Malam ini Adam sudah berada di dalam kamar tamu yang ada di rumah Shara. Ini sudah hari ke empat dirinya tinggal di Jakarta. Mau tidak mau besok ia harus segera pulang ke Jogja karena ada meeting dengan clien-nya yang tidak bisa di wakilkan. Saat ia baru saja mencoba menutup matanya, tiba-tiba sebuah pesan masuk ke handphonenya. Segera Adam membuka handphonenya, ternyata group tersebut sedang ramai membahas dirinya yang sudah tidak berangkat ke kantor selama 3 hari.
Ruben Mahesa : kemana nih si Adam nggak ngantor tiga hari, lama-lama makan gaji buta juga nih anak.
Adam Raharja : sembarangan aja jari Lo kalo ngetik. Gue sedang menjalankan tugas dari Ndoro Pelangi.
Sharenada Raharja : kebanyakan alasan. Kenapa sih nggak jujur aja kalo Lo suka sama dia. Nanti kalo dia sudah di halalin orang lain Lo nangis.
Kaluna Maharani: wow, dia siapa nih yang di maksud sama Nada? Serius gue nggak tau siapa.
Arjuna Harvito : Alhamdulillah, Galen sama Edel bentar lagi punya Budhe. Nggak sia-sia kemarin acara ngeruwat mas Adam biar enteng jodoh 🤣
Adam Raharja : Eh, Junaidi, Lo jangan rebut posisi gue sebagai bigos nomer satu di group ini dengan menyebarkan gosip yang jauh dari fakta di lapangan.
Sharenada Raharja : kalo gue salah, berarti nggak ada salahnya Lo turutin setiap acara blind date sama anak-anak temannya Mama.
Adam Raharja : berasa nggak laku gue, Nad.
Pelangi Cinta : Lo masih di Jakarta, Dam?
Adam Raharja : masih, nyonya Hamman.
Ervin Aditya: Jakarta dan Adam, berarti nggak jauh-jauh dari Akshara Blanca Tanarya.
Kaluna Maharani: owalah, lo sama Shara, Dam?
Adam Raharja: sumpah, gue sama dia nggak ada hubungan apa-apa selain teman, Mbak Luna. Percaya sama gue aja, jangan sama Junaidi apalagi Nada.
Kaluna Maharani: percaya itu sama Tuhan, kalo percaya sama Lo itu jatuhnya sesat.
Caramel Attanaya: mau heran, tapi ini Mas Adam 😅
Gendis Adiratna : pokoknya pulang sebelum hari Sabtu, Sabtu kamu ada janjian nonton sama anak teman Mama.
Vanilla Attanaya: 🤣 ya Tuhan, Mas Adam sampai di cariin jodoh sama Budhe Gendis? Kayanya memang sudah nggak laku beneran nih si Mas Adam.
Sharenada Raharja: makanya Lo buruan deh sama yang onoh, biar Lo nggak jadi Adam jilid dua. Nanti Lo bagai barang dagangan di tawarin kemana mana.
Adam memilih menutup handphonenya dan tidak lagi menggubris apa yang di perdebatkan oleh keluarganya. Hari ini sudah cukup lelah ia jalani karena harus mengantarkan Shara bertemu psikolog di rumah sakit. Semoga saja besok pagi semua menjadi lebih mudah, karena ia harus meninggalkan Shara sendirian di Jakarta, sedangkan ia pulang ke Jogja. Adam terus berdoa kepada Tuhan agar jangan sampai Shara melakukan tindakan bodoh seperti Deva dulu dengan meminum racun serangga. Adam yakin hidupnya akan sepi tanpa omelan apalagi makian dari Shara yang setiap hari ia lakukan walau sekedar melalui pesan di W******p atau Telegram.
***
Setelah kemarin bertemu dan bercerita apa yang ia rasakan kepada seorang Psikolog, hati Shara merasa sedikit lega. Ia yakin ia bisa menemukan pengganti Dion suatu saat nanti. Namun satu yang sudah semakin ia yakini adalah ia harus segera resign dari kantornya. Tidak mungkin ia akan tahan jika berada dalam satu gedung bersama Dion walau mereka berada di lantai serta perusahaan yang berbeda.
Pagi ini Shara segera membuka bedcover yang menutupi tubuhnya dan segera berjalan menuju ke kamar mandi. Sudah cukup ia meratapi semua kesedihan hatinya, saat ini pekerjannya sudah melambai lambai untuk segera ia jurnal. Selesai mandi dan berdandan, Shara turun ke bawah dan ia belum melihat Adam keluar dari kamar. Segera saja Shara mengambil kunci motor dan keluar untuk mencari sarapan. Tidak sampai tiga puluh menit kemudian Shara sudah kembali ke rumah dan menyiapkan sarapan untuknya dan Adam.
"Nyet..... Bangun, sarapan...," Suara teriakan Shara membuat Adam mau tidak mau mengucek matanya dan segera bangun dari tidurnya.
Adam bangkit untuk duduk di ranjang, lalu kemudian ia berjalan keluar dari kamar. Saat Adam membuka pintu kamarnya yang berada di dekat dapur, ternyata Shara sudah ada di dapur sambil membuat kopi untuk mereka berdua. Untuk pertama kalinya sejak mereka dewasa, ini adalah kali pertama Shara melihat bentuk tubuh Adam yang ternyata six pack dan sanggup membuatnya terfokus pada badan Adam. Shara tidak pernah menyangka jika Adam memiliki tubuh sesempurna ini, bahkan lebih bagus daripada tubuh Dion yang rajin ke gym seminggu tiga kali.
"Lo sudah bangun, Bi?" Kata-kata Adam sukses membuat Shara menapaki realita lagi.
Shara menelan ludahnya sebelum ia akhirnya menjawab. "Sudah. Gue soalnya sudah ngantor lagi pagi ini."
"Good. Gue juga harus balik ke Jogja hari ini."
Shara hanya diam mendengarkan Adam. Mungkin kemarin-kemarin kesendiriannya tidak terasa karena ada Adam disisinya, namun jika Adam pulang, apakah ia tidak akan merasa kesepian?
"Iya, nanti gue antar," Jawab Shara sambil menutup toples gulanya.
Kini Shara melihat Adam melewatinya untuk menuju ke kamar mandi. Sumpah, Shara tidak pernah merasa segugup dan sebingung ini hanya karena berhadapan dengan Adam Raharja yang notabenenya adalah teman sekaligus sahabatnya sejak ia duduk di bangku sekolah dasar.
Shara menunggu Adam hingga Adam keluar dari kamar mandi dan duduk di hadapan Shara. Shara hanya bisa menutup matanya sekilas dan menundukkan pandangannya karena ia takut khilaf ketika menatap Adam yang tetap tanpa berdosa duduk di hadapannya dengan tubuh bagian atasnya tidak tertutup sehelai benang pun.
"Bi, Lo mau berangkat jam berapa?" Tanya Adam saat ia baru selesai menyantap nasi uduk yang di belikan Shara.
"Bentar lagi kayanya. Emang kenapa?"
"Oh, perlu gue antar nggak?"
"Nggak usah. Gue bisa ngerti sendiri."
Adam hanya menganggukkan kepalanya dan kini ia meminum kopinya sedikit.
"Kopi buatan Lo enak," kata Adam memuji kopi yang Shara buatkan.
Setan betul pikir Shara, kenapa juga Adam harus memuji kopi buatannya buang membuatnya keGRan dan Shara yakin wajahnya sudah Semerah kepiting rebus.
"Udah ah, gue berangkat dulu. Lo panggil jasa bersih-bersih rumah online aja. Gue nanti bayar kalo sudah gajian ke Lo, Nyet. Gue duluan, ya. Bye."
"Bye."
Setelah berpamitan kepada Adam, segera Shara menghidupkan mesin mobilnya dan ia membuka pintu garasi rumahnya. Lalu ia berjalan ke luar rumah untuk membuka pagar rumah. Saat ia baru saja membuka pagar, ia menemukan sebuah mobil yang tidak asing untuknya sedang menunggu didepan jalan rumahnya. Mengetahui jika itu mobil milik Dion, segera Shara memasuki rumah dan berjalan menuju ke garasi. Buru-buru ia masuk ke mobil dan melajukan mobilnya meninggalkan rumah tepat di saat Dion berusaha menghampirinya.
Di dalam rumah, Adam segera bangkit berdiri dan ia kembali ke kamar. Ia mempacking semua barang-barangnya. Saat ia akan segera pergi ke kamar.mandi,. tiba-tiba sebuah panggilan telepon dari Shara masuk ke handphonenya.
"Hallo, Bi?" Sapa Adam ramah.
"Hallo, Nyet. Nyet, gue minta tolong tutupin pintu garasi sama pagar rumah ya?"
"Why?"
"Tadi gue nggak sempat nutup soalnya gue lihat Dion ada di depan rumah. Gue lagi malas ketemu sama dia."
"Okay, gue tutup."
"Makasih, Nyet. Lo emang sahabat terbaik gue."
"Tumben Lo puji gue."
"Iya, soalnya Lo baik banget sama gue Lo mau temenin gue di saat-saat tersusah dan terberat di hidup gue. Makasih ya, Nyet. Gue nggak tau hidup gue akan kaya gimana tanpa kehadiran lo. Bye, monyet."
"Bye, Babi."
Setelah mengatakan itu, Shara menutup teleponnya. Ia merasa lega telah mengucapkan terimakasih kepada Adam. Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, hati Adam merasa hangat ketika mendengar perkataan Shara di telepon. Entah kenapa hatinya terasa berat dan tidak ikhlas meninggalkan Shara sendirian di tempat ini. Sebuah perasaan aneh yang membuat Adam menggaruk kepalanya.
***
Hari ini Shara benar-benar tidak sempat memikirkan perasaannya yang sedang kacau balau karena pekerjannya benar-benar menyita perhatiannya, bahkan hingga akhirnya jam makan siang baru Shara bisa bernafas lega. Ia segera mengambil card holder-nya dan turun kebawah. Mungkin tidak ada salahnya Shara menikmati jam makan siang ini sebentar di sela-sela dirinya harus menjurnal transaksi harian selama empat hari karena ia sudah ijin. Saat Shara keluar dari lift. Ia menemukan sosok Dion ada di sana dan Shara yakin jika Dion sedang menunggunya. Sepertinya Dion tidak akan berhenti menemui dirinya jika ia tidak menghadapi Dion secara langsung. Segera saja Shara menghampiri Dion. "Lo nyariin gue dari pagi ada urusan apa?" Tanya Shara sambil menyedekapkan tangannya di depan dada. "Aku cuma mau tanya keadaan kamu aja." Kini Shara tertawa cekikikan dan ia menggelengkan kepalanya. Dion masih merasa jika mereka spesial kah hingga ia memanggil Shara dengan aku kamu. "Gue baik, sehat dan gue sudah
Shara menatap rumahnya yang sepi setelah beberapa hari ada Adam yang selalu menemaninya. Kini ia duduk di sofa dan mengingat bagaimana tadi Adam pamit pulang kepadanya yang hanya lewat sambungan telepon."Bi, gue pulang ya?""Iya," jawab Shara singkat karena matanya masih fokus menatap biaya-biaya yang perlu ia jurnal."Lo bisa kan sendiri tanpa harus gue temenin?""Bisa."Beberapa saat Shara diam karena ia sedang fokus menatap nominal-nominal biaya ATK perusahaan bulan ini."Bi?" Panggil Adam lagi setelah beberapa saat."Hmm?""Gue sayang sama Lo, jadi please kalo Lo merasa dunia nggak adil, nggak ada orang yang anggap Lo berharga, jangan sampai Lo nangis ya, karena bagi gue lo berharga banget. Lihat Lo kaya kemarin rasanya gue nggak akan bisa."Shara menghentikan aktivitasnya dan kini ia memilih diam setelah mendengarkan apa yang Adam katakan."Iya. Makasih, Nyet.""Okay, gue pamit dulu, ya? Nanti Lo cek ke kamar gue siapa tau ada yang ketinggalan.""Iya."Setelah mengingat jika Ada
Shara membuka pintu ruang HRD dengan perasaan lega. Akhirnya ia telah menyerahkan surat pengunduran dirinya dan 1 bulan kedepan ia akan resmi menjadi seorang pengangguran. Kini setelah ia menyerahkan surat pengunduran diri, segera ia menyampaikan kabar tersebut di grup gilanya bersama Adam dan Angi.Akshara Blanca : Alhamdulillah, sebentar lagi gue resmi jadi pengangguran.Shara tidak berharap pesan itu akan segera di balas karena perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman. Namun siapa sangka, Adam justru paling cepat membalas pesannya daripada Angi. Padahal yang ia harapkan adalah respon dari Angi. Bukan dari Adam yang julidnya tidak ketulungan. Bahkan Adam benar-benar membuat Shara bergidik ngeri jika membayangkan akan seperti ala kelak istri Adam. Adam Raharja : asyik, syukuran sembelih sapi limousin nih, Shara jadi pengangguran.Akshara Blanca : iya, Lo yang jadi sapinya, gue ikhlas lahir batin buat nyembelih Lo.Adam Raharja : wah, Lo keterlaluan sama gue. Gini-gini gue itu
Pyarrr.....Gendis Adiratna dan Suryawan Raharja tiba-tiba kaget ketika melihat anak laki-lakinya menyampar dengan sengaja guci antik di ruang keluarga yang merupakan salah satu koleksi sang Mama. Untuk pertama kalinya selama 34 tahun menjadi orangtua Adam, baru kali ini mereka melihat Adam berapi api seperti ini hanya karena masalah jodoh."Aku capek, Ma! Aku bukan barang dagangan yang bisa Mama tawarin ke teman-teman Mama hanya karena aku belum menikah sampai sekarang."Gendis Adiratna memilih diam dan mengelus dadanya karena anaknya ternyata benar-benar sedang murka."Okay-lah, Nada di jodohin sama Juna sukses besar, tapi aku? Aku nggak bisa, Ma. Belum ada perempuan yang bisa bikin aku niat untuk stay sama dia.""Tapi Mama sudah janji sampai tiga bulan ke depan kamu akan ketemu sama beberapa anak teman Mama."Adam berusaha mengatur nafasnya agar emosinya hilang. Bagiamana pun dia orang yang sedang duduk di sofa ini adalah kedua orangtuanya yang sangat mencintai
Shara melangkahkan kakinya dengan perasaan bahagia ketika ia telah sampai di Bandara Schönefeld Berlin. Kini hidupnya akan kembali tenang dan damai karena dirinya tidak harus bertatap muka dengan Dion. Keputusannya untuk pergi jauh selama satu bulan ini semoga tidak salah. Shara rela menggelontorkan uangnya yang tidak sedikit untuk pergi menemui sahabatnya."Shar," sebuah suara membuat Shara menolehkan kepalanya.Tampak di kejauhan Angi sedang berlarian kecil menuju ke dirinya.Saat Angi tiba di depannya dan mereka berpelukan, entah kenapa bukannya senyum bahagia justru kini Shara menangis dalam pelukan Angi. Angi yang merasakan Shara menangis dalam pelukannya segera mengelus elus punggung belakang Shara naik turun. Lebih dari semenit Angi memeluk Shara hingga akhirnya pelukan itu di urai oleh Shara terlebih dahulu."Makasih ya, Ngi?" Kata Shara masih sesenggukan."Thanks for what?""Untuk pelukan hangat dan rasa nyaman yang Lo kasih ke gue barusan."Angi hanya
Brukkk.....Joe dan Angi kaget mendengar suara bantingan pintu dari lantai dua rumah mereka. Kemudian tidak lama setelahnya suara orang menuruni tangga dengan cepat bisa mereka dengar."Mereka kenapa, Ngi?" Tanya Joe yang sedang duduk di sofa bersama Angi."Lagi reka adegan Tom and Jerry."Joe mengernyitkan keningnya. "Bukannya Shara baru saja sampai?""Begitulah, aku harap kamu sabar ya, sebulan ini aja kita tampung mereka."Joe hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Mungkin rumahnya perlu diramaikan dengan kehadiran dua orang semacam Akshara dan Adam yang tidak pernah akur jika sedang bersama."Monyet! Balikin nggak barang gue!" Shara sudah berteriak sambil mengejar Adam yang masih berlarian menuruni tangga.Ngguiiinnggg.....Bugg....Adam melemparkan sebuah benda dari silikon hingga akhirnya benda itu jatuh di depan mata Joe dan Angi. Mereka berdua melotot melihat alat tersebut. Shara yang melihat itu hanya bisa ber
Shara menatap Adam yang sedang fokus pada kemudi setirnya. Ia amati dengan teliti wajah sahabatnya sejak SD itu. Andai Adam adalah laki-laki cool seperti Nicholas Saputra yang tidak banyak membuka mulutnya, tentu saja ia akan terlihat tampan dan mungkin berwibawa."Lo ngapain lihatin gue begitu, Bi?" Tanya Adam tanpa menoleh untuk menatap Shara.Shara hanya menghela nafas dan kini ia kembali fokus menatap jalanan yang ada di depannya."Nggak, gue lagi amati wajah Lo doang.""Ganteng ya?"Ya Tuhan,Inilah salah satu hal yang membuat wajah Adam yang sebenarnya cukup tampan namun tidak jadi tampan di depan Shara. Jiwa kepedean, mulut yang tidak ada remnya dan tentunya tingkahnya yang tidak mencerminkan laki-laki dewasa berusia 34 tahun. Sungguh paket komplit untuk di coret dari tipe laki-laki idamannya."Sebenarnya Lo ganteng juga sih, Nyet. Tapi karena mulut Lo beneran kaya emak-emak rumpi di tukang sayur, hilang sudah itu kegantengan Lo.""Ceta
Adam tiba di kantor calon investornya bersama Joe. Seperti biasa ketika mereka sedang menunggu calon investor, Joe dan Adam menghabiskan waktu dengan ngobrol berdua."Dam?" Panggil Joe pelan ketika mereka masih duduk di sofa yang ada di ruang tunggu."Hmm?""Lo suka sama Shara?"Adam tertawa cekikikan di samping Joe dan ia baru menjawab setelah tawanya reda."Suka sebagai teman, sahabat.""Nein*, bukan itu maksudku," kata Joe sambil menggelengkan kepalanya. (*Tidak)Adam menghela nafasnya dan kini ia menatap Joe dalam."Joe, mungkin Shara memang cantik, asyik, tapi Shara bukan tipe wanita idaman yang gue harap bakal jadi istri gue di kemudian hari. Gue ingin punya istri yang pintar masak, feminim kaya adik gue gitu, bonus pintar ngurus anak."Joe memutar kedua bola matanya lalu ia menatap Adam dengan tatapan malas."Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Yang bisa membuat semua sempurna adalah cara kamu melihat dia."Adam merasa