Share

Bab 7. Tolong! Tolong Aku!

Dia telah memotong 120 lidah para pemberontak, sebelum akhirnya membunuh mereka yang berusia muda dan melepaskan mereka yang lanjut usia!

Itulah jawaban yang didapat Yin alias Shun Yuan ketika mencoba mengingat-ingat kesalahan apa yang telah dia perbuat, hingga Dewa Kematian memberikan kutukan keempat kepadanya.

TOK! TOK! TOK!

Suara ketukan pintu tidak membuat Yin mengangkat wajah. Siapa pun yang datang, dia tidak peduli!

Dia sengaja tidak menyalakan penerangan dan membiarkan pintu kamarnya terbuka. Siapa pun bisa langsung masuk untuk melihat keadaannya saat ini.

Suara ketukan pintu lenyap. Digantikan dengan suara langkah bersepatu yang perlahan mendekati Yin yang sedang duduk di lantai. Sang pemilik sepatu itu berhenti di depan Yin. Dia lalu membungkuk kemudian menyodorkan telapak tangannya.

“Selamat tahun baru,” ucap Lu Wan Wan.

Suara merdu itu membuat Yin tersentak. Dia seperti mendengar kicauan burung bernyanyi di tengah malam. Segera saja dia mengangkat wajahnya dengan ragu.

Sebuah wajah oval dengan kedua tulang pipi yang terangkat ke atas dan sedikit gemuk menatap Yin dengan jarak yang sangat dekat, hingga membuat Yin alias Shun Yuan teringat kembali kepada Yue Jing.

“KAU!” hardik Yin dengan tatapan menyalang, membuat Lu Wan Wan berdiri menjauhinya.

Dia yang hendak menyerang dan mengincar leher Lu Wan Wan, justru dikejutkan dengan kehadiran kekuatan tak kasatmata, yang justru menyerang anggota tubuhnya sendiri.

Saat ini, tangan kanan Yin yang terulur itu hanya mampu menangkap udara kosong. Sementara wajah pemuda itu mendadak pucat, seiring dengan adanya sesuatu yang tiba-tba saja menekan batang lehernya hingga membuatnya mengalami sesak napas. 

“Arrggghh …!” Yin mengerang. “Ke—kenapa bisa jadi begini? Si—siapa kau sebenarnya?”

Lu Wan Wan yang tidak mengerti dengan apa yang terjadi, hanya mampu menggeleng dan terus melangkah mundur menjauhi pemuda itu.

 “Kemari kau!” seru Yin melotot.

Dengan wajah penuh ketakutan dan keprihatinan terhadap kondisi suaminya, Lu Wan Wan memberanikan diri untuk mendekat.

Meskipun jarak di antara mereka hanya tersisa setengah rentangan tangan, namun tetap saja kedua tangan Yin tidak mampu menggapai apalagi mendapatkan leher wanita itu. Dia semakin jatuh dalam keputus asaannya, karena kekuatan tak kasatmata yang melindungi Lu Wan Wan justru semakin menekan lehernya sendiri.

“Arrgghh ...! Jangan harap ka—kalian bisa mem—membunuhku untuk yang kedua kalinya ...!” erangnya sambil menatap Lu Wan Wan dengan penuh kemarahan.

Melihat tingkah laku Yin yang ganjil, membuat Lu Wan Wan ketakutan. Dia bergegas lari meninggalkan kamar dan tanpa sengaja menjatuhkan tas kertas yang dibawanya.       

Seiring dengan kepergian istri sang pemilik tubuh baru itu, kekuatan tak kasatmata yang sejak tadi menekan batang leher Yin juga ikut lenyap. Tubuhnya yang hampir kehilangan pasokan oksigen itu mendadak jatuh ke lantai.

BUGH!

Sepasang mata Yin yang kecil itu langsung menatap nanar kedua telapak tangannya yang terbuka. Pada detik itu juga, dia mulai menyadari sesuatu.

“Aku dan istri pemilik tubuh baru itu ternyata memiliki ikatan yang sangat kuat. Apakah dia Yue Jing atau bukan, tapi yang pasti … jika aku membunuhnya, maka aku juga akan mati," gumamnya sambil tertawa lirih.

"Ini adalah lelucon terburuk yang pernah kau berikan padaku, Dewa Kematian.”

***

Tujuh hari kemudian.

Sejak malam kejadian itu Yin dan Lu Wan Wan tidak saling bertemu. Putri bungsu Keluarga Lu itu lebih banyak menghindari interaksi dengan siapa pun. Dia lebih suka mengurung diri dalam kamarnya yang ada di lantai dua setengah.

Sebenarnya setengah lantai yang digunakan Lu Wan Wan adalah ruang kecil yang diberikan Lu Dong kepadanya ketika mereka baru saja pindah setelah Kakek Lu Bei meninggal. Padahal ada kamar lain yang lebih luas, daripada kamar yang dia tempati saat ini.

Dengan atap langit yang miring dan jendela yang lebar, membuat Lu Wan Wan lambat laun menyukai kamar kecil tersebut. Dengan mudahnya dia keluar masuk melalui jendela, lalu duduk di atas genting sambil menikmati suasana malam yang sepi untuk melihat apa yang dilakukan oleh manusia-manusia munafik itu dari atas. 

Tanpa Lu Wan Wan sadari, hampir setiap malam setelah membersihkan rumah, Yin memperhatikan keberadaan wanita itu dari jendela kamarnya.

“Apa yang harus kuperbuat dengan kitab hitam dan potongan kertas bergambar ini?” gumamnya. 

Yin menyebut buku harian dari pemilik tubuh barunya itu adalah kitab!

Karena bentuk buku harian itu memang seperti kitab tebal bersampul hitam. Dia mendapatkan buku tersebut dari dalam tas kertas yang tidak sengaja dijatuhkan Lu Wan Wan kala itu.

Selain buku harian, di dalam tas kertas itu juga terdapat potongan artikel berita yang mengisahkan tentang kecelakaan mobil yang terjadi di atas Jembatan Sungai Yang Tze tiga bulan lalu, sebuah benda kecil yang memiliki layar dan mampu menghasilkan berbagai macam tulisan jika disentuh, lalu segelas mie instan, serta minuman kaleng.

Yin baru menyadari, bahwa sebenarnya Lu Wan Wan berniat baik malam itu. Istri dari pemilik tubuh barunya itu ingin memberinya makanan, tetapi dia malah membuat keadaan menjadi berantakan!

Melalui buku harian itulah, akhirnya Yin alias Shun Yuan memahami kondisi yang terjadi pada pemilik tubuh barunya.

Mulai dari masa kecilnya ....

Pemilik tubuh baru itu selalu dibully di panti asuhan maupun di sekolah, pendidikan sarjana yang terpaksa dia korbankan untuk kepentingan operasional panti, vonis Dokter Bert yang mengatakan bahwa usianya tidak akan mencapai 27 tahun karena penyakit jantung bawaan yang dia derita.

Lalu Perpustakaan Shanghai—satu-satunya kantor layanan publik yang mau menerima dirinya yang tidak fasih berbicara.

Juga perasaan pemilik tubuh baru terhadap Lu Wan Wan, yang hanya menganggap putri Keluarga Lu itu sebagai majikan.

Pemilik tubuh baru itu juga merindukan Zhi Zhi—teman masa kecilnya yang selalu melindunginya. Hingga ada seseorang dan sekelompok orang yang terus mengintai dan mengejarnya tanpa henti.

Siapa mereka?

Yin alias Shun Yuan itu tidak tahu, karena hingga halaman terakhir tidak ada penjelasan apa-apa lagi dari pemilik tubuh barunya.

Akan tetapi, Yin menemukan sesuatu yang lain.

Sebuah benang merah yang kira-kira membuat dirinya dan pemilik tubuh baru itu saling terhubung, yaitu sebuah potret lama yang ditempel pada sampul belakang buku harian.

Potret itu adalah gambar dirinya di masa lalu “Jenderal Besar Dinasti Qing—Shun Yuan”

“Aku ingin menjadi seperti dia. Memiliki setengah keberanian, setengah kekuatan, setengah kekayaan, dan setengah kecerdasannya. Seandainya saja ada keajaiban di dunia ini, aku ingin hidup kembali menjadi Jenderal Besar Shun Yuan.” Itu adalah kata-kata yang tertulis pada sampul belakang buku harian tersebut.

Lalu di bawah kalimat yang panjang itu tertulis kata-kata lain.

“Tolong! TOLONG AKU!” yang sepertinya adalah permohonan dari si pemilik tubuh baru.

Baru saja Yin alias Shun Yuan itu menyadari kalau ada orang lain yang menginginkan nyawa si pemilik tubuh baru, dia malah dikejutkan dengan sebuah suara yang tiba-tiba berbunyi di dalam kamar.

TING!

Pandangan Yin langsung tertuju pada sebuah benda kecil berlayar yang ditinggalkan Lu Wan Wan. Tampak sebuah kalimat tertulis di sana.  

“Selamat! Saldo WeChat Pay Anda telah terisi 200 Yuan!” 

           

           

Komen (7)
goodnovel comment avatar
agustinusraharja6
kekayaan tersembunyi
goodnovel comment avatar
Repsol21
next!!!!!!
goodnovel comment avatar
Siti Aminah
Keren cerita nya Ce can ... alurnya gak mudah ke tebak. Lanjut teroos!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status