Adam menunggu Shara keluar dari kantor pusat apotek milik orangtuanya. Dalam hati Adam ia terus berdoa agar Shara menyetujui apa yang akan ia usulkan ini. Tidak lama Adam menunggu Shara hingg akhirnya Shara keluar dari gedung tersebut dan segera masuk ke mobil.
"Assalamualaikum, Nyet."
"Waalaikum salam, Babi."
Shara tertawa saat mendengar jawaban Adam ini. Memang sejak Adam pulang dari rumah orangtuanya kemarin, Adam meminta Shara untuk mengubah cara menyapa mereka. Yang Adam inginkan adalah Shara bisa menyapanya seperti cara Samira menyapa Wisnuaji. Terlihat sederhana namun penuh makna.
"Bi, kita mampir makan dulu ya?"
"Boleh, Nyet. Kita makan di bakmi jawa aja, ya?"
"Yang di mana?"
"Langganan kita aja."
"Okay."
Segera Adam melajukan mobilnya menuju ke salah satu bakmi Jawa langganan mereka yang ada di bawah salah satu fly over di Jogja. Selama perjalanan asma dan Shara menghabiskan waktunya dengan men
Shara memilih tiduran di ranjang kamarnya dan menatap atap kamarnya yang bergambar awan di langit biru. Ia pandang gambar itu sambil memikirkan permintaan Adam. Walau ia tidak keberatan, bagaimana dengan keluarganya? Belum tentu juga mereka akan menyetujuinya. Di tengah-tengah ia memikirkan ini semua, pintu kamar di ketuk dari luar.Tok....Tok ....Tok ...."Come in." Jawab Shara dan saat pintu itu terbuka sosok Ayu ada di sana."Shar?""Masuk, Ma." Kata Shara sambil mencoba untuk bangkit dan duduk di atas ranjangnya.Ayu segera berjalan mendekati anak keduanya ini dan duduk di tepian ranjang. Sejak Shara pulang dari hari pertamanya bekerja di kantor pusat Apotek mereka, Ayu melihat wajah sang anak yang terlihat gundah gulana. Kini ayu lebih memilih duduk di sebelah Shara dan menepuk paha Shara pelan sambil bertanya, "what happened with you?""Si Monyet, Ma.""Ada apa sama Ad
Adam hanya bisa menghela napasnya saat akhirnya acara "nembung" Shara kepada orangtuanya ini sudah hampir selesai dilakukan. Beberapa point persetujuan tentang acara lamaran hingga pernikahan pun juga sudah memiliki kesepakatan."Jadi acara lamarannya bulan depan. Pernikahannya dua bulan dari sekarang dan selama masa itu mereka juga harus mempersiapkan yang namanya prewedding, seserahan, angsul-angsul?" Kata Suryawan Raharja kepada Sony Tanarya."Iya. Kalian prewedding-nya tidak bisa jika hanya pergi bersama fotografer saja. Kalian harus pergi bareng keluarga. Takut terjadi hal-hal yang tidak di inginkan sebelum waktunya.""Tenang saja, nanti ada adiknya Adam sama suaminya yang akan ikut. Kalo perlu nanti teman-teman mereka diajak, biar rame sekalian liburan.Mampus....Adam hanya bisa mengumpat di dalam hatinya mendengar penuturan sang Papa. Jangan, jangan sampai Nada and the Genk ikut dalam acara pre
Nada menatap Adam yang sedang tidur dengan kedua anaknya di atas ranjang kamar tamu yang ada di rumahnya. Ia menggelengkan kepalanya ketika melihat Adam begitu tampak protektif kepada kedua keponakannya. Ia tidur di antara Galen dan Edel dengan tangan yang memeluk kedua keponakannya. Juna yang melihat istrinya hanya menyadarkan tubuh di depan pintu kamar tamu segera menghampirinya lalu berdiri di belakang Nada."Kamu ngapain, Nad nggak buruan bangunin si kembar?""Lagi lihat pemandangan manis banget." Jawab Nada pelan, namun tatapannya tetap terfokus ke arah ranjang.Akhirnya Juna ikut memperhatikan pemandangan yang dan di depannya. Ia masih heran apanya yang manis? Ia bahkan heran bagaimana Galen serta Edel tidak merasa terganggu saat tidur bersama Pakdhenya yang ketika mendengkur suaranya sungguh seperti lokomotif kereta api itu."Tapi mereka harus sekolah, ayo bangunin keburu siang.""Iya-iya." Setelah mengatakan itu, Nada segera menarik tubuhny
Shara buru-buru merapikan meja kerjanya tatkala suara klakson mobil sudah berkali kali terdengar dari bawah kantornya. Tidak perlu bertanya tanya siapa orang yang kurang kerjaan hingga memilih membunyikan klakson berkali kali hingga menjadi polusi suara daripada turun dan menyambangi loby kantornya. Rasa jengkelnya pada Adam membuatnya semakin ingin menabok pipi calon suaminya itu. Sungguh kelakuannya selalu menguji sabar serta imannya sebagai umat manusia."Kampret. Kenapa nggak turun aja sih, Nyet." Omel Shara sambil segera meraih tas Balenciaga miliknya dan turun ke bawah dengan sedikit berlari. Saat ia sudah keluar dari kantornya. Ia bisa melihat Adam yang menurunkan kaca mobil sambil membuka kacamata hitamnya. Sebenarnya pemandangan ini sangat indah bahkan mungkin Shara takjub selama beberapa detik hingga akhirnya semua itu ambyar ketika Adam justru menggodanya sambil menarik turunkan alisnya. Dengan rasa jengkel, Shara segera menyeberangi jalan dan menuju ke mo
Group WhatsApp DeSaNaSharenada Raharja menambahkan Robert Aryawilaga.Robert: hadeh... Kenapa gue di invite ke group arisan emak-emak lagi sih?Nada : ssssttt.... Diem dulu. Ada hal penting! Salma sama Deva mana, nih?Deva : ada apaan sih, Nad?Nada : jangan tinggalin handphone Lo dulu. Sekarang Salma mana?Salma : hadir...Nada : good. Gue punya pengumuman penting yang bikin lo semua bakalan bahagia dunia akhirat.Deva : pengumuman apa? Si Robert udah berhasil ngajakin Senja nikah?Salma : kalo iya gue mau tumpengan.Nada : kalo itu sih kayanya belum. Soalnya undangannya belum sampai ke rumah gue.Deva : eh, Nad Lo mau bilang apaan?Nada : diantar
Hari Minggu pagi ini Adam mengajak Shara untuk berjogging sepanjang jalan dari arah pantai Parangtritis hingga ke pantai Depok. Oh sungguh, Adam benar-benar ahli membuatnya lelah bercampur marah. Lebih gilanya lagi, jika ia sedang mengomel dan marah, lalu Adam tiba-tiba menciumnya, ia langsung terdiam dan kemarahannya hilang apalagi setiap Adam mengatakan beberapa kata yang membuat Shara malu sendiri."Babi, i love you. Kamu cantik deh kalo lagi marah, bikin aku makin cinta sama kamu.""Sharanghae, Babi." sambil Adam mengangkat kedua tangannya di atas kepalanya.Dua kalimat itu adalah dua kalimat yang paling sering Adam katakan kepada dirinya, namun pernah Shara mendengar Adam mengatakan sesuatu kepadanya saat mereka baru saja pulang dari touring motor Vespa keliling Jogja dan Shara mengumpat di dalam hati karena dirinya tidak bisa dan tidak paham berbahasa jerman. Adam mengatakan, "Ich liebe dich. Auch wenn ich dich of
Shara duduk di samping Adam sambil memperhatikan interaksi Nada bersama ketiga temannya. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat itu semua, bagaimana bisa ketiga wanita yang notabennya telah memiliki anak ini pergi tanpa membawa anak-anak mereka apalagi suami. Sungguh terlalu nekat healing versi Nada dan teman-temannya. Apalagi mereka pergi selama tiga hari dan keluar negri pula."Bahagia tau nggak sih Lo gue bisa lepas dari rutinitas harian." Kata Salma sambil mulai memakan camilan kentang gorengnya"Lo mah nggak usah nunggu punya duit, mau healing kapan aja bisa, nah coba gue harus ambil emergency leave tiga hari pula.""Heh, Bet. Lo nggak usah rajin-rajin amat, sesekali kasih kerjaan ke rekan sejawat Lo, biar insentif Lo kagak gede-gede amat. Masa periksa kandungan sama Lo antrinya bejibun, giliran sama dokter kandungan yang lain mah paling satu dua orang doang antriannya." Oceh Deva yang membuat Salma dan Nada tertawa.
Shara menatap ranjang berukuran king yang ada di depannya dengan tatapan menyelidik. Bagaimana bisa hotel bintang lima sebesar ini hanya menyisakan satu kamar kosong sedangkan lainnya terisi semua. Jika tau seperti itu lebih baik mereka menyewa hotel lain, tapi mau bagaimana lagi, mereka mendapatkan kamar ini pun karena suami Salma memiliki sebagian besar saham hotel ini dan kamar ini mereka dapatkan secara cuma-cuma sebagai hadiah pertunangan dari Tom."Bi, kenapa nggak buruan masuk?" Tanya Adam saat ia berhenti di belakang tubuh Shara.Shara menoleh untuk menatap Adam. "Nyet, serius kita harus sekamar berdua selama di Korea?""Memang kenapa?""Belum muhrim, Nyet."Kini Adam tertawa cekikikan mendengar penuturan Shara ini. Selama Adam mengenal Shara hampir sepanjang hidupnya, mereka sudah pernah sekamar berdua beberapa kali dan tidak pernah terjadi hal yang tidak di inginkan sama sekali. Semua berjalan dengan baik hingga akhirnya saat ini, untuk p