Menyelesaikan Masalah
Seorang detektif tengah mengawasi aktivitas di sebuah bangunan yang terletak persis di pinggir laut. Di mana target kliennya berada. Dari tempatnya berdiri, pria itu bisa mengamati beberapa pergerakan, terutama di luar gedung dengan teropong kecil di tangan.
Setelah menunggu sekitar satu jam dan melihat banyak hal aneh, ia pun berniat menghubungi kliennya.
Di saat tangannya merogoh sebuah ponsel, tanpa ia tahu satu mobil keluar halaman dengan membawa satu targetnya, Hanna.
"Baik, Pak. Saya kirim lokasi. Saya akan terus mengawasi mereka," ucapnya kemudian setelah info utama sampai pada orang di seberang.
Tak lama, orang-orang yang disekap itu dilepasi pakaiannya lalu dikenakan oleh pihak penyekap. Detektif itu mengerutkan itu mengerutkan kening.
"Apa yang mereka lakukan? Ini bukan situasi biasa!"
Tak lama orang-orang itu disembunyikan. "Apa aku perlu merekam ini?" gumamnya sambil merogoh ponsel.
"Tak salah
Wanita dalam BangsalAdelia mengerjap, kala suara-suara beberapa pria dan seorang wanita berada satu ruangan bersamanya.Perawat-perawat yang kena sift malam itu terpaksa ikut bersembunyi, meninggalkan pasien mereka yang tidur. Sembari berharap pasien-pasien itubtaky bangun atau dibangunkan oleh orang-orang yang datang mensabotase mereka."Kami ada di bangsal terakhir. Seperti permintaan dokter. Jadi tak tahu sama sekali kejadian di luar sana. Saat memanggil Pak Satpam dan mendapat jawaban aneh dari orang lain, Fadli teman kami segera mematikan ponsel karena takut terlacak.""Ya, aku mengerti. Biar aku kirim seseorang untuk melihat kondisi di sana. Tolong jaga istri kakak saya," pinta Zaki sekaligus berusaha menenangkan para perawat yang menjaga Adelia.Tak lama panggilan pun diputus."Si-siapa kalian?" ucapnya bingung."Tenang, ya, Sayang," ucap perawat wanita yang langsung mendekat begitu tahu Adelia telah sadar.Namun, di lu
Tanda Lahir"Sedang apa kamu di sini?" tanya Alex sembari menarik orang suruhannya menjauh dari area ICU di mana keluarga Hanna masih berada di sana.Gawat saja kalau sampai mereka tahu, bahwa pria itu adalah suruhan Om nya Eksha. Dan dia adalah juga dari dalang kejadian ini, yang kemudian berbuntut pada pemukulan di kepala Hanna."Tenang Tuan. Saya membawa kabar bagus!" sahut pria itu."Tapi kan gak harus ke sini!" tekan Alex yang tak suka. "Kamu hanya tinggal bilang lewat telepon.""Oh, nggak bisa. Saya harus bertemu Tuan karena membawa ini dari mobil pria itu," jawab si pria.Alex pun segera meraih dan membukanya. "Apa ini?"Matanya melebar sempurna ketika membaca sebuah gugatan cerai dari Hanna dan sudah ditandatangani oleh Yusuf."Ini benar-benar kejutan." Sebuah senyum terbit di wajah Alex."Lex!" panggil Subakhi yang tampak dari kejauhan."Ah. Ya, Om!" Alex menyahut agar pria tua itu tak curiga."Sia
Seseorang yang Dipercaya"Ah ya. Jadi Hanna yang meneleponku meminta bantuan. Tapi saat datang dia sudah terluka, sepertinya mereka sedang bertengkar hebat." Alex memutarbalikkan fakta. Entah, kenapa semua kejadian tampaknya mendukung jalan yang ditempuhnya. Seolah takdir tengah berpihak pada Alex."Apa?!" Zidan membeliak.Pria itu diam sejenak. Mencerna apa yang Alex sampaikan. Benar, juga. Semua kejadian bersesuaian dengan ucapannya. Pasti penyebab pertengkaran itu, karena Yusuf masih sangat kesal pada Hanna sebab Zidan memukulinya sampai tak berdaya. Lalu, berbuntut pada surat perceraian yang Yusuf kirim ke rumah sakit. Benar-benar tak punya hati."Dia melampiaskan dendamnya padaku ke Hanna. Bajingan, pengecut!" rutuknya kesal.Namun, kenapa Yusuf membawa Hanna ke rumah sakit jiwa itu? Apa dia ke sana untuk berobat? Karena sebenarnya Yusuf punya gangguan jiwa.Ini hal penting, detektif suruhan Zidan harus mencari tahu tentang ini. Jangan
Aku Bisa Gila TanpamuSampai di depan kamar pasien di mana Hanna dirawat, Yusuf melihat kakak iparnya dan Alex tengah bicara serius. Tak pikir panjang, ia pun mendekat dan menanyakan kabar sang istri."Assalamuallaikum. Mas," sapa Yusuf. Yang meskipun kesal pada Alex, memilih bersikap tenang dan tak mengungkit kejadian di rumah sakit."Waallaikumussalam," sahut Zidan sepontan, sembari membalik tubuhnya melihat siapa yang mengucapkan salam. Matanya melebar tak percaya, bahwa Yusuf berani datang setelah semua yang diperbuatnya.Begitu juga Alex, ia tampak murka dengan pria itu. Lelaki itu pikir, suami Hanna sudah mati, atau setidaknya disekap oleh Om-nya karena menyembunyikan keberadaan Adelia.'Aneh, kenapa Om Eksha melepasnya? Apa aku kurang provokatif? Ini pasti ada yang salah? Atau jangan-jangan mereka membuat kesepakatan?'"Sedang apa kamu di sini?" tanya Zidan menekan."Hah?" Yusuf melebarkan mata. Bingung atas tanggapan kakak ipa
Membatasi KekhilafanPapa Hanna berlari menyusuri koridor mencari perawat yang berjaga. Tak lama ia melihat seorang pria berpakaian perawat tengah berbincang dengan seorang pria yang memakai topi. Ia pun segera menghampiri dan mengatakan bahwa putrinya telah siuman."Baik, kami akan memeriksanya." Perawat itu menyahut cepat."Dok, segera ganti pakaian, pasien menunggu." Pria itu memberi kode pada Yusuf agar segera berganti pakaian.Pria yang juga mengenakan masker itu mengangguk dan segera masuk ke dalam ruangan di mana jas milik seorang dokter tergantung.Tanpa kecurigaan apa pun papa Hanna membersamai dua orang itu masuk ke kamar putrinya.***Kepala Eksha meneleng, memikirkan ada hal yang aneh berdasarkan pernyataan Alex bahwa Yusuf tengah membuat kekacauan di rumah sakit.Pria itu pun menghubungi orang yang berjaga di sekitar rumah Yusuf. Agar memeriksa benar tidaknya yang dikatakan Alex. Kalau Yusuf di rumah sakit, itu art
Adelia adalah Gadis Pemegang KunciSepanjang jalan, Yusuf terus saja memikirkan kelakuan Alex sambil berbalas pesan singkat dengan Hanna. Pria itu telah memfitnahnya, dia bahkan berbohong bahwa Hanna menghubungi pria itu. Mana mungkin wanita yang notabene selalu hati-hati dan menjaga kehormatananya itu menghubunfi pria lain, bahkan jika benar dia bertengkar dengan suami.Alex tampaknya punya hubungan erat dengan Eksha dan telah merencanakan semua ini.Yusuf bergegas keluar dari mobil, kala taksi online yang disewa telah sampai di area lingkungan tempat tinggalnya.Pria itu masuk ke rumahnya sendiri dengan mengendap-endap. Namun, ia merasa aneh kala rumah itu terasa sepi. Harusnya sebelum pergantian sift jam tujuh pagi, satpam-satpam yang dinas masih berjaga dan memeriksa sekitaran rumah.Kepala Yusuf mendongak ke lantai atas rumahnya. Mencurigai sesuatu telah terjadi di dalam sana.Matanya menyipit kala, melihat bayangan masih tersorot di at
Istri Rahasia"Na, sabar, ya." Sang ibu berusaha menenangkan."Kamu tak papa kan, Na?" Subakhi merasa Hanna bersikap aneh, karena berkebalikan dari apa yang dipikirkan semua orang."Sepertinya karena Hanna baru siuman, jadi dia belum sepenuhnya memperoleh kesadaran." Alex yang sebenarnya panik diberondong makian oleh Hanna berusaha tetap tenang. Pria itu mengucap meringis, perasaannya sungguh tak nyaman atas tudingan yang memang benar.Subakhi manggut-manggut. Dia membenarkan ucapan Alex. Bisa jadi karena luka di dalam kepala, Hanna tak bisa mengingat segalanya secara utuh.Jangan sampai Hanna kehilangan sebagian memorinya. Dia ingat semua kebaikan Yusuf dan lupa semua kajahatan yang dilakukan suaminya."Aku memang mendapat pukulan keras dan sempat tak sadarkan diri, tapi Allah masih menjaga kewarasanku, Mas! Jadi sebaiknya kamu tidak membuat banyak kebohongan yang tidak ada gunanya di sini!" Hanna mengucap dengan nada tinggi dan penekanan.
Pacaran Sembunyi-Sembunyi Hanna kesulitan memejamkan mata karena terus memikirkan Yusuf. Bagaimana kabar pria itu? Kenapa sampai seharian tak berkabar sekalipun, ponsel yang kosong tanpa notif itu dipandangi untuk beberapa saat, lalu disimpan kembali ke bawah bantalnya. Ia mendesah. "Semoga kamu baik-baik saja, Mas. Bagaimana pula keadaan Adelia?" gumamnya. Semuanya belum jelas. Namun, mereka bertiga terpaksa terpisah masing-masing. Mengingat wajah Yusuf yang semalam mewanti-wantinya untuk bersabar, seolah pria itu mengatakan bahwa semua tengah kacau di luar sana. Tak lama Hanna tersentak, kala ponsel di bawah bantalnya bergetar. Melihat sang mama sudah tidur, wanita itu segera mengambilnya dan melihat apa yang Yusuf kirimkan untuknya. Wanita itu celingukan ke arah pintu, takut tiba-tiba sang papa yang katanya berjaga di luar, masuk ke dalam. Namun, melihat suasana yang sangat sepi, Hanna yakin itu tak akan terjadi. Segera diambil benda pipih
EP Terakhir - Pujian"Pa, belum tidur?" tanya Zidan pada papanya yang tengah duduk di ruang kerjanya menatap layar komputer. Ia sengaja bertanya, sebagai isyarat meminta izin meminta masuk dan menggangu sang papa."Oh." Papa Zidan yang juga papa dari Hanna itu sontak mendongak. Menatap ke pintu, di mana asal suara datang.Meski pria tua itu tampak sibuk memandangi komputer, namun, kenyataan ... pikiran pria paruh baya itu tak sedang ada di sana. Ia terus kepikiran pada munculnya Alex di depan mereka hari ini. Seseorang yang ia pikir akan mendekam di penjara lebih lama.Putra sulungnya itu lalu masuk ke dalam. Ia duduk di sofa yang jaraknya berdekatan."Apa Papa tahu sesuatu tentang Alex?" Zidan menyampaikan kekhawatirannya melihat sosok Alex tadi pagi.Ia ingin menghubungi pemuda yang dulu jadi teman dekatnya tersebut. Akan tetapi, takut jika masalah justru akan bertambah rumit.Pria paruh baya itu menggeleng. "Aku tak tahu apa pun."
EP11 - Malam Pertama"Apa kamu sudah siap?" tanya Henry yang sudah berdiri di depan ranjang. Di mana Adelia tengah memeluk putrinya.Henry merasa sudah sangat bersih sekarang. Mandi dan menggosok tubuhnya lebih dari setengah jam. Menggosok gigi dan memakai parfum di mulutnya. Juga menyemprotkan ke seluruh tubuh yang hanya dibalut pakaian handuk."Hem?" Mata gadis kecil di pelukan Adelia sontak membuka sempurna.Saat itu Adelia memejamkan mata.Henry tampaknya tak tahu bagaimana harus mengatasi kondisi anak kecil yang akan tidur. Ini saja dia perlu mendongeng, bercerita tentang masa kecilnya, juga menjanjikan banyak hal menyenangkan untuk putrinya kalau dia mau tidur dengan cepat.Akan tetapi ... sekarang. Hanya dalam hitungan detik, Henry mengacaukannya."Ayah mau ke mana Bunda? Aku boleh ikut kan?""Huhhh. Sabar ....." Adelia mengenbus berat. Ia kemudian melirik pada Henry yang tampaknya juga sangat kecewa kala melihat gadis k
EP10 - Double Date (3)"Mau ke mana malam-malam begini?" tanya Maya pada Alex."Ke rumah teman. Bentar Mi." Pria yang sedang sibuk mengikat tali sepatu itu menyahut. Melirik sekilas wanita yang selama ini setia menemaninya."Lex, Mami gak mau kamu kena masalah lagi, ya." Maya mengingatkan. Sudah cukup mereka merasakan hidup lebih sulit dari sebelumnya tanpa Alex.Pikir Maya, sekarang ini, dua keluarga kaya itu pasti tengah mengawasi Alex dan mencari-cari kesalahannya."Iya. Mi. Tenang saja." Alex menyahut singkat. Kali ini ia telah berdiri tegak di atas kedua kakinya dan siap bergerak pergi."Aku pamit dulu." Pria itu menunjuk keluar, di mana mobil sudah siap di depan rumah mengantarnya ke mana saja."Ya." Maya melepas putranya dengan kondisi hati yang was-was. Berharap Alex bisa memegang kata-kata, dan tak membuat masalah di luar sana.***"Jadi tadi ... aku bertemu dan bicara dengan Alex, bahkan dia sempat mencengkeram
EP9 - Double Date 2Yusuf menyerah. "Kita bahas soal bulan madu kita saja.""Hah?" Mata Hanna membulat. Semudah itu? "Bu- bukan kita yang bulan madu, tapi mereka Mas.""Tapi kita diajak untuk meramaikan acara mereka." Yusuf tersenyum pada Hanna."Yeah! Itu lebih baik!" Henry berseru senang. Sejak awal pria itu memang terus terlihat senang. Apalagi ini adalah malam pertamanya dengan Adelia.Karena itu juga lah, Yusuf yang sebenarnya sangat kesal, menahan diri untuk tidak marah. Tak etis rasanya kalau harus merusak kebahagiaan pengantin baru karena kesalahan yang menurutnya tak disengaja."Btw, Mas bakal perjalanan bisnis ke mana?" tanya Henry."Ke Inggris. Kami perlu bertemu klien dan memeriksa lapangan untuk memutuskan apakah tanda tangan kontrak atau tidak." Yusuf menjelaskan hal yang tak Henry pahami."Yah ... kenapa ke Inggris. Kami baru mau rencana ke Turkey berkunjung ke Aya Sofia." Henry menyayangkannya."Wah, kali
EP8 - Double DateAlex mondar-mandir gelisah di dekat meja makan. Meski sang mami sudah menyediakan makanan lezat di atas meja, pria itu tampak tak berselera untuk menyantapanya."Lex kenapa tidak segera duduk dan makan?" tanya Maminya heran. Pemuda itu malah mondar-mandir gak jelas, dan membiarkan makanan sampai dingin."Mi, udah dapat telepon dari Tante Risa?" tanya Alex penasaran.Mami Alex menggeleng. "Belum, sabar. Sekarang dia pasti sedang berusaha keras membujuk Om kamu buat maafin kita."***"Waallaikumussalam. Mas Yusuf. Baiknya kamu pulang deh sekarang.""Hah? Pulang?" protes Yusuf. Dia bahkan baru sampai. "Ada apa?""Udah cepetan. Ini aku mumpung baik loh ngasih tau!" teriaknya memaksa di ujung telepon.Yusuf terbengong-bengong. Apa yang terjadi sebenarnya? Apa ini ada hubungannya dengan kerisauan hatinya. Atau pria itu cuma mengerjainya saja? Henry kan dikenal usil."Bilang deh. Kamu ngerjain aku, ya.
EP7 - Paksaan Henry pada YusufHanna tak ingin mempedulikan Alex dan berjalan begitu saja melewati pria itu. Namun, di saat bersamaan, tangan panjang Alex dengan cepat meraih lengan wanita tersebut. hingga langkah wanita itu terhenti.Merasa tak nyaman dan risih, Hanna menarik kasar tangannya. "Jaga perilakumu!" tekannya mengacungkan jari tepat ke wajah Alex, dengan tatapan tajam pada pria itu."Oke." Alex mengangkat kedua tangannya. Seolah takut pada ancaman Hanna. "Ck. Galak amat. Padahal aku udah berubah jadi anak baik." Senyumnya tipis. Ingin menunjukkan ketulusan pada lawan bicaranya, kalau dia memang sudah berubah.Hanna bergerak mundur, sekira tak lagi sampai Alex meraihnya. Tak ingin berlama-lama meladeni pria yang menurutnya gila, kakinya pun bergerak semakin cepat menjauh.Alex hanya bisa tersenyum. Tak mudah mengambil hati orang-orang yang disakitinya."Yah, semua perlu waktu. Aku akan mencoba memahami itu." Pria itu memiringkan s
EP6 - Apa Maumu, Lex!?Tujuan utama Alex ke rumah Adelia, selain membuat semua orang yang bahagia saat dia di penjara, terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba, adalah untuk bertemu sosok wanita yang terus dirindukannya, Hanna.Setelah menemui Adelia dan suaminya, ia berkeliling mencari di mana Hanna berada. Namun, setelah mendapati Eksha dan tantenya Risa sudah tak terlihat, ia pun yakin bahwa Hanna juga sudah pulang bersama mertuanya itu. Apalagi Yusuf juga tak terlihat. Sepasang suami istri itu harusnya bersama, jika tak ada salah satunya, berarti satu yang lain pun tak ada.Merasa putus asa, Alex akhirnya memilih pulang saja. Dia bisa meneruskan keinginannya itu di lain waktu, dan beristirahat untuk sekarang. Sepulang dari lapas, punggungnya sama sekali belum bertemu tempat rehat, bahkan sekedar untuk bersandar. Di dalam mobil pun, tanpa sadar ia terus duduk tegap, karena serius menyimak penjelasan pengacara yang dibawa sang mami.Langkah lebar pr
EP5 - Bawa Aku, Mas!"Selamat ya," ucap Alex sembari menyodorkan tangan pada mempelai wanita yang kini sedang beristirahat di ruang ganti. Seluruh make up di wajahnya dibersihkan oleh penata rias.Adelia mengerutkan kening. Ia tampak tak mengenali pria itu, lalu menangkupkan dua tangannya. Kenapa ada pria asing yang bisa masuk ke ruang pribadinya. Keluarga atau kenalan dekat memang masih dibolehkan untuk masuk, tapi ia merasa tak mengenal Alex.Alex tersenyum. Meski kecewa respon yang didapat tak sebaik bayangannya. Dia lalu beralih ke mempelai laki-laki. Pria itu dengan terpaksa meraih tangan Alex."Selamat ya, Dokter em ...." Alex tampak berpikir. Bodohnya tak memperhatikan banner di depan dengan nama sepasang pengantin di sana."Henry. Nama saya Henry." Pria itu tersenyum tipis. Setelah bersalaman Alex pun menjauh."Siapa dia?" bisik Henry yang merasa aneh. Karena bahkan wanita yang sudah sah jadi istrinya itu tak mengenalnya."Ent
EP4 - Turunin, Mas!Hanna baru saja selesai mandi. Wanita itu keluar dari pintu toilet sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil."Kenapa pakai handuk kecil itu? Bakal lama selesainya. Itu ada hair dryer." Yusuf yang tengah menggendong Akhyar menunjuk ke arah lemari.Hanna menggeleng. Nanggung menurutnya. Pakai handuk kering sudah cukup simple tak perlu menyalakan mesin dan menggerakkannya ke kepala. Lagi pula mereka tak sedang buru-buru, karena takut kepergok berduaan di kamar itu."Ck. Pasti sengaja, ya. Mau goda," goda Yusuf dengan menyebut Hanna yang menggodanya."Ish, apa sih, Mas? Baru juga selesai. Masa goda lagi," protes Hanna sambil mencebik, melirik pura-pura kesal ke arah sang suami."Heleh. Pura-pura jaim." Yusuf tak menyerah. "Ya, kan, Dek." Kini tatapannya beralih pada batita dalam gendongan. Rasanya senang saja Hanna kesal, dan hanya memperhatikannya."Hehmh. Mas kali yang jaim. Padahal pengen lagi kan tapi ngomong