Shara menempelkan es batu di sekitar matanya karena kini matanya sudah bengkak. Ia terus mengumpat kepada Adam yang hanya membuat Adam semakin tertawa dengan laknatnya. Mendapatkan respon seperti itu dari Adam, Shara langsung melemparkan es batu yang ada di tangannya.
Ngguiing.....
Buugggg.....
Shara semakin emosi ketika Adam justru berhasil menghindari lemparan es batu dari dirinya.
"Ye, nggak kena, nggak kena."
Sumpah!
Seperti sia-sia saja dirinya menangisi perkataan Adam tadi. Seharusnya ia tidak perlu baper ketika mendengar Adam yang sedang kesurupan, karena kini ketika Adam kembali waras, sikapnya terbukti ampuh membuatnya emosi."Sumpah, aku nyesel banget kenapa aku harus terenyuh dengan perkataan kamu tadi, padahal kamu kalo udah sadar kekakuannya kaya Dajjal."
"Wah, tega kamu, Bi. Gini-gini calon imam dunia akhirat kamu."
Kesal dengan ocehan Adam, Shara segera keluar dari kama
Shara menatap Adam dengan malas ketika mereka berada di dalam mobil untuk menuju ke Seoul Forrest. Bahkan kini Shara memperhatikan Adam yang sedang sibuk dengan handphonenya dan mengacuhkan dirinya. Memang penyakit di jaman sekarang salah satunya adalah para pasangan yang lebih sering menatap layar handphone daripada menatap pasangannya. Lebih sering memijit layar handphone daripada memberikan pijatan untuk pasangannya. Shara hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan ketika menyadari betapa benarnya fenomena itu.Adam yang menyadari tatapan Shara ini hanya bisa bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar handphone miliknya."Kamu lihatin aku sampai segitunya. Awas, nanti terpesona sama aku.""What?" Pekik Shara ketika mendapatkan pertanyaan gila dari Adam.“Kamu lihatin aku kaya gitu, hati-hati entar jadi bucin. Parah-parahnya bisa jadi bulol alias bucin tolol.”"Hueekkk...." Shara pura-pura menirukan ge
Lima hari sejak kepulangannya dari Korea, Shara harus mengurung dirinya di dalam kamar karena permintaan Mama dan Papanya. Berhubung ia lahir dari keluarga yang berprofesi sebagai para tenaga medis, maka kini Shara sedang melakukan isolasi mandiri di dalam kamarnya. Oh, sungguh menyebalkan. Mungkin ia tidak akan sebegininya jika lahir dari keluarga biasa seperti Adam, tapi kenyataan yang menamparnya adalah ia lahir dari pasangan dokter yang bahkan keluarga besarnya pun kebanyakan dokter serta pengusaha di bidang farmasi.Aktivitas yang ia lakukan di dalam kamar tidak jauh dari apa yang biasa ia lakukan ketika harus bekerja dengan sistem work from home. Namun sayangnya karena permintaan Mama dan Papanya ini dirinya harus mengundur waktu pengurusan berkas-berkas pernikahannya dengan Adam. Padahal waktu yang mereka miliki semakin dekat saja. Belum lagi dirinya harus melakukan fitting kebaya untuk acara siraman, pengajian bahkan Midodareni.Mau tida
Shara baru saja keluar dari ruang MRI di rumah sakit ini. Kini ia hanya bisa melirik Adam yang sedang berjalan di sebelahnya dengan tatapan gemas. Rasanya Shara ingin menjambak rambut kepala Adam yang lurus dengan warna rambut hitam itu."Alhamdulillah, sekarang aku bisa tenang kalo kamu nggak kenapa-kenapa." Kata Adam tanpa dosa."Hasilnya belum keluar, Nyet.""Tapi tadi dokter Joshua bilang ini cuma tindakan preventif aja. Dia takut kalo nggak nyuruh kamu MRI someday ada apa-apa dia bisa habis dia sama Papa kamu."Kini Shara tertawa cekikikan di samping Adam dan mereka masih berjalan menuju ke ruangan pengambilan hasil MRI yang ada di dekat loket pembayaran dan apotek."Sakitnya nggak seberapa, malunya luar biasa." Kata Shara sambil mengingat-ingat kejadian satu jam lalu saat mereka tiba di UGD.Ketika sampai di rumah sakit, Adam langsung menghentikan Lamborghini Aventador miliknya di depan pintu masuk utama UGD dan ia me
Shara bercermin di depan sebuah cermin kecil yang sedang ia pegang di tangannya. Wajahnya menjadi lesu tatkala ia mendapati keningnya yang sudah membiru. Entah apa yang akan ia katakan kepada orangtuanya tentang luka yang ada di dahinya ini. Adam yang memperhatikan Shara dari balik kemudi mobilnya hanya bisa menghela napas sambil geleng-geleng kepala."Mau ngaca sampai lebaran gajah juga muka kamu gitu-gitu aja, nggak akan berubah."Mendapati perkataan Adam, Shara menoleh dan menatap laki-laki bermulut comel ini."Iya, aku tau kalo muka aku nggak akan berubah kecuali bakalan oplas di Korea, tapi ini gimana nutupinnya?""Bikin poni Dora."Plak.....Shara menepuk lengan Adam yang membuat Adam tertawa cekikikan. Adam tidak bisa membayangkan wajah Shara yang memiliki poni depan di usia 34 tahun ini."Nggak, nggak sudi aku di poni depan. Udah kaya Edel aja.""Ya udah kalo gitu terima aja kenyataannya kalo kamu barusan
Tin....Tin.....Suara klakson mobil di halaman rumah Shara membuatnya segera menuruni tangga sambil berlarian. Di sela-sela ia berlarian, mulutnya tidak berhenti mengoceh tentang kebiasaan adiknya ini."Askar, Lo lama-lama gue gampar juga kalo nggak bisa sabar." Oceh Shara sambil berlarian menuju ke halaman depan rumah orangtuanya.Tampak di sana sebuah SUV mewah berwarna hitam sudah siap di depan teras rumah. Shara segera melangkah mendekati mobil dan membuka pintunya."Lo kalo kasih tebengan yang sabar dikit kenapa, sih?""Siapa suruh lo ikut gue, Mbak?""Mama. Mama yang ambil kunci mobil gue. Mama bilang seharusnya gue udah dipingit. Nggak tau apa Mama gimana bosennya di rumah terus."Kini Askara hanya tertawa cekikikan. Memang sejak semalam Mama dan Papa mereka menyita kunci mobil Shara. Mereka tidak akan mengijinkan Shara berkendara seorang diri di hari-hari dekat tanggal pernikahannya. Kini setelah sang
Adam dan Shara keluar dari kantor KUA dan mereka berdua berjalan kaki menuju puskesmas pembantu yang ada di samping kantor KUA. Adam memilih berdeham ketika melihat Shara yang sejak tadi memilih diam dan tidak banyak bicara. Bahkan saat ia berdeham pun Shara masih diam saja tidak menoleh."Kamu kenapa sih, Bi? Dari tadi diam aja?"Shara memilih menggelengkan kepalanya. Ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri tentang pilihan Adam tadi. Mas kawin sebuah lantunan surat Ar-Rahman. Apakah ia pantas mendapatkan laki-laki seperti ini? Dirinya yang memiliki pergaulan liar ketika berpacaran dengan Dion, pernah menjadi seorang DJ, bahkan dirinya masih belum menutup auratnya, benar-benar membuat Shara malu sendiri. Sungguh sepertinya ia sangat beruntung sedangkan Adam sangat buntung karena memilihnya sebagai calon pendamping hidup."Kamu kurang setuju dengan rencana mahar pernikahan kita?"Shara masih menggelengkan kepalanya."Terus kenapa kamu masih diam aj
Nada memperhatikan sang Mama yang sedang memegang keningnya siang ini saat mereka baru saja selesai makan siang di salah satu restoran yang ada di mall dekat kantor mereka. Sejak tadi Nada sudah menunggu Mamanya untuk membuka mulutnya, namun semuanya sia-sia belaka. Mamanya tampak stress siang ini. Sepertinya segala sesuatu tentang kakaknya memang lebih bisa menyita perhatian sang Mama daripada dirinya. Mungkin karena daripada dirinya, Adam adalah anak yang lebih dekat dengan Mamanya. Bisa di bilang Adam adalah anak kesayangan sang Mama. "Ada apalagi sih, Ma?" "Mama pusing, Nad." "Minum parasetamol, Ma." Jawab Nada singkat yang justru membuat sang Mama menatapnya dengan tatapan galak. Nada terperanjat ketika sang Mama justru langsung mengomelinya laksana ia anak kecil yang baru saja melakukan kesalahan. "Kamu nggak tau kan, Mama pusing pas si Adam bilang sama Mama semalam, dia mau kasih mahar Shara itu hafalan surat Ar-Rahman. Memang
Baru saja Nada memasuki kamarnya setelah ia dan keluarganya mengikuti acara makan malam bersama keluarga Papa mertuanya di rumah Eyang Ningrum. Namun sejak tadi handphonenya tidak berhenti berbunyi. Tidak perlu heran, tentunya teman-temannya pasti sudah heboh setelah mendapatkan undangan after wedding party milik Adam dan Shara yang ia kirimkan ke alamat kantor mereka masing-masing hari ini. Nada memilih membiarkan handphonenya berbunyi dan balasan demi balasan muncul di sana yang ia abaikan begitu saja.Kini saat suaminya justru masih sibuk untuk membakar lemak-lemak di tubuhnya setelah mereka menyantap makan malam besar di rumah anak Eyang Ningrum, Nada baru membuka handphonenya lagi. Ia membaca pesan demi pesan yang di kirim oleh ketiga sahabatnya, Salma, Deva dan Robert.Gabriella Salma menambahkan Robert AryawilagaSalma : *sending picture*Salma : gue udah dapat undangan after we