“AKU TIDAK MAU MATI, TUHAN!!!” seru Mina sambil memejamkan mata.
“Nona, Nona ... Anda baik-baik saja?” Sebuah tepukan di bahu membuat Mina terjaga.
Mina membuka mata dan terkejut saat melihat dirinya kembali hidup. Mina berulang mengerjap mata sambil menatap wajahnya dalam pantulan cermin di depan. Itu bentuk nyata tubuhnya bahkan Mina bisa menyentuh semuanya. Dia juga tidak melayang di udara.
“Aku tidak mati. Aku hidup lagi. AKU TIDAK JADI MATI!!!” Mina kesenangan.
“Nona, apa Anda terlalu lelah sehingga bicara ngelindur seperti itu?” ujar seorang wanita yang berada di belakangnya.
Mina terdiam kemudian tersadar kalau saat ini dia sedang duduk di depan cermin dan tengah mengenakan baju pengantin. Wanita di belakangnya ini ternyata seorang MUA yang sedang membantunya berdandan. Mina kembali terbelalak dan ekspresi paniknya terlihat sekali di pantulan cermin.
“TUNGGU!!! Tanggal berapa ini?” Mina kembali berseru dengan gelagapan
Tentu saja ulahnya itu membuat MUA itu ikut terkejut. Kemudian wanita itu menjawab hari dan tanggal berapa sekarang.
“TIDAKK!!! Ini tidak mungkin. Mana mungkin aku kembali ke waktu ini. Ini benar-benar tidak mungkin.” Mina berguman sendiri dan tentu saja ulahnya itu membuat MUA ketakutan.
“Mungkin sebaiknya Anda menenangkan diri dulu, Nona. Nanti kita lanjut lagi make up-nya. Lagi pula acaranya masih empat jam lagi.”
Wanita berprofesi MUA itu sudah keluar kamar meninggalkan Mina seorang diri. Sementara Mina hanya terdiam sambil terus menatap wajahnya di depan cermin. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dialami. Terakhir Mina hanya ingat tiga orang bajingan mengelilinginya dengan suara tawa yang menyebalkan.
Mina bahkan ingat saat Bruno menyuntikkan sesuatu ke cairan infusnya, kemudian secara perlahan dia tak sadarkan diri hingga akhirnya mati. Mina geram jika mengingatnya. Dia bahkan sudah bersumpah akan menuntut balas akan semua yang dilakukan tiga orang itu padanya.
Mina menarik napas panjang sambil memperhatikan wajahnya. Dia sudah berganti gaun pengantin, wajahnya juga sudah selesai dirias hanya tinggal rambutnya saja yang belum dirapikan. Mina ingat kejadian ini pernah dia alami. Dia memang sempat tertidur saat dirias sebelum melakukan prosesi pernikahan dan sepertinya kini dia mengulang momen itu.
“Apa Tuhan mendengar doaku? Apa Tuhan sedang memberi aku kesempatan untuk membalas kepada tiga orang jahat itu? Ini adalah hari pernikahanku dan itu terjadi dua tahun sebelum aku meninggal. Di hari ini juga kehidupanku mulai berubah secara drastis. Aku tidak mau mengulang hal yang sama lagi. Aku harus melakukan sesuatu.”
Mina bangkit dari duduknya kemudian membuka jendela kamar yang langsung terhubung dengan balkon. Dia masih ingat kalau Tuan Yuka Namari, ayahnya menyewa hotel beserta ballroom untuk acara pernikahannya kala itu.
“Ini sama dengan kehidupanku sebelumnya dan aku harus mengubahnya. Pertama yang harus kulakukan adalah menggagalkan pernikahan ini,” tandas Mina.
Dia berjalan ke toilet dan dengan sigap mengganti bajunya di sana. Kini dia sudah memakai celana panjang, kaos dan jaket, tidak lupa Mina mengenakan topi pet yang tergeletak di sana. Dia tidak tahu topi siapa itu yang pasti kini bisa membantu menyamarkan penampilannya.
Mina melirik jam di tangannya, kata MUA tadi prosesi pernikahannya masih empat jam lagi. Itu artinya dia masih punya banyak waktu. Perlahan, Mina membuka pintu kamar. Dia celinggukan memperhatikan lorong kamar. Mina masih ingat kalau kamar pengantin yang akan ia gunakan dengan Bruno di bagian ujung lorong ini, tepat di sebelahnya adalah kamar ayahnya, Tuan Yuka Namari.
Setelah melihat situasi aman, Mina keluar kamar. Dia sedikit lega saat melihat tidak ada MUA yang berisik tadi. Dengan langkah tergesa, Mina berjalan menuju lift. Ia langsung menekan tombolnya dan berharap lift itu segera terbuka. Ternyata doa Mina terkabul, tak menunggu lama Mina gegas masuk dan menekan lantai basement. Dia tidak mau turun di area lobby. Mina yakin pasti banyak kesibukan di sana.
Baru saja Mina menghela napas lega, tiba-tiba sebuah tangan menerobos pintu lift yang hampir tertutup. Mina terkejut setengah mati saat melihat kalau yang mengulurkan tangan adalah Tuan Yuka Namari, ayahnya. Mina buru-buru menarik dalam topi petnya agar wajahnya tidak terlihat. Dia juga menundukkan kepala.
“Bagaimana persiapannya?” tanya Tuan Yuka Namari pada seorang pria. Memang ada dua orang yang berhasil masuk ke dalam lift itu. Mina mengenal salah satunya adalah anggota WO yang mengatur pernikahannya dengan Bruno.
“Sudah sembilan puluh sembilan persen, Tuan. Anda tenang saja,” jawab pria anggota WO itu.
Mina hanya berdiri diam di belakang mereka. Dia tidak mau ayahnya tahu kalau dia sedang melarikan diri dari pernikahannya. Padahal kalau mau jujur ingin rasanya Mina berhambur memeluk pria paruh baya itu. Dia sangat senang bisa melihat kembali ayahnya dalam posisi sehat dan segar bugar. Apalagi saat Mina tahu kepergian sang Ayah adalah ulah ibu tiri dan anteknya.
Lift terus bergerak turun, entah mengapa Mina merasa gugup dan tegang. Ini adalah pertama kali dia melakukan sesuatu yang diluar kebiasaannya. Tiba-tiba ponsel Tuan Yuka berdering sesaat sebelum lift terbuka di lantai lobby.
“APA KATAMU?? MINA MELARIKAN DIRI? Bagaimana mungkin? CEPAT CARI!! Aku yakin dia belum jauh!!!”
Mina terkejut saat mendengar Tuan Yuka berbicara. Apa jadinya jika ayahnya tahu dia sedang berdiri di belakangnya saat ini. Tuan Yuka tampak tegang, mata coklatnya berkilatan terlihat marah. Mina tidak bisa membayangkan apa jadinya kalau saja ayahnya tiba-tiba membalikkan tubuh dan melihat ke arahnya.
TING!!!
Pintu lift terbuka, Mina menghela napas lega saat Tuan Yuka dengan tergesa keluar lift begitu saja. Namun, Mina terlalu cepat gembira. Saking senangnya dia tersenyum dan mengangkat kepala berbarengan saat Tuan Yuka tiba-tiba membalikkan badan dan melihat ke arah lift. Mata mereka saling bertemu. Kemudian secara spontan Tuan Yuka berteriak.
“MINA!!!”
Mina panik, jarinya gegas menekan tombol lift dan membuat pintu lift itu tertutup. Ia berdoa semoga lift ini lebih cepat membawanya turun daripada Tuan Yuka dan anak buahnya. Pintu lift terbuka di lantai basement tempat parkiran mobil. Mina gegas keluar dan berlari menuju mobilnya. Ia ingat di mana meletakkan mobilnya. Namun, Mina tiba-tiba menghentikan langkahnya.
“Tidak. Kalau aku kabur menggunakan mobilku pasti akan cepat terlacak. Lebih baik aku naik mobil yang lain.”
Mina berlari menuju pos satpam tempat kunci mobil yang diparkir diletakkan di sana. Belum sampai sana, Mina mendengar langkah orang berlari menuruni tangga mendekat. Mina melihat ke arah tangga, ada beberapa orang suruhan ayahnya di sana. Mina mengurungkan niatnya dan kini memilih berjalan merunduk sambil sembunyi di antara mobil yang terparkir.
“Ya Tuhan ... apa yang aku lakukan kini? Jangan sampai mereka menemukanku,” pinta Mina dalam hati.
Tiba-tiba Mina melihat sebuah mobil yang menyala, sepertinya ada pemilik yang membuka kuncinya dari jauh. Tanpa buang waktu, Mina langsung masuk ke bagian belakang kursi mobil itu. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, yang penting saat ini adalah pergi dari tempat ini secepat mungkin.
Mina duduk sembunyi di belakang kursi pengemudi dan dia berharap pemilik mobil itu tidak tahu mengenai keberadaannya. Namun, Mina salah. Pengemudi itu masuk, duduk di kursinya lalu membalikkan badan dan langsung menarik topi pet Mina.
“Siapa kamu?” seru pemilik mobil itu.
Mina terdiam, menundukkan kepala sambil mengatur napasnya. Tampaknya dia harus tertangkap kali ini. Perlahan Mina mengangkat kepala dan melihat pria tampan yang sedang menatapnya penuh selidik. Mina terkejut setengah mati saat melihat pria itu. Lalu tanpa sadar dia sudah bersuara.
“Alby Allister?”
“Dari mana kamu tahu namaku?” tanya pengemudi itu yang tak lain Alby Allister.Mina terdiam. Dia masih ingat wajah pria tampan yang salah masuk kamar rawat inapnya waktu itu. Bahkan Mina tidak lupa hanya Alby yang bisa membaca isyarat minta tolong yang dikirimkan Mina lewat matanya. Hanya saja Mina kebingungan menjelaskan di mana dia mengenalnya. Karena kejadian yang dialami itu di kehidupan yang berbeda.“Kamu belum menjawab pertanyaanku, Nona?” Alby menginterupsi lamunan Mina.Mina tersenyum meringis sambil mengintip dari balik jendela tentang aktivitas anak buah ayahnya di luar sana. Dia masih duduk jongkok di belakang kursi Alby dan tak berani duduk dengan normal di kursi belakang. Alby melihat reaksi Mina dan ikut melihat keluar jendela.“Kamu bermasalah dengan orang-orang itu?” tanya Alby.Mina belum menjawab hanya meringis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Baik, kalau kamu t
“APA???!!!” seru Mina dengan mata terbelalak.Alby tidak berkomentar, pura-pura tidak mendengar dan fokus menjalankan mobilnya.“Turunkan aku!! Turunkan aku di sini!!!” pinta Mina tiba-tiba.Alby menoleh ke arah gadis cantik itu kemudian melambatkan mobilnya dan menepi. Ia sudah menghentikan mobilnya.“Kamu mau turun? Silakan!! Kebetulan mobil yang mengikuti kita masih di belakang, jadi mereka bisa langsung membawamu ke pernikahan itu dan kamu menikah dengan pria yang tidak kamu sukai. Selamat!!!”Mina mendengus kesal mendengar ucapan Alby. “Ternyata kamu orang yang menyebalkan. Padahal sebelumnya aku berpikir kamu orang baik, tapi nyatanya kamu sama saja. Kamu menolong dengan pamrih dan menginginkan bayaran beda pula. Dasar mesum!!!”Sontak Alby memelotot usai mendengar ucapan Mina. “Apa katamu? Mesum? Siapa yang mesum?”“Kamu. Kenapa kamu menyuruhku melepas baju?&rdqu
“Kamu gila!!! Kenapa kamu tidak bilang kalau aku disuruh pura-pura menjadi tunanganmu,” seru Mina kesal.Mereka sudah menjauh dari pesta dan kini berada di kamar Alby. Alby memang sengaja mengajak Mina ke sana untuk berbicara secara pribadi. Alby hanya duduk di sofa dalam kamar itu dengan tenang sementara Mina tampak marah dan terlihat sedang berapi-api. Berulang kali gadis itu jalan mondar mandir sambil meremas tangannya. Alby hanya diam memperhatikan semua ekspresi yang ditunjukkan gadis itu.“Aku berusaha menjelaskannya tadi, tapi kebingungan untuk memulainya. Semua kejadian hari ini seakan tak terduga saja.”Mina berdecak sambil menoleh ke arah Alby. Alby membalas tatapannya kemudian menarik tangan Mina agar duduk di sampingnya. Mina menurut dan duduk dengan tenang di sebelah Alby.“Aku sama dengan dirimu, Mina. Aku dijodohkan dengan orang yang tidak aku sukai. Itu sebabnya aku minta bantuanmu. Bukankah kita impas sekaran
“Selamat atas pernikahannya, Tuan. Semoga selalu bahagia dan lekas diberi momongan,” ucap salah satu tamu malam itu.Alby hanya tersenyum membalas jabat tangan pria di depannya. Hal yang sama juga dilakukan Mina. Gadis itu terus menampilkan senyum termanisnya sedari tadi membuat giginya kering saja. Seharian ini dia harus memainkan perannya menjadi wanita paling bahagia. Ini adalah kesepakatannya dengan Alby dan Mina tidak akan mengingkari.“Sampai kapan kita akan begini, Alby,” bisik Mina lirih. Ia mengatakan hal itu saat sudah tidak ada tamu yang naik ke pelaminan memberi ucapan selamat.Alby menoleh ke arah Mina dan tersenyum dengan sangat manis. Mina hanya menghela napas panjang melihat reaksinya. Mengapa juga pria tampan ini seakan senang memainkan perannya kali ini?“Kenapa, Sayang? Kamu sudah bosan? Bukankah kita belum sehari menikah, jadi nikmatilah!!”Alby mengatakannya dengan santai dan senyum lebar. Ba
“SIALAN!!! Dari mana dia tahu tentang aku dan Bruno?” maki Melan.Ia sudah berjalan cepat meninggalkan toilet. Melan sangat kesal kepada Mina, padahal tujuannya menghampiri Mina tadi untuk mengintimidasinya. Namun, yang ada malah Melan yang terkejut saat Mina tahu tentang hubungannya dengan Bruno.“Melan, kamu dari mana? Mama mencarimu,” ujar Nyonya Jesica.Wanita paruh baya dengan penampilan glamour itu sedang berjalan mendekat menghampiri Melan. Melan menghentikan langkah sambil sibuk mengatur napasnya. Dadanya terasa sesak dan bergemuruh usai berbincang singkat dengan Mina tadi.“Aku tidak suka ini, Ma. Aku benci!!! Ini tidak sesuai dengan yang kita rencanakan.” Melan bersuara dengan lirih.Nyonya Jesica menghela napas panjang sambil celinggukan memperhatikan sekitar. Mata wanita paruh baya itu beredar, takut jika pembicaraan putrinya terdengar oleh telinga yang lain.“Tutup mulutmu, Melan!!! Jang
“Sayang ... .” Alby memanggil dan berjalan mendekat ke arah Mina.Mina urung bersuara bahkan sibuk menelan saliva sambil memundurkan tubuhnya menjauh dari Melan.“Sayang, kamu di sini?” ulang Alby.Mina menoleh ke arah Alby, memberikan senyum terbaiknya dan mengangguk dengan anggun. Alby kemudian menoleh ke arah Melan. Pria tampan itu mengernyitkan alis saat melihat Melan sudah bisa berdiri tegak tanpa tertatih seperti tadi.“Mari kita ke kamar. Aku lelah, Alby.” Mina menginterupsi lamunan Alby dan Alby hanya mengangguk mengiyakan.Mereka sudah membalikkan badan dan berlalu pergi meninggalkan Melan seorang diri. Melan berulang merutuk kegagalannya. Dia kesal sekaligus iri melihat kebahagiaan Mina.“Sudah Mama bilang, jangan sekarang, Melan.” Tiba-tiba Nyonya Jesica sudah berdiri di samping Melan.Melan melihat wanita paruh baya itu dengan sudut matanya. Ia kesal harus menuruti keinginan
Alby mengulum senyum sambil mulai memejamkan mata. Dia masih ingat kejadian beberapa saat tadi. Dia tidak sengaja membuat baju Mina hingga terbuka dan melorot ke bawah. Pantas saja Mina hanya diam begitu keluar dari kamar mandi tadi. Gadis itu pasti malu.Alby melirik ke arah kasur dan tanpa sengaja matanya bertemu dengan mata Mina yang belum terpejam. Lagi-lagi Mina terdiam beberapa detik saat mata mereka bertemu. Mengapa setiap matanya bertemu dengan netra Alby, ingatan akan kehidupan Mina yang berbeda kembali datang. Mina buru-buru memalingkan wajahnya.Alby menghela napas panjang kemudian bangkit dari tidurnya dan duduk di sofa.“Kamu belum tidur?” tanya Alby.Mina tidak menjawab, tapi Alby bisa melihat kalau gadis itu sedang memperhatikannya saat ini.“Ada yang ingin aku katakan padamu. Apa kamu tidak keberatan mendengarnya?”Mina mengubah posisi tidurnya dan kini terlihat setengah terbaring dengan kepala bersand
“APA??!! Kamu sedang nyari kesempatan?” protes Mina.Alby berdecak sambil menatap tajam ke arah wanita cantik di depannya.“Aku tidak memintamu mencium kalau tidak terpaksa. Setidaknya tinggalkan bekas bibirmu di tubuhku. Masa tubuhku bersih begini.”Mina terdiam. Sepertinya dia sekarang mengerti mengapa Alby melakukan ini semua. Mungkin keluarga Alby tidak percaya seratus persen dengan Alby. Mengingat pertemuan mereka yang singkat dan langsung memutuskan menikah. Apalagi sebelumnya Alby akan dijodohkan dengan wanita lain. Bisa jadi keluarganya melakukan inspeksi dadakan untuk sekedar mencari tahu kalau mereka baru saja melakukan malam pertama.“Buruan!!! Kok malah bengong. Mereka masih terus mengetuk kalau kita tidak membukakan pintunya.”Mina menarik napas panjang kemudian gegas mengambil lipstik memakainya di bibir. Lalu dia menempelkan stempel bibirnya di tangan dan mengoleskan ke seluruh tubuh Alby. Kini sud
“Hukuman penjara seumur hidup dan denda sebesar ... dijatuhkan kepada Tuan Bruno Fernades alias Alex Wijaya atas kasus pembunuhan terhadap Tuan Yuka Namari, Nyonya Mina Namari dan juga kasus penipuan yang melibatkan ... .” Suara hakim ketua baru saja bergema memenuhi seisi ruangan persidangan itu. Alby hanya tersenyum sambil melipat tangan mendengar semua hukuman yang diberikan untuk Bruno. Alby memang sempat bertemu dengan Mina dari kehidupan berbeda dan gara-gara info dari Mina juga dia berhasil menjebloskan Bruno ke penjara. “Tuan, kita langsung kembali ke kantor?” tanya Juan. Juan langsung menghampiri Alby yang baru saja keluar dari ruangan sidang. Alby tersenyum sambil menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaan Juan. Ia lalu berjalan cepat ke arah parkiran saat tiba-tiba ada seorang wanita yang menabraknya. Wanita itu berjalan sambil membawa tumpukan berkas sehingga tidak melihat Alby yang berdiri di depannya. Seketika berkas yang wanita itu bawah jatuh berhamburan ke tanah.
“Hosh ... hosh ... sialan kenapa mereka terus mengejarku?” ucap Bruno dengan napas tersenggal.Usai melakukan penusukan di rumah sakit, Bruno memang berhasil melarikan diri. Dia bahkan sudah kembali ke tempat kosnya. Sayangnya saat pergi keluar hendak membeli makan, polisi dan orang suruhan Juan mengenali Bruno. Mereka terus mengejar Bruno hingga pria itu kelelahan.“Apa yang harus aku lakukan kini? Aku lelah kalau harus terus berlari.”Mata Bruno jelalatan melihat ke sana ke mari. Kini dia berdiri di sudut gang sempit sambil bersandar ke tembok. Bruno sudah tidak punya kendaraan bahkan uang tidak tersisa di kantongnya. Gara-gara membayar jasa pembunuh bayaran kemarin, Bruno terpaksa mengeluarkan banyak uang yang pada akhirnya gagal.Pria itu kini putus asa dan ulahnya tadi di rumah sakit adalah puncak kemarahannya. Ia marah melihat Mina dan Alby terus bahagia sementara hidupnya semakin berantakan seperti ini. Bruno tersenyum menye
“Bagaimana, Dok? Bagaimana keadaan istri saya?” tanya Alby.Pria tampan itu tampak panik dan langsung menyerbu ke arah dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi. Telihat dokter itu berulang kali menarik napas panjang sambil sesekali melihat ke arah Alby.“Luka tusuknya sangat dalam, Tuan. Kami sudah melakukan yang terbaik untuknya.”Alby hanya diam saat dokter itu menjelaskan apa yang terjadi pada Mina. Kalau saja Alby lebih perhatian terhadap keadaan sekitar pasti hal seperti ini tidak akan terjadi. Alby tadi terlalu fokus menerima panggilan sehingga tidak menyadari ada sosok yang tiba-tiba mendekat dan menyerangnya. Kejadiannya sangat cepat bahkan bodyguard Alby yang berada di sekitar sana terkejut.“Untungnya luka tusuk itu tidak mengenai kandungan istri Anda, Tuan. Jadi bisa dipastikan kalau kandungan tidak apa-apa.”Alby seketika menghela napas lega. Setidaknya masih ada nyawa yang bernapas di sana.
“TIDAK!!! TIDAAAK!! MINA!!” seru Alby.Juan langsung berhambur keluar dan ikut membantu Alby. Mina tampak setengah tersadar menatap Alby. Wanita cantik itu memegang perutnya yang tertusuk dan sudah mengeluarkan banyak darah. Juan langsung berlari masuk ke dalam rumah sakit memanggil bantuan. Sementara Alby sudah bersimpuh di tanah menyanggah Mina.“Alby ... .” Mina bersuara dengan sangat lirih.Alby sudah berurai air mata sambil terus menggelengkan kepala.“Tidak. Kamu jangan bicara. Juan sedang memanggil bantuan.”Mina hanya diam, menelan ludah sambil menatap Alby dengan sendu. Kemudian tangan Mina menyentuh wajah tampan Alby dan membelainya. Alby hanya diam menatapnya.“Ada ... ada tiga kematian, Alby.” Mina kembali bersuara lagi dan terdengar sangat lirih. Alby yang mendengarnya kembail berurai air mata dan terus menggelengkan kepala.“Enggak!! Kamu gak boleh mati, Mina. KAMU GA
“Kamu mengenalnya, Juan?” tanya Alby.Pria tampan itu kini melihat ke arah Juan dengan seksama. Juan menarik napas panjang kemudian menganggukkan kepala dengan mantap. Kemudian melihat ke arah Alby dan Mina.“Apa Anda masih ingat dengan kasus penggelapan di salah satu anak cabang perusahaan kita, Tuan? Kalau tidak salah saat itu, Anda baru saja lulus kuliah. Anda baru saja masuk perusahaan sehingga belum terlalu paham.”Alby diam sejenak seakan sedang mengingat apa yang dikatakan Juan barusan. Kemudian tidak lama, Alby mengangguk.“Akh, iya. Aku ingat. Kalau tidak salah itu dilakukan oleh orang kepercayaan Papa, seorang wanita, bukan? Apa itu ada hubungannya dengan Bruno?”Juan mengangguk lagi.“Iya, Tuan. Itu ada hubungannya dengan Bruno alias Alex Wijaya itu. Saat itu saya juga yang diminta Tuan Alvin menyelidiki kasusnya. Memang banyak kejanggalan dan saya yakin itu bukan dikerjakan hanya oleh ora
[“Apa benar ini Nyonya Mina Namari?”] tanya suara di seberang sana.Mina yang baru saja masuk kamar terkejut saat mendapat panggilan dari nomor tidak dikenal. Ia menarik napas panjang kemudian menjawab dengan lugas.“Iya, benar sekali. Ini dari mana?”[“Sebentar, Nyonya. Ada yang ingin bicara.”] Suara di seberang sana malah sudah mengalihkan panggilannya. Mina hanya terdiam dan menunggu suara siapa yang akan bicara padanya. Entah mengapa panggilan ini mengingatkan Mina pada saat Bruno meneleponnya dulu.[“Kak, aku Melan.”] Sudah terdengar suara di sana dan Mina tampak terkejut saat tahu yang berbicara adalah Melan.“Melan? Ada apa?”Hal yang sangat aneh saat Melan tiba-tiba meneleponnya. Padahal ia sudah putus hubungan, terakhir kali Mina bertemu Melan saat ulang tahunnya. Sebelum Damian terbunuh, karena setelah itu Melan menjadi buronan. Kini setelah Melan tertangkap polisi malah a
“Iya, itu namanya. Kamu mengenalnya?” tanya Melan.Kini dia yang terkejut dan menatap wanita di depannya ini dengan bingung. Sementara wanita paruh baya itu hanya diam sambil tersenyum masam ke arah Melan. Perlahan wanita itu meringsek mendekat hingga duduk bersebelahan dengan Melan sambil bersandar di dinding.“Nama aslinya adalah Alex Wijaya. Nama itu juga yang aku kenal sepuluh tahun silam. Dia masih muda, tampan dan sangat energik. Dia itu bawahanku di kantor, tapi dia sangat menawan dan aku dengan bodohnya tergoda oleh bujuk rayunya.”Melan terkejut dan mengernyitkan alis sambil menoleh ke arah wanita di sampingnya. Wanita itu hanya menatap datar ke arah Melan.“Namaku Betty dan aku di sini karena terlibat dalam kasus penipuan serta manipulasi data. Sesungguhnya bukan aku seratus persen yang melakukannya. Aku hanya korban yang dijebak dan dijadikan kambing hitam oleh Alex atau Bruno.”Melan tampak bingung da
“Ada apa, Sayang? Apa masih ada yang kamu pikirkan?” tanya Alby.Usai berjalan pagi di taman belakang tadi, mereka kembali ke kamar dan kali ini Mina tampak sedang melamun di depan jendela. Mina menarik napas panjang dan membalikkan badan. Ia melihat Alby baru selesai mandi dan tampak lebih segar dari pada tadi. Aroma sabun nan segar dengan parfum maskulin menguar mengusik hidung Mina.Mina menarik napas panjang kemudian berjalan menghampiri Alby.“Entahlah, Alby. Hanya saja di kehidupanku sebelumnya ada tiga kematian yang harus aku lalui. Kematian Papa, Damian dan terakhir aku. Apa di kehidupan ini juga akan sama? Aku juga akan meninggal pada akhirnya?”Alby langsung terkejut saat Mina berkata seperti itu.“Sayang ... kok kamu ngomong gitu, sih. Kamu senang melihat aku bersedih karena kehilanganmu?”Mina tersenyum dan gegas menggeleng. Siapa juga yang ingin berpisah dengan orang yang dicintai. Hanya saja
“Kamu sudah bangun, Sayang?” sapa Alby pagi itu. Mina baru saja terjaga dan sedikit terkejut saat mendapati Alby sudah terbangun. Alby tidur miring sambil menyanggah kepala melihat dengan sebuah senyuman manis ke arah Mina. Mina langsung tersenyum dan mengecup pipi Alby sekilas. “Jam berapa ini, Alby? Aku tidur nyenyak sekali semalam.” Alby melihat jam di dinding kamarnya kemudian kembali melirik Mina yang terbaring di sebelahnya. “Masih jam lima. Kamu kepagian bangunnya. Apa kamu ingin melakukan aktivitas denganku?” Mina langsung mendelik sambil menggelengkan kepala. Alby hanya tersenyum melihatnya. “Apa tidak ada bahasan lain, Alby? Ini masih pagi.” “Malah masih pagi itu bagus, Sayang. Ayo, buruan bangun!! Kita jalan-jalan!!” Mina seketika terkejut mendengar ucapan Alby. Ternyata dia yang sudah salah sangka. Ia pikir Alby akan