“Siapa yang berani mencari Big Mommy akan mati hari ini!”Yin sontak menolehkan kepalanya begitu mendengar seruan tersebut didengungkan. Di saat itulah mantan jenderal besar Dinasti Qing langsung mendapat sambutan sebuah tendangan yang nyaris mengenai kepalanya.WUSH!Tendangan yang dilakukan oleh salah seorang anak buah Big Mommy itu hanya bergerak seperti tiupan angin yang menyapa, karena Yin lebih dulu menghindari serangan tersebut.Yin alias Shun Yuan itu kemudian memutar tubuhnya di atas sofa, lalu menggunakan sepasang kakinya yang ada di atas untuk menangkap dan menjepit pria yang telah menyerangnya dari belakang. Menarik dan mengempaskannya begitu saja. BUGH!Suara dentuman langsung terdengar. Tubuh si penyerang itu pun jatuh terjungkal di atas lantai keramik. Membuat Yin yang telah berdiri tegak itu dengan mudah menekan lingkar lengan pria tersebut.“Arrgggghhh …!”Suara erangan yang terdengar itu sontak membuat delapan pasang mata yang semula mengincar Yin terkejut. Wajah-w
Tanpa mau memegang ponsel Yin, Big Mommy hanya menjatuhkan pandangannya pada layar ponsel hitam yang saat itu sedang menampilkan wajah seorang gadis cantik bermata biru. Gadis itu memiliki model rambut coklat yang panjang dan bertekstur gelombang.Maka mengertilah Big Mommy, siapa yang dicari oleh pria muda ini. Dia kemudian mengalihkan pandangannya dari ponsel. Lalu mendudukkan dirinya yang gemuk itu di atas sofa panjang. Sesekali kipas tembaga yang ada di tangan kanannya itu terayun pelan.Melihat sikap Big Mommy yang tenang, membuat Yin lantas bertanya. “Apa kau mengenalnya?” “Tentu saja.” Big Mommy menyeringai. “Apa yang ingin kau ketahui?”Yin kembali mendudukan dirinya di atas sofa single yang berhadapan dengan Big Mommy. “Apa pekerjaannya di Shanghai Y Song dan … kenapa tadi kau bilang tidak mengenal Denise Allard?”“Karena bukan itu namanya di sini,” ujar Big Mommy.Yin menautkan kedua alisnya yang hitam legam. “Lalu siapa nama aslinya?”“Apa yang kukatakan ini tidak gratis. S
“Pelanggan besar yang kumaksud itu adalah Lu Dong. Presiden Komisaris Group Lushang. Dulu pria itu sering main kemari. Tapi sejak mengenal Mey Mey, keduanya pergi dan tak pernah kembali. Gadis itu memilih berhenti, karena ingin menjadi selingkuhan Lu Dong,” jelas Big Mommy.Senyum di bibir Yin pun melebar. Benang masalah yang semula tak karuan itu, kini satu per satu mulai terbuka dan tertata di jalurnya.Kini mengertilah Yin, bahwa otak di balik kekurangan stok barang yang pernah dialaminya di Perpustakaan Shanghai adalah Lu Dong. Ayah mertuanya itu mendapatkan informasi mengenai daftar suplier perpustakaan, juga pasti berasal dari orang dalam Perpustakaan Shanghai.Awalnya Yin mengira kalau orang dalam itu adalah Tuan Chao, tetapi sekarang dia tahu, kalau informan tersebut adalah Denise Allard alias Mey Mey. Kemungkinan gadis blasteran itu juga adalah pengirim video misterius yang membuatnya mendapatkan hukuman dari sang direktur. Tapi kenapa sinyal ponsel pengirim video itu justru
Sebuah pintu lift yang ada di lantai lima di dalam gedung apartemen tak bernama itu pun terbuka. Tampak seorang pria muda keluar dari sana. Dia mengenakan setelan kemeja putih polos dan celana panjang denim.Dialah Yin.Langkah-langkah kecil yang dibuat Yin, membawa tubuhnya yang jangkung itu menuju ke tengah ruangan. Di mana Arthur Chen dan tiga orang pria yang lain sedang duduk melingkari sebuah meja kaca.Kedua alis Yin saling bertaut ketika melihat kehadiran orang-orang itu. Mereka bukanlah orang asing, melainkan tiga dari dua puluh orang yang pernah membantunya untuk menyelesaikan patung sarjana yang ada di halaman Perpustakaan Shanghai.“Ternyata kalian.” Yin berkata sembari menarik kedua sudut bibirnya lebar. “Kalau aku tidak salah ingat, kalian bernama M2, A2, dan D2.”“Ingatan Tuan Muda memang tidak salah,” ujar M2—seorang pria paruh baya berusia enam puluh tahun lebih. Dia kemudian bangkit berdiri, lalu diikuti oleh yang lain. “Salam, Tuan Muda Kedua.”Yin mengangguk untuk me
Mendekati pukul enam sore, Lu Wan Wan tampak sedang mengemasi barang-barangnya yang ada di atas meja kerja. Beberapa buku catatan, kumpulan resep masakan, kalender duduk tahun 2024, sebuah jam beker warna kuning, dan kumpulan obat luka pemberian Yin tempo hari.Semua barang itu dimasukkan Lu Wan Wan ke dalam sebuah kardus berwarna coklat. Dia tampak tertegun menatap permukaan meja kerjanya yang telah bersih. “Wan Wan, apa benar kau akan pergi dari sini?” tanya Hong Hong dengan sudut bibirnya yang cemberut.Lu Wan Wan mengangguk. Sambil menarik kedua sudutnya lebar, dia menjelaskan kepada rekan kerjanya yang memiliki wajah bulat bak sebuah telur dan berambut ikal itu. “Suatu hari nanti, kita semua juga pasti akan pergi dari sini. Hari ini giliranku, mungkin giliranmu bulan atau tahun depan.”“Aku sepertinya akan menjadi karyawan Ma Yuan seumur hidupku,” gumam Hong Hong.Lu Wan Wan kemudian memberikan selembar kertas berwarna biru kepada Hong Hong. “Selamat ulang tahun! Maaf, aku hany
Perkataan Lu Wan Wan serta bagaimana cara anak itu menatap dirinya, membuat Li Na, Lu Fen Fen, dan Lu Shen Shen tercengang.Malam ini di pertengahan anak tangga rumah Keluarga Lu, anak perempuan yang hampir dua puluh tahun mereka besarkan dengan pukulan dan makian, telah berani mengungkap apa yang selama ini disembunyikan olehnya dan Lu Dong.“Wan Wan, apa maksudmu berkata seperti itu? Sungguh keterlaluan kalau kau sampai menyebut ibu bukanlah ibu yang melahirkanmu! Dasar anak durhaka!” tuduh Lu Fen Fen yang kemudian melayangkan telapak tangannya ke wajah Lu Wan Wan. Kebenaran yang telah diperolehnya dari Pengacara Bao dan juga Yin, telah menimbulkan keberanian di dalam diri Lu Wan Wan. Hanya sekejap mata, tangan kanannya yang tidak sedang membawa kardus coklat itu berhasil menangkap serta menahan tangan Lu Fen Fen.Sontak saja ketiga wanita yang berdiri di hadapan Lu Wan Wan itu terkejut setengah mati. Dari mana datangnya keberanian yang dimiliki oleh anak ini? “Yang durhaka itu
Begitu satu perintah itu telah keluar dari mulut Li Na, maka Li Man dan Akai tak segan-segan lagi untuk membawa pergi Lu Wan Wan dari hadapan mereka. Kedua orang pria itu mencekal tangan Lu Wan Wan dengan kencang. Menyeret tubuhnya yang ramping untuk segera meninggalkan tempat kediaman Keluarga Lu.Namun, Lu Wan Wan tidak ingin menyerah begitu saja. Dengan menggunakan sepasang kakinya yang masih bebas, dia berusaha memberontak dan melepaskan diri. “Lepas! Lepaskan aku! Aku tidak mau pergi dari sini!”“Jangan berisik!” hardik Li Man keras. “Semua ini salahmu sendiri! Seandainya saja kau menjadi anak yang penurut, nasibmu juga tidak akan seperti ini!”“Aku tidak berasalah! Kalianlah yang bersalah! Kalian tidak bisa mengeluarkanku dari sini! Rumah ini milik mendiang Kakek Lu Dong! Rumah ayah dan ibuku! Kalianlah yang seharusnya pergi dari sini!” teriak Lu Wan Wan sambil meronta-ronta.PLAK!Sebuah tamparan yang cukup keras itu bukan hanya menghentikan jeritan Lu Wan Wan, tetapi juga pembe
“A—apa yang a—akan kau lakukan?” Suara Lu Wan Wan bergetar.“Kau ingin tahu apa yang bisa kulakukan padamu?”’ Sembari mengayunkan langkahnya mendekati Lu Wan Wan, Li Na menatap sinis keponakannya itu. “Kau datang padaku dengan tidak membawa apa-apa dan sekarang, aku yang akan membuatmu KELUAR tanpa memakai apa-apa. Li Man! Akai! Sobek pakaian Wan Wan sekarang!" Seruan itu bukan hanya membuat wajah Lu Wan Wan memucat, tetapi juga membuat semua orang yang ada di halaman terperangah. Belum pernah mereka mendengar hukuman seperti itu dilakukan dalam rumah besar tersebut.Lu Wan Wan langsung memundurkan langkahnya untuk menjauhi Li Man dan Akai. Namun sayang, cekalan kedua pria itu membuatnya tak mampu bergerak lebih dari selangkah.“Wan Wan, jangan pergi. Kami hanya diperintah untuk melepas pakaianmu, bukan menyentuhmu," ucap Akai menyeringai. “Dia sudah terbiasa disentuh! Bukan oleh suaminya saja, tapi mungkin juga telah menyerahkan dirinya kepada Tuan Yumin!” cemooh Lu Shen Shen dari a
Suara dobrakan pintu yang disertai teriakan itu langsung direspon oleh sepuluh orang pria yang berada di dalam ruangan. Mereka yang sedang berdiri mengitari meja bilyard itu sekonyong-konyong menegakkan kepala lalu membusungkan dada.BRAKKK!Dua tongkat bilyard terlempar mendarat di atas meja dengan sempurna, membuyarkan beberapa barisan bola biru yang semula terdiam. Beberapa kaki itu pun mengayun santai, seakan tanpa beban begitu mendapati kehadiran seorang pemuda berpostur yang tak lebih dari 170 sentimeter.Feng Siyu mengenal seorang pria yang berada di barisan paling depan. Pria itu mengenakan setelan jas kemeja warna hitam. Dengan tiga barisan kancing teratas yang dibiarkan tetap terbuka, memperlihatkan otot-otot dadanya yang bergelombang.Pria itu mendapat julukan Black Dragon di lingkungan sekitar. Tidak, mungkin sepak terjangnya yang mengerikan dan tidak mengenal belas kasihan itu sudah terdengar seantero Shanghai. Tidak ada seorang pun yang tahu, siapa nama asli pria tersebu
Pada saat itu juga mundurlah Lu Wan Wan dari hadapan Yin alias Shun Yuan. Kegamangan segera menghampirinya seiring dengan mulutnya yang tertutup oleh telapak tangannya sendiri.Ingin rasanya dia tidak mempercayai perkataan pria yang telah mengambil kendali atas tubuh suaminya, tapi apa yang pria ini katakan tidak sepenuhnya salah. Karena dia sendiri juga telah membaca buku harian tersebut.“Siapa? Siapa yang telah mencelakainya?” tanya Lu Wan Wan dengan suaranya yang bergetar.Shun Yuan bisa saja langsung menyebutkan satu nama yang dicurigainya saat ini, tetapi dirinya belum yakin karena kurangnya bukti-bukti yang dimiliki. “Aku masih belum yakin, siapa saja yang telah terlibat. Tapi aku mulai mencurigai beberapa orang.”Tatapan mata Lu Wan Wan memicing. “Apa katamu? Beberapa? Itu artinya ….”“Lebih dari satu orang yang menginginkan kematiannya,” sambung Shun Yuan. “Entah mereka memiliki tujuan yang berbeda atau saling bekerja sama.”Kepala Lu Wan Wan menggeleng. “Aku sungguh tidak per
Tiga jam. Itulah waktu yang diperlukan Yin untuk diam termenung di atas Jembatan Sungai Yangtze. Menatap derasnya arus sungai yang tampak kelam dan pekat di waktu malam. Sepercik pertanyaan mendadak terbersit dalam sanubari sang mantan jenderal besar Dinasti Qing tersebut.Mungkinkah selama ratusan tahun, tubuhku tersimpan di dalam sana?Tiga ratus lima puluh empat tahun itu bukan waktu yang singkat. Pantas, keadaan sungai ini juga sudah sangat jauh berbeda dari zaman Dinasti Qing.Dan di dalam sungai inilah, kisah antara dirinya dan si pemilik tubuh terjadi.Mendadak sebuah suara ketukan tumit sepatu yang mengayun di atas trotoar membuat daun telinga Yin bergerak-gerak. Seperti biasa indera pendengaran yang tajam pemberian dari Dewa Kematian, mampu membuat mantan jenderal besar Dinasti Qing itu mampu mendengar suara semut yang berjalan hingga mampu memilah-milah jenis suara meskipun di belakang punggungnya terdengar hiruk pikuk kendaraan roda empat berlalu lalang. Kehad
“Denise, halo …. Halo …!” seru Feng Siyu.Selama beberapa saat pria muda berusia 27 tahun itu tampak tertegun menatap layar ponselnya yang masih menyala. Baru beberapa menit yang lalu, dia menerima panggilan dari adik tirinya yang bernama Denise Allard.Saudara perempuan namun berbeda ayah itu kerap menghubunginya di jam-jam malam. Selepas makan malam lebih tepatnya, karena pada saat itulah segala aktivitasnya di dunia kerja telah terhenti.Namun, apa yang baru saja terjadi?Feng Siyu justru tidak mendengar suara Denise. Bulu kuduknya mendadak dikejutkan dengan suara teriakan minta tolong, suara seorang atau beberapa orang pria dan suara gedebuk-gedubuk yang tak jelas.Jangan-jangan ….Pikiran Feng Siyu lantas tertuju pada panggilan ponsel yang diterimanya sore tadi di Gedung Madox Colour. Kedua tangannya langsung mengepal, mengingat ancaman si penelepon. Padahal mereka telah bersepakat, bahwa si penelepon akan memberinya sedikit waktu dan tidak akan mengganggu adiknya yang saat ini t
Begitu Mey Mey mendengar suara bariton itu berkata, jantungnya seakan hendak melompat keluar dari tubuhnya. Suara yang disertai dengan seringai dan langkah tegap itu benar-benar mengintimidasi dirinya.Menyihir gadis blasteran itu untuk berhenti, lalu bergerak mundur hingga akhirnya punggungnya yang terbungkus dengan selembar pakaian tidur tipis itu menempel di depan dinding ruang tamu.BUGH!Rasa dingin langsung menjalari telapak tangan Mey Mey begitu Lu Dong berhasil mengunci tubuhnya dengan kedua lengannya yang kekar. Manik mata birunya itu tampak bergerak-gerak.“Ma—mau apa kau … kemari?”Mendengar suara intonasi yang terbata-bata itu lantas membuat Lu Dong terkekeh. Puncak hidung kekasih kecilnya itu masih sama seperti dulu. Seperti sebuah papan luncur yang turun ke bawah, lalu menukik tajam ke atas. Dia tidak menyangkal, bahwa dia sangat menyukai hidung Mey Mey, selain dari apa yang tersembunyi di balik pakaian tidur gadis itu.Sembari memberi sedikit kecupan pada puncak hidung
Malam ini mobil listrik yang dikemudikan Lu Dong langsung meluncur membelah lalu lintas Kota Shanghai. Kendaraan roda empat itu bergerak menuju ke arah utara. Di mana terdapat tiga pulau aluvial dataran rendah yang berpenghuni di muara Sungai Yangtze. Salah satu dari ketiga pulau itu adalah Chongming.Lu Dong meninggalkan mobil listriknya di pelabuhan dan memilih menggunakan feri, agar lebih cepat tiba di tempat tujuan. Dia tidak ingin memberi kesempatan Mey Mey untuk kabur lagi dari hadapannya. Malam ini juga, dia harus menuntaskan masalahnya dengan tikus kecil itu.“Berapa lama kapal ini menuju Chongming?” tanyanya kepada nahkoda.“Jika cuaca bagus, dua puluh menit lagi kita akan tiba di sana. Apa Tuan akan berhenti di Desa Terapung Chu Zhang?”“Tidak. Turunkan aku di Chongming!”“Naiklah!” Nahkoda itu berseru kepada Lu Dong.Layar dibentangkan. Suara mesin menderu-deru di bawah alas kaki, diikuti dengan gumaman para penumpang yang sudah mulai berdesakan memasuki kapal. Jumlah mereka
Kegelapan baru saja muncul menyapa Shanghai. Meskipun Li Na tidak menyukai kedatangan Lu Dong, tetapi berkat Lu Shen Shenlah, pria paruh baya itu akhirnya memiliki tempat tinggal untuk meletakkan kepalanya malam ini.Lu Dong sudah tidak perlu repot-repot lagi memikirkan menu makan malamnya hari ini dan hari-hari selanjutnya. Dia juga tidak perlu risau akan angin malam yang kerap menusuk-nusuk persendiannya yang sudah tidak muda lagi.Tak masalah jika Li Na tidak mengizinkannya untuk tidur dalam kamar. Dia tahu, kalau kemarahan istrinya itu hanya sementara. Esok hari, wanita itu pasti akan kembali merajuk dan malam berikutnya, dia akan kembali menikmati empuknya busa kasur yang ada di apartemen ini, pikirnya. “Ayah, kami hanya punya ini.” Lu Shen Shen berkata sembari memberikan potongan selimut tipis kepada Lu Dong.“Tak masalah.” Lu Dong menarik kedua sudut bibirnya lebar ketika menerima pemberian putri keduanya itu. “Kau memang putri Ayah yang paling berbakti. Ngomong-ngomong … di
Yin tersenyum dingin, karena dia memiliki jawaban atas pertanyaan Arthur. Namun, dia tidak langsung memberitahu pria tua tersebut. Dia justru menanyakan topik utama mengenai kedatangannya kali ini."Lalu bagaimana dengan Denise Allard dan kakak laki-lakinya?"“Aku telah menemukan tempat tinggal Denise. Gadis itu sekarang tinggal di rumah Keluarga Feng.” Arthur menunjuk ke sebuah titik koordinat yang berkedip pada layar laptopnya.Yin menatap titik koordinat yang letaknya agak jauh dari tempat Kediaman Keluarga Lu. “Kau mendatanginya?”“Tentu saja! Aku membantumu sekaligus mengerjakan tugas yang diberikan Lu Dong. Untuk menemuinya, aku menyamar menjadi seorang nenek tua. Salah seorang tetangganya yang sedang kehabisan gula."Yin tergelak. Membayangkan bagaimana wajah maskulin yang keriput itu berubah menjadi seorang nenek tua dengan rambut putihnya yang tergelung ke belakang lengkap dengan selembar daster bermotif bunga yang menutupi tubuh atletis Arthur. "Melihat nenek-nenek jadian y
DEG!Kali ini bukan hanya wajahnya saja yang membeku, melainkan juga detak jantungnya serasa hampir berhenti mendadak tatkala mendengar suara bisikan tersebut. Perlu waktu beberapa detik untuk membuat Ma Yin Fei palsu menyadari bahwa ada seseorang yang mengetahui dosa masa lalunya.“Siapa kau?” teriak Ma Yin Fei palsu sembari mengarahkan pandangannya ke sekitar koridor.Pria yang memiliki tinggi tidak lebih dari 170 sentimeter itu memutar tumitnya beberapa kali, lalu bergerak ke sana kemari. Namun, apa yang dilakukannya itu tak kunjung mendapat jawaban. Koridor panjang itu terlihat kosong, dingin dan lengang. Dari kejauhan dia hanya mampu menangkap pintu ruang kerja Ma Zimo yang masih tertutup.Berarti mantan pustakawan itu masih berada di dalam, lalu siapa yang bicara tadi? Pikiran Ma Yin Fei palsu mulai berkecamuk. Embusan angin yang membelai tengkuk lehernya serta kebisuan yang tejadi di sekitar koridor, membuat sekujur tubuh Ma Yin Fei palsu meremang. Tatapan matanya mendadak beru