Dia telah memotong 120 lidah para pemberontak, sebelum akhirnya membunuh mereka yang berusia muda dan melepaskan mereka yang lanjut usia!
Itulah jawaban yang didapat Yin alias Shun Yuan ketika mencoba mengingat-ingat kesalahan apa yang telah dia perbuat, hingga Dewa Kematian memberikan kutukan keempat kepadanya.
TOK! TOK! TOK!
Suara ketukan pintu tidak membuat Yin mengangkat wajah. Siapa pun yang datang, dia tidak peduli!
Dia sengaja tidak menyalakan penerangan dan membiarkan pintu kamarnya terbuka. Siapa pun bisa langsung masuk untuk melihat keadaannya saat ini.
Suara ketukan pintu lenyap. Digantikan dengan suara langkah bersepatu yang perlahan mendekati Yin yang sedang duduk di lantai. Sang pemilik sepatu itu berhenti di depan Yin. Dia lalu membungkuk kemudian menyodorkan telapak tangannya.
“Selamat tahun baru,” ucap Lu Wan Wan.
Suara merdu itu membuat Yin tersentak. Dia seperti mendengar kicauan burung bernyanyi di tengah malam. Segera saja dia mengangkat wajahnya dengan ragu.
Sebuah wajah oval dengan kedua tulang pipi yang terangkat ke atas dan sedikit gemuk menatap Yin dengan jarak yang sangat dekat, hingga membuat Yin alias Shun Yuan teringat kembali kepada Yue Jing.
“KAU!” hardik Yin dengan tatapan menyalang, membuat Lu Wan Wan berdiri menjauhinya.
Dia yang hendak menyerang dan mengincar leher Lu Wan Wan, justru dikejutkan dengan kehadiran kekuatan tak kasatmata, yang justru menyerang anggota tubuhnya sendiri.
Saat ini, tangan kanan Yin yang terulur itu hanya mampu menangkap udara kosong. Sementara wajah pemuda itu mendadak pucat, seiring dengan adanya sesuatu yang tiba-tba saja menekan batang lehernya hingga membuatnya mengalami sesak napas.
“Arrggghh …!” Yin mengerang. “Ke—kenapa bisa jadi begini? Si—siapa kau sebenarnya?”
Lu Wan Wan yang tidak mengerti dengan apa yang terjadi, hanya mampu menggeleng dan terus melangkah mundur menjauhi pemuda itu.
“Kemari kau!” seru Yin melotot.
Dengan wajah penuh ketakutan dan keprihatinan terhadap kondisi suaminya, Lu Wan Wan memberanikan diri untuk mendekat.
Meskipun jarak di antara mereka hanya tersisa setengah rentangan tangan, namun tetap saja kedua tangan Yin tidak mampu menggapai apalagi mendapatkan leher wanita itu. Dia semakin jatuh dalam keputus asaannya, karena kekuatan tak kasatmata yang melindungi Lu Wan Wan justru semakin menekan lehernya sendiri.
“Arrgghh ...! Jangan harap ka—kalian bisa mem—membunuhku untuk yang kedua kalinya ...!” erangnya sambil menatap Lu Wan Wan dengan penuh kemarahan.
Melihat tingkah laku Yin yang ganjil, membuat Lu Wan Wan ketakutan. Dia bergegas lari meninggalkan kamar dan tanpa sengaja menjatuhkan tas kertas yang dibawanya.
Seiring dengan kepergian istri sang pemilik tubuh baru itu, kekuatan tak kasatmata yang sejak tadi menekan batang leher Yin juga ikut lenyap. Tubuhnya yang hampir kehilangan pasokan oksigen itu mendadak jatuh ke lantai.
BUGH!
Sepasang mata Yin yang kecil itu langsung menatap nanar kedua telapak tangannya yang terbuka. Pada detik itu juga, dia mulai menyadari sesuatu.
“Aku dan istri pemilik tubuh baru itu ternyata memiliki ikatan yang sangat kuat. Apakah dia Yue Jing atau bukan, tapi yang pasti … jika aku membunuhnya, maka aku juga akan mati," gumamnya sambil tertawa lirih.
"Ini adalah lelucon terburuk yang pernah kau berikan padaku, Dewa Kematian.”
***
Tujuh hari kemudian.
Sejak malam kejadian itu Yin dan Lu Wan Wan tidak saling bertemu. Putri bungsu Keluarga Lu itu lebih banyak menghindari interaksi dengan siapa pun. Dia lebih suka mengurung diri dalam kamarnya yang ada di lantai dua setengah.
Sebenarnya setengah lantai yang digunakan Lu Wan Wan adalah ruang kecil yang diberikan Lu Dong kepadanya ketika mereka baru saja pindah setelah Kakek Lu Bei meninggal. Padahal ada kamar lain yang lebih luas, daripada kamar yang dia tempati saat ini.
Dengan atap langit yang miring dan jendela yang lebar, membuat Lu Wan Wan lambat laun menyukai kamar kecil tersebut. Dengan mudahnya dia keluar masuk melalui jendela, lalu duduk di atas genting sambil menikmati suasana malam yang sepi untuk melihat apa yang dilakukan oleh manusia-manusia munafik itu dari atas.
Tanpa Lu Wan Wan sadari, hampir setiap malam setelah membersihkan rumah, Yin memperhatikan keberadaan wanita itu dari jendela kamarnya.
“Apa yang harus kuperbuat dengan kitab hitam dan potongan kertas bergambar ini?” gumamnya.
Yin menyebut buku harian dari pemilik tubuh barunya itu adalah kitab!
Karena bentuk buku harian itu memang seperti kitab tebal bersampul hitam. Dia mendapatkan buku tersebut dari dalam tas kertas yang tidak sengaja dijatuhkan Lu Wan Wan kala itu.
Selain buku harian, di dalam tas kertas itu juga terdapat potongan artikel berita yang mengisahkan tentang kecelakaan mobil yang terjadi di atas Jembatan Sungai Yang Tze tiga bulan lalu, sebuah benda kecil yang memiliki layar dan mampu menghasilkan berbagai macam tulisan jika disentuh, lalu segelas mie instan, serta minuman kaleng.
Yin baru menyadari, bahwa sebenarnya Lu Wan Wan berniat baik malam itu. Istri dari pemilik tubuh barunya itu ingin memberinya makanan, tetapi dia malah membuat keadaan menjadi berantakan!
Melalui buku harian itulah, akhirnya Yin alias Shun Yuan memahami kondisi yang terjadi pada pemilik tubuh barunya.
Mulai dari masa kecilnya ....
Pemilik tubuh baru itu selalu dibully di panti asuhan maupun di sekolah, pendidikan sarjana yang terpaksa dia korbankan untuk kepentingan operasional panti, vonis Dokter Bert yang mengatakan bahwa usianya tidak akan mencapai 27 tahun karena penyakit jantung bawaan yang dia derita.
Lalu Perpustakaan Shanghai—satu-satunya kantor layanan publik yang mau menerima dirinya yang tidak fasih berbicara.
Juga perasaan pemilik tubuh baru terhadap Lu Wan Wan, yang hanya menganggap putri Keluarga Lu itu sebagai majikan.
Pemilik tubuh baru itu juga merindukan Zhi Zhi—teman masa kecilnya yang selalu melindunginya. Hingga ada seseorang dan sekelompok orang yang terus mengintai dan mengejarnya tanpa henti.
Siapa mereka?
Yin alias Shun Yuan itu tidak tahu, karena hingga halaman terakhir tidak ada penjelasan apa-apa lagi dari pemilik tubuh barunya.
Akan tetapi, Yin menemukan sesuatu yang lain.
Sebuah benang merah yang kira-kira membuat dirinya dan pemilik tubuh baru itu saling terhubung, yaitu sebuah potret lama yang ditempel pada sampul belakang buku harian.
Potret itu adalah gambar dirinya di masa lalu “Jenderal Besar Dinasti Qing—Shun Yuan”
“Aku ingin menjadi seperti dia. Memiliki setengah keberanian, setengah kekuatan, setengah kekayaan, dan setengah kecerdasannya. Seandainya saja ada keajaiban di dunia ini, aku ingin hidup kembali menjadi Jenderal Besar Shun Yuan.” Itu adalah kata-kata yang tertulis pada sampul belakang buku harian tersebut.
Lalu di bawah kalimat yang panjang itu tertulis kata-kata lain.
“Tolong! TOLONG AKU!” yang sepertinya adalah permohonan dari si pemilik tubuh baru.
Baru saja Yin alias Shun Yuan itu menyadari kalau ada orang lain yang menginginkan nyawa si pemilik tubuh baru, dia malah dikejutkan dengan sebuah suara yang tiba-tiba berbunyi di dalam kamar.
TING!
Pandangan Yin langsung tertuju pada sebuah benda kecil berlayar yang ditinggalkan Lu Wan Wan. Tampak sebuah kalimat tertulis di sana.
“Selamat! Saldo WeChat Pay Anda telah terisi 200 Yuan!”
Yin tidak tahu apa itu saldo dan WeChat Pay!Namun, sepasang matanya yang kecil itu langsung mengerling begitu melihat ada angka 200 Yuan tertera di sana!Dia tahu kalau itu adalah UANG! Karena Yin sering mendengar Lu Dong mengatakan saat sedang memarahinya.Dengan bantuan sistem pengetahuan baru yang ada pada indera penglihatnya, Yin mengetahui nama benda tersebut dan kegunaannya. Ponsel itu dapat membantunya berkomunikasi dengan orang lain serta melakukan transaksi tanpa uang fisik atau non tunai!Dia segera mengambil ponsel kepunyaan si pemilik tubuh baru, lalu mengocok benda itu berulang kali. Siapa tahu, apa yang dilakukannya itu mampu membuat 200 Yuan keluar dari sana.Karena dengan uang tersebut, Yin berharap dapat melunasi biaya rumah sakit dan bisa duduk di samping Lu Wan Wan, meskipun nilainya sangat jauh dari jumlah hutang-hutangnya pada Lu Dong.Namun, yang terjadi ….“Kenapa 200 Yuan itu tidak keluar?” gumam Yin, yang merasa kalau ternyata usahanya itu sia-sia. “Padahal j
Yin tidak tahu keberadaan Lu Wan Wan!Akan tetapi, sistem pengetahuan baru itu telah memberitahu Yin, kalau dia bisa menggunakan ponsel kepunyaan si pemilik tubuh baru untuk menghubungi wanita muda itu.Dan dia melakukannya.Puluhan detik telah berlalu, akan tetapi panggilan yang dibuat Yin tak kunjung mendapat jawaban. Sementara luka memar yang pada tangannya itu masih terus bertambah hingga terlihat ujung betisnya. Karena tidak ingin membuang waktu, Yin akhirnya mengurungkan niatnya untuk pergi ke Perpustakaan Shanghai.Bagaimana pun juga, keadaan istri sang pemilik tubuh ini sama pentingnya dengan keadaan nyawanya sendiri!Meskipun pada akhirnya dia akan mati malam ini, tetapi setidaknya dia harus berbuat satu kebaikan dalam hidupnya!Yin bergegas kembali ke tempat kediaman Keluarga Lu. Namun, keberadaannya itu malah terhalang dengan sebuah pagar besi tinggi yang terkunci rapat dari dalam.Namun, Yin alias Shun Yuan tidak kekurangan akal!Dia menemukan sebuah sela kecil yang ada di
Orang gila mana yang nekat menyusuri jalan raya di musim dingin, hanya dengan mengenakan kemeja tipis dan celana panjangnya?Memang tidak ada yang lebih gila, selain Yin alias Shun Yuan di kota ini!Apa yang dikenakan Yin telah membuat puluhan hingga ratusan pasang mata menatapnya dengan kerutan di wajah.Namun, siapa yang peduli?Dia hidup untuk dirinya sendiri.Dengan waktu yang tersisa dan berbekal kecerdasan serta kekuatan yang dimilikinya, dia akan bekerja untuk mendapatkan uang!Sepasang mata Yin yang kecil itu tengah menengadah. Menatap bangunan tinggi dengan atapnya yang berbentuk seperti mercusuar, dengan ketinggian 24 lantai. Sistem pengetahuan baru yang ada dalam indera penglihatnya itu telah memberitahu, bahwa gedung tinggi tersebut adalah tempat si pemilik tubuh bekerja.Ketika sepasang kaki Yin mulai memasuki Perpustakaan Shanghai, kedatangannya itu langsung disambut oleh aroma tumpukan kertas, barisan buku-buku usang serta aroma kayu jati yang berpadu dengan kayu cendan
Segeralah Yin pergi meninggalkan direktur perpustakaan yang galak itu. Dengan bantuan sistem pengetahuan baru, akhirnya dia mengetahui di lantai mana dirinya harus bekerja.Dia kemudian memperhatikan, bagaimana cara orang-orang itu berpindah dari lantai satu ke lantai yang lain.Ada sekitar sepuluh orang termasuk Yin. Mereka masuk ke dalam sebuah ruang kecil tanpa jendela yang bernama lift. Beberapa orang menekan salah satu angka yang tersedia di sana. Menunggu selama beberapa detik, hingga akhirnya pintu berbahan besi itu terbuka dengan sendirinya.Yin melakukan hal yang sama, seperti yang dilakukan oleh orang-orang itu!Dan sekarang dia berada di lantai 15.Begitu sepasang kakinya yang terbungkus oleh sepatu butut itu melangkah keluar, dia langsung disambut dengan teriakan histeris dari seorang gadis yang memiliki wajah blasteran dan berkaca mata tebal. “YIN! Kau masih hidup!”Sambutan itu langsung membuat semua orang yang semula duduk sambil menekuri buku-buku di atas meja, mendad
Sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, Yin terus bergerak maju. Ayunan langkahnya semakin cepat meninggalkan Gedung Perpustakaan Shanghai yang memiliki 24 lantai. Ketika Yin belum tahu ke mana arah tujuannya malam ini, dia terus saja berjalan lurus melawan arus kendaraan yang berlalu lalang. Tak jarang pula, jika dirinya bertemu dengan sebuah belokan, dia akan memasuki jalan sempit tersebut. Ada kalanya dia bertemu dengan sebuah jembatan, maka dia akan menaiki serta menuruni tangganya. Kemudian memutar arah dan terus berjalan tanpa henti menuju keramaian lalu lintas.Diam-diam Yin selalu memperhatikan gerak gerik si penguntit melalui pantulan kaca jendela yang ada di setiap bangunan yang dilewati.“Sialan!” umpatnya adalam hati. “Kenapa orang itu masih terus membuntutiku? Siapa dia? Apa dia mengenalku?”Yin menyangsikan pertanyaannya sendiri.Mustahil!Ada orang yang mengenali dirinya sebagai jenderal besar Dinasti Qing di dunia yang baru ini! Apalagi wajah dan bentu
Jawaban yang diberikan oleh sang penguntit itu membuat wajah Yin seketika membeku. Manik mata yang kecil itu mendadak memicing menatap wajah tirus keriput yang justru memandangnya dengan santai.Sungguh lelaki tua ini tidak terlihat takut, meskipun tadi dia sudah berkata untuk menyerah! Mungkinkah lelaki tua ini sedang berpura-pura?Lelaki tua itu tiba-tiba menyunggingkan bibirnya. “Apa yang kukatakan ini masih kurang? Aku juga tahu, kalau kau dibesarkan di Panti Asuhan Mu Ai dan hari ini adalah hari ulang tahunmu yang ke-27.”“Dari mana kau mengetahuinya?” tandas Yin dengan tatapan mata menyalang. Dia juga mengetahui semua informasi itu dari buku harian milik si pemilik tubuh.“Lepaskan dulu tanganmu, baru aku akan menjawab!”Lagi-lagi lelaki tua itu mengajukan syarat. Sekalipun Yin telah memberi tekanan pada siku dan lengan kanannya, nyatanya lelaki tua itu masih tetap bungkam seribu bahasa. Hanya bola matanya saja yang terus bergerak jenaka, seolah menganggap bahwa semua yang dilaku
“Aku? Ma Yin Fei? Hahahahahah …!”Bukannya terkejut atau bersedih setelah mendengar kisah yang baru saja dituturkan oleh Arhur Chen. Yin justru tertawa terbahak-bahak sambil menengadahkan kepalanya ke atas.Lelucon macam apa yang sedang dimainkan oleh manusia-manusia yang hidup di dunia barunya ini.Sejak dirinya bangun, dia bertemu dengan anggota Keluarga Lu yang munafik serta seorang wanita muda yang wajahnya mirip seperti Yue Jing, namun memiliki hati yang jauh berbeda.Selanjutnya, dia dikejutkan dengan vonis Dokter Bert.Kemudian ada seorang lelaki tua yang tiba-tiba saja mengatakan, kalau pemilik tubuh baru ini adalah keturunan Keluarga Ma yang selama ini dicari.Untuk apa semua ini?Apa semua ini berguna untuk dirinya yang hidupnya tinggal menunggu beberapa jam lagi? HAHAHAHA …!“Kenapa kau malah tertawa?” Arthur bertanya geram.“Lantas aku harus bagaimana?” tanya Yin dengan ujung aliasnya yang terangkat. “Apa aku harus menangisi kepergian mereka yang tidak kukenal? Atau aku
Masih di malam yang sama ….Dia yang semula tertidur itu mendadak terbangun. Mendudukkan dirinya di atas ranjang yang hanya mampu untuk diisi satu orang manusia. Perlahan-lahan dia mulai merasakan, bahwa ruang besar ini tampak asing di matanya.Seketika itu juga dia pun tersadar, kalau malam ini dia bukan berada di Perpustakaan Shanghai atau di rumah Keluarga Lu.Melainkan berada di tempat lain!Tempat ini terlihat sangat besar dan luas di mata Yin. Tanpa dinding penyekat, dia menjumpai segala macam perabot berkumpul menjadi satu di sana. Mulai dari perabot untyk tidur, untuk duduk bersantai, untuk memasak, dan untuk makan.“Rupanya kau sudah bangun,” ucap Arthur Chen yang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangan tersebut.Lelaki tua itu kemudian memberikan secangkir minuman hangat kepada Yin.“Kenapa kau membawaku dengan cara seperti ini?” tanya Yin sambil menerima cangkir pemberian Arthur. “Karena jika tidak membuatmu pingsan, aku pasti akan kerepotan untuk membawamu tinggal bersamak
Malam itu menjadi malam yang sangat panjang bagi Shun Yuan alias Yin. Setelah membuka rahasia terbesar dalam dirinya, dia justru mendapat kejutan. Arthur Chen langsung mengembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Lelaki tua itu seakan ingin secepatnya pergi meninggalkan dunia menyusul si pemilik tubuh.“Beristirahatlah dengan tenang,” ujar Shun Yuan setelah menyimpan abu jenazah Arthur di rumah duka. “Aku ikut berduka cita,” hibur Lu Wan Wan yang ikut mendampingi Shun Yuan.Selepas memberi penghormatan terakhir, keduanya pun kembali ke gedung apartemen tak bernama itu. Dengan disaksikan dan dibantu oleh Lu Wan Wan, Shun Yuan membuka semua file-file peninggalan Arthur Chen.Hal pertama yang mereka cari adalah rekaman video kejadian kecelakaan yang terjadi di atas Jembatan Sungai Yang Tze beberapa bulan yang lalu. Mereka ingin mengetahui kebenarannya. Siapa yang sebenarnya terlibat dan siapa yang seharusnya dihukum.Mulut keduanya langsung menganga, begitu menyaksikan kalau
Teriakan Arthur yang menyangkal perkataan Feng Siyu itu membuat Yin menelengkan kepala. Dia menatap lelaki tua itu dengan sorot mata yang lebih dingin dari biasanya.“Yin … ini … bukan seperti yang kau kira,” ucap Arthur terbata-bata.“Jawab pertanyaanku! Apa benar kau juga berada di sana?” Yin meninggikan nada suaranya.Langkah tegap Yin yang mendominasi serta kedua tulang rahangnya yang mengeras, telah membuat tubuh Arthur seakan mengerut. Tanpa sadar punggung lelaki tua itu langsung membentur tepi meja. Namun, benturan itu tidak sebanding dengan suaranya yang tercekat di tenggorokan.Melihat kegugupan serta kegelisahan yang terpancara dari wajah Arhur, makin membuat Yin naik pitam. Mantan jenderal besar Dinasti Qing itu langsung menghardik lawan bicaranya. Serapat-rapatnya menyimpan bangkai, pada akhirnya pasti tercium juga. Dengan kepala yang tertunduk, akhirnya keluarlah pengakuan dari Arthur. “A—aku memang ada di sana.”Satu kalimat pengakuan itu lantas membuat Yin mengepalkan
Tuduhan yang dilontarkan Yin itu membuat manik mata Feng Siyu bergerak-gerak. Rupanya pria yang memiliki banyak bekas jerawat di wajah itu masih mengingat kejadian musim gugur tahun lalu. Di atas motor balap yang dikendarainya, dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana mobil listrik itu menabrak pagar jembatan lalu terjun bebas ke dalam sungai. Kebungkaman itu lantas membuat Yin menghampiri. Dengan sorot mata menyalang tajam serta kedua rahang yang mengeras, dia mencengkeram jaket hitam yang dikenakan Feng Siyu. Membuat pria itu bangkit sedikit menjauhi kursinya.“Jawab pertanyaanku! Apa kau yang melakukannya?!” Yin melotot dengan penekanan suara.Namun, itu tak membuat nyali Feng Siyu ciut. Pria itu justru memalingkan wajahnya ke arah lain. Sambil mencebikkan bibirnya, dia pun berkata, “Kau saja tidak tahu, lalu untuk apa aku menjawab.”“Kau!?” Yin langsung menunjukkan kepalan tangannya.“Tak perlu marah. Aku akan memberitahumu, tapi dengan satu syarat.”“Kau tak perlu
“Tapi kenapa aku harus—”“Karena dialah yang menyebabkan kakakmu mengakhiri hidupnya!” potong Arthur cepat.Begitu penjelasan itu telah diterima oleh Yin, detik itu juga mengayunlah sepasang kakinya yang terbungkus dengan pantofel untuk mengejar pria tersebut. Dia sempat melihat kalau pria itu telah berbelok dan meninggalkan kafe.Meskipun beberapa kelebihan yang dimilikinya telah diambil, namun Yin masih memiliki kemampuan seorang Jenderal Besar Shun Yuan, yaitu ilmu bela diri dan kemampuan untuk memetakan lingkungan sekitar.Pengejaran itu tak berlangsung lama. Dengan mengandalkan tendangannya yang mengayun di atas angin, maka salah satu kaki Yin itu mampu membuat pria tersebut jatuh tersungkur sebelum mencapai bahu jalan.BUGH! BRUAK!Yin langsung menarik bagian belakang jaket kulit yang dikenakan pria tersebut. Membuat tubuh pemiliknya terangkat hingga berdiri tegak. Kali ini sebuah benturan kembali terjadi.BRUAK!Yin membenturkan tubuh pria itu ke permukaan dinding batako yang m
Jarum jam belum berada tepat di angka tujuh. Nasi tim ayam yang baru saja di pesan juga belum sempat di santap. Namun, sebuah postingan yang mendadak dia temukan di sebuah laman internet membuat selera makan Arthur Chen lenyap seketika.“Akun ini …,” gumamnya dengan kelopak mata melebar menatap layar laptop. Dia nyaris tak percaya.Setelah sekian lama mencari akun yang tiba-tiba menghilang setelah menjungkir balikkan nama baik Ma Shin Fei di seluruh jagat dunia maya, kini tiada hujan maupun badai, atau bencana dahsyat lainnya, akun yang bernama Prosecutor itu mendadak muncul kembali ke permukaan. Siapa yang menduga di saat dirinya juga sedang mencari kepingan-kepingan informasi tentang kejahatan Ma Zimo dan Feng Siyu, akun berhantu itu tiba-tiba muncul.Mungkinkah ini adalah bantuan dari alam semesta?Lelaki tua itu tak mampu menjawab. Apa mungkin ada yang kebetulan di dunia kejahatan?Postingan yang ditulis oleh Prosecutor rupanya menggelitik hati Arthur. Bukan hanya satu, tetapi
Dari semua rencana yang ada di dalam kepala Feng Siyu untuk mencelakai Yin, nyatanya pria muda itu justru lebih tertarik untuk menyelesaikan dendam pribadinya terhadap Lu Dong.Malam hari selepas mengantar kepulangan Ma Zimo ke tempat kediaman Keluarga Ma, Feng Siyu diam-diam menyelinap keluar. Beberapa kali dia berusaha untuk menghindari dan mengecoh para penjaga rumah. Hingga akhirnya di halaman belakang yang sepi, pria itu pun berhasil melompati pagar tinggi, lalu mendarat di sebuah trotoar.“Stasiun 4!” pinta Feng Siyu kepada pengemudi taksi yang baru saja dihentikan olehnya.“Baik, Tuan.”Beberapa kali Feng Siyu sempat menoleh ke belakang untuk melihat, apakah ada anak buah Ma Zimo yang mengejarnya.Namun, hasilnya nihil. Yang dia lihat di balik jendela kaca itu hanyalah kegelapan malam yang dihiasi dengan siraman cahaya kuning dari lampu-lampu jalan yang menerangi kelamnya malam.Lima menit sebelum satu jam meninggalkan tempat kediaman Keluarga Ma, pengemudi taksi akhirnya menga
Terlambat!Seruan Arthur Chen itu tidak mampu menyelamatkan Yin dari kedatangan serta rasa penasaran Ma Zimo. Pria paruh baya itu ingin melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana sopir barunya itu bekerja.Bukan hanya langkah pendeknya saja yang bergerak cepat, namun pandangannya pun juga telah menangkap punggung yang menjulang tinggi tersebut.“Yin!” serunya sembari melewati Arthur Chen begitu saja.Tiga puluh tahun lebih tidak bertemu, membuat Ma Zimo melupakan sosok yang dicarinya selama ini, yaitu Chen Ting. Tidak ada yang lebih sadis dalam merenggut kenangan seseorang selain usia.Dan selama tahun-tahun kehidupannya, tak pernah sekalipun Arthur Chen mengalami keberuntungan seperti hari ini. Melihat keacuhan Ma Zimo, tak lantas membuat lelaki tua itu memilih untuk bergabung dengan mereka. Menurutnya meninggalkan tempat itu dalam diam adalah keputusan yang tepat. Yin yang mendengar panggilan itu lantas menoleh. Dia juga sempat melihat kepergian Arthur. Sambil berpura-pura men
Berita penangkapan Lu Dong itu juga didengar oleh Feng Siyu yang selama beberapa bulan ini telah mencuri identitas Ma Yin Fei di tempat kediaman Keluarga Ma. Kelima jari pemuda itu mengepal hingga membuat buku-bukunya memutih. Ponsel kecil yang ada dalam genggaman tangannya itu nyaris hancur lebur karena kemarahannya.Hasil kerja keras yang membawanya melakukan semua ini hilang menjadi tak bermakna. Akhirnya orang yang ingin dia bahagiakan telah tiada.Dengan tatapan mata yang menyalang Feng Siyu menatap foto mendiang Denise Allard pada layar ponselnya. Pemuda itu bersumpah dalam hati, bahwa dia tidak akan pernah melepaskan Lu Dong hingga pria paruh baya itu membayar semua kejahatannya. Nyawa ganti nyawa dan penjara tidak akan bisa membuat adik tirinya itu hidup kembali.“Jadi ini kerjaanmu seharian? Pantas saja ayahku tidak pernah mengajakmu ke tempat proyek atau membawamu ke pertemuan bisnisnya.”Suara bariton milik Ma Jia Wei itu membuat kedua pundak Feng Siyu tersentak. Dia langsun
Waktu hari menjelang siang, kelopak mata yang semula terpejam perlahan-lahan terbuka. Sepasang manik mata hitam itu bergerak-gerak kebingungan. Mencoba untuk mengingat dan mengenali keberadaan dirinya.“Di mana ini?” batinnya berkata.Sebelum dia sempat mengenali tempat itu, lambat laun setitik cahaya kecil hingga sekumpulan sinar mulai menerangi indera penglihatnya.Kejadian itu membuatnya semakin terkejut. Dia tergugu hingga mendudukkan dirinya di atas ranjang milik Pei Yan begitu melihat dunia yang semula tidak berwarna, kini ternyata indah.Dia pun memberanikan diri mengangkat kedua tangannya di depan dada. Membolak-bolakkin punggung dan telapak tangan tersebut berulang kali.“Inikah warna kulitku selama ini?” gumamnya.Ujung kemeja yang semula melekat pada tubuhnya itu kini ditarik untuk mendekat. Hingga membuat pandangannya itu mampu melihat dan mengenali warna pakaiannya sendiri, yaitu biru tua.“Kau sudah bangun rupanya.”Suara bariton yang tiba-tiba terdengar itu lantas membu