Elina belum terbangun, d

  • Bisu Karena Cinta   Bab 7: Dalam Pelukan Dilema

    Elliot memeluk Isabella, "Maafkan aku Isabell.."Setelah berbisik lembut di telinga Isabella, Elliot pergi meninggalkan gadis itu. Tangisan Isabella meledak, seolah setiap tetes air matanya mengalirkan segala kesedihan yang tak tertahankan.Isabella kini benar-benar membenci Selene. Seandainya Selene tak ada, hubungannya dengan Elliot tak akan jadi berantakan seperti sekarang."Aku benci kamu, Selene..."-Malam itu, angin bertiup kencang, membawa dingin yang menusuk tulang saat Elliot berlari menjauh dari rumah Isabella. Setiap langkahnya terasa berat, penuh kebingungan dan kesedihan yang tak bisa dia tafsirkan. Semua yang terjadi begitu cepat, terlalu cepat, dan perasaan cemas menguasai pikirannya. Isabella… wajahnya seakan terus mengikuti, seperti bayangan yang tak bisa dia hindari. Tapi ada sesuatu yang lebih dalam lagi, sesuatu yang mengusik, membuatnya merasa terjebak antara dua dunia. Dalam kegelisahan itu, tanpa dia sadari, langkah kakinya berhenti.Di depan sebuah rumah tua y

  • Bisu Karena Cinta   Bab 6: Gelombang Perasaan

    Elliot mengantar Isabella pulang, mereka berjalan beriringan sambil berpegangan tangan, namun lebih tepatnya hanya Isabella yang memegang tangan Elliot erat. Gadis itu sangat mencintainya, tak ingin melepasnya dan akan melakukan segala cara agar sang kekasih tak berpaling darinya. "Terima kasih sudah mengantarku, Elli", kata Isabella dengan suara yang lembut dan penuh makna. Ia mengulurkan tangannya dan menyentuh kekar Ellliot dengan perlahan, ingin sang pria juga merasakannya. "Aku senang sekali bisa pergi denganmu hari ini"Elliot tersenyum canggung, sedikit terkejut oleh sentuhan itu. Ia merasa sedikit tidak nyaman, namun tak ingin mengecewakan Isabella. "Tidak masalah, Isabella. Aku senang bisa menemanimu," jawabnya, berusaha terdengar normal, meskipun hatinya berdebar.“Elliot,” suara Isabella terdengar lebih dalam saat dia melangkah mendekat, langkah kakinya menggema di lantai kayu yang berkilau di bawah kaki mereka. “Keluargaku pergi beberapa hari. Jadi, aku hanya punya kamu

  • Bisu Karena Cinta   Bab 5: Hati yang Terbelah

    Elliot menarik napas dalam-dalam dan mendekatkan wajahnya ke wajah Selene. Wajah gadis itu semakin memerah dan nampak bingung dan takut. Namun ada secercah harapan di matanya yang berbinar, harapan yang membuat pemuda itu melangkah lebih jauh.Selene menutup mata, tubuhnya bergetar, tetapi tak mampu menghindar. Ketika bibir mereka akhirnya bertemu, ada kilatan energi yang luar biasa, seperti petir yang menyambar di kedalaman lautan. Ciuman itu, meskipun penuh keraguan, penuh hasrat, dan juga cinta yang telah lama terkubur, mengguncang dunia mereka berdua.Semua perasaan yang terpendam, semua keraguan yang ada, seakan sirna seiring ciuman itu. Waktu berhenti, dunia tidak lagi penting. Yang ada hanya mereka—dua hati yang tak bisa lagi dipisahkan oleh apapun, meskipun takdir berusaha memisahkan mereka.Ketika mereka terpisah, Selene menarik napas panjang, menatap Elliot dengan mata penuh air mata yang tak dapat ia tahan.Tanpa mereka sadari, seseorang tengah berdiri tak jauh dari posisi

  • Bisu Karena Cinta   Bab 4: Perasaan Elliot

    Elliot berjalan di sepanjang pantai yang sepi, angin laut menyapu rambutnya, membawa harum garam dan kebebasan. kemarin sore, dia bertemu dengan Selene—perempuan yang tak bisa berbicara, namun memiliki cara yang aneh untuk berbicara langsung ke hati. Sekarang, setelah pertemuan itu, perasaannya bercampur aduk.Di satu sisi, ada Isabella, tunangannya yang telah lama menjadi bagian dari hidupnya, wanita yang selalu mendampinginya sejak kecil. Mereka tumbuh bersama, merencanakan masa depan bersama, dan tak ada yang lebih ia inginkan selain kebahagiaan bersama Isabella. Dia mencintainya dengan cara yang begitu dalam, meskipun terkadang terasa seperti sebuah kewajiban, sebuah harapan yang telah ditetapkan oleh keluarga mereka.Namun, Selene… Selene adalah sesuatu yang berbeda. Ketika Elliot memandangnya tadi, ada sesuatu yang membuat jantungnya berdegup lebih cepat, sesuatu yang membuatnya merasa nyaman meskipun pertemuan mereka begitu singkat. Dia tidak tahu mengapa, tetapi saat mereka be

DMCA.com Protection Status