“Berhenti!”
Suara teriakan bernada rendah yang berasal dari dalam rumah membuat Li Man dan yang lainnya urung mengayunkan langkah. Begitu juga dengan sang menantu yang ikut melepaskan cengkeramannya dari pergelangan tangan Akai.
Wajah para maskulin itu langsung membeku tatkala melihat seorang wanita paruh baya yang masih mengenakan mantel bulunya datang menghampiri.
“Haiz, Bibi! Mengejutkanku saja." Li Man berkata gusar.
"Kenapa kalian semua masih berada di halaman?" Li Na bertanya.
"Kami hanya ingin memberi menantu ini sedikit pelajaran."
“Bukankah kalian sudah melakukannya tadi?”
“Aku rasa itu masih belum cukup untuk membuatnya menyadari, siapa sebenarnya yang berkuasa di rumah ini!”
Li Na menghela napas. “Kalau kalian terus menyiksanya, kapan dia mulai bekerja? Sekarang hampir pukul tujuh malam! Untuk malam ini lepaskan saja dia! Aku tidak peduli, kalau kalian ingin memberinya pelajaran di lain hari.”
Mendengar permintan Li Na, maka mundurlah semua anak buah Lu Dong. Namun, orang-orang itu tidak melepaskan Yin begitu saja, terutama Li Man dan Akai. Keduanya serempak menggerakkan tangan mereka di depan leher seakan hendak menggorok leher Yin malam ini.
***
Kata Li Na, malam ini Yin tidak perlu membersihkan rumah. Karena sebelum dia pulang dari rumah sakit, Lu Wan Wan telah melakukannya.
Penjelasan itu membuat Yin terkejut. Dia tidak menyangka, kalau ternyata wanita muda yang masih dianggapnya sebagai Yue Jing itu mampu membersihkan rumah Keluarga Lu seorang diri.
Setelah bertemu dengan ketiga putri Lu Dong, Yin tidak memungkiri bahwa kecantikan Yue Jing itu abadi. Melekat pada wajah istri pemilik tubuh barunya. Kecantikan yang dingin itu melebihi kecantikan kedua putri yang lain.
“Aku tidak ingin jatuh untuk yang kedua kalinya. Jika dia belum menyadari keberadaanku, maka aku akan bertindak lebih dulu. Wanita jahanam itu harus membayar semua perbuatannya padaku di masa lalu! Aku tidak peduli, dia Lu Wan Wan atau Yue Jing,” batinnya berkata.
***
Li Na menyebut ruangan ini sebagai dapur. Namun nyatanya, Yin tidak mendapati tungku api maupun tumpukan kayu bakar tersedia di sana.
Yang ada hanyalah sebuah meja panjang yang berdiri di tengah ruangan. Entah warna apa sesungguhnya. Karena di mata Yin perabot panjang itu tampak berwarna hitam, sedangkan deretan lemari tinggi yang mengelilingi keempat sisi dinding itu berwarna abu-abu tua hingga nyaris putih.
Lalu bagaimana cara dia memasak? Bertanya pada Li Na juga percuma!
Setelah mengatakan kalau semua bahan telah disediakan oleh Lu Wan Wan dan memberi Yin tugas membuat makan malam untuk perayaan malam tahun baru, ibu mertua dari pemilik tubuh baru itu pergi meninggalkannya begitu saja.
Bukan hanya satu jenis masakan yang diminta Li Na, melainkan dua belas jenis!
Sesuai dengan adat kepercayaan masyarakat sekitar yang masih mempercayai keberadaan dua belas shio. Dimana setiap elemen dari shio-shio itu mampu mempengaruhi kehidupan para manusia.
“Mereka benar-benar keluarga tidak waras! Memaksaku membuat dua belas makanan hanya dalam waktu kurang dari enam puluh menit!” Yin mengumpat.
“Persetan dengan semua ini! Tidak makan satu kali, juga tidak akan membuat mereka mati kelaparan,” sambungnya, yang tanpa sadar telah membenturkan keningnya di depan salah satu rak lemari.
DUGH!
Suara benturan itu memang sedikit keras, tetapi Yin tidak mampu merasakan kalau keningnya itu sedang berdenyut-denyut. Yang dia rasakan, justru sepasang bola matanya terasa gatal.
Untuk meredakan rasa tersebut, Yin mengucek kelopak matanya berulang-ulang hingga akhirnya rasa itu pun reda.
Begitu Yin membuka kelopak mata, dia langsung dikejutkan dengan berbagai macam tulisan yang menghiasi setiap permukaan meja dan lemari.
“Bukankah tulisan ini sebelumnya tidak ada?" gumamnya.
Penglihatan yang didapat Yin itu tidak pernah ada di zamannya dulu dan belum pernah ada di zaman sekarang. Semua ini adalah anugerah yang diberikan oleh Dewa Kematian kepada Yin alias Shun Yuan untuk bertahan hidup di dunia barunya yang sarat dengan teknologi canggih.
Tulisan-tulisan berwarna putih itu berisi petunjuk cara pemakaian dari masing-masing perabot.
Ketika sepasang mata Yin yang mengalami buta warna itu membaca kalimat-kalimat tersebut, maka pengetahuan baru itu langsung diserap oleh Yin seutuhnya. Kecerdasan yang dimiliki oleh seorang jenderal besar Dinasti Qing itu telah kembali.
Ternyata tungku api yang dicari Yin itu ada di permukaan meja!
Dia hanya perlu mengucapkan, “Nyalakan api!”
Maka permukaan meja datar itu akan menjadi tungku api baginya. Penjelasan itu juga memudahkan Yin untuk mencari perlatan masak serta bumbu dapur yang dibutuhkan.
Wajah Yin menjadi sumrigah. Dia segera membuka salah satu laci yang ada di bawah meja. Seperti pengetahuan yang baru saja didapat, pada bagian dalam laci tersebut ada begitu banyak jenis pisau. Mulai dari yang berukuran besar hingga paling kecil dan ringan.
Jari tangan Yin menelusuri setiap badan pisau yang tersimpan rapi di sana. Sudah lama dia tidak memegang senjata tajam. Lalu diambilnya salah satu pisau berukuran sedang. Dari badan pisau yang terbuat dari stainless steel itulah, dia mampu melihat sebagian kecil pantulan wajah barunya saat ini.
“Ternyata seperti ini wajahku sekarang,” gumamnya sambil menggelengkan kepala.
Karena tidak menemukan cermin di dapur, maka Yin mengambil semua pisau berbahan stainless steel. Lalu menatanya di atas meja.
Barisan pisau itu memberikan pantulan wajah barunya secara utuh. Wajah oval yang dipenuhi dengan bulu lebat dan hitam serta ujung rambutnya yang hampir melewati batas leher. Dia mulai mencukur semua bulu pada wajah dan sebagian rambut dengan menggunakan pisau lain yang lebih kecil.
“Dasar pemalas! Jika begini terus kerjaanmu, bisa-bisa tengah malam kami baru makan!”
Suara hardikan yang begitu keras itu mengejutkan Yin. Dengan spontan dia menerbangkan pisau kecil itu kepada sasarannya yang ada di belakang punggungnya.
JLEB!
Lemparan pisau buah yang begitu cepat.Suara senjata tajam yang menancap dan mengiris daun pintu.JLEB!Semua itu membuat wajah Li Na memucat. Dia yang semula ingin memaki-maki dan memukul menantunya dengan gagang sapu mendadak hilang keberanian. Wanita paruh baya itu memilih mundur, meninggalkan Yin sambil membawa detak jantungnya yang berdegup kencang.Li Na berhasil menemukan Lu Dong. Rupanya suaminya itu berada di ruang keluarga. Berulang kali dia memanggil bahkan sampai mengentakkan kaki, nyatanya tatapan mata pria paruh baya itu masih terpaku pada ipad yang ada di pangkuannya.Entah apa yang dilihat oleh suaminya, padahal malam ini adalah malam tahun baru. Tidak ada bursa saham yang buka dan seluruh perusahan di Shanghai telah mengumumkan hari libur mereka hingga tujuh hari ke depan. “SUAMIKU!”Teriakan yang disertai dengan gebrakan meja itu langsung membuat Lu Dong tersentak. Pria paruh baya itu buru-buru mematikan layar ipadnya. Sambil mengangkat wajah, dia menatap mata kecil
Lu Dong menaikkan salah satu ujung alisnya. “Sejak kau bangun dari koma, kepercayaan dirimu semakin menjadi. Baiklah, Anak Kaisar Langit, aku akan menunggu pembayaranmu di sini. 5.000 Yuan! Tidak kurang dan tidak lebih!”Ekspresi harap-harap cemas menggelanyuti wajah para feminin ketika mereka melihat kepergian Yin. Namun tidak bagi Lu Dong, pria paruh baya itu malah tertawa menyeringai di atas kursi makannya.“Mau ke mana dia?” Li Na bertanya pada Lu Wan Wan.“Mungkin ke kamarnya.”Seperti dugaan Lu Wan Wan. Dengan bantuan sistem pengetahuan baru yang ada pada indera penglihatnya, akhirnya Yin berhasil menemukan letak kamar pemilik tubuh barunya itu.Ternyata selama tiga tahun ini, Keluarga Lu yang mendapat predikat keluarga terkaya nomor lima se-Shanghai, justru menempatkan menantunya di dalam sebuah ruangan bekas gudang yang sudah tidak terpakai. Letaknya berada di belakang bangunan utama. Terpisah dari kamar Lu Wan Wan.“Sungguh keterlaluan!” umpat Yin, begitu melihat tumpukan kard
Dia telah memotong 120 lidah para pemberontak, sebelum akhirnya membunuh mereka yang berusia muda dan melepaskan mereka yang lanjut usia!Itulah jawaban yang didapat Yin alias Shun Yuan ketika mencoba mengingat-ingat kesalahan apa yang telah dia perbuat, hingga Dewa Kematian memberikan kutukan keempat kepadanya.TOK! TOK! TOK!Suara ketukan pintu tidak membuat Yin mengangkat wajah. Siapa pun yang datang, dia tidak peduli!Dia sengaja tidak menyalakan penerangan dan membiarkan pintu kamarnya terbuka. Siapa pun bisa langsung masuk untuk melihat keadaannya saat ini.Suara ketukan pintu lenyap. Digantikan dengan suara langkah bersepatu yang perlahan mendekati Yin yang sedang duduk di lantai. Sang pemilik sepatu itu berhenti di depan Yin. Dia lalu membungkuk kemudian menyodorkan telapak tangannya.“Selamat tahun baru,” ucap Lu Wan Wan.Suara merdu itu membuat Yin tersentak. Dia seperti mendengar kicauan burung bernyanyi di tengah malam. Segera saja dia mengangkat wajahnya dengan ragu.Sebua
Yin tidak tahu apa itu saldo dan WeChat Pay!Namun, sepasang matanya yang kecil itu langsung mengerling begitu melihat ada angka 200 Yuan tertera di sana!Dia tahu kalau itu adalah UANG! Karena Yin sering mendengar Lu Dong mengatakan saat sedang memarahinya.Dengan bantuan sistem pengetahuan baru yang ada pada indera penglihatnya, Yin mengetahui nama benda tersebut dan kegunaannya. Ponsel itu dapat membantunya berkomunikasi dengan orang lain serta melakukan transaksi tanpa uang fisik atau non tunai!Dia segera mengambil ponsel kepunyaan si pemilik tubuh baru, lalu mengocok benda itu berulang kali. Siapa tahu, apa yang dilakukannya itu mampu membuat 200 Yuan keluar dari sana.Karena dengan uang tersebut, Yin berharap dapat melunasi biaya rumah sakit dan bisa duduk di samping Lu Wan Wan, meskipun nilainya sangat jauh dari jumlah hutang-hutangnya pada Lu Dong.Namun, yang terjadi ….“Kenapa 200 Yuan itu tidak keluar?” gumam Yin, yang merasa kalau ternyata usahanya itu sia-sia. “Padahal j
Yin tidak tahu keberadaan Lu Wan Wan!Akan tetapi, sistem pengetahuan baru itu telah memberitahu Yin, kalau dia bisa menggunakan ponsel kepunyaan si pemilik tubuh baru untuk menghubungi wanita muda itu.Dan dia melakukannya.Puluhan detik telah berlalu, akan tetapi panggilan yang dibuat Yin tak kunjung mendapat jawaban. Sementara luka memar yang pada tangannya itu masih terus bertambah hingga terlihat ujung betisnya. Karena tidak ingin membuang waktu, Yin akhirnya mengurungkan niatnya untuk pergi ke Perpustakaan Shanghai.Bagaimana pun juga, keadaan istri sang pemilik tubuh ini sama pentingnya dengan keadaan nyawanya sendiri!Meskipun pada akhirnya dia akan mati malam ini, tetapi setidaknya dia harus berbuat satu kebaikan dalam hidupnya!Yin bergegas kembali ke tempat kediaman Keluarga Lu. Namun, keberadaannya itu malah terhalang dengan sebuah pagar besi tinggi yang terkunci rapat dari dalam.Namun, Yin alias Shun Yuan tidak kekurangan akal!Dia menemukan sebuah sela kecil yang ada di
Orang gila mana yang nekat menyusuri jalan raya di musim dingin, hanya dengan mengenakan kemeja tipis dan celana panjangnya?Memang tidak ada yang lebih gila, selain Yin alias Shun Yuan di kota ini!Apa yang dikenakan Yin telah membuat puluhan hingga ratusan pasang mata menatapnya dengan kerutan di wajah.Namun, siapa yang peduli?Dia hidup untuk dirinya sendiri.Dengan waktu yang tersisa dan berbekal kecerdasan serta kekuatan yang dimilikinya, dia akan bekerja untuk mendapatkan uang!Sepasang mata Yin yang kecil itu tengah menengadah. Menatap bangunan tinggi dengan atapnya yang berbentuk seperti mercusuar, dengan ketinggian 24 lantai. Sistem pengetahuan baru yang ada dalam indera penglihatnya itu telah memberitahu, bahwa gedung tinggi tersebut adalah tempat si pemilik tubuh bekerja.Ketika sepasang kaki Yin mulai memasuki Perpustakaan Shanghai, kedatangannya itu langsung disambut oleh aroma tumpukan kertas, barisan buku-buku usang serta aroma kayu jati yang berpadu dengan kayu cendan
Segeralah Yin pergi meninggalkan direktur perpustakaan yang galak itu. Dengan bantuan sistem pengetahuan baru, akhirnya dia mengetahui di lantai mana dirinya harus bekerja.Dia kemudian memperhatikan, bagaimana cara orang-orang itu berpindah dari lantai satu ke lantai yang lain.Ada sekitar sepuluh orang termasuk Yin. Mereka masuk ke dalam sebuah ruang kecil tanpa jendela yang bernama lift. Beberapa orang menekan salah satu angka yang tersedia di sana. Menunggu selama beberapa detik, hingga akhirnya pintu berbahan besi itu terbuka dengan sendirinya.Yin melakukan hal yang sama, seperti yang dilakukan oleh orang-orang itu!Dan sekarang dia berada di lantai 15.Begitu sepasang kakinya yang terbungkus oleh sepatu butut itu melangkah keluar, dia langsung disambut dengan teriakan histeris dari seorang gadis yang memiliki wajah blasteran dan berkaca mata tebal. “YIN! Kau masih hidup!”Sambutan itu langsung membuat semua orang yang semula duduk sambil menekuri buku-buku di atas meja, mendad
Sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, Yin terus bergerak maju. Ayunan langkahnya semakin cepat meninggalkan Gedung Perpustakaan Shanghai yang memiliki 24 lantai. Ketika Yin belum tahu ke mana arah tujuannya malam ini, dia terus saja berjalan lurus melawan arus kendaraan yang berlalu lalang. Tak jarang pula, jika dirinya bertemu dengan sebuah belokan, dia akan memasuki jalan sempit tersebut. Ada kalanya dia bertemu dengan sebuah jembatan, maka dia akan menaiki serta menuruni tangganya. Kemudian memutar arah dan terus berjalan tanpa henti menuju keramaian lalu lintas.Diam-diam Yin selalu memperhatikan gerak gerik si penguntit melalui pantulan kaca jendela yang ada di setiap bangunan yang dilewati.“Sialan!” umpatnya adalam hati. “Kenapa orang itu masih terus membuntutiku? Siapa dia? Apa dia mengenalku?”Yin menyangsikan pertanyaannya sendiri.Mustahil!Ada orang yang mengenali dirinya sebagai jenderal besar Dinasti Qing di dunia yang baru ini! Apalagi wajah dan bentu
Malam itu menjadi malam yang sangat panjang bagi Shun Yuan alias Yin. Setelah membuka rahasia terbesar dalam dirinya, dia justru mendapat kejutan. Arthur Chen langsung mengembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Lelaki tua itu seakan ingin secepatnya pergi meninggalkan dunia menyusul si pemilik tubuh.“Beristirahatlah dengan tenang,” ujar Shun Yuan setelah menyimpan abu jenazah Arthur di rumah duka. “Aku ikut berduka cita,” hibur Lu Wan Wan yang ikut mendampingi Shun Yuan.Selepas memberi penghormatan terakhir, keduanya pun kembali ke gedung apartemen tak bernama itu. Dengan disaksikan dan dibantu oleh Lu Wan Wan, Shun Yuan membuka semua file-file peninggalan Arthur Chen.Hal pertama yang mereka cari adalah rekaman video kejadian kecelakaan yang terjadi di atas Jembatan Sungai Yang Tze beberapa bulan yang lalu. Mereka ingin mengetahui kebenarannya. Siapa yang sebenarnya terlibat dan siapa yang seharusnya dihukum.Mulut keduanya langsung menganga, begitu menyaksikan kalau
Teriakan Arthur yang menyangkal perkataan Feng Siyu itu membuat Yin menelengkan kepala. Dia menatap lelaki tua itu dengan sorot mata yang lebih dingin dari biasanya.“Yin … ini … bukan seperti yang kau kira,” ucap Arthur terbata-bata.“Jawab pertanyaanku! Apa benar kau juga berada di sana?” Yin meninggikan nada suaranya.Langkah tegap Yin yang mendominasi serta kedua tulang rahangnya yang mengeras, telah membuat tubuh Arthur seakan mengerut. Tanpa sadar punggung lelaki tua itu langsung membentur tepi meja. Namun, benturan itu tidak sebanding dengan suaranya yang tercekat di tenggorokan.Melihat kegugupan serta kegelisahan yang terpancara dari wajah Arhur, makin membuat Yin naik pitam. Mantan jenderal besar Dinasti Qing itu langsung menghardik lawan bicaranya. Serapat-rapatnya menyimpan bangkai, pada akhirnya pasti tercium juga. Dengan kepala yang tertunduk, akhirnya keluarlah pengakuan dari Arthur. “A—aku memang ada di sana.”Satu kalimat pengakuan itu lantas membuat Yin mengepalkan
Tuduhan yang dilontarkan Yin itu membuat manik mata Feng Siyu bergerak-gerak. Rupanya pria yang memiliki banyak bekas jerawat di wajah itu masih mengingat kejadian musim gugur tahun lalu. Di atas motor balap yang dikendarainya, dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana mobil listrik itu menabrak pagar jembatan lalu terjun bebas ke dalam sungai. Kebungkaman itu lantas membuat Yin menghampiri. Dengan sorot mata menyalang tajam serta kedua rahang yang mengeras, dia mencengkeram jaket hitam yang dikenakan Feng Siyu. Membuat pria itu bangkit sedikit menjauhi kursinya.“Jawab pertanyaanku! Apa kau yang melakukannya?!” Yin melotot dengan penekanan suara.Namun, itu tak membuat nyali Feng Siyu ciut. Pria itu justru memalingkan wajahnya ke arah lain. Sambil mencebikkan bibirnya, dia pun berkata, “Kau saja tidak tahu, lalu untuk apa aku menjawab.”“Kau!?” Yin langsung menunjukkan kepalan tangannya.“Tak perlu marah. Aku akan memberitahumu, tapi dengan satu syarat.”“Kau tak perlu
“Tapi kenapa aku harus—”“Karena dialah yang menyebabkan kakakmu mengakhiri hidupnya!” potong Arthur cepat.Begitu penjelasan itu telah diterima oleh Yin, detik itu juga mengayunlah sepasang kakinya yang terbungkus dengan pantofel untuk mengejar pria tersebut. Dia sempat melihat kalau pria itu telah berbelok dan meninggalkan kafe.Meskipun beberapa kelebihan yang dimilikinya telah diambil, namun Yin masih memiliki kemampuan seorang Jenderal Besar Shun Yuan, yaitu ilmu bela diri dan kemampuan untuk memetakan lingkungan sekitar.Pengejaran itu tak berlangsung lama. Dengan mengandalkan tendangannya yang mengayun di atas angin, maka salah satu kaki Yin itu mampu membuat pria tersebut jatuh tersungkur sebelum mencapai bahu jalan.BUGH! BRUAK!Yin langsung menarik bagian belakang jaket kulit yang dikenakan pria tersebut. Membuat tubuh pemiliknya terangkat hingga berdiri tegak. Kali ini sebuah benturan kembali terjadi.BRUAK!Yin membenturkan tubuh pria itu ke permukaan dinding batako yang m
Jarum jam belum berada tepat di angka tujuh. Nasi tim ayam yang baru saja di pesan juga belum sempat di santap. Namun, sebuah postingan yang mendadak dia temukan di sebuah laman internet membuat selera makan Arthur Chen lenyap seketika.“Akun ini …,” gumamnya dengan kelopak mata melebar menatap layar laptop. Dia nyaris tak percaya.Setelah sekian lama mencari akun yang tiba-tiba menghilang setelah menjungkir balikkan nama baik Ma Shin Fei di seluruh jagat dunia maya, kini tiada hujan maupun badai, atau bencana dahsyat lainnya, akun yang bernama Prosecutor itu mendadak muncul kembali ke permukaan. Siapa yang menduga di saat dirinya juga sedang mencari kepingan-kepingan informasi tentang kejahatan Ma Zimo dan Feng Siyu, akun berhantu itu tiba-tiba muncul.Mungkinkah ini adalah bantuan dari alam semesta?Lelaki tua itu tak mampu menjawab. Apa mungkin ada yang kebetulan di dunia kejahatan?Postingan yang ditulis oleh Prosecutor rupanya menggelitik hati Arthur. Bukan hanya satu, tetapi
Dari semua rencana yang ada di dalam kepala Feng Siyu untuk mencelakai Yin, nyatanya pria muda itu justru lebih tertarik untuk menyelesaikan dendam pribadinya terhadap Lu Dong.Malam hari selepas mengantar kepulangan Ma Zimo ke tempat kediaman Keluarga Ma, Feng Siyu diam-diam menyelinap keluar. Beberapa kali dia berusaha untuk menghindari dan mengecoh para penjaga rumah. Hingga akhirnya di halaman belakang yang sepi, pria itu pun berhasil melompati pagar tinggi, lalu mendarat di sebuah trotoar.“Stasiun 4!” pinta Feng Siyu kepada pengemudi taksi yang baru saja dihentikan olehnya.“Baik, Tuan.”Beberapa kali Feng Siyu sempat menoleh ke belakang untuk melihat, apakah ada anak buah Ma Zimo yang mengejarnya.Namun, hasilnya nihil. Yang dia lihat di balik jendela kaca itu hanyalah kegelapan malam yang dihiasi dengan siraman cahaya kuning dari lampu-lampu jalan yang menerangi kelamnya malam.Lima menit sebelum satu jam meninggalkan tempat kediaman Keluarga Ma, pengemudi taksi akhirnya menga
Terlambat!Seruan Arthur Chen itu tidak mampu menyelamatkan Yin dari kedatangan serta rasa penasaran Ma Zimo. Pria paruh baya itu ingin melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana sopir barunya itu bekerja.Bukan hanya langkah pendeknya saja yang bergerak cepat, namun pandangannya pun juga telah menangkap punggung yang menjulang tinggi tersebut.“Yin!” serunya sembari melewati Arthur Chen begitu saja.Tiga puluh tahun lebih tidak bertemu, membuat Ma Zimo melupakan sosok yang dicarinya selama ini, yaitu Chen Ting. Tidak ada yang lebih sadis dalam merenggut kenangan seseorang selain usia.Dan selama tahun-tahun kehidupannya, tak pernah sekalipun Arthur Chen mengalami keberuntungan seperti hari ini. Melihat keacuhan Ma Zimo, tak lantas membuat lelaki tua itu memilih untuk bergabung dengan mereka. Menurutnya meninggalkan tempat itu dalam diam adalah keputusan yang tepat. Yin yang mendengar panggilan itu lantas menoleh. Dia juga sempat melihat kepergian Arthur. Sambil berpura-pura men
Berita penangkapan Lu Dong itu juga didengar oleh Feng Siyu yang selama beberapa bulan ini telah mencuri identitas Ma Yin Fei di tempat kediaman Keluarga Ma. Kelima jari pemuda itu mengepal hingga membuat buku-bukunya memutih. Ponsel kecil yang ada dalam genggaman tangannya itu nyaris hancur lebur karena kemarahannya.Hasil kerja keras yang membawanya melakukan semua ini hilang menjadi tak bermakna. Akhirnya orang yang ingin dia bahagiakan telah tiada.Dengan tatapan mata yang menyalang Feng Siyu menatap foto mendiang Denise Allard pada layar ponselnya. Pemuda itu bersumpah dalam hati, bahwa dia tidak akan pernah melepaskan Lu Dong hingga pria paruh baya itu membayar semua kejahatannya. Nyawa ganti nyawa dan penjara tidak akan bisa membuat adik tirinya itu hidup kembali.“Jadi ini kerjaanmu seharian? Pantas saja ayahku tidak pernah mengajakmu ke tempat proyek atau membawamu ke pertemuan bisnisnya.”Suara bariton milik Ma Jia Wei itu membuat kedua pundak Feng Siyu tersentak. Dia langsun
Waktu hari menjelang siang, kelopak mata yang semula terpejam perlahan-lahan terbuka. Sepasang manik mata hitam itu bergerak-gerak kebingungan. Mencoba untuk mengingat dan mengenali keberadaan dirinya.“Di mana ini?” batinnya berkata.Sebelum dia sempat mengenali tempat itu, lambat laun setitik cahaya kecil hingga sekumpulan sinar mulai menerangi indera penglihatnya.Kejadian itu membuatnya semakin terkejut. Dia tergugu hingga mendudukkan dirinya di atas ranjang milik Pei Yan begitu melihat dunia yang semula tidak berwarna, kini ternyata indah.Dia pun memberanikan diri mengangkat kedua tangannya di depan dada. Membolak-bolakkin punggung dan telapak tangan tersebut berulang kali.“Inikah warna kulitku selama ini?” gumamnya.Ujung kemeja yang semula melekat pada tubuhnya itu kini ditarik untuk mendekat. Hingga membuat pandangannya itu mampu melihat dan mengenali warna pakaiannya sendiri, yaitu biru tua.“Kau sudah bangun rupanya.”Suara bariton yang tiba-tiba terdengar itu lantas membu