Baru saja Nada memasuki kamarnya setelah ia dan keluarganya mengikuti acara makan malam bersama keluarga Papa mertuanya di rumah Eyang Ningrum. Namun sejak tadi handphonenya tidak berhenti berbunyi. Tidak perlu heran, tentunya teman-temannya pasti sudah heboh setelah mendapatkan undangan after wedding party milik Adam dan Shara yang ia kirimkan ke alamat kantor mereka masing-masing hari ini. Nada memilih membiarkan handphonenya berbunyi dan balasan demi balasan muncul di sana yang ia abaikan begitu saja.
Kini saat suaminya justru masih sibuk untuk membakar lemak-lemak di tubuhnya setelah mereka menyantap makan malam besar di rumah anak Eyang Ningrum, Nada baru membuka handphonenya lagi. Ia membaca pesan demi pesan yang di kirim oleh ketiga sahabatnya, Salma, Deva dan Robert.
Gabriella Salma menambahkan Robert Aryawilaga
Salma : *sending picture*
Salma : gue udah dapat undangan after we
Shara duduk termenung sambil mengingat-ingat kejadian hari ini. Ia merasa bersalah karena mengomeli Adam laksana Adam adalah laki-laki yang baru saja ketauan selingkuh. Andai saja Mama Adam tidak membuatnya jengkel dengan semua hal yang berlebihan itu. Bagaimana tidak, Adam dan Mamanya membelikan Shara tas Harmen, Gucci, LV belum barang-barang branded lainnya yang sebetulnya tidak ia butuhkan.Ketika Gendhis memilih pergi terlebih dahulu karena harus menghadiri acara arisan bersama teman-temannya, Shara mengajak Adam berbicara berdua di studio musik yang ada di rumah orangtua Adam.Saat mereka ada di dalam sana, akhirnya Shara meluapnya semua yang ada di dalam dirinya."Nyet, aku nggak suka dengan semua ini.""Nggak suka apanya?" Tanya Adam ketika ia belum paham arah pembicaraannya dengan Shara saat ini."Kamu kasih aku hal-hal mewah yang sebenarnya aku juga sedang nggak butuh. Biaya pernikahan kita udah besar, Nyet. Terus kenapa kamu masih kasih a
Malam ini Shara dan Adam duduk di pinggir alun-alun selatan Yogyakarta sambil menatap dua pohon beringin besar yang ada di depan mereka. Suasana yang mulai sepi menemani mereka malam ini. Para pedagang sudah mulai menutup dagangan mereka. Berbagai macam mainan seperti sepeda hias, bahkan sampai mobil-mobilan kayuh juga sudah mulai pulang satu per satu dini hari ini."Bi, kamu nggak mau olahraga malam-malam?""Olahraga apa?" Tanya Shara dengan bingung."Genjot itu." Kata Adam sambil menunjuk ke mobil kayuh yang ada di pinggir jalan.Shara hanya menghela napas panjang kemudian ia menggelengkan kepalanya."Ogah, Nyet." Jawab Shara singkat."Kenapa?""Itu yang kayuh kalo bisa berempat masih mending bebannya nggak berat, tapi kalo kita cuma kayuh berdua? Duh, mending jalan kaki keliling alun-alun, Nyet."Setelah mengatakan itu Shara memilih berdiri dari posisi duduknya dan langsung berjalan menyeberangi jalan untuk menuju ke arah du
Siang ini Shara berjalan dengan kaki yang terasa sakit. Entah ia harus merasa beruntung atau sial sejak semalam. Bagaimana tidak merasa sial, ia baru sampai di rumah pukul lima pagi dan Adam baru pulang dari rumah orangtuanya pukul tujuh pagi. Baru beberapa jam Shara menutup matanya, Ero telah meneleponnya dan memintanya datang ke butik.Dengan mata yang sebenarnya enggan untuk terbuka, akhirnya Shara bangkit dari ranjangnya yang empuk dan berjalan menuju ke kamar mandi. Ia sengaja mandi dengan air dingin agar matanya dapat terbuka lebar, namun tetap saja dirinya merasa mengantuk. Selesai melakukan kegiatan paginya di kamar mandi, Shara berjalan menuju ke walk in closet yang ada di dalam kamarnya dan segera mengambil kaos oblong beserta celana jeans panjang sobek-sobeknya yang memang 'dirinya sekali.'Mengingat dirinya tidak boleh menyetir seorang diri mendekati hari pernikahannya, Shara memilih mengunakan motor matic miliknya yang ada di garasi."O
Adam sedang merenung di balik meja kerjanya tentang pertengkarannya tadi pagi dengan sang Papa. Entah bisa di sebut pertengkaran atau hanya perbedaan pendapat dengan suara yang sama-sama keras, tapi yang jelas bagi dirinya yang jarang berselisih paham dengan orangtuanya terlebih sang Papa tentunya ini ia artikan sebagai pertengkaran."Dam, itu sudah tradisi. Keluarga kita akan membawa semuanya ke sana untuk seserahan. Termasuk beras, minyak, gula, telur, teh, bumbu dapur, bahkan kambing juga bawa.""Ribet, Pa. Nggak usah."Adam tau dirinya dan Papanya sudah sama-sama panas. Bahkan sang Papa menyebut tentang masalah biaya."Kalo kamu takut keluar biaya. Papa yang akan biayain semuanya."Adam harus menarik napas panjang berkali-kali sebelum akhirnya ia hanya mengatakan kepada Papanya tentang sebuah keputusan yang menurutnya sangat adil dan bijaksana."Kita ikutin apa maunya Shara dan keluarganya
Hangatnya suasana pagi ini membuat Shara tersenyum karena mulai hari ini hingga tiga hari ke depan rangkaian acara pernikahannya dengan laki-laki yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya akan menjadi imam di hidupnya akan mulai digelar. Bahkan keluarga besarnya yang rata-rata adalah dokter serta pengusaha di bidang medis juga turut hadir kali ini.Sejak pagi senyum tak lepas dari Shara saat menyaksikan sang Mama dan Papa mulai melakukan tradisi pasang tarub sebagai tanda bahwa mereka akan memiliki hajatan mantu. Karena cukup mendadaknya acara pernikahan Shara dan Adam, tentunya beberapa keluarga Shara cukup kaget karena Shara menikah bukan dengan pacarnya yang sering ia jadikan foto profil di berbagai akun media sosialnya, namun justru dengan sahabatnya sejak kecil. Berbagai foto mulai Shara dan Adam kecil hingga fotopreweddingterakhir yang mereka ambil di Korea Selatan beberapa waktu lalu sudah terpampang di sepanjang halaman rumah orangtuanya menuju temp
Nada mengusap air matanya tatkala matanya fokus memperhatikan sang kakak yang sedang menjalani prosesi siraman di rumah orangtuanya. Juna yang melihat sang istri sedang menangis sambil terisak, hanya merangkul Nada mengunakan tangan kirinya."Sudah, nggak usah nangis. Nantimake upkamu rusak."Nada memilih tidak menanggapi ocehan sang suami dan ia tetap terisak."Aku nggak nyangka, Jun. Kalo melepas Adam buat nikah akan sepedih ini. Padahal kita jarang akur seumur hidup.""Sssttt... Nggak boleh begitu. Bukannya kamu yang mau Mas Adam buruan nikah dan kasih kita ponakan?"Nada hanya menganggukkan kepalanya dan ia fokus ke prosesi siraman yang di lakukan Adam di depannya.Kini saat acara siraman sudah selesai, Adam berjalan berjalan bersama kedua orangtuanya menuju ke kamar untuk berganti pakaian.Sambil menunggu Adam yang berganti pakaian, para tamu yang hadir di acara ini dipersilahkan untuk menikmat
Tok....Tok.....Tok.....Suara ketukan di pintu kamarnya membuat Adam menoleh ke arah pintu."Come in," Kata Adam dan tidak lama setelahnya pintu itu terbuka.Ceklek....Kini di depan pintu tampak kedua orangtuanya yang sedang berdiri di sana. Mama dan Papanya malam ini sudah menggunakan piyama tidur berwarna biru dongker masuk ke dalam kamarnya. Setelah berada di dalam, sang Papa menutup pintu itu.Adam masih menatap kedua orangtuanya dalam diam hingga orangtuanya berhenti berjalan di depannya dan kini duduk di ranjang kamarnya yang berukuran King ini."Mama sama Papa ada perlu apa malam-malam begini ke sini?" Tanya Adam karena tidak biasanya orangtuanya akan masuk ke kamarnya malam hari seperti ini.Gendhis Adiratna dan Suryawan Raharja saling berpandangan dan anggukan kepala dari Suryawan Raharja membuat Gendhis tersenyum lalu Gendhis memfokuskan kembali pandangannya kepad
Wisnuaji dan Samira saling berpandangan ketika memperhatikan menantunya sibuk di dapur mereka malam ini untuk membuat bumbu gudangan yang menurut Nada adalah bentuk tasyakuran karena kakaknya akan menikah."Mas, coba kamu tanya sama Nada kenapa harus malam-malam gini buatnya?""Kamu aja deh, Sam. Nanti kalo aku ke sana, yang ada aku disuruh bantuin."Mendengar jawaban dari sang suami Samira hanya menatap suaminya dengan tatapan malas. Ia segera bangkit berdiri dari sofa yang ia duduki di ruang tengah dan ia angkat Kaiman yang sedang tidur di pahanya lalu ia berikan kepada sang suami."Nih, penguasa sungai punyamu, Mas."Wisnuaji hanya tersenyum dan menerima salah satu reptil kesayangannya itu. Kini ia hanya memperhatikan istrinya yang mendekati sang menantu."Nad, kenapa nggak besok aja buatnya? Ini udah malam.""Aduh, Ma. Besok pagi ini mau buat sarapan. Lagipula mau buat tumpengan."Samira menghela napasnya. Ia tidak bisa mem