Shara duduk di samping Adam sambil memperhatikan interaksi Nada bersama ketiga temannya. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat itu semua, bagaimana bisa ketiga wanita yang notabennya telah memiliki anak ini pergi tanpa membawa anak-anak mereka apalagi suami. Sungguh terlalu nekat healing versi Nada dan teman-temannya. Apalagi mereka pergi selama tiga hari dan keluar negri pula.
"Bahagia tau nggak sih Lo gue bisa lepas dari rutinitas harian." Kata Salma sambil mulai memakan camilan kentang gorengnya
"Lo mah nggak usah nunggu punya duit, mau healing kapan aja bisa, nah coba gue harus ambil emergency leave tiga hari pula."
"Heh, Bet. Lo nggak usah rajin-rajin amat, sesekali kasih kerjaan ke rekan sejawat Lo, biar insentif Lo kagak gede-gede amat. Masa periksa kandungan sama Lo antrinya bejibun, giliran sama dokter kandungan yang lain mah paling satu dua orang doang antriannya." Oceh Deva yang membuat Salma dan Nada tertawa.
Shara menatap ranjang berukuran king yang ada di depannya dengan tatapan menyelidik. Bagaimana bisa hotel bintang lima sebesar ini hanya menyisakan satu kamar kosong sedangkan lainnya terisi semua. Jika tau seperti itu lebih baik mereka menyewa hotel lain, tapi mau bagaimana lagi, mereka mendapatkan kamar ini pun karena suami Salma memiliki sebagian besar saham hotel ini dan kamar ini mereka dapatkan secara cuma-cuma sebagai hadiah pertunangan dari Tom."Bi, kenapa nggak buruan masuk?" Tanya Adam saat ia berhenti di belakang tubuh Shara.Shara menoleh untuk menatap Adam. "Nyet, serius kita harus sekamar berdua selama di Korea?""Memang kenapa?""Belum muhrim, Nyet."Kini Adam tertawa cekikikan mendengar penuturan Shara ini. Selama Adam mengenal Shara hampir sepanjang hidupnya, mereka sudah pernah sekamar berdua beberapa kali dan tidak pernah terjadi hal yang tidak di inginkan sama sekali. Semua berjalan dengan baik hingga akhirnya saat ini, untuk p
Shara menatap dirinya di depan cermin besar yang ada di kamar mandi hotel. Ia menatap dirinya dengan tatapan jijik dan malu, seolah dirinya salah orang pesakitan. Pikirannya terus berkelana memikirkan tentang apa yang baru saja terjadi. Bagaimana bisa dirinya kembali menjadi Shara yang dulu. Shara yang tidak bisa menahan hawa napsunya ketika ia sudah mulai mendapatkan sentuhan, belaian bahwa cumbuan dari pasangannya.Kenapa juga Adam bisa dengan mudah merontokkan dinding pertahanan yang sudah ia mulai bangun dengan susah payah beberapa bulan ini. Sejak ia putus dari Dion, satu hal yang Shara ingin lakukan pada dirinya adalah merubah semua kebiasaannya. Ia tidak ingin menjadi wanita yang mudah menyerahkan dirinya kepada laki-laki. Ia ingin hubungan yang akan ia jalin itu tidak hanya berorientasikan sex semata. Lebih dari itu, ia ingin hubungannya dengan Adam lebih pada perasaan dari hati ke hati. Bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain di hidup mereka laksana pohon yang
Shara menatap penampilannya di depan cermin sambil tersenyum puas. Kali ini dirinya yang mengenakan mini dress berwarna pink dengan belahan dada yang rendah membuat kecantikannya terpancar. Segera saja ia keluar dari kamar mandi dan mengajak Adam untuk menuju ke Namdaemun Market."Nyet, kita berangkat yuk?"Bukannya segera bangkit dari sofa yang ia duduki, Adam justru memperhatikan penampilan Shara dari atas hingga bawah yang terbilang cukup seksi di mata Adam ini. Shara yang sadar jika Adam memperhatikannya dari atas sampai bawah hanya menghela napas dan memutar kedua bola matanya."Kamu ngapain lihatin aku begitu?""Baju kamu kurang bahan. Ganti, Bi.""Ini itu bukan kurang bahan, tapi memang modelnya aja begini.""Keseksian, Bi."Shara memutar kedua bola matanya lagi lalu ia segera menuju ke kopernya untuk mencari sebuah celana jeans panjang dan sebuah t-shirt berwarna abu polos. Dengan berat hati, Shara kembali masuk ke ka
Setelah sepanjang siang bahkan hingga malam mereka berjalan jalan di Namdaemun Market hingga ke Namsan tower, akhirnya Shara dan Adam kembali ke hotel tempat mereka menginap. Saat Adam berhasil membuka pintu kamar hotelnya, segera saja Shara melewatinya dan menjatuhkan dirinya di atas ranjang berukuran king ini. Adam yang melihat itu hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan."Ya Tuhan, capek banget hari ini." Keluh Shara yang tidak direspon apapun oleh Adam.Setelah Adam menaruh semua barang belanjaan mereka, segera ia menuju ke kamar mandi. Dia bukanlah Shara yang merupakan salah satu orang paling malas untuk mandi jika hari libur datang. Segila gilanya dirinya, ia adalah laki-laki yang menjunjung tinggi kebersihan. Ia tidak akan bisa tidur dalam kondisi tubuhnya kotor dan berkeringat.Beberapa saat Adam di dalam kamar mandi hingga akhirnya saat ia keluar dari sana, ia menemukan Shara yang sudah tertidur den
Pagi hari Adam serta Shara sudah bersiap-siap dan mereka akan segera pergi menuju ke lokasi foto prewedding. Sebelum mereka keluar dari kamar, Shara mengajak Adam untuk berfoto berdua."Nyet, foto yuk?"Foto apa?""Foto tangan aja. Mau pamerin cincin yang kemarin kita beli di sini."Adam hanya menghela napas panjang ketika mengingat kejadian kemarin saat Shara mengajaknya membeli sepasang cincin emas putih. Menurut Shara ini sebagai cinderamata sekaligus pengingat bagi mereka bahwa souvernir pertama yang mereka beli berdua ketika berada di Korea Selatan setelah resmi menjadi pasangan adalah cincin minimalis ini."Kenapa nggak foto mukanya aja sekalian?""Belum waktunya untuk dipublikasikan. Udah sini, mana tangannya. Buruan." Kata Shara sambil mengambil tangan kiri Adam dan tangan kanannya sibuk memposisikan kamera handphone untuk mengabadikan momment tersebut.Adam hanya menggelengkan kepalanya ketika menyadari jika Shara be
Shara menempelkan es batu di sekitar matanya karena kini matanya sudah bengkak. Ia terus mengumpat kepada Adam yang hanya membuat Adam semakin tertawa dengan laknatnya. Mendapatkan respon seperti itu dari Adam, Shara langsung melemparkan es batu yang ada di tangannya.Ngguiing.....Buugggg.....Shara semakin emosi ketika Adam justru berhasil menghindari lemparan es batu dari dirinya."Ye, nggak kena, nggak kena."Sumpah!Seperti sia-sia saja dirinya menangisi perkataan Adam tadi. Seharusnya ia tidak perlu baper ketika mendengar Adam yang sedang kesurupan, karena kini ketika Adam kembali waras, sikapnya terbukti ampuh membuatnya emosi."Sumpah, aku nyesel banget kenapa aku harus terenyuh dengan perkataan kamu tadi, padahal kamu kalo udah sadar kekakuannya kaya Dajjal.""Wah, tega kamu, Bi. Gini-gini calon imam dunia akhirat kamu."Kesal dengan ocehan Adam, Shara segera keluar dari kama
Shara menatap Adam dengan malas ketika mereka berada di dalam mobil untuk menuju ke Seoul Forrest. Bahkan kini Shara memperhatikan Adam yang sedang sibuk dengan handphonenya dan mengacuhkan dirinya. Memang penyakit di jaman sekarang salah satunya adalah para pasangan yang lebih sering menatap layar handphone daripada menatap pasangannya. Lebih sering memijit layar handphone daripada memberikan pijatan untuk pasangannya. Shara hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan ketika menyadari betapa benarnya fenomena itu.Adam yang menyadari tatapan Shara ini hanya bisa bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar handphone miliknya."Kamu lihatin aku sampai segitunya. Awas, nanti terpesona sama aku.""What?" Pekik Shara ketika mendapatkan pertanyaan gila dari Adam.“Kamu lihatin aku kaya gitu, hati-hati entar jadi bucin. Parah-parahnya bisa jadi bulol alias bucin tolol.”"Hueekkk...." Shara pura-pura menirukan ge
Lima hari sejak kepulangannya dari Korea, Shara harus mengurung dirinya di dalam kamar karena permintaan Mama dan Papanya. Berhubung ia lahir dari keluarga yang berprofesi sebagai para tenaga medis, maka kini Shara sedang melakukan isolasi mandiri di dalam kamarnya. Oh, sungguh menyebalkan. Mungkin ia tidak akan sebegininya jika lahir dari keluarga biasa seperti Adam, tapi kenyataan yang menamparnya adalah ia lahir dari pasangan dokter yang bahkan keluarga besarnya pun kebanyakan dokter serta pengusaha di bidang farmasi.Aktivitas yang ia lakukan di dalam kamar tidak jauh dari apa yang biasa ia lakukan ketika harus bekerja dengan sistem work from home. Namun sayangnya karena permintaan Mama dan Papanya ini dirinya harus mengundur waktu pengurusan berkas-berkas pernikahannya dengan Adam. Padahal waktu yang mereka miliki semakin dekat saja. Belum lagi dirinya harus melakukan fitting kebaya untuk acara siraman, pengajian bahkan Midodareni.Mau tida
Setelah mengatar Galen dan Edel ke sekolah mereka, pagi ini Juna dan Nada segera menuju ke rumah Adam yang berada di daerah Kalasan. Jangan tanya bagaimana padatnya lampu merah pagi ini karena tentu saja di jam-jam orang berangkat kerja seperti ini jalan Laksda Adisucipto cukup membuat banyak orang tiba-tiba cosplay menjadi Valentino Rossi."Kalo bukan karena kamu yang ngajakin aku, Nad, mending aku ke kantor dan kerja aja. Kerjaanku numpuk ini.""Kemarin kita sudah menuruti keinginan Adam buat enggak ditengok, karena itu kita ngikutin kemauan Tiara buat bikin acara penyambutan di rumahnya si Monyet.""Memang siapa yang punya kunci rumahnya?""Aku," kata Nada sambil memamerkan kunci rumah Adam di depan wajah suaminya yang kini sedang berada di balik kemudi mobil.Juna menggelengkan kepalanya melihat kunci rumah Adam yang memiliki gantungan boneka Pucca itu. Melihat reaksi Juna, Nada menarik kunci itu dan memasukkan kembali ke dalam tasnya. Obrolan khas suami istri terjadi di dalam mob
Adam baru bisa bernapas dengan lega kala Mamanya pamit untuk ke kantor, namun sepertinya rasa lega yang ia rasakan terlalu cepat berakhir karena handphonenya sudah penuh dengan hujatan dari saudara-saudaranya.Nada : Nyet... sebenarnya lo anggap kita di group ini apa? Bisa-bisanya lo enggak kasih kabar kalo Mbak Shara opname di rumah sakit.Luna : Shara opname?Nada : Iya, Mbak. Gue dikasih tahu Mama soalnya Mama ijin berangkat siang hari ini karena mau jenguk Mbak Shara dulu.Ruben : Bagus.... si Monyet minta didepak dari dari group ini secara terang-terangan.Juna : Gimana bisa kita depak dia, Ben... dia kan admin group-nya :DCaramel : Oh... begitu ya mainnya sekarang, mas Adam? Kalo ada apa-apa enggak pernah kasih tahu keluarga. Awas aja kalo bininya sampai mikir keluarga lakinya cuek-cuek dan enggak ada yang perhatian.Adam yang membaca pesan di group whatsapp itu hanya bisa menghela napas panjang. Niat hati ingin merahasiakan semua ini agar Shara bisa beristirahat dengan nyaman
Shara memilih memfokuskan pandangannya pada layar handphone miliknya sejak Sony dan Ayu masuk ke ruangan ini. Apalagi dokter Merry baru saja melakukan kunjungan dan menerangkan kondisinya secara detail saat ini kepada Adam berbonus kepada Sony serta Ayu. Tentu saja Sony dan Ayu menanyakan kondisi Shara saat ini secara detail kepada dokter Merry melebihi pertanyaan-pertanyaan yang Adam berikan. "Selalu saja begitu kamu itu, Shar. Apa sih susahnya menahan diri? Toh kalian ini sudah lama 'kan mengharapkan kehadiran momongan.""Mama kaya enggak pernah ditinggal lama sama Papa terus ketemu lagi. Bisa coba dibayangkan gimana 'kan rasanya."Jika tidak ingat ini di rumah sakit, Ayu pasti sudah mengomeli Shara tiada henti. Sayangnya Sony sudah meminta istrinya itu untuk diam dan tidak meneruskan perdebatan ini. Suara ketukan di pintu ruangan Shara dirawat ini membuat Adam segera berdiri dan berjalan untuk membukanya. Tidak mungkin perawat karena jika perawat pasti setelah mengetuk pintu akan
"Sebagai tindakan preventifnya, saya sarankan ibu Shara untuk bedrest selama beberapa hari di rumah sakit."Mendengar ucapan dokter Merry ini, Adam tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Bagaimana bisa Shara merahasiakan semuanya ini dari dirinya sejak pagi sampai siang. Untung saja saat ini dirinya menemani Shara ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya jika tidak entah apa yang akan terjadi. Bisa-bisa Shara tetap akan menyembunyikan keadaannya dengan mengatakan akan menginap di rumah orangtuanya selama beberapa hari. "Baik, Dok."Ucapan Shara yang terdengar pasrah ini membuat Adam menoleh. Andai tidak ada dokter Merry di hadapannya, Adam mungkin akan memarahi Shara secara habis-habis. Sudah menjadi kesepakatan mereka untuk selalu terbuka dalam hal apapun namun Shara memilih menyembunyikannya. Kini saat dokter Merry meminta Adam dan Shara mengurus semua bekas yang diperlukan untuk melakukan rawat inap, segera saja mereka berdua keluar dari ruang praktek dokter Merry. Samb
Terik sinar matahari yang menyapa kedua mata Adam membuatnya segera menggunakan kacamata hitamnya. Ia baru saja sampai di Yogyakarta Internasional Airports dan langsung menuju ke parkiran karena Nada sudah menjemputnya di sana. Sengaja Adam tidak memberitahukan kepada Shara tentang detail jadwal penerbangannya dari Berlin ke Jakarta. Ia bahkan sempat menginap selama semalam di Jakarta terlebih dahulu sebelum pulang ke Jogja.Begitu Adam sudah masuk ke sisi penumpang depan, Nada langsung tancap gas untuk keluar dari parkiran bandara."Gimana, Nyet kabar lo?""Seperti yang lo lihat.""Baguslah, sepertinya lo sehat.""Haruslah, Nad. Makanya gue nginep di Jakarta dulu semalam biar jetlag gue hilang. Biar waktu balik ke sini, gue bisa langsung lovey dovey-an sama Babi."Mendengar perkataan Adam ini, Nada menjadi teringat kejadian ketika ia berada di PGS kemarin. Meskipun ia sudah berjanji kepada Shara untuk tidak membocorkan masalah ini kepada Adam, namun entah kenapa ia merasa resah. Peng
Malam ini Adam duduk di kursi dapur yang ada di rumah Angi. Sengaja malam ini dirinya datang ke sini setelah mendapatkan kabar jika keluarga Joe sudah kembali ke Berlin setelah liburan keluarga yang mereka lalui."Tumben lo diam, Nyet?" Tanya Angi sambil membawakan minuman untuk Adam yang sudah datang sejak tadi ke rumahnya untuk bertemu Joe. Baru setelah urusan Adam dan Joe selesai di ruang kerja, Adam menuju ke dapur dan menunggu Angi selesai menidurkan Bathara di sana."Lo maunya gue tanyain apa?""Biasanya lo paling enggak bisa lihat orang pulang liburan tapi enggak bawa oleh-oleh.""Itu dulu. Sekarang sejak Shara hamil, gue akan pelan-pelan merubah sifat sampah gue. Ya meskipun enggak bisa seratus persen karena itu bawaan orok, tapi seenggaknya gue kurangin."Angi yang kini duduk di samping Adam hanya bisa menatap sepupunya itu dengan tatapan sedih. Ia belum siap kehilangan sosok gila Adam yang sudah menemaninya sejak kecil dengan segala tingkah nyentriknya. Mungkin saja tanpa ke
Seminggu setelah kepulangannya ke Indonesia, Shara akhirnya diselimuti rasa bosan. Aktivitasnya hanya berenang, yoga dan nonton TV seharian. Rasanya ia benar-benar membutuhkan pekerjaan untuk membuat otaknya tidak tumpul. Meksipun Adam tidak melarangnya utnuk bekerja, namun Adam tidak mengizinkannya untuk bekerja di kantor lagi yang mengharuskan ia naik turun tangga apalagi menyetir cukup jauh. Sejak tiga hari yang lalu bahkan Shara harus pindah kamar ke kamar tamu yang ada di lantai satu daripada setiap ia bertelepon ria dengan Adam, Adam terus menerus membahas hal ini.Selama seminggu ini juga Askara selalu menemaninya setiap malam di rumah. Kedua orangtuanya juga sudah dua kali datang menjenguknya, begitupula dengan mertuanya.Suara bel pintu rumah yang berbunyi membuat Shara segera berdiri dan berjalan ke arah depan. Sebelum membukanya, Shara mengintip dari jendela. Shara terkejut melihat Galen dan Edel ada di teras rumahnya bersama kedua orangtuanya.Apa Nada sama Juna enggak ker
Sejak Shara memberitahukan tentang kabar kehamilannya kemarin melalui sambungan telepon dan rencananya untuk pulang ke Indonesia bersama mertuanya, Ayu dan Sonny semakin tidak sabar menanti kepulangan anak perempuannya itu. Mereka tidak menyangka jika Tuhan sebaik ini kepada keluarga mereka. Shara akhirnya hamil secara alami. Ini benar-bensr mukjizat bagi keluarga mereka. Apalagi mengingat masalah rahim yang dialami Shara kemarin hingga ia harus berobat ke Jerman. "Pa, kita jemput Shara ke Bandara, yuk?" "Papa maunya gitu, tapi enggak bisa, Ma. Soalnya jadwalnya bentrok sama waktu operasi.""Hmm.... Ya sudah, Pa. Tapi kalo Mama ajak Shara tinggal di sini aja selama Adam belum balik ke Indonesia, Papa setuju enggak?""Setuju aja, Ma tapi apa Gendhis sama Suryawan enggak akan iri kalo Shara ikut kita?""Ya harusnya enggak, Pa. Bagaimanapun juga lebih enak ikut orangtua sendiri daripada ikut mertua. Di sisi lain kita ini 'kan dokter, jadi kalo Shara ada keluhan tentang kesehatannya, ki
Sepi. Itulah hal pertama yang Adam temui ketika ia masuk ke rumah yang ia tinggali bersama Shara selama ini. Tidak ia sangka jika kehadiran Shara lebih dari setahun belakangan ini membuat hidupnya lebih berwarna. Tanpa Shara di rumah ini, suasananya menjadi seperti kuburan. Mengingat ia baru saja datang dari bandara, Adam segera menuju ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Selesai melakukan semua itu, ia memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas ranjang tempat tidur. Sebelum ia lupa, Adam segera mengambil handphonenya yang ada di atas meja dekat ranjang lalu mengirimkan pesan kepada istrinya. Adam : Bi, aku sudah sampai di rumah. Sekarang aku mau tidur dulu. Nanti kalo sudah bangun, aku telepon ya? Selesai mengetikkan semua itu, Adam menyenggol tombol send di handphone miliknya. Memgingat lelah setelah perjalanan, Adam langsung memejamkan matanya dan berharap esok hari dirinya sudah memiliki cukup kekuatan untuk menyelesaikan pekerjaannya. ***Shara yang baru saja membaca pesan dari