Home / Romansa / Bisu Karena Cinta / Bab 5: Hati yang Terbelah

Share

Bab 5: Hati yang Terbelah

Author: Aluna Seren
last update Last Updated: 2024-11-30 21:49:20

Elliot menarik napas dalam-dalam dan mendekatkan wajahnya ke wajah Selene. Wajah gadis itu semakin memerah dan nampak bingung dan takut. Namun ada secercah harapan di matanya yang berbinar, harapan yang membuat pemuda itu melangkah lebih jauh.

Selene menutup mata, tubuhnya bergetar, tetapi tak mampu menghindar. Ketika bibir mereka akhirnya bertemu, ada kilatan energi yang luar biasa, seperti petir yang menyambar di kedalaman lautan. Ciuman itu, meskipun penuh keraguan, penuh hasrat, dan juga cinta yang telah lama terkubur, mengguncang dunia mereka berdua.

Semua perasaan yang terpendam, semua keraguan yang ada, seakan sirna seiring ciuman itu. Waktu berhenti, dunia tidak lagi penting. Yang ada hanya mereka—dua hati yang tak bisa lagi dipisahkan oleh apapun, meskipun takdir berusaha memisahkan mereka.

Ketika mereka terpisah, Selene menarik napas panjang, menatap Elliot dengan mata penuh air mata yang tak dapat ia tahan.

Tanpa mereka sadari, seseorang tengah berdiri tak jauh dari posisi mereka. Bersembunyi di balik pohon dengan kedua tangan yang terkepal penuh dengan perasaan yang campur aduk. Rambut panjangnya yang indah menutupi mukanya yang tertunduk lesu. Perlahan terdengar suara isakan pelan dari gadis itu. Isabella, ya tunangan Elliot, melihat hal yang benar-benar membuat dunianya seketika hancur.

Pemuda yang sudah bertunangan dengannya dan hendak menikahinya bulan depan, mencium perempuan lain, yang bahkan tidak tahu asal usulnya. Ini tidak adil, Isabella sudah lebih dulu mengenal dan mencintai pemuda itu.

Isabella mengusap air matanya dan bergumam, "Pasti ini semua tidak benar, Elliot tidak mungkin mencintai gadis itu"

Isabella ingat besok adalah hari diadakannya festival tahunan di kota, dia akan mengajak Elliot dan membuat pemuda itu kembali padanya.

.

Festival kota tahun ini begitu meriah. Lampu-lampu berwarna-warni menggantung di sepanjang jalan, sementara suara musik dan tawa riuh menyebar di udara. Suasana penuh kegembiraan, di mana orang-orang berjalan beriringan, menikmati pertunjukan, mencicipi makanan lezat, dan merayakan musim yang penuh warna. Di antara keramaian itu, Elliot berjalan di samping Isabella, tunangannya yang cantik dan anggun, meskipun pikirannya terombang-ambing jauh dari tempat itu.

Isabella tampak ceria, matanya berkilau melihat berbagai atraksi di sekitar mereka. Dia menggenggam tangan Elliot erat, meskipun pria itu hanya membalas dengan senyuman yang terasa dipaksakan. Sesekali, Isabella berbicara tentang pernikahan mereka yang semakin dekat, membicarakan detail pesta, gaun pengantin, dan semua hal yang harus disiapkan. Tetapi Elliot hanya bisa mendengarkan dengan setengah hati, pikirannya terbang jauh ke tempat yang tak seharusnya.

Selene.

Bayangan perempuan itu selalu mengikutinya, tak peduli seberapa keras ia mencoba untuk fokus pada Isabella. Di setiap sudut kota yang mereka lewati, Elliot seakan mendengar kembali tawa lembut Selene, melihat senyumannya yang penuh pengertian, dan merasakan ketenangan yang luar biasa saat berada di dekatnya. Perasaan itu mengganggu, tak bisa dijelaskan, dan terasa semakin kuat setiap kali ia bertemu Selene.

Saat Isabella mengajak Elliot untuk berputar di panggung dansa, Elliot merasa seolah langkah-langkahnya tidak lagi mengikuti irama musik. Tangannya yang menggenggam tangan Isabella terasa berat. Ia melihat Isabella yang begitu bersemangat, senyum indah di wajahnya, tetapi hatinya entah mengapa terus memikirkan Selene, perempuan yang tak bisa ia lupakan meskipun berusaha keras.

“Elliot, kamu tidak mendengarkan aku, kan?” Isabella tiba-tiba bertanya, mengangkat alisnya, seolah curiga. “Kamu melamun lagi.”

Elliot tersentak dari lamunannya, menatap Isabella dengan canggung. "Maaf," jawabnya cepat, mencoba menutupi kebingungannya. "Aku... hanya memikirkan beberapa hal."

Isabella mengerutkan kening. “Apa yang kamu pikirkan? Tentang pernikahan kita?”

Elliot tersenyum tipis, meskipun senyumnya terasa kosong. “Tentu saja. Tentang kita… dan semua yang perlu kita persiapkan.”

Namun, jauh di dalam hatinya, perasaan itu tidak hilang. Selene—dengan senyumnya yang tulus, dengan matanya yang penuh pengertian—terus muncul dalam pikirannya. Perempuan yang tidak bisa berbicara, tetapi mengungkapkan lebih banyak dengan tatapan dan sentuhan yang begitu penuh makna. Perempuan yang, meskipun diam, seakan berbicara langsung ke hati Elliot.

"Selene," bisiknya dalam hati, meskipun tak ada yang mendengarnya. “Kenapa aku merasa seperti ini?”

Isabella, yang masih memegang tangan Elliot, tidak tahu apa yang ada dalam pikiran pria itu. Dia merasakan sedikit jarak di antara mereka, sesuatu yang berbeda dari biasanya. Dia berhenti dan menatap Elliot dengan mata yang tajam, mencoba memahami perubahan dalam sikapnya.

“Elliot, apakah kamu benar-benar ingin menikah denganku?” Isabella bertanya, suaranya agak lembut, tetapi ada ketegasan dalam nada itu.

Elliot terkejut mendengar pertanyaan itu. “Tentu saja, Isabella. Apa yang membuatmu berpikir begitu?”

Isabella menghela napas panjang. “Karena aku merasa seperti kamu tidak sepenuhnya ada di sini, dengan aku. Aku tahu kamu sedang memikirkan sesuatu—atau seseorang.” Wajahnya sedikit murung, meskipun dia berusaha tetap tenang. "Aku hanya ingin memastikan bahwa kamu benar-benar siap. Ini bukan sekadar perayaan, Elliot. Ini tentang hidup kita bersama."

Elliot merasa cemas, terperangkap di antara dua dunia. Di satu sisi, ada Isabella yang sudah begitu lama ada dalam hidupnya, wanita yang mencintainya dengan cara yang tulus. Di sisi lain, ada Selene—perempuan yang meskipun tak bisa berbicara, tetapi seakan mampu membuat hati Elliot berdebar lebih keras daripada yang pernah dia rasakan sebelumnya. Ia mencintai Isabella, itu jelas. Namun, perasaan yang muncul untuk Selene semakin sulit untuk diabaikan.

"Elliot," Isabella melanjutkan dengan lembut, "Aku tahu kita sudah berbicara banyak tentang masa depan kita. Tapi, aku perlu tahu—apa kamu benar-benar ingin hidup itu dengan aku, atau apakah ada sesuatu yang masih mengganggu pikiranmu?"

Elliot memandang Isabella, merasa sangat bersalah. Hatiku terbagi, pikirnya. Aku mencintaimu, Isabella, tapi kenapa hatiku lebih sering memikirkan Selene? Kenapa perasaan ini begitu kuat, begitu sulit untuk diabaikan?

"Semuanya baik-baik saja, Isabella," jawab Elliot akhirnya, meskipun kata-katanya terasa seperti kebohongan. "Aku hanya lelah, itu saja. Aku akan baik-baik saja."

Isabella tampak sedikit ragu, namun dia hanya mengangguk. “Baiklah. Tapi aku berharap kamu bisa lebih terbuka padaku, Elliot. Kita harus saling percaya, kan?”

Elliot mengangguk, meskipun hatinya terasa berat. Ia ingin mengatakan yang sebenarnya—bahwa hatinya tidak sepenuhnya milik Isabella lagi, bahwa ia merasa terpecah di antara dua perempuan yang sangat berarti baginya. Namun, ia tak bisa mengatakannya. Ia tak bisa menghancurkan masa depan yang telah dirancang bersama Isabella, sekaligus tidak bisa menahan perasaan yang tumbuh untuk Selene.

Di tengah hiruk-pikuk festival, di tengah musik dan tawa, Elliot merasa terjebak dalam keheningan hatinya sendiri. Selene, perempuan yang tak bisa berbicara, justru telah mengisi ruang yang kosong di dalam dirinya, ruang yang selama ini ia coba tutupi dengan rutinitas dan harapan-harapan yang ada.

Elliot menatap Isabella dengan senyuman yang dipaksakan, mencoba menenangkan dirinya. "Aku akan berusaha lebih baik, Isabella," katanya. "Aku janji."

Namun, di dalam hati Elliot, ada satu pertanyaan yang terus menghantui: Apakah aku bisa memilih antara cinta yang sudah aku kenal, dan cinta yang baru saja tumbuh di dalam hatiku?

Related chapters

  • Bisu Karena Cinta   Bab 6: Gelombang Perasaan

    Elliot mengantar Isabella pulang, mereka berjalan beriringan sambil berpegangan tangan, namun lebih tepatnya hanya Isabella yang memegang tangan Elliot erat. Gadis itu sangat mencintainya, tak ingin melepasnya dan akan melakukan segala cara agar sang kekasih tak berpaling darinya. "Terima kasih sudah mengantarku, Elli", kata Isabella dengan suara yang lembut dan penuh makna. Ia mengulurkan tangannya dan menyentuh kekar Ellliot dengan perlahan, ingin sang pria juga merasakannya. "Aku senang sekali bisa pergi denganmu hari ini"Elliot tersenyum canggung, sedikit terkejut oleh sentuhan itu. Ia merasa sedikit tidak nyaman, namun tak ingin mengecewakan Isabella. "Tidak masalah, Isabella. Aku senang bisa menemanimu," jawabnya, berusaha terdengar normal, meskipun hatinya berdebar.“Elliot,” suara Isabella terdengar lebih dalam saat dia melangkah mendekat, langkah kakinya menggema di lantai kayu yang berkilau di bawah kaki mereka. “Keluargaku pergi beberapa hari. Jadi, aku hanya punya kamu

    Last Updated : 2024-12-02
  • Bisu Karena Cinta   Bab 7: Dalam Pelukan Dilema

    Elliot memeluk Isabella, "Maafkan aku Isabell.."Setelah berbisik lembut di telinga Isabella, Elliot pergi meninggalkan gadis itu. Tangisan Isabella meledak, seolah setiap tetes air matanya mengalirkan segala kesedihan yang tak tertahankan.Isabella kini benar-benar membenci Selene. Seandainya Selene tak ada, hubungannya dengan Elliot tak akan jadi berantakan seperti sekarang."Aku benci kamu, Selene..."-Malam itu, angin bertiup kencang, membawa dingin yang menusuk tulang saat Elliot berlari menjauh dari rumah Isabella. Setiap langkahnya terasa berat, penuh kebingungan dan kesedihan yang tak bisa dia tafsirkan. Semua yang terjadi begitu cepat, terlalu cepat, dan perasaan cemas menguasai pikirannya. Isabella… wajahnya seakan terus mengikuti, seperti bayangan yang tak bisa dia hindari. Tapi ada sesuatu yang lebih dalam lagi, sesuatu yang mengusik, membuatnya merasa terjebak antara dua dunia. Dalam kegelisahan itu, tanpa dia sadari, langkah kakinya berhenti.Di depan sebuah rumah tua y

    Last Updated : 2024-12-04
  • Bisu Karena Cinta   Bab 8: Jejak yang Tertinggal

    Malam itu di bawah cahaya rembulan yang melewati sela-sela jendela kamar Selene, mereka berdua menghabiskan malam bersama.-Pagi itu, udara di luar masih dingin, menyelimuti segala sesuatu dalam kabut tipis yang menutupi jalanan. Elliot sudah bangun lebih awal, sebelum fajar benar-benar menyinari langit. Ia berbaring di samping Selene, menatap gadis itu yang masih terlelap dalam tidurnya, kemudian ia kecup perlahan pipi dan bibir gadis itu. Suasana di kamar itu terasa sunyi, hanya suara napas Selene yang terdengar pelan, damai. Dengan langkah hati-hati, Elliot menurunkan kakinya dari ranjang dan bergerak menuju pintu kamar. Ia berhenti sejenak, memandang Selene yang terbaring tenang, dan sebuah rasa hangat menyelinap di dadanya, perasaan yang sulit dijelaskan. Tapi ia tahu—ia tak bisa tinggal. Ini bukan tempatnya, bukan saatnya.Ia berjalan menuju lorong dengan gerakan cepat namun pelan, takut membangunkan siapa pun. Di luar kamar, rumah itu masih sunyi, bibi Elina belum terbangun, d

    Last Updated : 2024-12-06
  • Bisu Karena Cinta   Bab 9: Penculikan Selene

    Malam semakin larut, dan Bibi Elina duduk di kursi depan rumah, matanya tak henti memandang ke arah jalan yang kosong. Lampu minyak yang redup di meja sampingnya mengeluarkan cahaya kuning yang bergetar, seakan mencerminkan kegelisahannya. Waktu seolah melambat, dan setiap detik yang berlalu terasa semakin berat. Selene belum juga pulang.Hati Bibi Elina mulai dipenuhi kekhawatiran yang terus mengusik pikirannya. Angin malam yang sejuk menyisir rambut abu-abunya, tapi ia tak merasa dingin. Suara jangkrik terdengar jelas, seolah menyampaikan kecemasan yang sama, menyatu dengan kegelisahannya."Kemana perginya anak itu? Mana mungkin hanya membeli roti di pasar bisa menghabiskan waktu berjam-jam", gumamnya gelisah.Dengan gusar wanita itu masuk ke dalam rumahnya dan mengambil syalnya, kemudian mengalungkannya ke leher, mengingat malam ini udara lebih dingin. Tak lupa menutup dan mengunci pintu rumahnya. Ya, Bibi Elina hendak menyusul atau lebih tepatnya mencari Selene ke pasar.-Bibi El

    Last Updated : 2024-12-07
  • Bisu Karena Cinta   Bab 10: Bisikan Tak Terduga

    Elliot akhirnya sampai di depan gudang tua di belakang toko buku yang sudah lama tutup. Tempat itu memang sepi, gelap, dan jarang dilalui orang, hanya dihiasi dengan debu tebal yang menutupi lantai. Suasana yang mencekam membuat napasnya semakin terengah-engah.Tanpa pikir panjang, ia mengabaikan rasa takut yang merayap di hatinya dan dengan cepat mendobrak pintu gudang yang sudah reyot itu. Pintu berderit keras saat ia mendorongnya dengan segenap tenaga, menciptakan suara yang menambah ketegangan malam yang sunyi.Begitu pintu gudang terbuka, Elliot langsung melihat Selene terbaring lemah di sudut ruangan, wajahnya pucat dan tubuhnya terluka. Dua pria berdiri di dekatnya, tersenyum penuh kemenangan. Amarah Elliot meledak seketika. Matanya dipenuhi kebencian dan kepanikan, hatinya berdegup kencang seolah tak sanggup menahan gejolak emosi yang membara.Melihat Selene dalam kondisi terpuruk, ia merasa seolah seluruh dunia mendukungnya untuk membalas perlakuan keja

    Last Updated : 2024-12-09
  • Bisu Karena Cinta   Bab 11: Masa Lalu

    Wanita tua itu menyeringai, senyumnya penuh dengan arti yang tak dapat dijelaskan. Dengan tatapan tajam yang seolah bisa menembus jiwa, dia mendekatkan wajahnya ke Isabella dan berbisik, "Aku tahu apa yang sedang kamu rencanakan, dan aku tahu bagaimana cara kamu bisa mendapatkannya".Isabella mengernyitkan dahinya. Ia menatap wanita tua itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Wanita itu berpakaian lusuh dan memakai jubah yang menutupi sebagian wajahnya. Isabella tak menghiraukan wanita itu dan hendak untuk berlalu pergi."Kamu ingin Elliot kembali padamu kan?"Mendengar hal itu, Isabella menghentikan langkahnya. Ia kembali menatap wanita itu dengan ekspresi sedikit terkejut. Bagaimana bisa wanita tua yang tidak ia kenal bisa tahu mengenai keretakan hubungannya dengan Elliot?"Apa yang bisa kamu lakukan untukku, wanita tua?"Wanita itu tersenyum menyeringai, dan tiba-tiba bola kristal di tangannya mengeluarkan cahaya, "Aku bisa melakukan apapun yang kau mau, asal ada imbalannya"-Sele

    Last Updated : 2024-12-10
  • Bisu Karena Cinta   Bab 12: Jejak Dendam di Antara kita

    "Selene... dia adalah duyung bersuara indah yang memberikan kedamaian di dasar laut"Mendengar hal itu, Isabella sedikit tersedak ketika menyeruput tehnya. "Uhuk... Selene adalah duyung?!"Tangan wanita tua itu bergerak mengambil cangkir teh di depannya dan menyeruputnya hingga habis."Dia menjadi bisu karena melakukan perjanjian dengan penyihir agar bisa menjadi manusia"Kini semuanya mulai terasa masuk akal, Selene yang tiba-tiba muncul di pesisir pantai dengan keadaan tak bisa bicara dan tak tahu apa-apa mengenai dunia manusia. Isabella tertawa puas, sekarang dia tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.-Selene duduk di dapur rumah Bibi Elina, memandang rempah-rempah yang tersebar di meja. Dengan sedikit ragu-ragu, karena masih belajar, dia memotong bahan-bahan untuk hidangan makan malam nanti.Dia mengangkat pisau, memotong cabai merah dengan hati-hati, kemudian menaburkannya ke dalam panci. Dia masih ingat betapa sulitnya hidup di dunia manusia, jauh dari lautan tempat dia dil

    Last Updated : 2024-12-11
  • Bisu Karena Cinta   Bab 13: Kenangan yang Tersembunyi

    Apa maksudnya dengan mengatakan bahwa Elliot punya dendam terhadap kaum duyung? Bagaimana mungkin Elliot, pria yang selama ini ia idam-idamkan, memiliki perasaan seperti itu?Namun, meskipun hatinya dipenuhi kebingungan, Selene tahu satu hal pasti, Isabella tidak akan mengatakan hal seperti itu tanpa alasan. Ada sesuatu yang tersembunyi, sesuatu yang mungkin Selene sendiri belum tahu.Ketika dia kembali ke dapur, Bibi Elina baru saja pulang. Wajahnya tampak lelah, namun dia selalu menyambut Selene dengan senyum hangat, yang membuat suasana hati Selene sedikit lebih tenang."Bibi, tadi Isabella datang," kata Selene dengan gerakan tangan, mencoba menjelaskan meskipun dia tidak bisa berbicara.Bibi Elina mengangguk, menaruh tas belanjaan di atas meja. "Ah, dia pasti ingin memastikan segala sesuatu berjalan sesuai rencana untuk pernikahannya nanti," jawab Bibi dengan nada yang tidak terlalu serius. "Tapi ada apa denganmu, Selene? Sepertinya kamu kelihatan bin

    Last Updated : 2024-12-12

Latest chapter

  • Bisu Karena Cinta   Bab 27: Bahagia

    Posisi Elina kini terduduk di atas pasir dengan posisi kedua kakinya yang terbuka lebar. Walaupun ia belum pernah melahirkan, namun instingnya mengatakan ia harus mengatur nafas dan mengejan untuk melahirkan bayinya. Hingga akhirnya sebuah kepala disusul dengan badan yang lengkap menyembul keluar dari bawah sana. Dengan cepat Elina meraih dan memeluk bayi kecilnya yang masih berlumuran darah. Rasa lelah setelahnya membuat kesadaran gadis itu mulai menurun, hingga akhirnya ia tak sadarkan diri. - Elina yang tak sadarkan diri kini tengah berbaring di sebuah ranjang di suatu ruangan kecil. Suara burung berkicau di pagi hari mulai mengusik gadis itu. Perlahan ia tersadar dan teringat akan kejadian malam itu, malam dimana ia melahirkan bayinya. Lantas ia langsung terbangun dan mencari-cari keberadaan bayinya. Matanya melirik ke sana ke mari, namun sosok yang ia cari tak nampak keberadaannya. Bahkan ia sempat berpikir apakah tadi malam ia sedang bermimpi? Namun karena rasa sakit di

  • Bisu Karena Cinta   Bab 26: Pengorbanan

    Elina yang mendengar suara pelan Aegon, bukannya pergi tapi langsung berlari ke arah duyung itu. Sambil menangis ia menyentuh pipi Aegon yang dingin dan sudah dipenuhi luka."Aegon... Maafkan aku...", isaknya sambil menunduk."Sepertinya sekarang aku tahu cara agar memuatnya menangis dan mengeluarkan mutiara", ucap pria di belakang Elina."Iya benar, dari tadi kita sudah menyiksanya hingga membuat dia berteriak kesakitan tapi tak satu tetes pun air mata dia keluarkan", timpal temannya yang membawa pisau.Mendengar hal itu, Elina langsung membalikkan badannya. Menatap marah akan perbuatan kedua orang itu terhadap Aegon, namun ada secercah ketakutan juga dari matanya karena kedua pria itu kini perlahan melangkah mendekatinya.Sembari melangkah dan memainkan pisau di tangannya, pria itu berkata, "Tak ada salahnya mengorbankan satu nyawa demi kesejahteraan banyak orang bukan?"Pria satu lagi menarik Elina dan mengarahkan pisau yang ia keluarkan dari balik celananya ke arah leher gadis itu

  • Bisu Karena Cinta   Bab 25: Terpisah Oleh Takdir

    Suara teriakan disertai ketukan keras terdengar dari suatu ruangan di kediaman keluarga Baker.lina, gadis yang sengaja dikurung oleh ayahnya di kamarnya itu, sesekali memohon kepada ayahnya agar tak menyakiti pria yang ia cintai. "Ayah, kumohon buka pintunya... jangan sakiti Aegon"Suaranya yang parau menandakan ia sudah menangis begitu lama, bahkan tenaganya pun mulai terkuras habis. Ketukannya semakin melemah dan ia pun terduduk di balik pintu.Sang ibu terdengar ikut menangis dari luar, tak tega melihat kondisi anaknya. "Ayah, apa harus seperti ini? Aku takut Elina melakukan sesuatu yang buruk"Sang ayah yang tengah duduk di kursi meja makan menggebrak meja dengan keras, "Tak ada yang lebih buruk dari mencintai kaum duyung terkutuk!"Sementara itu di tempat lain, di suatu ruangan gelap, dimana hanya cahaya dari rembulan yang bisa masuk melalui celah-celah jendela, sesosok duyung tengah tergantung di tembok. Tangan kanan dan kirinya di ikat di tembok, dan ekornya dibiarkan menjun

  • Bisu Karena Cinta   Bab 24: Darah dan Air Mata

    "Ba- bagaimana bisa?"Elina membelalak, kaget karena tiba-tiba jarinya yang terluka sudah tidak terasa sakit, bahkan ketika ia lihat dengan seksama luka goresannya pun sama sekali tak terlihat. Gadis itu menarik tangannya dari genggaman Aegon dan kembali memastikan jarinya dari jarak yang lebih dekat."Darah duyung bisa jadi obat untuk makhluk hidup lain", ujar Aegon sembari mengelap darahnya yang masih menetes dari bibirnya yang penuh dan terdefinisi.Elina menatap kagum duyung di depannya itu, lalu ia kembali teringat akan perkataan ayahnya mengenai air mata duyung dan bencana di lautan. "Aegon, bolehkah aku bertanya?"Aegon mengangkat kedua alisnya sambil menganggukkan kepalanya. "Tentu""Apakah benar bencana di lautan disebabkan oleh kaum duyung?", tanya ElinaAegon menempelkan tangannya di dagu dan berpikir sejenak, "Bisa iya, bisa juga tidak"Gadis keluarga Baker itu mengerutkan kedua alisnya, tak puas dengan jawaban Aegon. "Mak

  • Bisu Karena Cinta   Bab 23: Aegon dan Elina

    Seorang pria baruh baya nampak berlari mendekati seorang gadis yang kini tengah berdiri di ujung dermaga. Gadis berkepang dua itu berdiri mematung menghadap lautan, kedua matanya menatap dengan kagum lautan biru di hadapannya dengan kedua pipi yang dihiasi semburat merah.Pria paruh baya itu nampak kelelahan mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi. Dengan napas tersengal-sengal, akhirnya ia sampai di belakang gadis yang merupakan putri semata wayangnya itu."Dimana dia? Dia berhasil kabur?", tanyanya setelah melihat jaring ikan di kapalnya kosong dan sudah terpotong sana sini."Aegon...", Elina menggumamkan nama duyung tadi dengan sangat pelan dan tak terdengar oleh ayahnya yang tengah panik karena tangkapannya berhasil kabur.-"Ayah, kenapa manusia memburu duyung?"Di tengah-tengah makan malam tiga orang manusia di meja makan itu, seorang Elina Baker melontarkan pertanyaan yang tidak biasa. Ayahnya yang tadinya tengah memotong daging

  • Bisu Karena Cinta   Bab 22: Duyung Spesial

    Frederick mengulurkan tangan. “Selamat untuk kalian berdua. Perkenalkan, aku Frederick”Entah kenapa Elliot merasa amat tidak suka dengan Frederick. Apalagi Frederick yang terlihat begitu dekat dengan Selene, rasanya membuat hatinya panas."Apa hubunganmu dengan Selene?" tanpa membalas ucapan dari Frederick, Elliot langsung menanyakan hubungan antara Frederick dan Selene.Selene yang hendak menjawab pertanyaan dari Elliot terhenti karena tangan besar Frederick yang tiba-tiba menarik tubuh kecilnya untuk lebih mendekat padanya. Frederick melontarkan seringaian yang seakan-akan mengejek pria yang sudah berstatus sebagai suami Isabella itu."Menurutmu?"Mendengarnya membuat Elliot benar-benar kesal hingga mengepalkan erat tangannya dan menonjolkan urat-urat di tangannya.Melihat reaksi suaminya, Isabella mengalungkan tangannya ke lengan Elliot dan berkata dengan senyuman yang agak dipaksakan, "Terima kasih atas ucapannya, silahkan nikmati pestanya"Frederick dan Selene pergi meninggalkan

  • Bisu Karena Cinta   Bab 21: Hari Pernikahan

    Matahari pagi itu bersinar lembut, menyelimuti kediaman keluarga Grace dengan kilauan keemasan. Elliot berdiri di dekat altar, mengenakan setelan tuxedo hitam yang membuatnya tampak gagah. Namun, ekspresi wajahnya tak dapat menyembunyikan kegelisahan yang menyelimutinya.Mata coklatnya yang biasanya penuh semangat kini tampak kosong. Di tangannya, ia menggenggam erat cincin pernikahan yang seharusnya menjadi simbol cinta abadi. Tapi bagi Elliot, cincin itu lebih menyerupai beban, sebuah pengingat bahwa hari ini bukan tentang cinta, melainkan tanggung jawab.Tamu-tamu mulai berdatangan, berbicara dengan nada kagum tentang kemeriahan dan kemewahan acara ini. Namun, suara mereka hanya terdengar seperti gumaman jauh di telinga Elliot.Di ruangan lain, Isabella tengah berdiri kagum, memandangi dirinya sendiri di depan cermin besar. Gaun pengantin putihnya berkilauan, dihiasi bordir bunga yang menjalar hingga ke ekor gaun. Dia begitu kagum melihat gaunnya yang indah, bukan hanya gaun, namu

  • Bisu Karena Cinta   Bab 20: Tanggung Jawab

    “Karena aku sudah mengandung janinnya Elliot”Selene terdiam sejenak, wajahnya pucat pasi. Dia seperti tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.Tubuhnya terasa lemas, hingga ia gunakan batu besar di belakangnya sebagai sandaran.“Jangan pernah mengharapkan kedatangannya sekarang, karena dia harus bertanggung jawab atas apa yang sudah ia perbuat”, lanjut Isabella lalu berlalu pergi.-Dua jam sebelumnya, Frederick yang memperhatikan Selene dari jauh mulai merasa khawatir. Di satu sisi ia khawatir Selene akan bersedih jika Elliot tidak datang, tapi di sisi lain ia akan merasa sangat bersyukur jika Elliot tidak datang dan Selene menyerah dengan cintanya.Kemudian duyung itu berenang pergi ke arah lain. Frederick pergi ke arah selatan, berkebalikan dengan posisi Selene sekarang yang berada di utara. Dan tak disangka-sangka, di sana ada Elliot yang tengah duduk melamun sambil memegang sebotol minuman di tangannya.Kin

  • Bisu Karena Cinta   Bab 19: Tak Mungkin Bersatu

    Malam itu, Selene, seorang putri duyung bersuara indah tengah duduk di atas batu di pesisir pantai. Dirinya sedang mengenang kehidupan sebagai manusia yang pernah ia jalani seminggu yang lalu.Kini kakinya sudah kembali menjadi ekor duyung, dan tentu saja suaranya pun sudah kembali seperti semula. Semua itu berkat Nerissa, sang ratu duyung, yang membantunya mendapatkan kembali kehidupannya sebagai seorang putri duyung.Malam tampak begitu sepi ditemani dengan hembusan angin malam yang dingin. Namun kedua iris birunya itu menangkap sesosok manusia yang sangat familiar baginya.Pakaiannya terlihat sangat berantakan dengan kumis dan jenggot yang sepertinya sudah lama tidak dicukur. Ia berjalan gontai dengan muka memerah. Sepertinya pemuda itu sedang tidak baik-baik saja.Selene tadinya hendak kembali ke lautan, namun perkataan pemuda itu, Elliot, membuatnya mengurungkan niatnya.“Sepertinya aku mulai berhalusinasi lagi… Selene, walaupun k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status