Sepanjang jalan Shara hanya bisa melirik Adam beberapa kali tanpa memiliki keinginan untuk mengomentari setiap kata yang keluar dari bibir Adam. Bagi Shara Adam bukanlah laki-laki sejati, namun ia adalah wanita yang terjebak dalam tubuh pria karena Adam tergolong laki-laki yang julidnya tidak ketulungan, bahkan ia termasuk laki-laki yang suka bergosip.
"Bi, Lo kenapa diam aja dari tadi?" Tanya Adam ketika mobil mereka terjebak kemacetan.
"Gue lagi mikir kapan Siwon bakal ketemu sama gue terus nikahin gue."
Adam berusaha untuk tidak tertawa namun gagal. Kini mau tidak mau Shara menoleh menatap Adam.
"Lo kenapa ketawa sih, Nyet. Gue serius. Setelah hubungan gue sama Dion kandas, gue rasa memang jodoh gue itu Siwon."
"Bi...Bi... babiku sayang yang hoby berkhayal, tolong bangun karena ini bukan negri dongeng."
"Eh, siapa tau aja Siwon jodoh gue, Nyet. Siapa tau juga gue bakalan nikah pas usia 40 tahun kaya Son Ye Jin pas dinikahin Hyun Bin."
Adam menghela nafasnya. Tidak perlu bertanya siapa Son Ye Jin dan Hyun Bin karena sejak drama Korea yang mereka bintangi booming, Shara sudah mengajaknya nobar semalam suntuk. Bahkan mereka nobar bersama Nada dan Juna, sesuatu yang Adam sadari unfaedah, sepanjang drama diputar ia harus menahan ocehannya karena di sebelahnya Nada dan Juna sibuk lovey dovey.
"Gue nungguin song Hye Kyo aja kalo gitu, siapa tau dia rela melepas status jandanya buat gue. Kalo dia mau, gue ikhlas lahir batin terima dia apa adanya."
"Ck....ngaca, Nyet, ngaca. Lo nggak ada sekuku hitamnya mantan suaminya. Turun kelas Song Hye Kyo dapat Lo."
Adam hanya tertawa cekikikan tanpa menjawab Shara. Ia memilih fokus kepada kemudi mobilnya hingga akhirnya mereka tiba di sebuah mall. Kini Adam mematikan mesin mobil Shara setelah berhasil mendapatkan tempat parkir. Bukannya langsung keluar, Shara sibuk menatap Adam.
"Lo kenapa lihatin gue?" Tanya Adam sambil membuka sabuk pengamannya.
"Nyet, gue berasa kaya gembel masuk mall."
"So?"
"Lo aja deh yang mukbang, gue tungguin di parkiran."
Adam menghela nafasnya dan menatap Shara dengan tatapan jengah.
"Kenapa lagi sih, Bi?"
Shara mengangkat tangan kanannya lalu menunjukkan jahitan di area ketiaknya. "Nih, ketek gue sudah mangap," kata Shara sambil memegang jahitan di area ketiak yang sudah bolong.
"Ya sudah beli kaos nanti di dalam."
Shara menggelangkan kepalanya. Dirinya bukan orang yang akan mau menggunakan baju baru sebelum di cuci dahulu. Kulitnya tergolong sensitif terhadap Debu, karena itu ia berusaha untuk selalu menjaga kebersihan dirinya maupun barang-barang yang ia kenakan.
"Sekali kali nggak usah sok bersih, atau Lo milih pakai baju Lo yang ini aja? Gue nggak masalah jalan sama gembel kaya Lo," kata Adam memberi pilihan pada Shara lalu ia keluar dari mobil.
Melihat Adam keluar dari mobil, mau tidak mau Shara segera mengikuti Adam. Dengan menelan rasa malunya, untuk pertama kalinya Shara menginjakkan kakinya di mall hanya dengan menggunakan celana kolor pendek dan kaos oblong kedodoran yang sudah bolong di bagian ketiak. Ia hanya berharap jangan sampai dirinya bertemu dengan teman kantornya. Bisa diskon harga dirinya yang selalu berdandan rapi, sempurna tak tercela jika sudah pergi ke kantor ini.
***
Bagi wanita tidak ada masalah kecil ataupun besar, semua masalah dianggap adalah masalah besar, itu pemikiran Adam selama ini. Apalagi ia yang hidup lebih dari tiga puluh tahun bersama sang Mama dan Papa. Adam memilih tetap tinggal di rumah orangtuanya karena adiknya tinggal bersama sang suami, kini hanya ia saja tempat kedua orangtuanya mencurahkan perhatian dan sekaligus juga meluapkan rasa jengkelnya jika tingkah Adam membuat mereka mengelus dada. Tiada hari tanpa omelan dari Mama. Tiga hari bersama Shara pun walau tidak mendapatkan omelan dari sang Mama, namun Adam tetap mendapatkan omelan dari Shara. "Sumpah ya, Nyet Lo bikin gue jadi malu," omel Shara berkali kali sejak mereka memasuki mall sejam yang lalu. "Emang kenapa sih, Bi? Cuek ajalah, lagian kita makan juga bayar, bukan minta." Shara menghela nafasnya dan memutar kedua bola matanya. "Nyet, tiap gue angkat kedua tangan gue buat makan, ketiak gue juga ikutan mangap." "Bagus, tinggal Lo suapin aja sekalian, biar kenyan
Malam ini Adam sudah berada di dalam kamar tamu yang ada di rumah Shara. Ini sudah hari ke empat dirinya tinggal di Jakarta. Mau tidak mau besok ia harus segera pulang ke Jogja karena ada meeting dengan clien-nya yang tidak bisa di wakilkan. Saat ia baru saja mencoba menutup matanya, tiba-tiba sebuah pesan masuk ke handphonenya. Segera Adam membuka handphonenya, ternyata group tersebut sedang ramai membahas dirinya yang sudah tidak berangkat ke kantor selama 3 hari.Ruben Mahesa : kemana nih si Adam nggak ngantor tiga hari, lama-lama makan gaji buta juga nih anak.Adam Raharja : sembarangan aja jari Lo kalo ngetik. Gue sedang menjalankan tugas dari Ndoro Pelangi.Sharenada Raharja : kebanyakan alasan. Kenapa sih nggak jujur aja kalo Lo suka sama dia. Nanti kalo dia sudah di halalin orang lain Lo nangis.Kaluna Maharani: wow, dia siapa nih yang di maksud sama Nada? Serius gue nggak tau siapa.Arjuna Harvito : Alhamdulillah, Galen sama Edel bentar lagi punya Budhe. Nggak sia-sia kemarin
Hari ini Shara benar-benar tidak sempat memikirkan perasaannya yang sedang kacau balau karena pekerjannya benar-benar menyita perhatiannya, bahkan hingga akhirnya jam makan siang baru Shara bisa bernafas lega. Ia segera mengambil card holder-nya dan turun kebawah. Mungkin tidak ada salahnya Shara menikmati jam makan siang ini sebentar di sela-sela dirinya harus menjurnal transaksi harian selama empat hari karena ia sudah ijin. Saat Shara keluar dari lift. Ia menemukan sosok Dion ada di sana dan Shara yakin jika Dion sedang menunggunya. Sepertinya Dion tidak akan berhenti menemui dirinya jika ia tidak menghadapi Dion secara langsung. Segera saja Shara menghampiri Dion. "Lo nyariin gue dari pagi ada urusan apa?" Tanya Shara sambil menyedekapkan tangannya di depan dada. "Aku cuma mau tanya keadaan kamu aja." Kini Shara tertawa cekikikan dan ia menggelengkan kepalanya. Dion masih merasa jika mereka spesial kah hingga ia memanggil Shara dengan aku kamu. "Gue baik, sehat dan gue sudah
Shara menatap rumahnya yang sepi setelah beberapa hari ada Adam yang selalu menemaninya. Kini ia duduk di sofa dan mengingat bagaimana tadi Adam pamit pulang kepadanya yang hanya lewat sambungan telepon."Bi, gue pulang ya?""Iya," jawab Shara singkat karena matanya masih fokus menatap biaya-biaya yang perlu ia jurnal."Lo bisa kan sendiri tanpa harus gue temenin?""Bisa."Beberapa saat Shara diam karena ia sedang fokus menatap nominal-nominal biaya ATK perusahaan bulan ini."Bi?" Panggil Adam lagi setelah beberapa saat."Hmm?""Gue sayang sama Lo, jadi please kalo Lo merasa dunia nggak adil, nggak ada orang yang anggap Lo berharga, jangan sampai Lo nangis ya, karena bagi gue lo berharga banget. Lihat Lo kaya kemarin rasanya gue nggak akan bisa."Shara menghentikan aktivitasnya dan kini ia memilih diam setelah mendengarkan apa yang Adam katakan."Iya. Makasih, Nyet.""Okay, gue pamit dulu, ya? Nanti Lo cek ke kamar gue siapa tau ada yang ketinggalan.""Iya."Setelah mengingat jika Ada
Shara membuka pintu ruang HRD dengan perasaan lega. Akhirnya ia telah menyerahkan surat pengunduran dirinya dan 1 bulan kedepan ia akan resmi menjadi seorang pengangguran. Kini setelah ia menyerahkan surat pengunduran diri, segera ia menyampaikan kabar tersebut di grup gilanya bersama Adam dan Angi.Akshara Blanca : Alhamdulillah, sebentar lagi gue resmi jadi pengangguran.Shara tidak berharap pesan itu akan segera di balas karena perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman. Namun siapa sangka, Adam justru paling cepat membalas pesannya daripada Angi. Padahal yang ia harapkan adalah respon dari Angi. Bukan dari Adam yang julidnya tidak ketulungan. Bahkan Adam benar-benar membuat Shara bergidik ngeri jika membayangkan akan seperti ala kelak istri Adam. Adam Raharja : asyik, syukuran sembelih sapi limousin nih, Shara jadi pengangguran.Akshara Blanca : iya, Lo yang jadi sapinya, gue ikhlas lahir batin buat nyembelih Lo.Adam Raharja : wah, Lo keterlaluan sama gue. Gini-gini gue itu
Pyarrr.....Gendis Adiratna dan Suryawan Raharja tiba-tiba kaget ketika melihat anak laki-lakinya menyampar dengan sengaja guci antik di ruang keluarga yang merupakan salah satu koleksi sang Mama. Untuk pertama kalinya selama 34 tahun menjadi orangtua Adam, baru kali ini mereka melihat Adam berapi api seperti ini hanya karena masalah jodoh."Aku capek, Ma! Aku bukan barang dagangan yang bisa Mama tawarin ke teman-teman Mama hanya karena aku belum menikah sampai sekarang."Gendis Adiratna memilih diam dan mengelus dadanya karena anaknya ternyata benar-benar sedang murka."Okay-lah, Nada di jodohin sama Juna sukses besar, tapi aku? Aku nggak bisa, Ma. Belum ada perempuan yang bisa bikin aku niat untuk stay sama dia.""Tapi Mama sudah janji sampai tiga bulan ke depan kamu akan ketemu sama beberapa anak teman Mama."Adam berusaha mengatur nafasnya agar emosinya hilang. Bagiamana pun dia orang yang sedang duduk di sofa ini adalah kedua orangtuanya yang sangat mencintai
Shara melangkahkan kakinya dengan perasaan bahagia ketika ia telah sampai di Bandara Schönefeld Berlin. Kini hidupnya akan kembali tenang dan damai karena dirinya tidak harus bertatap muka dengan Dion. Keputusannya untuk pergi jauh selama satu bulan ini semoga tidak salah. Shara rela menggelontorkan uangnya yang tidak sedikit untuk pergi menemui sahabatnya."Shar," sebuah suara membuat Shara menolehkan kepalanya.Tampak di kejauhan Angi sedang berlarian kecil menuju ke dirinya.Saat Angi tiba di depannya dan mereka berpelukan, entah kenapa bukannya senyum bahagia justru kini Shara menangis dalam pelukan Angi. Angi yang merasakan Shara menangis dalam pelukannya segera mengelus elus punggung belakang Shara naik turun. Lebih dari semenit Angi memeluk Shara hingga akhirnya pelukan itu di urai oleh Shara terlebih dahulu."Makasih ya, Ngi?" Kata Shara masih sesenggukan."Thanks for what?""Untuk pelukan hangat dan rasa nyaman yang Lo kasih ke gue barusan."Angi hanya
Brukkk.....Joe dan Angi kaget mendengar suara bantingan pintu dari lantai dua rumah mereka. Kemudian tidak lama setelahnya suara orang menuruni tangga dengan cepat bisa mereka dengar."Mereka kenapa, Ngi?" Tanya Joe yang sedang duduk di sofa bersama Angi."Lagi reka adegan Tom and Jerry."Joe mengernyitkan keningnya. "Bukannya Shara baru saja sampai?""Begitulah, aku harap kamu sabar ya, sebulan ini aja kita tampung mereka."Joe hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Mungkin rumahnya perlu diramaikan dengan kehadiran dua orang semacam Akshara dan Adam yang tidak pernah akur jika sedang bersama."Monyet! Balikin nggak barang gue!" Shara sudah berteriak sambil mengejar Adam yang masih berlarian menuruni tangga.Ngguiiinnggg.....Bugg....Adam melemparkan sebuah benda dari silikon hingga akhirnya benda itu jatuh di depan mata Joe dan Angi. Mereka berdua melotot melihat alat tersebut. Shara yang melihat itu hanya bisa ber