Virgi membuka matanya perlahan, terlihat remang remang cahaya lampu menembus bola matanya. Bayangan seorang pria yang samar samar ikut terekam dalam matanya.
''Kau sudah sadar?'' Louise mencium punggung tangan Virgi. Bola mata gelapnya memancarkan aura kekhawatiran yang dalam.
''Aku dimana?'' Virgi bertanya balik.
Louise sedikit mendekat ke wajahnya, dan berbisik tepat ditelinga Virgi.
''Kau dikamar ku. dan ini di atas ranjang ku,'' Bisik Louise sedikit menggoda.
Virgi hanya memutarkan kedua bola matanya, sambil memutar otaknya kilas balik pada kejadian tadi. Sungguh, nyawanya sedikit lagi melayang karna terperosok ke masalah yang seharusnya tidak ia ikut campur.
Ia bernafas lega saat ini.
''Kau memang gadis pembuat masalah.'' Goda Louise.
Ia merogoh saku Virgi dan menemukan secarik foto masa kecilnya. Wajah Louise merah padam, ia menyesal telah merogoh saku Virgi.
''Oh.. sh*t..''
Virgi menariknya kembali, sudah dipikirkan nya dari awal untuk menjadikan foto itu sebagai bahan ejekan, atau saja ancaman.
Louise kembali berdiri membelakangi Virgi, ia menahan tawa sekaligus malu. wajahnya ia pendam dari sebalik telapak tangannya. Di sela itu, ia teringat sebuah ''kompensasi''
''Aku harus merancang kembali style mawar besi. Itu cukup melelahkan, tapi untungnya itu adalah rancangan yang palsu. Mawar besi adalah warisan utama keluarga Hartley. Tidak mungkin jika aku menukarnya dengan gadis seperti mu,'' Jelas Louise dengan iris mata yang sengit.
Virgi mengangkat tubuhnya dari kasur. Ia terdiam sejenak mendengar perkataan Louise yang begitu serius.
''Kenapa kau membiarkan ku selamat? Aku memang tidak ada apa apanya. Aku gadis payah, lebih baik aku mati daripada diselamatkan oleh iblis seperti mu.'' Lirih Virgi.
Louise terbelalak mendengarnya, ia langsung membalikkan badannya. Rahang nya menjadi keras. Pria tegap berbaju elegan itu mendekat ke arah Virgi, dan menangkap kedua tangan mungilnya. Begitu erat.
Kedua pipi Virgi habis diremas olehnya, cengkeraman nya juga semakin kuat.
''Hmmpp!"
''Kau memang gadis nakal yang tidak tau cara mengucapkan terimakasih. Apakah aku harus memberi mu satu pelajaran?''
PLAAAKK
Virgi terdiam, pipinya begitu panas setelah tangan besar itu hinggap. pandangan matanya kosong, namun cairan kristal terlihat bergulir perlahan dari pipinya.
Louise menyeret paksa Virgi dari atas ranjang, ia menggiring nya kelantai bawah. tepatnya di gudang. kesabarannya kini habis penuh. Dia bukan seperti Louise yang asli.
''Tuan.. Tapi nona, baru saja...'' Kata Rayen sembari mencegat.
Virgi tak memberontak, ataupun bicara. Begitu juga dengan Louise, ia tak menjawab apapun. Pandangan matanya menjadi dingin.
BRAAAKK
''Terserah,'' Ucap Louise dengan tatapan pasrah.
Ia mencampakkan Virgi pada lantai gudang itu. Cairan kristal itu bertambah deras, ia menangis tanpa suara. Menanggung semua luka yang ada dihadapannya.
Louise membalikkan badannya setelah mengunci pintu gudang itu. Tak ada satupun celah kesempatan Virgi keluar dari sini. Hanya remang cahaya yang masuk dari ventilasi kecil. Sepertinya ini sudah malam.
''Aku gadis payah. Kapan aku bisa terbebas dari sini? Aku benci kehidupan ku... dimana Victor, hiks''
--
''Tuan, apa nona akan baik baik saja?'' Rayen yang cemas hanya bisa bertanya pada Louise berulang kali.
Louise hanya terdiam, ada rasa penyesalan dalam lubuk hatinya. Namun rasanya semuanya terbendung oleh kata ''pria iblis''
''Kapan Tuan besar Hartley datang?'' Louise bertanya balik pada Rayen.
''Sekitaran pukul 8 malam nanti, tuan.''
***
Pukul 20.00
''Kakak!'' Gadis berambut pendek terlihat menghampiri Louise.
Segera gadis itu memeluk erat Louise. Ia terlihat seperti jamur yang berjalan dengan rambut bob nya.
Kemudian seorang pria paruh baya datang kehadapan Louise dengan beberapa bodyguardnya. Suasana sedikit tegang. Mereka pergi ke ruang keluarga untuk membicarakan sesuatu.
--Di sela itu
''Anika. Kakak boleh minta tolong?''
Gadis berambut bob yang diketahui bernama Anika itu segera mengangguk pelan.
''Kamu pergi ke gudang, memberi makan anjing. Di meja makan ada sedikit buah, sekalian.'' Titah Louise dengan suara setengah berbisik.
Anika segera melaksanakan perintahnya, dan rapat keluarga akan segera di mulai.
''Aneh. Aku kira kakak tidak pernah memelihara anjing. Atau.. Tapi bahkan dia tidak menyukai anjing. Bagaimana bisa?'' Gumam Anika saat tiba di meja makan.
***
KLAAK
Pintu gudang tua itu terbuka. Hanya hening dan gelap disana. Tidak ada suara gonggongan anjing, maupun tanda tanda kehadiran anjing. Sepasang bola mata biru dingin itu menatap lesu wajah Anika. Gadis malang itu, Virgi. Ia meringkuk di sudut kamar sedikit senggugukan.
''Jadi ini yang dimaksud anjing.'' Batin Anika dalam hatinya.
''Selamatkan aku..'' Ucap Virgi lesu.
Anika iba di buat nya. Namun ia tak akan menyimpang dari perintah Louise. dia hanya akan memberi makan pada ''anjing'' kesayangan nya.
''Kakak ku menyuruh untuk mengantarkan ini pada mu. Makan lah,'' Anika menyerahkan nya.
Namun Virgi terlihat menolak, sama sekali tidak memperduli kan ucapan Anika. Dia tetap meringkuk di sudut sana. satu tangan nya menjuntai di lantai. Layaknya seorang yang berada dalam fase 'Ingin mati'. Rasanya, dia tak sanggup lagi untuk berada disini.
''Kamu simpanan Louise?'' Tanya Anika dengan nada yang tenang.
Virgi terdiam sejenak.
''Bukan.'' Jawabnya singkat
''Lalu?''
''Ntahlah. Mungkin boneka nya,'' Jawab Virgi kembali.
Anika tertegun, tak heran jika kakak nya berbuat seperti ini. Louise memang sosok yang dingin dan kejam. Di mata keluarganya, dia hanyalah seorang anak kecil menggemaskan.
Virgi menatap pintu tua yang terbuka lebar itu. Ada satu ide yang terbesit di pikiran nya. Namun butuh waktu yang tepat untuk kabur dari sini. Tanpa berfikir panjang, ia bangkit dari duduk nya. Anika mengira kalau dia akan memakan makanan nya. Tapi..
''Selamat tinggal,'' Lirih Virgi setelah mencapai pintu itu.
Ia bingung akan kemana, seisi rumah terlihat hening karna sudah larut malam. Kaki mungilnya menapaki anak tangga dengan cepat. Di salah satu ruangan yang yang berada pada satu lorong pintu, terdengar keributan. Seorang pria paruh baya yang mengamuk. Virgi mencoba mendekati pintu ruangan itu, untuk melihat apa yang terjadi.
PLAAAKK
Terdengar suara tamparan yang sangat keras. Itu cukup membuat Virgi gemetar, ia teringat akan masa kecil nya. Namun bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Dia tertegun saat melihat Pria tegap berambut coklat gelap dengan beberapa luka di pipi nya. Yang tak lain adalah Louise.
SPLAASSHH
Se gelas yang berisi Anggur Merah itu bersarang di wajah nya. Rambut coklat itu terlihat basah penuh. Jantung Virgi berdebar kencang, di situasi yang seperti ini ia jatuh syok.
BRAAKK
Saat Virgi ingin memundurkan langkahnya, ia kembali terjatuh. Langkah nya tak sanggup menahan lagi.
''Siapa itu? Beraninya menguping pembicaraan,'' Pria paruh baya itu mulai bersuara.
Louise memiringkan garis bibirnya, sepertinya dia tahu itu siapa.
BERSAMBUNG --
''Nona?'' Rayen menghampiri Virgi yang terjatuh.Gadis pembuat masalah -- Louise''Seret dia keluar!'' Titah pria paruh baya itu, yang tak lain adalah Ayah Louise.''Tunggu!''Kelima Bodyguard itu menghentikan langkah nya saat mendengar suara Louise yang lantang.''Aku akan merancang kembali beberapa Mawar besi dalam satu minggu. Jangan sentuh wanita ku. dan jangan pernah ganggu kehidupan ku lagi,'' Ucap Louise dengan suara tenang.''Aku tidak yakin, anak seperti mu bisa memegang tanggung jawab penuh.''Perkataan itu tak menusuk telinga Louise. Ia hanya menghampiri Virgi dan menatap nya rendah, Jas yang di kenakan nya melayang jatuh ke tubuh Virgi yang tengah tak berdaya. Perlahan tubuh Virgi terangkat. dan jatuh ke dekapan Louise.''Dasar anak br*ngsek!'' Teriak Ayah Louise dengan suara menggelar.
"Bukan seperti itu!" Teriak Virgi yang mencoba menutupi rasa malunya. "Dia itu... adik ku, adik tiri tepatnya. Anak dari pria kejam yang kau kemarin. Kau menarik, sayang.." Goda Louise dengan sedikit penjelasan. Kedua alis Virgi kembali tenang. Dia hanya tak ingin menjadi simpanan dari tunangan orang lain, itu menjijikkan. "Nyatanya, aku punya tunangan. Ini hanya sebatas pernikahan bisnis keluarga. Orang tua tiriku yang menjodohkan ku. Tapi aku sama sekali tidak mencintainya, Dia cantik dengan perawakan dewasa," Jelas Louise panjang. Ia ingin menguji Virgi sekali lagi. Virgi menghela nafasnya panjang, sembari membalikkan posisi badannya dari hadapan Louise. "Aku penasaran dengan wanita itu. Pasti dia cantik," Batin Virgi. Louise mengernyit kan kedua alisnya melihat sikap Virgi yang acuh tak acuh. "Pria tua itu tidak berhak m
"GILA, DIA BENAR BENAR MEMBUAT KU SEPERTI GADIS MURAHAN." Celetuk Virgu dengan kesalnya.Gaun tipis merah tanpa tali, yang berkolaborasi dengan renda di bagian dadanya. Hampir tidak menutupi area kewanitaan nya. Tentu saja itu pakaian terbuka. Ia terpaksa mengenakan gaun itu dengan pakaian dalam serba merah, yang pastinya tembus pandang di gaun saat di kenakan."GILA!" Teriak Virgi sekali lagi.Virgi menaruh tangan nya di depan dada, agar tidak terlalu terlihat. Sesekali ia mengintip ke arah pintu. Louise bilang, dia akan makan malam terlebih dahulu. Tapi kenapa sampai sekarang belum selesai?Virgi menghampiri meja kecil yang ada di sudut ruangan, di dapatinya jam tangan Louise yang sedari pulang ia lepaskan. Aroma parfum Louise menyengat di jam tangan itu, ya Aroma parfum tipe A yang biasa digunakan Louise untuk menjatuhkan mangsa nya."Ah!" Desahan kecil mulai terdengar dari mu
Siang hari tiba, masih dengan keadaan yang sama. Cuaca siang ini begitu menyengat karna mulai memasuki musim kemarau. Musim panas atau dingin, sifat Louise tetap dingin. Melebihi es di kutub utara, begitu ujaran para karyawan disana. "LOUISE!" Panggil seorang pria tua sembari membanting pintu ruangan pribadi Louise. Louise tak heran, jika ayah tiri nya bisa lolos di hadapan security di depan gedung. "Perlahan, pria tua." Ucap Louise tenang, kedua tangan nya masih terlipat di depan dada bidang nya. "Bagaimana dengan rancangan mawar besi?" Tanya ayah tiri Louise dengan nada bicara tak berburu. "Masih dalam progres," Jelas Louise singkat. Masih dengan nada bicara yang tenang. Ditambah lagi ekspresi wajahnya seperti tidak terjadi apa apa. "Cih, kau berjanji seminggu rancangan itu akan selesai. Aku memegang janji itu, aku bahkan tak segan segan mencici
"Gedung arena stylist. Biasanya di penghujung musim dingin, hingga musim semi. beberapa Stylist perancang busana dari keluarga bangsawan lain akan bertanding disini," Jelas Louise panjang. Virgi sama sekali tidak merespon ucapan Louise. "Itu lah mengapa, keluarga Hartley terkenal dalam bidang busana. Sepanjang sejarah, keluarga Hartley tidak pernah mencetak kekalahan. Karna satu rancangan yang terkenal. 'Mawar besi." Tambah Louise menjelaskan, namun raut wajahnya terlihat lusuh. "Kenapa? Ada yang salah?" Tanya Virgi heran melihat raut wajah Louise yang berubah drastis. "Aku akan merancang mawar besi sebagai duplikat yang hilang kemarin. Rancangan ini sangat sulit, apalagi bordiran permata mawar besi yang hanya dimiliki pewaris keluarga Hartley," Jelas Louise panjang. Virgi tak habis fikir, mengapa Louise menjelaskan semuanya. Padahal dirinya sendiri tak berminat ikut campur dengan urusan kelu
"Helena, adalah ibuku. Ibu kandung ku, dia sosok wanita yang ramah, manis, dan ceroboh hingga menggantikan sosok ayah ku dengan si tua gila." Lirih Louise dengan pandangan datar kebawah. Virgi tertegun melihatnya, ada aura kesedihan memancar di wajah nya. Sebesar apapun Louise menutupi nya, tetap saja ia tidak bisa berbohong. "Maafkan aku, telah bertanya lancang." Virgi menunduk dalam penuh penyesalan. Louise menghela nafas sembari meletakkan cangkir kopi nya di meja. "Virgia Halena. Kau lebih cocok, dipanggil Halen. Itu nama yang indah bukan?" Tanya Louise memecah kegugupan. Kedua bola mata Virgi terbelalak dibuat nya, apa Louise benar benar mencari informasi tentang dirinya? "Emm.. anu, aku lebih suka di panggil Virgi daripada Halen. Mungkin karna masa lalu ku," Suara Virgi terbata. Tentu saja ia gugup jika menatap masa lalu nya kembali, apalagi di hadapan pri
"Apakah pria seperti bisa memberi belas kasihan? Bahkan kau memenjarakan ku layak nya hewan," Lirih Virgi yang masih menunduk kan kepalanya. PLAAAK Hati Louise panas saat mendengar kata kata itu. Dia hanya menginginkan Virgi, tapi malah sebaliknya. Semua perlakuan nya menyiksa Virgi, dari fisik maupun mental. "Hiks," Ringis Virgi yang menahan panas di pipi nya, begitu panas saat tangan itu hinggap. "Diam!" Bisik Louise dengan nada bicara yang berburu, dia merasa ada seseorang yang memperhatikan mereka. Benar saja, ketukan langkah sepatu bergema di tanah kering itu. Terlihat seorang pria dengan tampang gagah dan dada bidang yang tak kalah jauh dari Louise. Virgi hanya menunduk tanpa melihat asal suara itu. "Virgi?" Panggil Victor dengan raut wajah kelihatan bingung saat memperhatikan Virgi yang tengah tersungkur tanpa mengangkat kepala nya.
"Seharusnya aku yang mengatakan itu, sayang." Gumam Louise seraya mengelus pipi halus Virgi yang masih mengembang. Namun Virgi terlihat sudah memejam kan mata nya, itu tanda nya Virgi mengucapkan kata kata nya barusan dengan setengah kesadaran. Louise terpaksa menghela nafas nya kasar karna kecewa. "Ck, aku akan membuat mu mengatakan itu lagi," Louise berdecak kesal. Ia memejam kan mata nya paksa, sembari membiarkan tangan nya berada di bawah kepala Virgi. *** Tepat di saat fajar baru memunculkan diri nya, Louise sudah beranjak dari ranjang nya. Ia menembus dingin nya hawa pagi. Kucuran air hangat menyambut nya, bak di drama korea di menangis di bawah nya. Ntah mengapa, air mata nya menitik jatuh. Dia sendiri tidak tahu apa alasan nya. "Mungkin aku terlalu menaruh harapan dengan nya? Arhggg, gila. Hanya karna gadis itu, aku bisa gila!" Celetuk Louise dalam hati nya.
Habis kesabaran Virgi, ia memutuskan panggilan itu dan membanting gawai ke lantai tanpa ada rasa bersalah. "Kenapa tidak menyuruh rayen saja?! Kau menyusahkan ku! Arhgggg bagaimana kalau ada seseorang yang mengikuti ku, lalu aku disebut seorang wanita pelac*r," Virgi panik tak terduga. Suara nya memenuhi isi kamar. Virgi akhir nya memberani kan diri turun ke dapur. Beberapa pembantu terlihat antusias membantu menjelaskan tataan dapur, walaupun diantara nya juga ada yang menyimpan rasa benci dengan Virgi. "Begini nona, Tuan Louise lebih suka yang telur nya lebih banyak." Jelas salah seorang di antara mereka. Virgi merasa canggung, ntah berapa banyak pembantu disini. Ada pula yang berparas cantik dan bertubuh bagus. sayang sekali harus menjadi babu disini, pikir Virgi sejenak. "Ck, dia ingin membua
"Seharusnya aku yang mengatakan itu, sayang." Gumam Louise seraya mengelus pipi halus Virgi yang masih mengembang. Namun Virgi terlihat sudah memejam kan mata nya, itu tanda nya Virgi mengucapkan kata kata nya barusan dengan setengah kesadaran. Louise terpaksa menghela nafas nya kasar karna kecewa. "Ck, aku akan membuat mu mengatakan itu lagi," Louise berdecak kesal. Ia memejam kan mata nya paksa, sembari membiarkan tangan nya berada di bawah kepala Virgi. *** Tepat di saat fajar baru memunculkan diri nya, Louise sudah beranjak dari ranjang nya. Ia menembus dingin nya hawa pagi. Kucuran air hangat menyambut nya, bak di drama korea di menangis di bawah nya. Ntah mengapa, air mata nya menitik jatuh. Dia sendiri tidak tahu apa alasan nya. "Mungkin aku terlalu menaruh harapan dengan nya? Arhggg, gila. Hanya karna gadis itu, aku bisa gila!" Celetuk Louise dalam hati nya.
"Apakah pria seperti bisa memberi belas kasihan? Bahkan kau memenjarakan ku layak nya hewan," Lirih Virgi yang masih menunduk kan kepalanya. PLAAAK Hati Louise panas saat mendengar kata kata itu. Dia hanya menginginkan Virgi, tapi malah sebaliknya. Semua perlakuan nya menyiksa Virgi, dari fisik maupun mental. "Hiks," Ringis Virgi yang menahan panas di pipi nya, begitu panas saat tangan itu hinggap. "Diam!" Bisik Louise dengan nada bicara yang berburu, dia merasa ada seseorang yang memperhatikan mereka. Benar saja, ketukan langkah sepatu bergema di tanah kering itu. Terlihat seorang pria dengan tampang gagah dan dada bidang yang tak kalah jauh dari Louise. Virgi hanya menunduk tanpa melihat asal suara itu. "Virgi?" Panggil Victor dengan raut wajah kelihatan bingung saat memperhatikan Virgi yang tengah tersungkur tanpa mengangkat kepala nya.
"Helena, adalah ibuku. Ibu kandung ku, dia sosok wanita yang ramah, manis, dan ceroboh hingga menggantikan sosok ayah ku dengan si tua gila." Lirih Louise dengan pandangan datar kebawah. Virgi tertegun melihatnya, ada aura kesedihan memancar di wajah nya. Sebesar apapun Louise menutupi nya, tetap saja ia tidak bisa berbohong. "Maafkan aku, telah bertanya lancang." Virgi menunduk dalam penuh penyesalan. Louise menghela nafas sembari meletakkan cangkir kopi nya di meja. "Virgia Halena. Kau lebih cocok, dipanggil Halen. Itu nama yang indah bukan?" Tanya Louise memecah kegugupan. Kedua bola mata Virgi terbelalak dibuat nya, apa Louise benar benar mencari informasi tentang dirinya? "Emm.. anu, aku lebih suka di panggil Virgi daripada Halen. Mungkin karna masa lalu ku," Suara Virgi terbata. Tentu saja ia gugup jika menatap masa lalu nya kembali, apalagi di hadapan pri
"Gedung arena stylist. Biasanya di penghujung musim dingin, hingga musim semi. beberapa Stylist perancang busana dari keluarga bangsawan lain akan bertanding disini," Jelas Louise panjang. Virgi sama sekali tidak merespon ucapan Louise. "Itu lah mengapa, keluarga Hartley terkenal dalam bidang busana. Sepanjang sejarah, keluarga Hartley tidak pernah mencetak kekalahan. Karna satu rancangan yang terkenal. 'Mawar besi." Tambah Louise menjelaskan, namun raut wajahnya terlihat lusuh. "Kenapa? Ada yang salah?" Tanya Virgi heran melihat raut wajah Louise yang berubah drastis. "Aku akan merancang mawar besi sebagai duplikat yang hilang kemarin. Rancangan ini sangat sulit, apalagi bordiran permata mawar besi yang hanya dimiliki pewaris keluarga Hartley," Jelas Louise panjang. Virgi tak habis fikir, mengapa Louise menjelaskan semuanya. Padahal dirinya sendiri tak berminat ikut campur dengan urusan kelu
Siang hari tiba, masih dengan keadaan yang sama. Cuaca siang ini begitu menyengat karna mulai memasuki musim kemarau. Musim panas atau dingin, sifat Louise tetap dingin. Melebihi es di kutub utara, begitu ujaran para karyawan disana. "LOUISE!" Panggil seorang pria tua sembari membanting pintu ruangan pribadi Louise. Louise tak heran, jika ayah tiri nya bisa lolos di hadapan security di depan gedung. "Perlahan, pria tua." Ucap Louise tenang, kedua tangan nya masih terlipat di depan dada bidang nya. "Bagaimana dengan rancangan mawar besi?" Tanya ayah tiri Louise dengan nada bicara tak berburu. "Masih dalam progres," Jelas Louise singkat. Masih dengan nada bicara yang tenang. Ditambah lagi ekspresi wajahnya seperti tidak terjadi apa apa. "Cih, kau berjanji seminggu rancangan itu akan selesai. Aku memegang janji itu, aku bahkan tak segan segan mencici
"GILA, DIA BENAR BENAR MEMBUAT KU SEPERTI GADIS MURAHAN." Celetuk Virgu dengan kesalnya.Gaun tipis merah tanpa tali, yang berkolaborasi dengan renda di bagian dadanya. Hampir tidak menutupi area kewanitaan nya. Tentu saja itu pakaian terbuka. Ia terpaksa mengenakan gaun itu dengan pakaian dalam serba merah, yang pastinya tembus pandang di gaun saat di kenakan."GILA!" Teriak Virgi sekali lagi.Virgi menaruh tangan nya di depan dada, agar tidak terlalu terlihat. Sesekali ia mengintip ke arah pintu. Louise bilang, dia akan makan malam terlebih dahulu. Tapi kenapa sampai sekarang belum selesai?Virgi menghampiri meja kecil yang ada di sudut ruangan, di dapatinya jam tangan Louise yang sedari pulang ia lepaskan. Aroma parfum Louise menyengat di jam tangan itu, ya Aroma parfum tipe A yang biasa digunakan Louise untuk menjatuhkan mangsa nya."Ah!" Desahan kecil mulai terdengar dari mu
"Bukan seperti itu!" Teriak Virgi yang mencoba menutupi rasa malunya. "Dia itu... adik ku, adik tiri tepatnya. Anak dari pria kejam yang kau kemarin. Kau menarik, sayang.." Goda Louise dengan sedikit penjelasan. Kedua alis Virgi kembali tenang. Dia hanya tak ingin menjadi simpanan dari tunangan orang lain, itu menjijikkan. "Nyatanya, aku punya tunangan. Ini hanya sebatas pernikahan bisnis keluarga. Orang tua tiriku yang menjodohkan ku. Tapi aku sama sekali tidak mencintainya, Dia cantik dengan perawakan dewasa," Jelas Louise panjang. Ia ingin menguji Virgi sekali lagi. Virgi menghela nafasnya panjang, sembari membalikkan posisi badannya dari hadapan Louise. "Aku penasaran dengan wanita itu. Pasti dia cantik," Batin Virgi. Louise mengernyit kan kedua alisnya melihat sikap Virgi yang acuh tak acuh. "Pria tua itu tidak berhak m
''Nona?'' Rayen menghampiri Virgi yang terjatuh.Gadis pembuat masalah -- Louise''Seret dia keluar!'' Titah pria paruh baya itu, yang tak lain adalah Ayah Louise.''Tunggu!''Kelima Bodyguard itu menghentikan langkah nya saat mendengar suara Louise yang lantang.''Aku akan merancang kembali beberapa Mawar besi dalam satu minggu. Jangan sentuh wanita ku. dan jangan pernah ganggu kehidupan ku lagi,'' Ucap Louise dengan suara tenang.''Aku tidak yakin, anak seperti mu bisa memegang tanggung jawab penuh.''Perkataan itu tak menusuk telinga Louise. Ia hanya menghampiri Virgi dan menatap nya rendah, Jas yang di kenakan nya melayang jatuh ke tubuh Virgi yang tengah tak berdaya. Perlahan tubuh Virgi terangkat. dan jatuh ke dekapan Louise.''Dasar anak br*ngsek!'' Teriak Ayah Louise dengan suara menggelar.