Begitu satu perintah pembunuhan itu keluar, maka sembilan orang anggota Black OWL yang tadinya menghadang perjalanan Yin langsung mengeluarkan senjata tajam mereka dari balik jaket hitam.Senjata itu terdiri dari pedang panjang dengan bagian tubuhnya yang ramping. Ada juga pedang seukuran lengan orang dewasa dan yang memiliki ujung melengkung, kemudian beberapa pisau berukuran sedang yang mampu disembunyikan di balik pinggang, dan tongkat pemukul bola serta beberapa rantai besi dengan bagian ujungnya yang berduri runcing. Satu per satu kelompok pembunuh bayaran itu mulai menyerang Yin dari berbagai arah. Akan tetapi, tidak sedikit dari mereka yang masih saja menggunakan cara licik, yaitu dengan mengepung pria muda itu, lalu menyudutkannya di depan batang pohon besar, kemudian menyerangnya tanpa ampun.CRASH!JRESH!SLEB!Dua pedang panjang dengan bentuk tubuhnya yang ramping seperti katana, berhasil menggores batang pohon besar yang ada di belakang Yin. Seandainya saja Yin tidak memir
“Wan Wan …. Wan Wan …!”“Apa kau mendengarku? Jawab aku, Wan Wan!”“Jawab aku …!”“WAN WAN …!” Kepanikan segera menggelenyari seluruh tubuh Yin ketika melihat bahwa istri sang pemilik tubuh itu tak kunjung memberikan respon. Kedua kelopak mata itu masih tertutup dan sepasang tangan wanita itu masih tetap terkulai. Yin yang tidak mampu melihat warna dan yang tidak bisa merasakan suhu udara itu tidak tahu, bahwa betapa pucat dan dinginnya wajah Lu Wan Wan saat ini. “Apa yang harus kulakukan?” gumamnya gelisah. Mendadak dalam pikirannya pun tercetus sebuah bangunan yang pernah ditinggali oleh si pemilik tubuh baru, yaitu Rumah Sakit Shanghai.Ya, dia pun langsung memahami bahwa bangunan itu adalah tempat bagi semua orang yang menderita rasa sakit. Termasuk saat dirinya yang pernah mengunjungi Dokter Bert untuk mengetahui penyakit jantungnya yang ternyata telah sembuh. Detik itu juga, Yin segera memberi perintah kepada si nona pin
Begitu mendengar kabar tentang Lu Wan Wan, tanpa berkata apa-apa lagi Yin bergegas mengayunkan langkah memasuki ruang berkelambu dan yang dipenuhi dengan dinding-dinding kaca.Seiring dengan usahanya mencari keberadaan istri sang pemilik tubuh baru, aroma karbol yang bercampur dengan disinfektan serta obat-obatan kimia menyeruak masuk ke dalam indera penciuman Yin. Aroma itu terasa begitu kuat, lebih tajam dari pada saat dirinya berada di luar ruangan.Entah wanita itu berada di ranjang yang mana, namun Yin masih ingat, dia meninggalkan Lu Wan Wan di sekitar ranjang yang ada di tengah ruangan. Namun, saat dia menghampiri kembali ranjang tersebut, dia sudah tidak lagi mendapati wanita muda itu berada di sana.Suara lembut yang lebih mirip seperti cicitan seekor burung pipit itu tiba-tiba memanggil. “Yin.”Pria muda itu bergegas menoleh. Di ranjang ketujuh itulah, sepasang manik matanya yang kecil bertemu dengan manik mata bulat yang juga menatap dirinya. Tatapannya tak lagi dingin se
Yang Yin ketahui, ketika dirinya dulu hendak keluar dari rumah sakit, Lu Donglah yang mengurus semuanya termasuk total biaya tagihan rumah sakitnya kala itu. Dan sekarang di waktu yang berbeda, Yin kembali di hadapkan dengan selembar kertas tagihan biaya rumah sakit Lu Wan Wan yang baru saja diberikan oleh seorang perawat. “Ini rinciannya, Tuan Yin. Tuan bisa melakukan pembayaran melalui aplikasi seperti WeChat Pay, Alipay atau melalui transfer bank atas nama Rumah Sakit Shanghai.” Penjelasan yang disampaikan oleh perawat itu bak angin lalu di telinga Yin, karena saat ini manik matanya yang kecil itu tampak memicing. Menelusuri deretan angka-angka serta apa yang pernah mereka berikan kepada Lu Wan Wan.Sungguh, Yin tidak tahu apa pun tentang hal itu.Dia kembali bertanya kepada sang perawat. “Katakan saja berapa banyak yang harus kubayar.”“Total semuanya 50.000 Yuan.”Mata Yin langsung terbelalak begitu mendengar angka lima puluh ribu disebut. Masalahnya setelah menarik
Selepas mendengar perkataan Arthur Chen, maka bibir Yin yang berwarna coklat itu pun terkatup. Untuk sejenak dia hanya mampu berpikir sambil menyandarkan punggungnya di depan salah satu dinding rumah sakit. Melihat sekilas para manusia yang berlalu lalang di hadapannya dengan warna pakaian yang hampir sama.Dia yang semula telah berjanji untuk membebaskan Lu Wan Wan dari rumah yang hampir mirip seperti neraka itu, malah tidak mendapat persetujuan dari Arthur Chen.Dulu dia pernah meminta Arthur agar melepas kamera CCTV yang ada di kamar mandi, namun lelaki tua itu dengan tegas menolak. Semua itu demi alasan keamanan. Katanya, semakin privat sebuah ruangan, maka semakin mudah bagi seorang penyusup untuk bersembunyi.Memangnya siapa yang akan menyusup masuk ke dalam gedung apartemen yang hanya bisa dimasuki dengan sidik jari dan tampilan bola mata? Akhirnya Yin hanya bisa menghela napasnya dengan panjang. Menyadari bahwa gedung apartemen yang memiliki ketinggian lima lantai itu memang
DEG!Pertanyaan Lu Wan Wan yang mirip seperti sebuah cercaan itu sontak membuat Yin tercengang. Tanpa bermaksud ingin membohongi istri sang pemilik tubuh, dia hanya mampu menatap wanita muda itu dalam diam.Sungguh, dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan semua hal yang terjadi antara dirinya dan pemilik tubuh baru ini. Serta identitas tersembunyi yang tiba-tiba saja ditunjukkan oleh Arthur Chen.Sampai akhirnya sepasang tangan Lu Wan Wan mulai mencengkeram lengan jaket dan mengguncang tubuhnya, barulah kesadaran Yin kembali terjaga.“Wan Wan,” ucap Yin sembari memegang kedua tangan wanita itu, lalu menurunkannya dengan lembut. “Aku tahu, kau terkejut. Tapi percayalah … semuanya baik-baik saja. Ini tidak seperti yang kau pikirkan."“Kau tidak berbuat kriminal’kan?” tuduh Lu Wan Wan dengan tatapan menyelidik. “Aku tidak akan melakukannya.” Yin menggeleng tegas. “Semua ini memang salahku. Selama kita menikah, aku tidak pernah terbuka tentang keuanganku, karena—““Karena apa, Yin?”“
Pencarian rumah baru itu pun harus berakhir dengan kegagalan. Dengan terpaksa keduanya kembali ke rumah Keluarga Lu.Sebelum tiba ke rumah Keluarga Lu, Yin lebih dulu mengantarkan mobil listrik barunya itu ke dalam gedung apartemen Arthur. Yin tahu, kalau beberapa hari yang lalu Lu Wan Wan dan Arthur pernah saling bertemu di depan gedung Ma Yuan Food. Karena itu, untuk malam ini, Yin sengaja tidak mempertemukan istri sang pemilik tubuh dengan Arthur Chen. "Yin, sepertinya majikanmu itu orang yang baik, karena mau mempercayakan mobil mewah serta password untuk masuk ke dalam tempat tinggalnya," puji Lu Wan Wan, yang tak menyadari kalau orang yang dia puji itu adalah Arthur Chen. "Yah, begitulah,” sahut Yin sambil menarik kedua sudut bibirnya ke samping. “Ternyata memang masih ada orang baik di dunia ini, meskipun yang lebih jahat juga banyak.” Malam pun tiba ….Pukul 21.00 Yin dan Lu Wan Wan memasuki tempat kediaman Keluarga Lu. Begitu langkah kaki itu menbawa mereka menu
Di salah satu kelab malam yang cukup terkenal di kota itu, Judy—satu-satunya putra Gao Xiong tampak sedang duduk di depan meja bartender sambil menikmati segelas dua gelas minuman beralkoholnya.Apa yang terjadi tadi pagi di Grand Ballroom Cinta Sejati, semakin membuat kebencian dan kemarahan Judy kepada Yin semakin menumpuk. Meskipun dia telah membayar mahal kelompok pembunuh bayaran seperti Black OWL, namun hatinya tak kunjung lega ketika belum mendengar kabar kematian menantu Keluarga Lu tersebut.KRING! KRING! KRING!Suara dering dan getaran ponsel yang ada di dalam saku, membuat Judy segera mengambil benda tersebut. Untuk sesaat kening dan tatapan matanya yang berwarna hijau itu memicing, tatkala mendapati nama Lu Dong tertera pada layar ponselnya. “Halo, paman,” sapa Judy.“Mana janjimu itu, saat kau bilang akan menyingkirkan menantu sampah itu dari rumahku?!” Lu Dong berteriak di balik ponselnya.“Apa maksud paman?” Judy sontak bangkit berdiri. “Jelas-jelas aku sudah mengatak
Malam itu menjadi malam yang sangat panjang bagi Shun Yuan alias Yin. Setelah membuka rahasia terbesar dalam dirinya, dia justru mendapat kejutan. Arthur Chen langsung mengembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Lelaki tua itu seakan ingin secepatnya pergi meninggalkan dunia menyusul si pemilik tubuh.“Beristirahatlah dengan tenang,” ujar Shun Yuan setelah menyimpan abu jenazah Arthur di rumah duka. “Aku ikut berduka cita,” hibur Lu Wan Wan yang ikut mendampingi Shun Yuan.Selepas memberi penghormatan terakhir, keduanya pun kembali ke gedung apartemen tak bernama itu. Dengan disaksikan dan dibantu oleh Lu Wan Wan, Shun Yuan membuka semua file-file peninggalan Arthur Chen.Hal pertama yang mereka cari adalah rekaman video kejadian kecelakaan yang terjadi di atas Jembatan Sungai Yang Tze beberapa bulan yang lalu. Mereka ingin mengetahui kebenarannya. Siapa yang sebenarnya terlibat dan siapa yang seharusnya dihukum.Mulut keduanya langsung menganga, begitu menyaksikan kalau
Teriakan Arthur yang menyangkal perkataan Feng Siyu itu membuat Yin menelengkan kepala. Dia menatap lelaki tua itu dengan sorot mata yang lebih dingin dari biasanya.“Yin … ini … bukan seperti yang kau kira,” ucap Arthur terbata-bata.“Jawab pertanyaanku! Apa benar kau juga berada di sana?” Yin meninggikan nada suaranya.Langkah tegap Yin yang mendominasi serta kedua tulang rahangnya yang mengeras, telah membuat tubuh Arthur seakan mengerut. Tanpa sadar punggung lelaki tua itu langsung membentur tepi meja. Namun, benturan itu tidak sebanding dengan suaranya yang tercekat di tenggorokan.Melihat kegugupan serta kegelisahan yang terpancara dari wajah Arhur, makin membuat Yin naik pitam. Mantan jenderal besar Dinasti Qing itu langsung menghardik lawan bicaranya. Serapat-rapatnya menyimpan bangkai, pada akhirnya pasti tercium juga. Dengan kepala yang tertunduk, akhirnya keluarlah pengakuan dari Arthur. “A—aku memang ada di sana.”Satu kalimat pengakuan itu lantas membuat Yin mengepalkan
Tuduhan yang dilontarkan Yin itu membuat manik mata Feng Siyu bergerak-gerak. Rupanya pria yang memiliki banyak bekas jerawat di wajah itu masih mengingat kejadian musim gugur tahun lalu. Di atas motor balap yang dikendarainya, dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana mobil listrik itu menabrak pagar jembatan lalu terjun bebas ke dalam sungai. Kebungkaman itu lantas membuat Yin menghampiri. Dengan sorot mata menyalang tajam serta kedua rahang yang mengeras, dia mencengkeram jaket hitam yang dikenakan Feng Siyu. Membuat pria itu bangkit sedikit menjauhi kursinya.“Jawab pertanyaanku! Apa kau yang melakukannya?!” Yin melotot dengan penekanan suara.Namun, itu tak membuat nyali Feng Siyu ciut. Pria itu justru memalingkan wajahnya ke arah lain. Sambil mencebikkan bibirnya, dia pun berkata, “Kau saja tidak tahu, lalu untuk apa aku menjawab.”“Kau!?” Yin langsung menunjukkan kepalan tangannya.“Tak perlu marah. Aku akan memberitahumu, tapi dengan satu syarat.”“Kau tak perlu
“Tapi kenapa aku harus—”“Karena dialah yang menyebabkan kakakmu mengakhiri hidupnya!” potong Arthur cepat.Begitu penjelasan itu telah diterima oleh Yin, detik itu juga mengayunlah sepasang kakinya yang terbungkus dengan pantofel untuk mengejar pria tersebut. Dia sempat melihat kalau pria itu telah berbelok dan meninggalkan kafe.Meskipun beberapa kelebihan yang dimilikinya telah diambil, namun Yin masih memiliki kemampuan seorang Jenderal Besar Shun Yuan, yaitu ilmu bela diri dan kemampuan untuk memetakan lingkungan sekitar.Pengejaran itu tak berlangsung lama. Dengan mengandalkan tendangannya yang mengayun di atas angin, maka salah satu kaki Yin itu mampu membuat pria tersebut jatuh tersungkur sebelum mencapai bahu jalan.BUGH! BRUAK!Yin langsung menarik bagian belakang jaket kulit yang dikenakan pria tersebut. Membuat tubuh pemiliknya terangkat hingga berdiri tegak. Kali ini sebuah benturan kembali terjadi.BRUAK!Yin membenturkan tubuh pria itu ke permukaan dinding batako yang m
Jarum jam belum berada tepat di angka tujuh. Nasi tim ayam yang baru saja di pesan juga belum sempat di santap. Namun, sebuah postingan yang mendadak dia temukan di sebuah laman internet membuat selera makan Arthur Chen lenyap seketika.“Akun ini …,” gumamnya dengan kelopak mata melebar menatap layar laptop. Dia nyaris tak percaya.Setelah sekian lama mencari akun yang tiba-tiba menghilang setelah menjungkir balikkan nama baik Ma Shin Fei di seluruh jagat dunia maya, kini tiada hujan maupun badai, atau bencana dahsyat lainnya, akun yang bernama Prosecutor itu mendadak muncul kembali ke permukaan. Siapa yang menduga di saat dirinya juga sedang mencari kepingan-kepingan informasi tentang kejahatan Ma Zimo dan Feng Siyu, akun berhantu itu tiba-tiba muncul.Mungkinkah ini adalah bantuan dari alam semesta?Lelaki tua itu tak mampu menjawab. Apa mungkin ada yang kebetulan di dunia kejahatan?Postingan yang ditulis oleh Prosecutor rupanya menggelitik hati Arthur. Bukan hanya satu, tetapi
Dari semua rencana yang ada di dalam kepala Feng Siyu untuk mencelakai Yin, nyatanya pria muda itu justru lebih tertarik untuk menyelesaikan dendam pribadinya terhadap Lu Dong.Malam hari selepas mengantar kepulangan Ma Zimo ke tempat kediaman Keluarga Ma, Feng Siyu diam-diam menyelinap keluar. Beberapa kali dia berusaha untuk menghindari dan mengecoh para penjaga rumah. Hingga akhirnya di halaman belakang yang sepi, pria itu pun berhasil melompati pagar tinggi, lalu mendarat di sebuah trotoar.“Stasiun 4!” pinta Feng Siyu kepada pengemudi taksi yang baru saja dihentikan olehnya.“Baik, Tuan.”Beberapa kali Feng Siyu sempat menoleh ke belakang untuk melihat, apakah ada anak buah Ma Zimo yang mengejarnya.Namun, hasilnya nihil. Yang dia lihat di balik jendela kaca itu hanyalah kegelapan malam yang dihiasi dengan siraman cahaya kuning dari lampu-lampu jalan yang menerangi kelamnya malam.Lima menit sebelum satu jam meninggalkan tempat kediaman Keluarga Ma, pengemudi taksi akhirnya menga
Terlambat!Seruan Arthur Chen itu tidak mampu menyelamatkan Yin dari kedatangan serta rasa penasaran Ma Zimo. Pria paruh baya itu ingin melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana sopir barunya itu bekerja.Bukan hanya langkah pendeknya saja yang bergerak cepat, namun pandangannya pun juga telah menangkap punggung yang menjulang tinggi tersebut.“Yin!” serunya sembari melewati Arthur Chen begitu saja.Tiga puluh tahun lebih tidak bertemu, membuat Ma Zimo melupakan sosok yang dicarinya selama ini, yaitu Chen Ting. Tidak ada yang lebih sadis dalam merenggut kenangan seseorang selain usia.Dan selama tahun-tahun kehidupannya, tak pernah sekalipun Arthur Chen mengalami keberuntungan seperti hari ini. Melihat keacuhan Ma Zimo, tak lantas membuat lelaki tua itu memilih untuk bergabung dengan mereka. Menurutnya meninggalkan tempat itu dalam diam adalah keputusan yang tepat. Yin yang mendengar panggilan itu lantas menoleh. Dia juga sempat melihat kepergian Arthur. Sambil berpura-pura men
Berita penangkapan Lu Dong itu juga didengar oleh Feng Siyu yang selama beberapa bulan ini telah mencuri identitas Ma Yin Fei di tempat kediaman Keluarga Ma. Kelima jari pemuda itu mengepal hingga membuat buku-bukunya memutih. Ponsel kecil yang ada dalam genggaman tangannya itu nyaris hancur lebur karena kemarahannya.Hasil kerja keras yang membawanya melakukan semua ini hilang menjadi tak bermakna. Akhirnya orang yang ingin dia bahagiakan telah tiada.Dengan tatapan mata yang menyalang Feng Siyu menatap foto mendiang Denise Allard pada layar ponselnya. Pemuda itu bersumpah dalam hati, bahwa dia tidak akan pernah melepaskan Lu Dong hingga pria paruh baya itu membayar semua kejahatannya. Nyawa ganti nyawa dan penjara tidak akan bisa membuat adik tirinya itu hidup kembali.“Jadi ini kerjaanmu seharian? Pantas saja ayahku tidak pernah mengajakmu ke tempat proyek atau membawamu ke pertemuan bisnisnya.”Suara bariton milik Ma Jia Wei itu membuat kedua pundak Feng Siyu tersentak. Dia langsun
Waktu hari menjelang siang, kelopak mata yang semula terpejam perlahan-lahan terbuka. Sepasang manik mata hitam itu bergerak-gerak kebingungan. Mencoba untuk mengingat dan mengenali keberadaan dirinya.“Di mana ini?” batinnya berkata.Sebelum dia sempat mengenali tempat itu, lambat laun setitik cahaya kecil hingga sekumpulan sinar mulai menerangi indera penglihatnya.Kejadian itu membuatnya semakin terkejut. Dia tergugu hingga mendudukkan dirinya di atas ranjang milik Pei Yan begitu melihat dunia yang semula tidak berwarna, kini ternyata indah.Dia pun memberanikan diri mengangkat kedua tangannya di depan dada. Membolak-bolakkin punggung dan telapak tangan tersebut berulang kali.“Inikah warna kulitku selama ini?” gumamnya.Ujung kemeja yang semula melekat pada tubuhnya itu kini ditarik untuk mendekat. Hingga membuat pandangannya itu mampu melihat dan mengenali warna pakaiannya sendiri, yaitu biru tua.“Kau sudah bangun rupanya.”Suara bariton yang tiba-tiba terdengar itu lantas membu