''Tenang. Aku tidak akan membuat mu pingsan, aku masih sadar kalau kondisi mu sedang tidak baik.'' Ucap nya dengan tenang.
Mata pria itu melirik penuh kharisma. Virgi hampir terhanyut di dalamnya. Ia masih saja terdiam.
Louise perlahan membuka kemeja yang dikenakan Virgi, ia sudah berjanji tidak akan berbuat lebih kepadanya. Kini, tubuh polos itu terendam di air. Ujung-ujung rambutnya basah terendam di dalam bath tub. Sedangkan rambut atasnya masih kering.
Louise melepaskan jas nya dengan elegan. Ia biarkan jas yang sudah rapi itu tergeletak di lantai. Kaki nya mulai masuk kedalam bath tub. Kini Virgi tengah meringkuk membelakangi Louise.
''Bagaimana kemeja mu? Bagaimana kalau basah...'' Tanya nya lirih tanpa menatap wajah Louise.
''Ini sudah basah kan?'' Louise membuka kedua kakinya. Ia membiarkan Virgi duduk di kedua jenjang kaki berotot miliknya. Kakinya begitu kokoh menekuk di pinggir tubuh Virgi.
Kakinya menyembul di atas air. Sementara Louise, kemeja putih yang dikenakannya basah total. Dada nya tampak menembus. Virgi tetap mencoba menguasai dirinya. Gumpalan busa mulai terlihat, dan air hangat menjadi selimut tubuh mereka.
Louise mulai mengguyur air perlahan dari tangannya ke bahu Virgi yang sedari tadi hanya melengkung. Berulang kali ia lakukan itu, hingga bahunya mengkilap dan licin karna sabun. Setelah di rasa cukup, ia kembali membilas punggung Virgi. Menggosok badannya seperti memandikan anak balita. Tubuhnya memang masih mungil.
Hanya gemercik air yang terdengar. Louise ikut bergema didalamnya. Kamar mandi pribadi itu terasa luas dan sunyi. Maksudnya, penuh ketenangan. Gerakan Virgi di dalam air pun terdengar jelas.
Baru beberapa hari mereka di pertemukan dengan tidak sengaja. Tepat disaat Virgi terpuruk, kini pria itu memperlakukannya dengan lembut. Namun sifatnya masih susah di tebak.
''Kau berbeda dengan gadis yang lainnya...'' Louise menarik garis bibir nya sedikit. Ia tersenyum tipis. Virgi tak heran dengan perkatannya. Dia Milyarder, bukan, lebih tepatnya bangsawan. Tak sulit baginya untuk menyewa seorang wanita sepertinya, pikir Virgi.
''Br*ngsek.'' Celetuk Virgi dalam hatinya. Ia memasang senyum kecut.
Louise memajukan wajahnya hingga tepat disamping Virgi. Badan kekar penuh bekas luka itu terasa bergelombang menyentuh punggung Virgi.
''Kedepannya. Apa kamu mau menjadi partner ku?'' Suara bisikan itu terdengar jelas ditelinga Virgi.
''Partner?'' Tanya Virgi dengan tatapan berbalik.
''Yap. Aku bisa memakai mu kapan saja. Aku akan membayar lebih untuk itu.'' Jelasnya singkat, up to the point.
''Bagaimana? Kenapa kamu tidak menjawab? apa kamu sakit lagi?'' Belum sempat Virgi menjawab, pria itu sudah bertanya balik.
Virgi enggan menjawab, ia hanya membatu. Dipendam wajah kekesalannya itu kedalam bath tub. Cukup lama ia di dalam sana, hingga Louise sendiri yang turun tangan untuk mengangkat kepala itu dari dalam air.
''Kamu mau mati? Atau pdkt sama malaikat maut?'' Gurau nya dibarengi tawa kecil.
''Aku tidak bercanda. Lebih baik aku mati, daripada bertemu iblis seperti mu.'' Celetuk Virgi, ia blak-blakan dihadapan pria itu. Iris matanya terlihat tajam.
Kini Louise yang tertunduk dalam. Lagi-lagi pandangan mata kesepian itu terpancar dalam diri Louise.
''Kau pikir aku wanita seperti apa?!'' Virgi menggertak di hadapannya. Air itu terasa bergetar. Iris mata Virgi tampak berkaca membendung cairan kristal itu lagi.
''Aku muak.'' Ucap Louise singkat, ia mengangkat dirinya dari dalam air. Seluruh tubuhnya terasa tembus pandang. Otot badan yang dimilikinya tercuat semua.
Ia melangkah keluar kamar mandi. Dengan rintikan air dari setiap sisi kemejanya. Lantai kamarnya pun ikut basah.
Sepersekian detik, Akhirnya Virgi keluar dari kamar mandi dengan baju rumah yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
''Kau sudah selesai?'' Tanya Louise dengan tatapan siap menghakimi. Dia sudah rapi mengenakan kemeja yang sama, tentunya juga jas dengan warna yang sama seperti sebelumnya.
''Kau mau apa sekarang!''
''Aku ingin kamu tetap tinggal disini. TETAP TINGGAL.'' Nada bicaranya mulai kasar. Ia melangkah kehadapan Virgi dengan tangan yang diselipkan di saku celana panjang itu.
''Kau mengerti?'' Tangan satunya lagi ikut mencengkeram dagu Virgi, ia mengangkat wajah gadis itu hingga keduanya saling bertatapan.
Nafas Virgi terdengar tidak beraturan. Wajah mereka hanya berjarak 1 CM. Terbesit di pikiran Louise gadis manis yang tengah berhadapan dengannya saat ini. Tubuh mungil yang manis, tatapan manis dengan senyum tipis, bibir kecil tipis. dengan mata biru yang berbinar. Semuanya mengalihkan dunia Louise.
Begitu juga yang terbesit dipikiran Virgi. Louise adalah lelaki yang paling seksi, kaya, dan tampan yang pernah Virgi temui dihidupnya. Namun tetap saja, perlakuan dan sifatnya membuat Virgi muak. Ia memperlakukannya seolah wanita yang tak punya harga diri.
''Aku tidak ingin membuang tenaga ku hanya untuk mencarimu. Jadilah anjing yang patuh pada tuannya. Aku akan memberikan mu segalanya. Kecuali kebebasan.'' Ia mengulurkan tangannya hingga mencengkeram bahu Virgi. Kuku-kuku panjang itu terasa menusuk kulitnya. Tatapan mata coklat gelap itu seakan menikam dirinya.
''Dasar gila! Kau lelaki gila yang pernah ku temui dalam hidup ku!'' Ia memberontak di hadapan Louise. Kesabaran Louise habis tak tersisa saat mendengar perkataan Virgi.
''Anjing yang nakal!'' Tangannya mencengkeram Virgi erat, Ia menuntun langkah Virgi menuju sebuah ruangan yang tampaknya sudah tidak terpakai lagi.
BRUUUK
Badannya terhempas jatuh ke sebuah ruangan kosong, berlapis cat putih dengan keramik.
''Aku akan bekerja. Patuhlah.'' Louise menarik pintu hingga tertutup. Virgi hanya terisak melihat kejadian ini. Pria ini sangat kejam, tak seharusnya ia melakukan kesalahan pada hari itu.
''Apa hak mu mengambil kebebasan ku?'' Ia hampir menangis, namun hatinya tersentak melawan. Ruangan itu sangat gelap, untung saja ventilasi udaranya masih berfungsi.
Virgi hanya meringkuk di ujung sudut ruangan itu, tangannya ia kepal hingga pucat. Tak ada makanan yang masuk kedalam lambungnya sejak kemarin malam.
''Nona, Ini makanannya.'' Suara wanita lembut terdengar dari sebalik pintu. Mengetahui pintu itu tak terkunci, ia langsung membukanya perlahan. Ia memandang wajah Virgi kasihan. Begitu lusuh dan pucat, sangat tak berdaya. Malang nasibnya, terjerat di penjara cinta Louise.
''Aku tidak butuh, kembali lah.'' Jawab Virgi singkat. Melihat pintu itu terbuka, terlintas satu ide dalam benaknya.
Ia langsung bangkit dan berlari menggapai pintu yang masih terbuka lebar itu.
''Nona!'' Panggil pembantu rumah tersebut.
''Menjauh dariku! Biarkan aku pergi, jika tidak. Aku akan melompat dari atas sini.'' Ancaman Virgi membuat wanita itu tak berdaya. Jari telunjuknya menunjuk ke arah jendela yang terbuka setengah.
''Nona!'' Sentak wanita itu kembali.
''Aku tak peduli. Jauhi aku atau...'' Virgi kembali mengambil langkah. Membuat wanita itu pasrah, daripada mati. Lebih baik membebaskannya, toh Tuan Louise akan mencarinya kembali.
Pembantu rumah tersebut menghela nafas panjang. Yang membuat Virgi yakin dengan pikirannya. Ia akhirnya berlari keluar kamar. Semua pembantu yang ada di dalam rumah itu terkejut melihat aksi Virgi.
''Selamat tinggal semuanya!'' Ejek Virgi
''Tangkap dia! Kenapa malah bengong!'' Salah seorang pembantu berteriak. Suasana menjadi ricuh, sementara Virgi sudah tiba di ambang pintu.
''Biarin aja. Cape ngejarnya, jangan membuang tenaga. Lebih baik kita bekerja.''
***
Virgi tiba di apartemen miliknya, ia menghela nafas lega terlebih dahulu sebelum membuka knop pintunya.
''Semoga ia tidak ada di dalam. Jangan sampai.''
Bukannya mendapati Louise di dalam sana, Virgi lebih tercengang saat melihat se isi apartemennya kosong melompong tanpa satupun barang, bahkan tempat itu kelihatan terbengkalai.
''Kemana semuanya? Apa aku lupa bayar uang bulanannya?'' Tanya nya panik
''Kau memang anjing nakal ya.'' Suara itu lebih mengejutkan lagi. Seorang pria bermata dingin keluar dari sebalik dinding ruangan itu.
''Kau ingin semuanya kembali?'' Louise bertanya tanpa jawaban dari Virgi sebelumnya.
Tap Tap Tap
Langkah kakinya bergema di atas lantai. Ia melangkah kehadapan Virgi, sementara Virgi masih terus mencoba memundurkan langkahnya. Kakinya tertahan saat sudah menatap dinding. Ia tak bisa kabur lagi. Kini badan tegap itu menghadap dirinya dengan tatapan menikam.
''Bekerjalah di Perusahaan HY.S milikku, maksudnya milik keluarga ku. Aku akan mengembalikan semua barang-barang mu. Aku tahu, semua barang ini memiliki kenangan penting. Memohon lah padaku....'' Jelasnya dengan panjang.
*
Bersambung
''Heuh!'' Virgi mendengus kesal. Ia mengerutkan keningnya, dan langsung memalingkan wajahnya dari hadapan Louise. ''Bagaimana?'' Tanya Louise sekali lagi. Telunjuk Louise langsung menunjuk ke arah luar jendela, Namun Virgi masih enggan menatapnya. Yang membuat Virgi semakin penasaran adalah suara Truk pembawa barang yang terdengar jelas di lantai bawah. ''Ambil lagi!'' Seru salah seorang Pria dari lantai bawah, yang membuat Virgi langsung menoleh ke arah Jendela. ''What?!'' Sentak Virgi. Louise tertawa kecil melihat wajah Virgi yang seketika panik. Keringat dingin terasa muncul dari pori-pori kulit Virgi. Ia gugup, apa seharusnya dia memohon pada pria ini? ''Apa yang kau lakukan!'' Teriak Virgi terkejut. Para lelaki pekerja berseragam putih itu mengangkut perabotan lama Virgi keluar dari apartemen. Louise menarik nafas panja
''Apa kau memiliki hak untuk berkata seperti itu?'' Virgi mengernyit kesal menatap Louise yang tengah sengit mengujinya.Louise menarik garis bibirnya sedikit, ia tersenyum kecil. Kemudian menghembuskan nafas hangat tepat di telinga Virgi. Begitu tenang dengan alis tebalnya.''Kau ini milikku. Kenapa aku tidak bisa mengatur boneka ku sendiri?''''Berapa kali kamu mengatakan, kalau aku ini milik mu. Lalu kau akan melemparkan mu jika kau bosan. begitu?'' Lirih Virgi sambil menundukkan wajahnya.Louise terbelalak mendengarnya. Ia menarik dagu Virgi perlahan dan mengangkat wajahnya. kedua bola mata gelap itu tertuju pada bibir tipis milik Virgi. Ia mengecupnya lembut.''Aku tak percaya, jika kau berfikir sejauh itu. Kau memang gadis yang menarik,'' Goda Louise setelah tautan itu terpisah.Virgi kembali tertunduk. Suasana kembali hening karna keduanya terdiam, tid
Virgi membuka matanya perlahan, terlihat remang remang cahaya lampu menembus bola matanya. Bayangan seorang pria yang samar samar ikut terekam dalam matanya.''Kau sudah sadar?'' Louise mencium punggung tangan Virgi. Bola mata gelapnya memancarkan aura kekhawatiran yang dalam.''Aku dimana?'' Virgi bertanya balik.Louise sedikit mendekat ke wajahnya, dan berbisik tepat ditelinga Virgi.''Kau dikamar ku. dan ini di atas ranjang ku,'' Bisik Louise sedikit menggoda.Virgi hanya memutarkan kedua bola matanya, sambil memutar otaknya kilas balik pada kejadian tadi. Sungguh, nyawanya sedikit lagi melayang karna terperosok ke masalah yang seharusnya tidak ia ikut campur.Ia bernafas lega saat ini.''Kau memang gadis pembuat masalah.'' Goda Louise.Ia merogoh saku Virgi dan menemukan secarik foto masa kecilnya. Wajah Louise me
''Nona?'' Rayen menghampiri Virgi yang terjatuh.Gadis pembuat masalah -- Louise''Seret dia keluar!'' Titah pria paruh baya itu, yang tak lain adalah Ayah Louise.''Tunggu!''Kelima Bodyguard itu menghentikan langkah nya saat mendengar suara Louise yang lantang.''Aku akan merancang kembali beberapa Mawar besi dalam satu minggu. Jangan sentuh wanita ku. dan jangan pernah ganggu kehidupan ku lagi,'' Ucap Louise dengan suara tenang.''Aku tidak yakin, anak seperti mu bisa memegang tanggung jawab penuh.''Perkataan itu tak menusuk telinga Louise. Ia hanya menghampiri Virgi dan menatap nya rendah, Jas yang di kenakan nya melayang jatuh ke tubuh Virgi yang tengah tak berdaya. Perlahan tubuh Virgi terangkat. dan jatuh ke dekapan Louise.''Dasar anak br*ngsek!'' Teriak Ayah Louise dengan suara menggelar.
"Bukan seperti itu!" Teriak Virgi yang mencoba menutupi rasa malunya. "Dia itu... adik ku, adik tiri tepatnya. Anak dari pria kejam yang kau kemarin. Kau menarik, sayang.." Goda Louise dengan sedikit penjelasan. Kedua alis Virgi kembali tenang. Dia hanya tak ingin menjadi simpanan dari tunangan orang lain, itu menjijikkan. "Nyatanya, aku punya tunangan. Ini hanya sebatas pernikahan bisnis keluarga. Orang tua tiriku yang menjodohkan ku. Tapi aku sama sekali tidak mencintainya, Dia cantik dengan perawakan dewasa," Jelas Louise panjang. Ia ingin menguji Virgi sekali lagi. Virgi menghela nafasnya panjang, sembari membalikkan posisi badannya dari hadapan Louise. "Aku penasaran dengan wanita itu. Pasti dia cantik," Batin Virgi. Louise mengernyit kan kedua alisnya melihat sikap Virgi yang acuh tak acuh. "Pria tua itu tidak berhak m
"GILA, DIA BENAR BENAR MEMBUAT KU SEPERTI GADIS MURAHAN." Celetuk Virgu dengan kesalnya.Gaun tipis merah tanpa tali, yang berkolaborasi dengan renda di bagian dadanya. Hampir tidak menutupi area kewanitaan nya. Tentu saja itu pakaian terbuka. Ia terpaksa mengenakan gaun itu dengan pakaian dalam serba merah, yang pastinya tembus pandang di gaun saat di kenakan."GILA!" Teriak Virgi sekali lagi.Virgi menaruh tangan nya di depan dada, agar tidak terlalu terlihat. Sesekali ia mengintip ke arah pintu. Louise bilang, dia akan makan malam terlebih dahulu. Tapi kenapa sampai sekarang belum selesai?Virgi menghampiri meja kecil yang ada di sudut ruangan, di dapatinya jam tangan Louise yang sedari pulang ia lepaskan. Aroma parfum Louise menyengat di jam tangan itu, ya Aroma parfum tipe A yang biasa digunakan Louise untuk menjatuhkan mangsa nya."Ah!" Desahan kecil mulai terdengar dari mu
Siang hari tiba, masih dengan keadaan yang sama. Cuaca siang ini begitu menyengat karna mulai memasuki musim kemarau. Musim panas atau dingin, sifat Louise tetap dingin. Melebihi es di kutub utara, begitu ujaran para karyawan disana. "LOUISE!" Panggil seorang pria tua sembari membanting pintu ruangan pribadi Louise. Louise tak heran, jika ayah tiri nya bisa lolos di hadapan security di depan gedung. "Perlahan, pria tua." Ucap Louise tenang, kedua tangan nya masih terlipat di depan dada bidang nya. "Bagaimana dengan rancangan mawar besi?" Tanya ayah tiri Louise dengan nada bicara tak berburu. "Masih dalam progres," Jelas Louise singkat. Masih dengan nada bicara yang tenang. Ditambah lagi ekspresi wajahnya seperti tidak terjadi apa apa. "Cih, kau berjanji seminggu rancangan itu akan selesai. Aku memegang janji itu, aku bahkan tak segan segan mencici
"Gedung arena stylist. Biasanya di penghujung musim dingin, hingga musim semi. beberapa Stylist perancang busana dari keluarga bangsawan lain akan bertanding disini," Jelas Louise panjang. Virgi sama sekali tidak merespon ucapan Louise. "Itu lah mengapa, keluarga Hartley terkenal dalam bidang busana. Sepanjang sejarah, keluarga Hartley tidak pernah mencetak kekalahan. Karna satu rancangan yang terkenal. 'Mawar besi." Tambah Louise menjelaskan, namun raut wajahnya terlihat lusuh. "Kenapa? Ada yang salah?" Tanya Virgi heran melihat raut wajah Louise yang berubah drastis. "Aku akan merancang mawar besi sebagai duplikat yang hilang kemarin. Rancangan ini sangat sulit, apalagi bordiran permata mawar besi yang hanya dimiliki pewaris keluarga Hartley," Jelas Louise panjang. Virgi tak habis fikir, mengapa Louise menjelaskan semuanya. Padahal dirinya sendiri tak berminat ikut campur dengan urusan kelu
Habis kesabaran Virgi, ia memutuskan panggilan itu dan membanting gawai ke lantai tanpa ada rasa bersalah. "Kenapa tidak menyuruh rayen saja?! Kau menyusahkan ku! Arhgggg bagaimana kalau ada seseorang yang mengikuti ku, lalu aku disebut seorang wanita pelac*r," Virgi panik tak terduga. Suara nya memenuhi isi kamar. Virgi akhir nya memberani kan diri turun ke dapur. Beberapa pembantu terlihat antusias membantu menjelaskan tataan dapur, walaupun diantara nya juga ada yang menyimpan rasa benci dengan Virgi. "Begini nona, Tuan Louise lebih suka yang telur nya lebih banyak." Jelas salah seorang di antara mereka. Virgi merasa canggung, ntah berapa banyak pembantu disini. Ada pula yang berparas cantik dan bertubuh bagus. sayang sekali harus menjadi babu disini, pikir Virgi sejenak. "Ck, dia ingin membua
"Seharusnya aku yang mengatakan itu, sayang." Gumam Louise seraya mengelus pipi halus Virgi yang masih mengembang. Namun Virgi terlihat sudah memejam kan mata nya, itu tanda nya Virgi mengucapkan kata kata nya barusan dengan setengah kesadaran. Louise terpaksa menghela nafas nya kasar karna kecewa. "Ck, aku akan membuat mu mengatakan itu lagi," Louise berdecak kesal. Ia memejam kan mata nya paksa, sembari membiarkan tangan nya berada di bawah kepala Virgi. *** Tepat di saat fajar baru memunculkan diri nya, Louise sudah beranjak dari ranjang nya. Ia menembus dingin nya hawa pagi. Kucuran air hangat menyambut nya, bak di drama korea di menangis di bawah nya. Ntah mengapa, air mata nya menitik jatuh. Dia sendiri tidak tahu apa alasan nya. "Mungkin aku terlalu menaruh harapan dengan nya? Arhggg, gila. Hanya karna gadis itu, aku bisa gila!" Celetuk Louise dalam hati nya.
"Apakah pria seperti bisa memberi belas kasihan? Bahkan kau memenjarakan ku layak nya hewan," Lirih Virgi yang masih menunduk kan kepalanya. PLAAAK Hati Louise panas saat mendengar kata kata itu. Dia hanya menginginkan Virgi, tapi malah sebaliknya. Semua perlakuan nya menyiksa Virgi, dari fisik maupun mental. "Hiks," Ringis Virgi yang menahan panas di pipi nya, begitu panas saat tangan itu hinggap. "Diam!" Bisik Louise dengan nada bicara yang berburu, dia merasa ada seseorang yang memperhatikan mereka. Benar saja, ketukan langkah sepatu bergema di tanah kering itu. Terlihat seorang pria dengan tampang gagah dan dada bidang yang tak kalah jauh dari Louise. Virgi hanya menunduk tanpa melihat asal suara itu. "Virgi?" Panggil Victor dengan raut wajah kelihatan bingung saat memperhatikan Virgi yang tengah tersungkur tanpa mengangkat kepala nya.
"Helena, adalah ibuku. Ibu kandung ku, dia sosok wanita yang ramah, manis, dan ceroboh hingga menggantikan sosok ayah ku dengan si tua gila." Lirih Louise dengan pandangan datar kebawah. Virgi tertegun melihatnya, ada aura kesedihan memancar di wajah nya. Sebesar apapun Louise menutupi nya, tetap saja ia tidak bisa berbohong. "Maafkan aku, telah bertanya lancang." Virgi menunduk dalam penuh penyesalan. Louise menghela nafas sembari meletakkan cangkir kopi nya di meja. "Virgia Halena. Kau lebih cocok, dipanggil Halen. Itu nama yang indah bukan?" Tanya Louise memecah kegugupan. Kedua bola mata Virgi terbelalak dibuat nya, apa Louise benar benar mencari informasi tentang dirinya? "Emm.. anu, aku lebih suka di panggil Virgi daripada Halen. Mungkin karna masa lalu ku," Suara Virgi terbata. Tentu saja ia gugup jika menatap masa lalu nya kembali, apalagi di hadapan pri
"Gedung arena stylist. Biasanya di penghujung musim dingin, hingga musim semi. beberapa Stylist perancang busana dari keluarga bangsawan lain akan bertanding disini," Jelas Louise panjang. Virgi sama sekali tidak merespon ucapan Louise. "Itu lah mengapa, keluarga Hartley terkenal dalam bidang busana. Sepanjang sejarah, keluarga Hartley tidak pernah mencetak kekalahan. Karna satu rancangan yang terkenal. 'Mawar besi." Tambah Louise menjelaskan, namun raut wajahnya terlihat lusuh. "Kenapa? Ada yang salah?" Tanya Virgi heran melihat raut wajah Louise yang berubah drastis. "Aku akan merancang mawar besi sebagai duplikat yang hilang kemarin. Rancangan ini sangat sulit, apalagi bordiran permata mawar besi yang hanya dimiliki pewaris keluarga Hartley," Jelas Louise panjang. Virgi tak habis fikir, mengapa Louise menjelaskan semuanya. Padahal dirinya sendiri tak berminat ikut campur dengan urusan kelu
Siang hari tiba, masih dengan keadaan yang sama. Cuaca siang ini begitu menyengat karna mulai memasuki musim kemarau. Musim panas atau dingin, sifat Louise tetap dingin. Melebihi es di kutub utara, begitu ujaran para karyawan disana. "LOUISE!" Panggil seorang pria tua sembari membanting pintu ruangan pribadi Louise. Louise tak heran, jika ayah tiri nya bisa lolos di hadapan security di depan gedung. "Perlahan, pria tua." Ucap Louise tenang, kedua tangan nya masih terlipat di depan dada bidang nya. "Bagaimana dengan rancangan mawar besi?" Tanya ayah tiri Louise dengan nada bicara tak berburu. "Masih dalam progres," Jelas Louise singkat. Masih dengan nada bicara yang tenang. Ditambah lagi ekspresi wajahnya seperti tidak terjadi apa apa. "Cih, kau berjanji seminggu rancangan itu akan selesai. Aku memegang janji itu, aku bahkan tak segan segan mencici
"GILA, DIA BENAR BENAR MEMBUAT KU SEPERTI GADIS MURAHAN." Celetuk Virgu dengan kesalnya.Gaun tipis merah tanpa tali, yang berkolaborasi dengan renda di bagian dadanya. Hampir tidak menutupi area kewanitaan nya. Tentu saja itu pakaian terbuka. Ia terpaksa mengenakan gaun itu dengan pakaian dalam serba merah, yang pastinya tembus pandang di gaun saat di kenakan."GILA!" Teriak Virgi sekali lagi.Virgi menaruh tangan nya di depan dada, agar tidak terlalu terlihat. Sesekali ia mengintip ke arah pintu. Louise bilang, dia akan makan malam terlebih dahulu. Tapi kenapa sampai sekarang belum selesai?Virgi menghampiri meja kecil yang ada di sudut ruangan, di dapatinya jam tangan Louise yang sedari pulang ia lepaskan. Aroma parfum Louise menyengat di jam tangan itu, ya Aroma parfum tipe A yang biasa digunakan Louise untuk menjatuhkan mangsa nya."Ah!" Desahan kecil mulai terdengar dari mu
"Bukan seperti itu!" Teriak Virgi yang mencoba menutupi rasa malunya. "Dia itu... adik ku, adik tiri tepatnya. Anak dari pria kejam yang kau kemarin. Kau menarik, sayang.." Goda Louise dengan sedikit penjelasan. Kedua alis Virgi kembali tenang. Dia hanya tak ingin menjadi simpanan dari tunangan orang lain, itu menjijikkan. "Nyatanya, aku punya tunangan. Ini hanya sebatas pernikahan bisnis keluarga. Orang tua tiriku yang menjodohkan ku. Tapi aku sama sekali tidak mencintainya, Dia cantik dengan perawakan dewasa," Jelas Louise panjang. Ia ingin menguji Virgi sekali lagi. Virgi menghela nafasnya panjang, sembari membalikkan posisi badannya dari hadapan Louise. "Aku penasaran dengan wanita itu. Pasti dia cantik," Batin Virgi. Louise mengernyit kan kedua alisnya melihat sikap Virgi yang acuh tak acuh. "Pria tua itu tidak berhak m
''Nona?'' Rayen menghampiri Virgi yang terjatuh.Gadis pembuat masalah -- Louise''Seret dia keluar!'' Titah pria paruh baya itu, yang tak lain adalah Ayah Louise.''Tunggu!''Kelima Bodyguard itu menghentikan langkah nya saat mendengar suara Louise yang lantang.''Aku akan merancang kembali beberapa Mawar besi dalam satu minggu. Jangan sentuh wanita ku. dan jangan pernah ganggu kehidupan ku lagi,'' Ucap Louise dengan suara tenang.''Aku tidak yakin, anak seperti mu bisa memegang tanggung jawab penuh.''Perkataan itu tak menusuk telinga Louise. Ia hanya menghampiri Virgi dan menatap nya rendah, Jas yang di kenakan nya melayang jatuh ke tubuh Virgi yang tengah tak berdaya. Perlahan tubuh Virgi terangkat. dan jatuh ke dekapan Louise.''Dasar anak br*ngsek!'' Teriak Ayah Louise dengan suara menggelar.