Shara menatap dirinya di depan cermin besar yang ada di kamar mandi hotel. Ia menatap dirinya dengan tatapan jijik dan malu, seolah dirinya salah orang pesakitan. Pikirannya terus berkelana memikirkan tentang apa yang baru saja terjadi. Bagaimana bisa dirinya kembali menjadi Shara yang dulu. Shara yang tidak bisa menahan hawa napsunya ketika ia sudah mulai mendapatkan sentuhan, belaian bahwa cumbuan dari pasangannya.
Kenapa juga Adam bisa dengan mudah merontokkan dinding pertahanan yang sudah ia mulai bangun dengan susah payah beberapa bulan ini. Sejak ia putus dari Dion, satu hal yang Shara ingin lakukan pada dirinya adalah merubah semua kebiasaannya. Ia tidak ingin menjadi wanita yang mudah menyerahkan dirinya kepada laki-laki. Ia ingin hubungan yang akan ia jalin itu tidak hanya berorientasikan sex semata. Lebih dari itu, ia ingin hubungannya dengan Adam lebih pada perasaan dari hati ke hati. Bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain di hidup mereka laksana pohon yang
Shara menatap penampilannya di depan cermin sambil tersenyum puas. Kali ini dirinya yang mengenakan mini dress berwarna pink dengan belahan dada yang rendah membuat kecantikannya terpancar. Segera saja ia keluar dari kamar mandi dan mengajak Adam untuk menuju ke Namdaemun Market."Nyet, kita berangkat yuk?"Bukannya segera bangkit dari sofa yang ia duduki, Adam justru memperhatikan penampilan Shara dari atas hingga bawah yang terbilang cukup seksi di mata Adam ini. Shara yang sadar jika Adam memperhatikannya dari atas sampai bawah hanya menghela napas dan memutar kedua bola matanya."Kamu ngapain lihatin aku begitu?""Baju kamu kurang bahan. Ganti, Bi.""Ini itu bukan kurang bahan, tapi memang modelnya aja begini.""Keseksian, Bi."Shara memutar kedua bola matanya lagi lalu ia segera menuju ke kopernya untuk mencari sebuah celana jeans panjang dan sebuah t-shirt berwarna abu polos. Dengan berat hati, Shara kembali masuk ke ka
Setelah sepanjang siang bahkan hingga malam mereka berjalan jalan di Namdaemun Market hingga ke Namsan tower, akhirnya Shara dan Adam kembali ke hotel tempat mereka menginap. Saat Adam berhasil membuka pintu kamar hotelnya, segera saja Shara melewatinya dan menjatuhkan dirinya di atas ranjang berukuran king ini. Adam yang melihat itu hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan."Ya Tuhan, capek banget hari ini." Keluh Shara yang tidak direspon apapun oleh Adam.Setelah Adam menaruh semua barang belanjaan mereka, segera ia menuju ke kamar mandi. Dia bukanlah Shara yang merupakan salah satu orang paling malas untuk mandi jika hari libur datang. Segila gilanya dirinya, ia adalah laki-laki yang menjunjung tinggi kebersihan. Ia tidak akan bisa tidur dalam kondisi tubuhnya kotor dan berkeringat.Beberapa saat Adam di dalam kamar mandi hingga akhirnya saat ia keluar dari sana, ia menemukan Shara yang sudah tertidur den
Pagi hari Adam serta Shara sudah bersiap-siap dan mereka akan segera pergi menuju ke lokasi foto prewedding. Sebelum mereka keluar dari kamar, Shara mengajak Adam untuk berfoto berdua."Nyet, foto yuk?"Foto apa?""Foto tangan aja. Mau pamerin cincin yang kemarin kita beli di sini."Adam hanya menghela napas panjang ketika mengingat kejadian kemarin saat Shara mengajaknya membeli sepasang cincin emas putih. Menurut Shara ini sebagai cinderamata sekaligus pengingat bagi mereka bahwa souvernir pertama yang mereka beli berdua ketika berada di Korea Selatan setelah resmi menjadi pasangan adalah cincin minimalis ini."Kenapa nggak foto mukanya aja sekalian?""Belum waktunya untuk dipublikasikan. Udah sini, mana tangannya. Buruan." Kata Shara sambil mengambil tangan kiri Adam dan tangan kanannya sibuk memposisikan kamera handphone untuk mengabadikan momment tersebut.Adam hanya menggelengkan kepalanya ketika menyadari jika Shara be
Shara menempelkan es batu di sekitar matanya karena kini matanya sudah bengkak. Ia terus mengumpat kepada Adam yang hanya membuat Adam semakin tertawa dengan laknatnya. Mendapatkan respon seperti itu dari Adam, Shara langsung melemparkan es batu yang ada di tangannya.Ngguiing.....Buugggg.....Shara semakin emosi ketika Adam justru berhasil menghindari lemparan es batu dari dirinya."Ye, nggak kena, nggak kena."Sumpah!Seperti sia-sia saja dirinya menangisi perkataan Adam tadi. Seharusnya ia tidak perlu baper ketika mendengar Adam yang sedang kesurupan, karena kini ketika Adam kembali waras, sikapnya terbukti ampuh membuatnya emosi."Sumpah, aku nyesel banget kenapa aku harus terenyuh dengan perkataan kamu tadi, padahal kamu kalo udah sadar kekakuannya kaya Dajjal.""Wah, tega kamu, Bi. Gini-gini calon imam dunia akhirat kamu."Kesal dengan ocehan Adam, Shara segera keluar dari kama
Shara menatap Adam dengan malas ketika mereka berada di dalam mobil untuk menuju ke Seoul Forrest. Bahkan kini Shara memperhatikan Adam yang sedang sibuk dengan handphonenya dan mengacuhkan dirinya. Memang penyakit di jaman sekarang salah satunya adalah para pasangan yang lebih sering menatap layar handphone daripada menatap pasangannya. Lebih sering memijit layar handphone daripada memberikan pijatan untuk pasangannya. Shara hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan ketika menyadari betapa benarnya fenomena itu.Adam yang menyadari tatapan Shara ini hanya bisa bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar handphone miliknya."Kamu lihatin aku sampai segitunya. Awas, nanti terpesona sama aku.""What?" Pekik Shara ketika mendapatkan pertanyaan gila dari Adam.“Kamu lihatin aku kaya gitu, hati-hati entar jadi bucin. Parah-parahnya bisa jadi bulol alias bucin tolol.”"Hueekkk...." Shara pura-pura menirukan ge
Lima hari sejak kepulangannya dari Korea, Shara harus mengurung dirinya di dalam kamar karena permintaan Mama dan Papanya. Berhubung ia lahir dari keluarga yang berprofesi sebagai para tenaga medis, maka kini Shara sedang melakukan isolasi mandiri di dalam kamarnya. Oh, sungguh menyebalkan. Mungkin ia tidak akan sebegininya jika lahir dari keluarga biasa seperti Adam, tapi kenyataan yang menamparnya adalah ia lahir dari pasangan dokter yang bahkan keluarga besarnya pun kebanyakan dokter serta pengusaha di bidang farmasi.Aktivitas yang ia lakukan di dalam kamar tidak jauh dari apa yang biasa ia lakukan ketika harus bekerja dengan sistem work from home. Namun sayangnya karena permintaan Mama dan Papanya ini dirinya harus mengundur waktu pengurusan berkas-berkas pernikahannya dengan Adam. Padahal waktu yang mereka miliki semakin dekat saja. Belum lagi dirinya harus melakukan fitting kebaya untuk acara siraman, pengajian bahkan Midodareni.Mau tida
Shara baru saja keluar dari ruang MRI di rumah sakit ini. Kini ia hanya bisa melirik Adam yang sedang berjalan di sebelahnya dengan tatapan gemas. Rasanya Shara ingin menjambak rambut kepala Adam yang lurus dengan warna rambut hitam itu."Alhamdulillah, sekarang aku bisa tenang kalo kamu nggak kenapa-kenapa." Kata Adam tanpa dosa."Hasilnya belum keluar, Nyet.""Tapi tadi dokter Joshua bilang ini cuma tindakan preventif aja. Dia takut kalo nggak nyuruh kamu MRI someday ada apa-apa dia bisa habis dia sama Papa kamu."Kini Shara tertawa cekikikan di samping Adam dan mereka masih berjalan menuju ke ruangan pengambilan hasil MRI yang ada di dekat loket pembayaran dan apotek."Sakitnya nggak seberapa, malunya luar biasa." Kata Shara sambil mengingat-ingat kejadian satu jam lalu saat mereka tiba di UGD.Ketika sampai di rumah sakit, Adam langsung menghentikan Lamborghini Aventador miliknya di depan pintu masuk utama UGD dan ia me
Shara bercermin di depan sebuah cermin kecil yang sedang ia pegang di tangannya. Wajahnya menjadi lesu tatkala ia mendapati keningnya yang sudah membiru. Entah apa yang akan ia katakan kepada orangtuanya tentang luka yang ada di dahinya ini. Adam yang memperhatikan Shara dari balik kemudi mobilnya hanya bisa menghela napas sambil geleng-geleng kepala."Mau ngaca sampai lebaran gajah juga muka kamu gitu-gitu aja, nggak akan berubah."Mendapati perkataan Adam, Shara menoleh dan menatap laki-laki bermulut comel ini."Iya, aku tau kalo muka aku nggak akan berubah kecuali bakalan oplas di Korea, tapi ini gimana nutupinnya?""Bikin poni Dora."Plak.....Shara menepuk lengan Adam yang membuat Adam tertawa cekikikan. Adam tidak bisa membayangkan wajah Shara yang memiliki poni depan di usia 34 tahun ini."Nggak, nggak sudi aku di poni depan. Udah kaya Edel aja.""Ya udah kalo gitu terima aja kenyataannya kalo kamu barusan