Share

Best Friend With Benefits Part 5

Malam ini Adam sudah berada di dalam kamar tamu yang ada di rumah Shara. Ini sudah hari ke empat dirinya tinggal di Jakarta. Mau tidak mau besok ia harus segera pulang ke Jogja karena ada meeting dengan clien-nya yang tidak bisa di wakilkan. Saat ia baru saja mencoba menutup matanya, tiba-tiba sebuah pesan masuk ke handphonenya. Segera Adam membuka handphonenya, ternyata group tersebut sedang ramai membahas dirinya yang sudah tidak berangkat ke kantor selama 3 hari.

Ruben Mahesa : kemana nih si Adam nggak ngantor tiga hari, lama-lama makan gaji buta juga nih anak.

Adam Raharja : sembarangan aja jari Lo kalo ngetik. Gue sedang menjalankan tugas dari Ndoro Pelangi.

Sharenada Raharja : kebanyakan alasan. Kenapa sih nggak jujur aja kalo Lo suka sama dia. Nanti kalo dia sudah di halalin orang lain Lo nangis.

Kaluna Maharani: wow, dia siapa nih yang di maksud sama Nada? Serius gue nggak tau siapa.

Arjuna Harvito : Alhamdulillah, Galen sama Edel bentar lagi punya Budhe. Nggak sia-sia kemarin acara ngeruwat mas Adam biar enteng jodoh 🤣

Adam Raharja : Eh, Junaidi, Lo jangan rebut posisi gue sebagai bigos nomer satu di group ini dengan menyebarkan gosip yang jauh dari fakta di lapangan.

Sharenada Raharja : kalo gue salah, berarti nggak ada salahnya Lo turutin setiap acara blind date sama anak-anak temannya Mama.

Adam Raharja : berasa nggak laku gue, Nad.

Pelangi Cinta : Lo masih di Jakarta, Dam?

Adam Raharja : masih, nyonya Hamman.

Ervin Aditya:  Jakarta dan Adam, berarti nggak jauh-jauh dari Akshara Blanca Tanarya.

Kaluna Maharani: owalah, lo sama Shara, Dam?

Adam Raharja: sumpah, gue sama dia nggak ada hubungan apa-apa selain teman, Mbak Luna. Percaya sama gue aja, jangan sama Junaidi apalagi Nada.

Kaluna Maharani: percaya itu sama Tuhan, kalo percaya sama Lo itu jatuhnya sesat.

Caramel Attanaya: mau heran, tapi ini Mas Adam 😅

Gendis Adiratna : pokoknya pulang sebelum hari Sabtu, Sabtu kamu ada janjian nonton sama anak teman Mama.

Vanilla Attanaya: 🤣 ya Tuhan, Mas Adam sampai di cariin jodoh sama Budhe Gendis? Kayanya memang sudah nggak laku beneran nih si Mas Adam.

Sharenada Raharja: makanya Lo buruan deh sama yang onoh, biar Lo nggak jadi Adam jilid dua. Nanti Lo bagai barang dagangan di tawarin kemana mana.

Adam memilih menutup handphonenya dan tidak lagi menggubris apa yang di perdebatkan oleh keluarganya. Hari ini sudah cukup lelah ia jalani karena harus mengantarkan Shara bertemu psikolog di rumah sakit. Semoga saja besok pagi semua menjadi lebih mudah, karena ia harus meninggalkan Shara sendirian di Jakarta, sedangkan ia pulang ke Jogja. Adam terus berdoa kepada Tuhan agar jangan sampai Shara melakukan tindakan bodoh seperti Deva dulu dengan meminum racun serangga. Adam yakin hidupnya akan sepi tanpa omelan apalagi makian dari Shara yang setiap hari ia lakukan walau sekedar melalui pesan di W******p atau Telegram.

***

Setelah kemarin bertemu dan bercerita apa yang ia rasakan kepada seorang Psikolog, hati Shara merasa sedikit lega. Ia yakin ia bisa menemukan pengganti Dion suatu saat nanti. Namun satu yang sudah semakin ia yakini adalah ia harus segera resign dari kantornya. Tidak mungkin ia akan tahan jika berada dalam satu gedung bersama Dion walau mereka berada di lantai serta perusahaan yang berbeda.

Pagi ini Shara segera membuka bedcover yang menutupi tubuhnya dan segera berjalan menuju ke kamar mandi. Sudah cukup ia meratapi semua kesedihan hatinya, saat ini pekerjannya sudah melambai lambai untuk segera ia jurnal. Selesai mandi dan berdandan, Shara turun ke bawah dan ia belum melihat Adam keluar dari kamar. Segera saja Shara mengambil kunci motor dan keluar untuk mencari sarapan. Tidak sampai tiga puluh menit kemudian Shara sudah kembali ke rumah dan menyiapkan sarapan untuknya dan Adam.

"Nyet..... Bangun, sarapan...," Suara teriakan Shara membuat Adam mau tidak mau mengucek matanya dan segera bangun dari tidurnya.

Adam bangkit untuk duduk di ranjang, lalu kemudian ia berjalan keluar dari kamar. Saat Adam membuka pintu kamarnya yang berada di dekat dapur, ternyata Shara sudah ada di dapur sambil membuat kopi untuk mereka berdua. Untuk pertama kalinya sejak mereka dewasa, ini adalah kali pertama Shara melihat bentuk tubuh Adam yang ternyata six pack dan sanggup membuatnya terfokus pada badan Adam. Shara tidak pernah menyangka jika Adam memiliki tubuh sesempurna ini, bahkan lebih bagus daripada tubuh Dion yang rajin ke gym seminggu tiga kali.

"Lo sudah bangun, Bi?" Kata-kata Adam sukses membuat Shara menapaki realita lagi.

Shara menelan ludahnya sebelum ia akhirnya menjawab. "Sudah. Gue soalnya sudah ngantor lagi pagi ini."

"Good. Gue juga harus balik ke Jogja hari ini."

Shara hanya diam mendengarkan Adam. Mungkin kemarin-kemarin kesendiriannya tidak terasa karena ada Adam disisinya, namun jika Adam pulang, apakah ia tidak akan merasa kesepian?

"Iya, nanti gue antar," Jawab Shara sambil menutup toples gulanya.

Kini Shara melihat Adam melewatinya untuk menuju ke kamar mandi. Sumpah, Shara tidak pernah merasa segugup dan sebingung ini hanya karena berhadapan dengan Adam Raharja yang notabenenya adalah teman sekaligus sahabatnya sejak ia duduk di bangku sekolah dasar.

Shara menunggu Adam hingga Adam keluar dari kamar mandi dan duduk di hadapan Shara. Shara hanya bisa menutup matanya sekilas dan menundukkan pandangannya karena ia takut khilaf ketika menatap Adam yang tetap tanpa berdosa duduk di hadapannya dengan tubuh bagian atasnya tidak tertutup sehelai benang pun.

"Bi, Lo mau berangkat jam berapa?" Tanya Adam saat ia baru selesai menyantap nasi uduk  yang di belikan Shara.

"Bentar lagi kayanya. Emang kenapa?"

"Oh, perlu gue antar nggak?"

"Nggak usah. Gue bisa ngerti sendiri."

Adam hanya menganggukkan kepalanya dan kini ia meminum kopinya sedikit.

"Kopi buatan Lo enak," kata Adam memuji kopi yang Shara buatkan.

Setan betul pikir Shara, kenapa juga Adam harus memuji kopi buatannya buang membuatnya keGRan dan Shara yakin wajahnya sudah Semerah kepiting rebus.

"Udah ah, gue berangkat dulu. Lo panggil jasa bersih-bersih rumah online aja. Gue nanti bayar kalo sudah gajian ke Lo, Nyet. Gue duluan, ya. Bye."

"Bye."

Setelah berpamitan kepada Adam, segera Shara menghidupkan mesin mobilnya dan ia membuka pintu garasi rumahnya. Lalu ia berjalan ke luar rumah untuk membuka pagar rumah. Saat ia baru saja membuka pagar, ia menemukan sebuah mobil yang tidak asing untuknya sedang menunggu didepan jalan rumahnya. Mengetahui jika itu mobil milik Dion, segera Shara memasuki rumah dan berjalan menuju ke garasi. Buru-buru ia masuk ke mobil dan melajukan mobilnya meninggalkan rumah tepat di saat Dion berusaha menghampirinya.

Di dalam rumah, Adam segera bangkit berdiri dan ia kembali ke kamar. Ia mempacking semua barang-barangnya. Saat ia akan segera pergi ke kamar.mandi,. tiba-tiba sebuah panggilan telepon dari Shara masuk ke handphonenya.

"Hallo, Bi?" Sapa Adam ramah.

"Hallo, Nyet. Nyet, gue minta tolong tutupin pintu garasi sama pagar rumah ya?"

"Why?"

"Tadi gue nggak sempat nutup soalnya gue lihat Dion ada di depan rumah. Gue lagi malas ketemu sama dia."

"Okay, gue tutup."

"Makasih, Nyet. Lo emang sahabat terbaik gue."

"Tumben Lo puji gue."

"Iya, soalnya Lo baik banget sama gue Lo mau temenin gue di saat-saat tersusah dan terberat di hidup gue. Makasih ya, Nyet. Gue nggak tau hidup gue akan kaya gimana tanpa kehadiran lo. Bye, monyet."

"Bye, Babi."

Setelah mengatakan itu, Shara menutup teleponnya. Ia merasa lega telah mengucapkan terimakasih kepada Adam. Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, hati Adam merasa hangat ketika mendengar perkataan Shara di telepon. Entah kenapa hatinya terasa berat dan tidak ikhlas meninggalkan Shara sendirian di tempat ini. Sebuah perasaan aneh yang membuat Adam menggaruk kepalanya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status