Share

99. Lia & Leon

Penulis: Pena_Ri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-27 09:00:29

"Kamu wanitaku," ucap pria itu menyeringai. Dia berbisik pada perempuan yang tengah bergoyang-goyang di depannya. Lelaki itu juga ikut menari-nari.

Kelab malam di pusat kota Jakarta yang terkenal itu tak pernah sepi pengunjung atau pelanggan. Dan wanita yang sempat menjadi pelanggan sejati di kelab itu kembali datang lagi setelah sekian lama tak berkunjung. Namun, kedatangannya bukanlah untuk hura-hura. Bukan untuk bersenang-senang. Melainkan dia mencari seseorang pria yang membuatnya harus datang ke tempat tersebut. Pria itu juga yang pertama kali memperkenalkan tempat itu.

Tidak melihat di dance floor. Di mana lelaki? Biasanya dia akan senang datang dan berdansa-dansa di tempat tersebut.

"Aku tak bisa melakukannya di sini," ucap wanita itu. "Bukankah sebaiknya kita menyewa kamar?" tanya pria bule itu.

Perempuan itu mengedipkan matanya. Leon, ya, dia menarik tangan wanita itu dan segera menyewa kamar untuk mereka berdua. Padahal mereka ba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   100. Berhati Malaikat : Menolongnya

    Sudah hampir tiga bulan, rumah tangga Sera berjalan begitu sangat baik. Mereka saling menguatkan, romantis dan memberi kebahagiaan satu lain. Tak ada yang mengganggu rumah tangganya seperti dahulu lagi. Rumah tangga yang begitu Sera idam-idamkan pelan-pelan tercapai. Dika tak lagi cuek, Dika mau mengakui dan begitu mencintai Sera. Sera merasakan ketulusan cinta yang diberikan Dika. Lelaki itu selalu memiliki cara tersendiri dalam memberikan kebahagiaan, terlihat dingin nyatanya hangat di dalam. Intinya, Sera begitu bahagia hidup dengan Dika. "Sera, Sera," ucap Nindy memanggil. Wanita itu baru saja menerima kiriman bucket bunga mawar merah yang dikirim untuk Sera. "Wangi sekali!" serunya. "Sera, keluarlah," titah Nindy. Dia ingin menyentuh bunga itu. Tetapi, dia sadar kalau bunga itu milik orang lain. "Ya, Nin," Sera datang menghampiri. "Ada kiriman bucket mawar untukmu," Nindy memberikan bunga tersebut pada Sera. Sera tersenyum manis, "te

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   101. Mendambakan Buah Hati

    "Terima kasih, Mas," ucap Sera. "Kamu tak marah?" Dika mengusap wajah Sera dengan tangan kanannya. "Tidak, Mas. Bagiku kamu sudah bersikap adil. Kamu sudah membantunya. Itu lebih dari cukup," ujar Sera. "Itu semua aku lalukan karena kamu, Se. Kamu selalu baik sama orang yang sudah begitu jahat padamu, apa kamu tak memiliki rasa benci, Se?" ucap Dika. "Aku mungkin marah, Mas. Hanya saja aku ingin menolongnya. Entahlah, aku merasa kasihan saja dengannya," ujar Sera. Dika memang memberi bantuan pada wanita itu. Namun, dia tak mengizinkan Lia untuk bekerja di hotel lagi. Dika begitu sangat menghargai Sera. Meski Sera memaksa untuk menerima perempuan itu bekerja lagi, namun dia memiliki cara lain. Dia tak ingin berada dalam satu lingkungan dengan perempuan itu. Dia sudah berikan unag lebih dari cukup untuk Lia sampai beberapa bulan ke depan. Setelahnya, terserah wanita itu bagaimana. Lagi pula itu bukan tanggung jawab Dika. Dia menol

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   102. Melihat Mantan Suami

    Hampir 1 tahun menikah dengan Dika, Sera sudah merasakan manis asam garam pernikahannya. Ada saja masalah yang menimpa meski tak ada lagi orang ketiga dalam hubungannya. Sera menerima tawaran Dika untuk mengantarkannya pergi ke butik sekalian lelaki itu pergi ke kantor. Dia sudah tak mendiamkan suaminya.Sikap Sera semalam, pagi ini telah berubah lagi pada sikap normal Sera. Wanita itu merasa lebih tenang. Dia mencium punggung tangan suami dan berpamitan sebelum masuk ke butik. "Assalamualaikum, Mas. Semangat kerjanya. Bekal yang aku masak jangan lupa dimakan," suruh Sera. "Hm, waalaikumsalam, kabari aku nanti pulang jam berapa biar aku jemput," ujar Dika. Sera mengangguk, "iya, Mas. Hati-hati," titah Sera. Dika mengangguk. "Se," ucap Dika sebelum Sera keluar dari pintu. Dika menahan tangan wanitanya. "Semangat kerjanya," Dika memberi kecupan singkat di punggung tangan sang istri. Hal itu membuat Sera tersenyum. "Sudah, pergilah,

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   103. Hamil? Sera Hamil?

    Sera menolak tawaran Dika untuk ke rumah sakit. Dia hanya perlu istirahat di rumah. Sera benar-benar tertidur pulas setelah pertemuan dengan klien Dika. Dia mungkin benar-benar kelelahan. Lantas, Dika pun begitu. Menemani sang istri tidur hingga pagi. Hari berikutnya, Sera dan suaminya quality time di hari minggu. Dari bangun tidur, sarapan bersama, memutuskan untuk jogging di sekitar kompleks. Lalu, mengambil foto di lapangan hijau yang ada di sekitar rumahnya. Sera merasakan beban-bebannya terangkat. Melupakan masalah yang dia pendam. Dika juga mengajak Sera makan es krim di kedai. Sera begitu senang makan es krim terutama rasa strawberi. "Kamu senang, Se?" tanya Dika. Sera mengangguk, senyumnya mengembang, deretan giginya yang putih terpampang nyata. "Aku senang, Mas. Seolah beban-bebanku hari ini terlupakan," aku Sera. "Mau ke mana lagi setelah ini?" tanya Dika. Lalu, Sera menyarankan untuk ke Dufan. Menikmati waktu ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   104. Membicarakan Masalah Anak

    Sera menangis dalam dekap suaminya. Dia sudah mencoba tes kehamilan dengan tespack, nyatanya hasilnya belum ada. Jadi, sadar kalau Sera hanyalah sekedar masuk angin."Sayang, sabar, Se," Dika tak berhenti membujuk Sera untuk berhenti menangis. Sera tak tahu, rasanya dia sudah senang kalau dia bisa hamil. Tapi, masih belum waktunya. "Aku akan temani kamu, istriku. Kamu tidak sendiri, jangan menangis," Dika tak menyerah untuk tetap mendiamkan Sera. Untuk tidak merasa bersedih terus-menerus. Sera tetap terisak. Faktanya Sera begitu mendambakan buah hati. Dika menuntun Sera untuk duduk di tepian ranjang. Lelaki itu memeluknya erat. "Ta-takut, Mas. Aku takut aku takkan hamil. Lagi-lagi hasilnya negatif," ucap Sera."Tak apa-apa. Aku akan selalu menemani kamu. Kita berdoa yang kencang dan usaha yang keras, ya?" ucap Dika. Sera tak menjawab. Sibuk menangis. Tak berapa lama kembali bersuara dan membuat Dika terkejut. "Mas, kenapa kamu tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   105. Dika dan Renal

    Sera tak mengerti dengan tatapan yang diberikan suaminya. Tatapan yang biasanya dia lihat saat sedang marah itu menatapnya. "Mas, apa ada yang mengganggu pekerjaanmu?" ucap Sera. Dika yang duduk di sofa berjalan mendekat ke arah dirinya yang tengah duduk di sisi ranjang. "Se," panggil Dika. Dia memeletkan lidahnya. Sera merasa terancam melihat itu. Lelaki itu menghempas jas yang dikenakan. Dia lantas mendekatkan tubuh Sera. Sera kini menjadi rebah di bawah prianya. "Mas, ada apa denganmu?" ucap Sera aneh. "Diam, Se," titah Dika. "M-Mas," gugup Sera. Dia memejamkan matanya kala Dika mengambil alih dirinya. Menyentuh wajahnya dengan memberikan kecupan bertubi-tubi. "Berhenti, Mas, berhenti," ujar Sera. Dia kalang kabut kala Dika melakukannya seperti tengah emosi. "Berhenti menyentuhku, Mas. Jika kamu emosi berhenti," ujar Sera. Dika tersenyum miring. Dia tak menggubris, malah semakin liar menindih Sera dan tangannya mulai menjemah pakaian i

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   106. Malam yang Indah Bersama Sang CEO

    Jus strawberi diletakkan di atas meja. Entah itu sogokkan atau memang dia tulus membuatkan itu untuk istrinya. Yang jelas dia ingin istrinya meminum jus itu nanti. Jus favorit Sera."Kamu boleh marah padaku, tapi minumlah, jus buatanku," titah Dika. "Aku buatkan jus kesukaanmu," lanjutnya. "Kamu boleh kesal. Tapi, hargai ketulusanku, Se, jangan diam saja. Aku bingung harus bagaimana," ujar Dika. "Tak apa jika kamu memang masih terus-terusan kesal. Tapi, nanti minum jus ini," Dika lantas pergi. Mungkin Sera malu meminumnya jika ada dirinya di kamar. Sera tak tahu harus bagaimana. Dia melirik jus di atas meja saat suaminya sudah pergi. Buku yang dia baca lantas dia letakkan di atas ranjang. Kemudian, Sera turun seraya meraih gelas itu. Dia paling tak bisa menolak semua hal tentang strawberi. "Hm, maafkan aku, Mas, aku tak bisa berbicara padamu. Tapi, soal jus ini aku tak akan menolak," ucap Sera. Dia duduk di tepian ranjang seraya memin

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-28
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   107. Mantan Suami : Rindu

    "Mas, tunggu sebentar," Sera menahan sang suami. Dika membalikkan badan, lelaki itu berdiri dengan tangan kanan berada di dalam saku celana. Tangan yang lain memegang tas dokumen. Lelaki dengan setelan jas hitam itu sudah akan pergi berangkat menuju kantor. "Pakai dasi supaya lebih rapi," Sera lantas langsung memakaikan dasi tersebut. Wanita yang masih membungkus kepalanya dengan handuk lantaran habis keramas itu tak melupakan mengurus pakaian sang suami agar tetap rapi. Dika yang menatap wanitanya berdiri di hadapannya seperti itu merasa lucu. "Ada apa, kamu ketawa?" ucap Sera. "Kamu terlihat lucu," jawab Dika jujur. Sera merengut, selesai memakaikan dasi dia bersalaman pada suaminya. Dika juga memberikannya kecupan pada kening Sera. Cukup lama, lalu pria itu meninggalkan rumah dengan segera. "Jika kamu lelah karena semalam, lebih baik tak usah ke butik," titah Dika. Sera menggeleng, "aku harus tetap ke butik, Mas," sanggah Sera. "Baikla

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-28

Bab terbaru

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   119. AKU, KAMU DAN BUAH HATI (TAMAT)

    5 tahun kemudian."Kara!" Seorang pria dengan gagahnya menghampiri sang putri. Dan berjongkok seraya memeluknya. "Assalamualaikum Papa!""Waalaikumsalam, bagaimana sekolahnya?""Kara dapat bintang lima dari guru!" ungkap bocah kecil bernama Kara itu. "Wah, keren anak Papa! Kamu memang cerdas seperti mama kamu!""Papa juga cerdas! Papa punya hotel besar!"Mendengar celotehan sang anak, Dika pun terkekeh. "Papa, ayok pulang. Kara mau ketemu Mama!" ajaknya. Dika mengangguk seraya bangkit. Dia menggandeng putri kandungnya untuk masuk ke dalam mobil. Tak terasa, waktu lima tahun begitu cepat. Dika sudah menjadi pria sejati yang begitu baik menjadi suami untuk Sera. Dika amat merasa bersyukur karena diberikan istri soleha seperti Sera."Kara mau makan es krim, Papa." "Mau es krim?" ulang Dika. Gadis kecil berhijab itu mengangguk. "Oke, tapi kita pulang dulu jemput mama, ya?" "Iya, Papa, horeee Kara makan es krim sama mama dan papa!" Kara sangat menggemaskan. Dia juga memiliki pipi yang

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   118. BABY K or Baby R?

    "Se, ini apa?" Dika melotot sembari memegangi benda kecil, tipis bergaris dua. Lantas pria itu menoleh ke arah sang istri. "Sera... ini serius? Ka... kamu hamil?" Dika gugup. Sera mengangguk sembari tersenyum. "Iya, Mas. Aku hamil. Aku hamil anak kamu, Mas. Aku bisa hamil. Kita punya buah hati sekarang!" tutur Sera antusias. Dika pun mendekap tubuh Sera dengan erat sembari mendaratkan kecupan di kening wanitanya. "Sera... terima kasih! Terima kasih banyak. Aku sangat bersyukur dengan hadiah ini. Aku bahagia telah memiliki wanita hebat seperti kamu." "Aku... aku juga, Mas. Aku bahagia karena telah dipertemukan dengan lelaki sesabar kamu. Yang begitu menyayangi diriku tanpa berpikir meninggalkan aku pergi di saat kamu tahu kekuranganku. Terima kasih, Mas...," kata Sera. Untuk sekejap saja, pelukan mereka yang hangat dan nyata dengan rasa syukur yang tiada henti. Jangan biarkan lagi dua insan saling mencinta itu berpisah. Diam-diam, Seda terisak dalam pelukan sang suami. Dia begitu

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   117. Mimpi yang Mengerikan

    Siapa yang tidak senang kalau suaminya yang kerja di luar kota akan kembali pulang ke rumah? Dengan dress panjang berwarna peach, wanita yang duduk di depan meja rias itu tak henti mengukir senyum. Ditambah lagi, dia memiliki kejutan untuk sang suami. Kejutan besar yang akan membuat Dika bahagia. Sera mengusap-usap perutnya dengan lembut dan perlahan. Tak menyangka, penantian yang selama ini dia nantikan akhirnya terwujud. Karena, sesungguhnya Tuhan Maha Baik. Sera tidak tahu bagaimana lagi mengungkap rasa syukurnya. Tuhan selalu punya cara untuk membahagiakan hambanya. Dari ujian yang dialaminya bertubi-tubi, Sera dihadiahi keinginannya untuk memiliki buah hati. Ia tak sabar memberikan kabar gembira itu pada sang suami. Sera sangat menantikan reaksi Dika. "Mas Dika, aku hamil anakmu, Mas. Aku bisa hamil juga. Akhirnya, Tuhan mewujudkan keinginanku. Aku tidak sungguh mandul.""Ya Allah, aku sungguh berterima kasih atas karunia yang Kau berikan dan titipkan. Aku akan menjaga buah ha

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   116. Berjuang

    Hari-hari berlalu. Sebagai wanita yang ikut program hamil Sera harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menjalani niatnya demi satu tujuan untuk segera bisa memiliki keturunan. Dia tak pergi seorang diri. Melainkan selalu ada Dika yang setia menemani. Di rumah sakit, tak hanya Sera yang diperiksa melainkan suaminya juga. Kondisi Sera dan Dika di sana semuanya dicek. Perkara tidak hamil ini tidak melulu berasal dari pihak wanita saja, karena bisa jadi suami jadi sumbernya. Untuk program kali ini mereka benar-benar begitu serius menjalani. Sampai pada akhirnya, ditemukan polip yang cukup besar dan banyak di rahim Sera. Sera yang memang didukung baik oleh Dika, tak bisa untuk berhenti program tersebut. Dokter mengambil tindakan untuk membersihkan polip yang ada di rahim Sera. Sempat takut, namun Sera harus semangat. Terlebih Dika juga tak pernah lelah memberikannya kekuatan. Setelah pembersihkan polip itu berhasil, minggu demi minggu berlalu, Sera berkeinginan untuk berangkat Umroh. Wan

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   115. Junior Sera dan Dika

    “Mas, terima kasih, ya, untuk segala hal yang kamu lakukan padaku. Kebaikanmu semoga Tuhan yang membalas,” tulus Sera. Malam-malam membicarakan hal random dan hal serius adalah hal yang berharga dilalukan Sera dan Dika. Mereka tak ingin melewatkan momen itu sebelum mereka tenggelam dalam mimpi mereka masing-masing. “Hm, jangan pernah merasa kesepian, ya. Aku tahu yang kita usahakan belum ada hasilnya, tapi aku akan selalu mencari cara agar kamu tetap selalu bahagia,” ujar Dika. “Aku sudah bahagia, aku tidak kesepian lagi karena sudah ada kamu, aku punya kamu di hidupku,” sahut Sera. “Tetap saja. Aku tahu kamu masih merasa sedih di belakang aku. Menyembunyikan luka sendiri. Memendam masalah yang kamu punya. Padahal aku ingin kamu selalu libatkan aku mau sedih atau senang,” ungkap Dika. “Karena aku suami kamu, baik sekarang atau nanti.”“Dulu sekali, aku selalu berharap kalau kamu mau mengakui dirimu sebagai suami aku, Mas. Aku selalu b

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   114. Diperlakukan Layaknya Ratu

    Bucket Cokelat!Baru saja Sera keluar dari kamar mandi. Wanita itu terkejut kala di meja samping ranjangnya ada benda itu. Bukankah Dika sudah pergi berangkat ke kantor? Belum lama Sera mencium tangan suaminya. Siapa yang menaruhnya? Apa Bi Niken masuk ke kamar?Meraih bucket tersebut senyum wanita dengan hijab berwarna hijau itu mengembang di wajah. Siapa wanita yang tidak senang bila diberi cokelat? Sera lantas meraih ponsel dan hendak memotretnya. Dan bertepatan itu notifikasi dari sang suami masuk. Sera membuka pesan tersebut lebih dahulu. Tidak jadi mengambil foto cokelat itu. Mas DikaSe, sudah lihat kirimanku?Apa kamu suka? Benar sekali itu dari suaminya. Sambil mengetik, senyum wanita itu tak pernah lepas. Dia mengirim beberapa pesan pada suaminya.Aku gak tahu kapan kamu siapkan bucket cokelat ini, Mas?Tapi, terima kasih banyak, ya.Aku tentu suka.Mas DikaSyukurlah, aku balik kerja ya. Boleh kirim foto dengan cokelatnya? Aku ingin melihat wajahmu biar semangat bekerja.

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   113. Sera Milik CEO Citra Queen

    Sera menangis tersedu-sedu. Dia berulang kali mengusap air matanya yang terjatuh lagi dan lagi. "Semua baik-baik saja, Sera. Kamu tidak usah takut lagi," ujar Nindy memberikan pelukan hangat untuk teman sekaligus pemilik butik itu. "Tetap saja aku takut, Nin. Mantan suamiku selalu mengganggu aku dan juga Mas Dika," tutur Sera. "Tolong jangan beri tahu Mas Dika tentang ini, Nin," pinta Sera. "Kenapa?" Nindy bingung. "Aku takut dia semakin khawatir. Dia bisa saja melakukan sesuatu di luar nalar kalau tahu tentang kejadian tadi," ucap Sera dengan mata berlinang."Tapi, Sera, aku rasa dia juga perlu tahu. Kamu harus memberi tahu karena dia bisa melindungi kamu nantinya," ujar Nindy. "Dia pasti sangat khawatir istrinya kenapa-kenapa," sambung Nindy."Nindy, aku mohon...," Sera mempelihatkan wajah melasnya. Nindy menghela napas, "baiklah jika itu mau kamu. Aku akan rahasiakan kejadian ini. Aku harap pria itu tak

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   112. Aku Sudah Bahagia!

    "Jadi, kau pergi dengan seorang dokter, Raisa?!" tanya Renal dengan nada tinggi. Seperti biasa, keduanya tak pernah berkomunikasi dengan baik. "Kenapa memangnya?" dengan wajah ketus, kedua tangan menyilang di depan dada, Raisa berbicara kepada sang suami. "Kenapa kau marah dengan itu? Bagaimana dengan kau sendiri yang pergi diam-diam tanpa sepengetahuanku?" ucap Raisa. "Jangan belaga sok suci, Mas, haha," wanita itu terkekeh di ujung kalimat. "Jangan kamu pikir aku tidak tahu kelakuanmu di belakang seperti apa," sambungnya. "Apa maksudmu, Raisa?" tanya Renal. Entah kenapa Renal merasa takut akan sesuatu. "Seharusnya kamu tetap bisa bersikap baik kepadaku. Dan jangan membuatku marah," Raisa tersenyum miring. Hal itu membuat Renal benar-benar takut."RAISA?" panggil Renal dengan nada suara yang keras. Raisa tak menggubris ucapan sang suami. Dia tetap pergi ke kamar.Dia menggumam, "kau pikir aku tidak tahu k

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   111. Jangan Ganggu Aku!

    "Mas, Mas," Sera memanggil nama suaminya berulang. Keluar dari mobil lelaki itu berjalan lebih dahulu masuk ke dalam rumah. "Ya Tuhan, Mas Dika tunggu aku," pinta Sera. Sera menghela napas, andai tak bertemu dengan Renal, mungkin Dika akan baik-baik saja. Wajah lelaki itu juga berubah ketus dan menjadi dingin usai bertemu mantan suami Sera. "Mas," panggil Sera lagi ketika sudah berada di dalam kamar. "Kenapa kamu jadi cuek sama aku?" ucap Sera. "Apa aku ada salah? Mas aku juga kan tidak tahu kalau ada pria itu di restoran," keluh Sera. "Apa kamu mengajakku ke restoran itu untuk bernostalgia tentang masa lalumu, Se?" tanya Dika. "Ya Tuhan. Apa yang kamu pikirkan? Kamu berpikir aku seperti itu?" ucap Sera. "Mas, tak pernah terlintas sama sekali dalam diriku untuk mengingatkanmu tentang masa laluku. Aku mengajakmu ke sana murni untuk makan bersama!" sanggah Sera. "Tolong jangan marah sama aku. Katanya kita

DMCA.com Protection Status