Share

Bab 80

Penulis: Silla Defaline
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 80

"Tidak ada masalah, Nyonya. Aku cuma tak ingin Tuan Brandy selalu terbeban dengan gaya hidup Nyonya yang selalu berlagak seperti orang kelas atas."

Darah Mera mendidih.

"Lalu apa urusannya dengan Bibi? Apa bibi berkeberatan jika aku menggunakan uang suamiku?" tandas Mera.

"Tuh kan kalau dibilangi malah ngeyel. Apa Nyonya merasa lebih berkuasa dari ku di rumah ini? Sekarang aku beritahu Nyonya ya, aku sudah bekerja bertahun-tahun dengan Tuan Jonathan. Aku sudah tahu bagaimana seluk-beluk keluarga ini secara keseluruhan. Aku senantiasa menjadi orang kepercayaan mereka yang ada di keluarga ini .Tapi aku tidak pernah muluk-muluk." Bi sumi berbicara.

"Terus apa masalahnya denganku?"

"Masalahnya jelas. Kau terlalu muluk-muluk. Padahal baru saja kemarin kau menginjakan kaki di rumah tuanku."

Mera semakin tak mengerti mengapa Bi Sumi bersikap seperti mempunyai kebencian yang besar padanya. Padahal selama
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Between Two Loves   Bab 81

    Bab 81 Bi Sumi terdiam. "Bagaimana bisa Tuan Abraham mengenali latar belakang wanita ini?" tanya Bi Sumi. Abraham mendekat. Sebelum menjawab, pandangan mata Abraham melirik ke arah bingkisan makanan yang tadi ia beli. Sebuah puring dengan isinya yang hampir kosong menyambut pandangan. Abraham tersenyum dalam hati, ternyata apa yang ia beli tadi sesuai dengan selera Mera. Ada kebahagiaan tersendiri terselip di dalam relung hatinya. Sedangkan Mera yang mendengar pertanyaan Bi Sumi menjadi khawatir. Jangan sampai masa lalu mereka terendus karena pertanyaan tersebut. "Bi, Apakah Bibi merasa amat penting untuk mengetahui dari mana aku bisa mengenal Meranti?" Abraham balik mempertanyakan. "Tidak terlalu penting, tapi ku kira ini sangat aneh. Bagaimana bisa Tuan percaya pada wanita seperti Nyonya Mera yang setiap harinya suka keluar berfoya-foya menghabiskan uang suami." lanjut Bi Sumi. Mendenga

  • Between Two Loves   Bab 82

    Bab 82 Mera menelan saliva. Begitu dalam rasa yang terpendam di jiwanya. Meskipun hanya satu buket bunga saja, namun bunga-bunga tersebut nampak begitu sempurna. Akan tetapi, mengingat siapa dirinya saat ini, Mera berusaha untuk membenci. "Laki-laki konyol itu ternyata masih berani menghadiahkan bunga seperti ini. Apa dia tidak berpikir apabila seandainya Brandy mengetahuinya? Benar-benar tak mempunyai perasaan. Lagi pula apa sih fungsi bunga beserta catatan kecil ini? Tak berguna sama sekali." Mera bergumam. Tangan kanannya merobek-robek kertas kecil yang berisi tulisan dari Abraham. Apa yang ia lakukan justru sangat berbanding terbalik dengan apa yang ada di hati. Tapi itulah usaha Mera untuk belajar membenci. Ia harus belajar berusaha keras melakukan sesuatu tindakan yang berlawanan dengan kehendaknya. Setelah itu, tak lupa pula Mera mengacak-acakan buket-buket bunga yang terletak di atas meja tersebut, hingga ny

  • Between Two Loves   Bab 83

    Bab 83 "Apa kamu ingin jika kuajak berlibur hari ini? Kurasa kita harus berlibur untuk mengisi hari ulang tahunmu?" Brandy menawarkan. Senyum pria itu merekah. Menunjukkan cintanya yang tulus. "Benarkah?" "Brandy mengangguk." Mera berpikir sejenak."Apa kau tak terikat pekerjaan hari ini? Aku tak ingin jika liburan mengganggu kinerjamu." ucap Mera kemudian."Aku telah mengkhususkan libur di hari ulang tahunmu. Tidak sepatutnya aku sibuk dengan pekerjaan sedangkan ini adalah hari penting untukmu, penting buatku juga. Iya kan?" Brandy berucap seiring dengan sunggingan senyum manis pada kedua sudut bibirnya.Merah semakin terharu. Bagaimana tidak, kasih sayang Brandy terlalu besar untuk ia terima. Kalau pun ada sosok laki-laki sempurna sedunia ini , maka Mera berkesimpulan itulah sosok Brandy. Laki-laki itu memang merupakan pria yang bersifat langka dan jarang ditemui pada zaman milenial seperti seka

  • Between Two Loves   Bab 84

    Bab 84 Kadang Abraham menyesal dahulu telah mengenal Mera yang pada akhirnya hanya membuatnya berada dalam masalah. Ya, mungkin bagi orang-orang yang tidak mengetahui, semua pasti akan menyalahkan atas sikapnya. Pada kenyataannya Abraham tidak pernah menginginkan berada dalam situasi seperti ini. Justru lelaki itu amat ingin terbebas dari perasaan yang menguasai hatinya.Terkadang hati memang berada dalam diri seseorang, akan tetapi apakah ada yang sadar bahwa sesungguhnya hati teramat sulit untuk dikendalikan, bahkan terkadang kita merasa tak mampu untuk mengubah suasana hati sebagaimana yang kita inginkan. Seolah hati itu tidak benar-benar mutlak milik kita. Ada sebuah zat yang maha besar yang mengendalikan segumpal benda tersebut melebihi pemilik hati itu sendiri, Dialah Tuhan yang maha kuasa.Dengan lunglai Abraham beralih ke kamar penginapan dan dengan pelan menyusun semua peralatan dan pakaian ke dalam koper kembali. Ia bertekad meninggalka

  • Between Two Loves   Bab 85

    Bab 85"Jika seandainya terjadi apa-apa denganku, maka aku sendiri yang akan menanggung akibatnya. Bukan kau. Oleh karena itu, untuk apa kamu khawatirkan aku?" Merah bersikeras menentang semua ucapan-ucapan dari bibir Abraham. "Mera, aku mengkhawatirkanmu karena aku peduli. Itulah yang tidak pernah kau ketahui selama ini." ucapan Abraham terdengar Getir. Mera menggigit bibir."Jika kau masih memaksakan diri untuk keluar menembus hujan dalam kondisi seperti ini, maka pertanyaannya, ke manakah tempat yang akan kau tuju?"Mera berpikir beberaa saat lamanya, akhirnya ia membenarkan apa yang Abraham ucapkan. Kemana ia harus melangkah, sedangkan tempat ini pun asing di matanya."Kau tahu dimana kita sekarang Mera?""Seharusnya aku tak erlu bertanya. Aa susahnya kau memberitahuku." timpal Mera."Kau sedang bersamaku di sebuah pulau yang tak sembarang bisa di jangkau.""Apa? Lalu di mana suamiku"

  • Between Two Loves   Bab 86

    Bab 86Mera melenguh lirih. Cukup menikmati, meski kenikmatan itu harus bercampur baur dengan perasaan membenci akan diri sendiri. Diantara deru nafas gairah akibat sentuhan Abraham, ada rintihan hati yang tak bisa Mera sembunyikan. Setitik air mata menetes, membasahi pipinya yang mulus bersih.Abraham menyapu tetesan itu dengan ujung jemarinya. Ada sakit dalam hati Mera tatkala merasakan cairan bening yang ia teteskan.Tapi untuk menolak ia tak bisa, dan untuk melanjutkan pun ada rasa tak bersalah. Dua perasaan yang saling bertolak belakang. Akan tetapi kenikmatan dan rasa cinta yang masih tersisa membawanya untuk bertahan dalam kondisi tersebut. Meski tak di pungkiri kedepannya semua itu akan membuat batinnya semakin tersiksa."Tidak usah menangis, Sayang! Tidak ada yang patut untuk ditangisi. Aku tak rela melihat air matamu." ucap Abraham.Mera membisu. Dalam kebisuannya ia membatin dalam benak, "Ya, kau tak rela melihat ak

  • Between Two Loves   Bab 87

    Bab 87 "Mera, kamu kenapa? Mimpi buruk ya? Aduuh, Sayang. Kau membuatku khawatir." Brandy berkata sambil mengelus-elus pipinya yang memerah. Mera melongo. "Ada apa dengan pipimu?" tanya Mera kemudian. "Kau tanya ada apa pipiku? Apakah kaulupa Sayang, bahwa kau sendiri yang menamparku barusan." "Apaa?" Merah terkejut luar biasa. "Yah mungkin saja kau tidak sadar. Tapi inilah adanya. Pasti kau sedang mimpi buruk, kan? Sehingga aku yang menjadi korbannya. Tapi tak apa-apa, yang penting kan kau tetap baik-baik saja." Brandy mengulaskan senyuman.Mera menutup mulut. Padahal barusan yang ia tampar adalah Abraham, lalu mengapa Brandy yang harus kena imbasnya? Ia bingung sekaligus kasihan."Apa benar aku yang menamparmu?""Iya." Brandy menjawab pendek."Astaga ... kalau begitu tolong maafkan aku! Aku sungguh tidak sengaja. Aku tadi hanya bermimpi menampar seseorang."

  • Between Two Loves   Bab 88

    Bab 88"Apa maumu sebenarnya, Kirana?" Mera bertanya. "Apa kau masih tak bisa menangkap maksud tujuanku? Barusan kan aku sudah bilang tujuanku apa? Kilah Kirana mencibir. "Lalu darimana kau bisa mendapatkan fotoku bersama Abraham? Kau tampaknya memang sengaja ingin mencari-cari masalah denganku.' "Kalau pun iya, memangnya kenapa? Apa kau takut jika rahasiamu terbongkar?" Kirana tersenyum mencibir. "Takut kenapa? Tidak ada satu pun yang perlu aku takutkan darimu." sanggah Mera. "Benarkah? Kau benar-benar tidak takut jika seandainya aku membongkar rahasiamu ini di depan seluruh keluarga Jonathan?" lagi-lagi Kirana menakut-nakuti. Berharap Mera akan menuruti kemauannnya dengan dalih takut akan ancaman yang ia kerahkan. "Apa yang kau anggap rahasia? Katakanaaja bila itu yang membuat hatimu puas. Tapi ingat! Jika seandainya kau melakukan sesuatu yang bisa mencelakaiku, maka jangan kau pikir aku aka

Bab terbaru

  • Between Two Loves   Bab 123 ENDING

    Bab 123"Aku tidak peduli apa yang kakak katakan. Jika kakak ingin mengatakan aku egois dan ingin menyalahkan aku atas semuanya, maka aku tidak akan mencegah."Sikap Brandy benar-benar berubah hari ini. Hingga Abraham pun memilih diam. Ia sendiri tidak mengerti ada apa dengan sang adik.Apakah Brandy berkata seperti itu karena lantaran sakit hati? Atau ada hal lain yang melatarbelakanginya? Abraham tak tahu itu. Yang pastinya Abraham merasa prihatin.***Sedangkan Brandy sendiri meluncurkan mobilnya meninggalkan Abraham begitu saja. Ia sama sekali benar-benar tidak peduli lagi dengan Abraham.Kali ini ego benar-benar Brandy utamakan."Aku akan menemuimu Mera! Aku akan mengajakmu pulang!"Tengah meluncurkan mobil, ponsel Brandy kembali bergetar, seseorang menghubunginya.Dengan cepat brandy menjawab. Ia sudah tahu siapa sosok yang tengah menghubunginya saat itu."Ada apa, Kirana? Mengapa kamu kembali menghubungiku?""Mampirlah ke apartemenku, Brandy! Kita bicarakan masakah ini baik-bai

  • Between Two Loves   Bab 122

    Bab 122 "Kau benar-benar sudah menduakan Mera Brandy! Mengapa kau lakukan ini?" Abraham berkata dengan sorot mata tajam. Brandy tak bisa berkata apa-apa."Maafkan aku, Kak! Aku akui jika aku salah. Tapi, tapi apakah Kakak tidak jika aku hanya khilaf melakukannya. Benar-benar khilaf, Kak." jawab Brandy.Brandy tak berani menatap pandangan dari kedua mata kakaknya yang terlihat benar-benar kesal."Bisa-bisanya kamu mengatakan jika kamu tengah khilaf, Brandy! Jika kamu khilaf, apakah mungkin kamu bisa melewati masa-masa khilaf itu hingga semalaman suntuk? Itu sama sekali tidak bisa disebut dengan khilaf, Brandy. Sesuatu bisa disebut dengan Khilaf, apabila hal tersebut terjadi dalam waktu yang cuma sesaat. Tapi yang kalian lakukan sama sekali tidak dalam waktu sesaat. Maka aku sangat tidak percaya jika kau sebut kelakuan kalian dengan sebutan khilaf."Brandy membisu. Memang benar apa yang diucapkan oleh sang kakak."Kak. Bagaimana kalau kita lupakan saja soal ini. Aku ingin segera m

  • Between Two Loves   Bab 121

    Bab 121"Brandy! Kirana? Apa yang kalian bicarakan?" Abraham menghampiri keduanya.Keduanya sontak terkejut.Mereka menoleh."Kak Abraham? Se... Sejak kapan Kakak berada di sini?" Brandy benar-benar dibuat terkejut luar biasa."Aku berdiri di sini sejak awal kalian ada di sini. Aku mendengar semua perkataan kalian!""A... apa?" Brandy tergagap."Apa yang sudah kamu lakukan terhadap wanita ini, Brandy?" Abraham menunjuk ke arah Kirana."A... apa yang kamu maksud? Aku tidak melakukan apapun?""Kalau kalian tidak pernah melakukan apapun, lalu apa yang kalian bicarakan barusan? Aku mendengar semua yang kalian bicarakan. Kalian tak bisa lagi berbohong!"Kirana gugup. Perlahan ia melepaskan pelukannya terhadap Brandy dan sedikit ia melangkah menjauh. Mukanya merah. Ada rasa malu menyelimuti perasaannya. Tapi entahlah, ada juga sesuatu yang membuat wanita itu malah bersyukur dengan adanya keberadaan Abraham di sana."Mungkinkah Kakak salah mendengar?" Brandy masih berusaha untuk berkilah.

  • Between Two Loves   Bab 120

    Bab 120"Kak aku serius, Mera hilang Kak. Dia pergi sambil membawa Keano. Bagaimana ini? Aku benar-benar bingung. Apa aku harus ke rumah orang tuanya sekarang? Atau... atau adakah dia menghubungi Kakak sebelum pergi?" tanya Brandy berharap-harap cemas."Sudah kubilang padamu Brandy, Mera tidak pernah menghubungiku sama sekali. Aku aja nggak menyimpan nomor kontak Mera, begitu juga dengan merah. Semenjak pernikahan kalian, Kami tidak ada kontak-kontakan lagi. Bagaimanakah bisa kamu berpikir kalau Mera menghubungiku. Sudah Kubilang padamu, jangankan menghubungiku, berbicara secara langsung aja sama aku Mera terlihat malas dan enggan. Tidakkah kau lihat dan tidakkah kau perhatikan jika dia benar-benar menjaga jarak denganku?"Fyuuh!Brandy mengalah nafas panjang.Brandy menyadari betul Apa yang diucapkan oleh kakaknya adalah benar. Selama ini ia tak pernah melihat Abraham dan merah berbicara serius. Kalaupun berbicara, mereka terkesan seperlunya saja.Brandy memutuskan untuk mengakhiri p

  • Between Two Loves   Bab 119

    Bab 119 "Mera! Dimana dirimu sekarang?" Brandy nampak gelisah. Hatinya galau tidak menentu.Brandy mulai memikirkan kemungkinan yang tidak tidak terjadi pada istri dan putranya. Sekalipun pada awalnya Brandy meragukan Keano sebagai darah daging, tapi sepertinya kasih sayang yang terlanjur ia curahkan pada Keano begitu lengket dan benar-benar telah membentuk sebuah ikatan batin yang demikian kuat.Ya, Brandy mengakui ia mencintai dan menyayangi anak itu setulus hati."Keano, pulanglah, Nak! daddy merindukanmu?" Brandy berguman lirih dan tertahan. "Aku harus mencarinya! Dia istri dan anakku!" tekad Brandy.Brandy memutuskan untuk memberanikan diri menghubungi keluarga mera.Kembali Brandy sibuk dengan ponselnya, mencari-cari nama kontak yang bersangkut-paut dengan seseorang yang ingin ia hubungi.Brandy bingung melihat tak satupun ada seseorang yang bersangkut-paut dengan keluarga Lia di kontak ponselnya."Kemana larinya nomor kontak mertuaku?" Brandy merasa heran.Untuk memasti

  • Between Two Loves   Bab 118

    Bab 118[Brandy, sesuai dengan apa yang kamu katakan aku melakukan apa yang aku inginkan. Tolong jangan cari aku! Karena ini adalah salah satu yang aku inginkan darimu!]Sebelum melangkah meninggalkan rumah, sebuah catatan dengan tinta hitam yang Mera torehkan di atas kertas putih sengaja wanita itu tinggalkan di atas Bantal di kamarnya.Sebelum beranjak Mera memperbaiki letak gendongan Keano."Jangan nakal ya, Nak! Sayang Mama." sebuah kecupan lembut mendarat di kening bayi mungil tersebut.Dengan langkah pasti, Mera melangkah meninggalkan rumah dan tanpa menolehkan kepala lagi.Sebuah taksi online yang sengaja ia pesankan dari sebuah aplikasi khusus telah menunggu di hadapan rumah. Tanpa bicara sepatah kata pun Mera naik ke taksi pesanannya.Mobil meluncur ke arah yang telah diberitahukan oleh Mera sebelumnya."Semoga saja kepergianku kali ini akan menyelesaikan semua masalah yang ada. Semoga dengan ketidak adanya aku di sana akan membuat dua orang itu kembali akrab sebagaimana sed

  • Between Two Loves   Bab 117

    Bab 117"Sebaiknya kamu jangan bersikap seperti itu kepada istrimu, Brandy! Sebab bagaimanapun sebagai seseorang yang telah mengenal Mera jauh sebelumnya, maka aku sudah tahu bagaimana sikap Mera yang sebenarnya. Dia sama sama sekali bukan wanita yang buruk. Kau tahu, Brandy, setelah dia menjadi istrimu, sama sekali Mera tak pernah bersikap tak wajar padaku, meskipun kami pernah memiliki masa lalu bersama. Bahkan bicara denganku saja dia tak pernah terkesan tak wajar, justru ia tak pernah ingin mengobrol denganku lagi, kemudian Mera tak pernah melemparkan senyum padaku. Apalagi senyum yang menyiratkan ketidakwajaran. Dia benar-benar menjauhiku. Aku yakin sekali, itu adalah bentuk cintanya padamu dan bagaimana usahanya dalam menjaga perasaanmu sebagai suami." ucap Abraham. Dalam hati laki-laki itu sangat menyayangkan sikap Brandy yang terlihat cuek dan tak peduli dengan kejujuran dari wanita sebaik Mera."Aku tahu Kakak memang jauh lebih mengenal Mera daripada aku. Bagaimana tidak, to

  • Between Two Loves   Bab 116

    Bab 116"Mera apa yang kau katakan? Aku tidak pernah menyalahkanmu dalam hal ini. Aku sudah bilang jika akulah yang bersalah, Mera!Bukan kamu! Jika ada hal buruk yang harus ditimpakan atas semua ini, maka timpakan saja semuanya padaku, bukan pada kalian!" Abraham bangun dari duduknya."Kau tidak perlu membelaku, Abraham! Akulah yang bersalah! Sebenarnya sudah lama aku merasakan ini, menyadari kesalahanku sendiri. Jujur saja aku merasa benar-benar tak pantas memasuki keluarga kalian. Tepatnya tak pantas berdiri di antara kalian berdua, menghancurkan persaudaraan kalian, dan membuat kalian hampir saja bercerai-berai seperti ini. Membuat kalian berselisih paham. Aku hanya orang lain yang datang dan tanpa sengaja merusak sebuah ikatan persaudaraan kalian." Mera berkata lirih tanpa ekspresi."Tidak Mera! Tolong jangan katakan itu!" Abraham kembali bersuara.Sedangkan Brandy tetap diam. Meski hatinya tak bisa berbohong jika tengah gundah gulana. Sebenarnya hatinya pilu mendengar ucapan Mera

  • Between Two Loves   Bab 115

    Bab 115"Patutkah kau mempertanyakan itu padaku Brandy?" Abraham mempertanyakan sebuah pertanyaan."Kak, aku bertanya karena aku memang merasa patut mengutarakan pertanyaan ini. Kalau aku merasa tak patut, tentu saja aku tidak akan mengutarakannya." Brandy mencoba menjawab."Brandy, bagaimana jika aku katakan bahwa seseorang yang aku ceritakan padamu dulu padamu, kamu tak mungkin mengenalnya. Karena dia adalah orang yang ada di masa laluku dan aku tidak ingin mengingatnya kembali. Pertanyaanmu sama saja dengan mengulang luka yang dulu pernah ia torehkan." Abraham menjawab pertanyaan sang adik.Itulah jawaban yang terbersit di benak Abraham saat ini.Meski Abraham sendiri merasa berdosa telah kembali mengukang sebuah kebohongan, tak bisa nicara dengan kejujuran. Karena jujur akan memberi peluang luka lebih besar untuk Brandy. Itulah secuil pertimnangan yang Abraham pikirkan untuk sementara ini."Jujurlah, Kak! Apakah wanita yang kakak sebutkan telah menyakiti Kakak dahulu bukan Mera is

DMCA.com Protection Status