Manik mata Yin langsung memicing begitu melihat lima orang pria berjaket kulit hitam menghadang langkahnya. Dia tidak mengenali orang-orang itu. Wajah mereka bukanlah seperti petugas keamanan GT Automobile yang pernah menyerangnya, bukan pula wajah anak buah Lu Dong.Lantas siapa mereka?“Akhirnya kesempatan untuk memberimu pelajaran datang juga.”Begitu mendengar suara bariton tersebut, Yin langsung membalikkan badan. Seketika itu juga wajah ovalnya itu langsung meradang tatkala melihat keponakan Li Na datang bersama dengan rekan-rekannya.“Mantan menantu! Aku hanya memberimu dua pilihan. Kembalikan uang pamanku atau serahkan dirimu sekarang juga!” seru Li Man dengan tatapan matanya yang berkilat.Seharusnya Yin dengan mudah memilih pilihan pertama, maka masalah pun selesai!Tetapi kenyataan yang terjadi adalah ponsel kepunyaan si pemilik tubuh baru itu tertinggal di dalam mobil listriknya. Lalu bagaimana dia bisa kembali dan masuk ke dalam, sementara kunci mobilnya tertinggal di sana
Sementara itu di depan sebuah gedung yang bernama Mayuan Food Company—sebuah perusahaan makanan yang dikelola oleh Keluarga Ma, tampak Arthur Chen sedang memainkan teropongnya untuk mengintai seseorang dari balik sebuah mobil box milik perusahaan tersebut.Hampir satu jam lelaki tua itu berada di sana dengan selembar masker, sebuah topi, dan kacamata hitam yang bertengger pada puncak hidungnya. Beberapa kali lelaki tua itu mengintip, namun targetnya belum juga muncul.Hingga pada menit yang kelima puluh, akhirnya Lu Wan Wan—orang yang dicari Arthur melangkah keluar dari gedung tinggi tersebut.Lagi-lagi Arthur belum bisa bertindak. Dengan sangat terpaksa dia harus bersembunyi kembali, karena dari arah yang berlawanan dia malah dikejutkan dengan kehadiran Ma Zimo—saudara laki-laki Ma Zimin (ayah kandung Yin) yang saat ini telah memimpin perusahaan Keluarga Ma.“Ishhh! Ada apa dengan hari ini?” runtuk Arthur. “Tadi di dalam bus, aku mendapat kentut dari seorang bocah, kemudian kaki kir
Awalnya Lu Wan Wan ingin bertanya pada Arthur Chen tentang keberadaan Yin.Namun, gerakan Arthur yang gesit itu tidak mampu memberikan sebuah jawaban kepada dirinya. Setelah menyerahkan semua barang titipan Yin, lelaki tua itu justru pergi meninggalkannya begitu saja di halaman Gedung Ma Yuan Food.Dan siang ini ….Ketika jam istirahat telah usai, Lu Wan Wan sedang duduk terpaku dalam sebuah kubikel yang ada di tempat kerjanya. Wanita muda itu bukan memandang layar laptopnya atau tumpukan file-file yang harus dia kerjakan, melainkan menatap semua barang pemberian Yin yang baru saja dia gunakan.Ada sebuah plaster, minyak gosok untuk luka memar, gulungan perban putih, obat antiseptik dan kapas kemasan. Lu Wan Wan meletakkan semua benda itu di atas meja kerjanya. Mungkin ini kedengarannya terlambat, akan tetapi dia baru menyadari, kalau pria yang baru saja diceraikan dan diusirnya itu ternyata menyimpan begitu banyak perhatian kepadanya.Tiga tahun lamanya, Lu Wan Wan mencoba mengenal
Melihat apa yang sedang dilakukan Yin di halaman depan Perpustakaan Shanghai, membuat sang mentari seolah malu dengan dirinya sendiri. Benda penerang yang seharusnya memancarkan sinarnya pada siang hari itu masih tetap bersembunyi di balik kumpulan awan kelabu.Membiarkan udara musim dingin bertiup menerpa ujung kemeja Yin yang tipis dan sepasang kakinya yang bebas dari alas kaki. Siang itu, dia melepas sepatu butut milik si pemilik tubuh baru agar sepatu satu-satunya itu tidak rusak.Sebenarnya dengan uang 2.000.000 Yuan yang dimilikinya, Yin bisa saja membeli sepatu baru yang lebih bagus. Hanya saja, entah kenapa dia justru tidak rela melihat sepatu butut itu menganggur di rak sepatu atau masuk ke dalam tempat sampah.“Lagipula, jika aku membeli sepatu baru, mana ada orang yang percaya, jika aku mampu membelinya. Mereka pasti akan menuduhku sebagai pencuri,” batinnya berkata.Sambil memikirkan siapa gerangan yang telah mengirim video misterius tersebut kepada Tuan Chao, Yin mencoba u
“Aku akan menerima lamaran Judy Gao.” Lu Wan Wan berkata kepada semua anggota Keluarga Lu yang sedang berkumpul di ruang makan.Dia melakukan semua ini bukan tanpa alasan. Kejadian yang dia lihat di halaman depan Perpustakaan Shanghai sudah memberinya jawaban—Yin tidak memiliki perasaan apa-apa padanya.Di mata pria muda itu, dirinya hanyalah seorang majikan lemah yang patut dikasihani. Dia memang tidak pernah menindas Yin seperti yang dilakukan oleh orang tua dan saudari-saudarinya.Ditambah lagi, pernikahannya dengan Judy Gao ini mungkin akan membawa dirinya keluar dari rumah yang mirip seperti neraka. Karena Keluarga Gao, pasti tidak akan mengizinkan putranya yang sudah menikah tinggal bersama dengan keluarga istrinya.“Wan Wan, sebelumnya kau mati-matian menolak usulan Ayah, kenapa sekarang mendadak berubah?” tanya Lu Fen Fen memandang curiga. “Apa jangan-jangan Judy telah—“ Putri tertua itu langsung menutup mulutnya, membayangkan sesuatu yang intim telah terjadi antara Judy Gao de
Keesokan harinya ….Berkat program baru yang dipasang oleh Arthur Chen semalam, kini Yin tidak perlu khawatir lagi, apabila dirinya tidak bisa masuk karena kunci mobilnya tertinggal di dalam.Lelaki tua itu telah membuat sebuah program baru yang memanfaatkan suara Yin. Apa pun yang diperintahkan oleh pria muda itu, maka si nona pintar—program induk yang mengendalikan mobil tersebut akan mematuhinya.Dan sekarang disinilah Yin berada. Di salah satu jalanan Kota Shanghai yang selalu dipadati dengan berbagai macam mobil listrik, bus, sepeda, dan para pejalan kaki. Tidak ada satu pun sudut kota yang terlihat lengang di pagi ini.“Sebelum pukul 08.00 aku harus tiba di perpustakaan,” gumam Yin dengan ekor matanya yang sesekali menatap layar ponsel.Semalaman Yin menunggu kiriman pesan Lu Wan Wan.Dia berharap bahwa wanita muda itu akan menanyakan kejadian yang terjadi di halaman perpustakaan, tetapi nyatanya sampai pagi ini ponsel tersebut tak juga bersuara.“Mungkin saja kejadian itu tidak
Satu jam setelah pembicaraan antara Yin dan Arthur selesai, maka datanglah sebuah mobil box memasuki halaman depan Perpustakaan Shanghai. Ratusan pasang mata yang ada di halaman dan yang ada di dalam gedung tampak terperanjat ketika melihat sebuah bongkahan batu andesit dengan ukurannya yang sangat besar berdiri gagah di atas bak mobil.Serentak suara-suara sumbang itu langsung terdengar di sekitar tempat itu. “Untuk apa batu raksasa itu ada di sini? Cepat singkirkan!”“Akan diletakkan di mana batu sebesar itu? Apa akan dimasukkan ke dalam gedung perpustakaan?”“Oh yang benar saja! Pintu perpustakaan pasti akan rusak dibuatnya!”“Omong kosong! Ini pasti pekerjaan orang yang kurang kerjaan! Orang gila mana yang melakukannya?”Orang gila yang mereka maksud adalah Yin!Karena batu andesit raksasa ini adalah permintaannya!Yin alias Shun Yuan masih mengingat, bahwa di kehidupannya yang dulu ketika Pemerintahan Dinasti Qing berhasil menaklukan suatu wilayah, maka di bawah komando Jenderal
Melihat keadaan kembali berjalan normal, Yin segera memerintahkan dua puluh orang pekerja itu untuk membantunya menurunkan bongkahan batu raksasa tersebut.Dengan bantuan Denise Allard, Yin berhasil mendapatkan beberapa sketsa yang diambil dai dokumentasi perpustakaan. Di mana sketsa itu tergambar struktur bangunan patung sarjana berikut dengan detail ukurannya secara lengkap.Yin tidak tahu, dari mana Arthur mendapatkan orang-orang ini. Namun, dia tidak menyangkal, bahwa dua puluh orang ini bukanlah pekerja biasa. Jika seseorang tidak memiliki kemampuan memahat, maka orang tersebut tidak akan mampu membuat sebuah patung pahatan yang indah. Akan tetapi, orang-orang itu sanggup melakukannya***Cekrek! Cekrek! Cekrek!Tanpa diketahui oleh Yin, sebuah kamera ponsel tampak sedang mengabadikan apa yang dilakukan Yin dan orang-orangnya di halaman perpustakaan. Sosok misterius itu berdiri di belakang jendela yang ada di lantai tujuh gedung tersebut.Setelah berhasil mengambil foto Yin, maka
“Kau tak perlu melakukan hal itu, Ma Zimo!”Kehadiran suara bariton yang mendadak terdengar di dalam ruangan, membuat Ma Zimo dan Asun terkejut. Mereka lantas mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan yang ada di lantai dua.Embusan angin yang hendak menyambut datangnya fajar telah menerbangkan beberapa lembar kain gorden yang menutupi jendela yang terbuka. Tampak sesosok bayangan bersembunyi di balik kain putih yang menjuntai hingga ke lantai. Asun langsung membidikkan senjata apinya pada bayangan tersebut.DOR!DOR!DOR!Seharusnya satu tembakan, namun yang terdengar justru tiga letupan senjata api. Ujung senapan M2 mendadak mengepulkan asap tipis, sedangkan Asun yang sebelumnya berdiri tegak untuk melindungi Ma Zimo mendadak roboh dengan sebuah timah panas yang bersarang di dada kirinya.“Hah?” Mulut Ma Zimo menganga ketika melihat tubuh orang kepercayaannya terkapar tak bernyawa.Yin memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Sambil meniup ujung senjata apinya y
M2 yang malam itu sedang bertugas menjaga pintu gerbang tempat kediaman Keluarga Ma tampak lari tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah. Sebuah kotak kardus yang lebih besar daripada kotak sepatu berada dalam tangannya.Dia berlari mendapatkan Ma Zimo dan Asun yang saat itu sedang berdiri di balkon lantai dua.“Lapor, Tuan. Ada sebuah paket untuk Anda.” M2 berucap sambil menyerahkan kotak kardus tersebut.Ma Zimo tak langsung menerima. Pria paruh baya itu justru mengernyit menatap kotak coklat yang masih tersegel rapi. Memang benar, pada salah satu bagian kotak terselip namanya tanpa nama pengirim.Aneh, pikir Ma Zimo. Lantas dia menyuruh Asun untuk membuka kotak tersebut.“Kurang kerjaan saja! Siapa yang mengirim paket pada dini hari seperti ini?” Asun menggerutu, sementara kedua tangannya telah bersiap hendak menyobek segel kardus dengan menggunakan sebuah anak kunci.“Aku tidak tahu,” jawab M2 yang melihat segel kotak tersebut terlepas.Bau amis yang menusuk langsung menyeruak dan meny
“Beraninya kalian Keluarga Ma mempermainkan Black Dragon!” geram Black Dragon dengan tatapan matanya yang menyalang tajam. Kepalan tangannya hampir saja membuat ponsel yang ada dalam genggaman tangan menjadi remuk redam.“A—apa maksud, Anda?” Ma Jia Wei tampak kebingungan. “Keluarga Ma tidak pernah mempermainkan siapa pun.”Pria berwajah dingin itu lantas memberikan ponselnya kepada Ma Jia Wei melalui salah seorang anak buahnya. Keterkejutan langsung melanda putra Ma Zimo.Dengan tangan dan tulang rahangnya yang gemetar, Ma Jia Wei pun berkata, “Tidak … ini sangat tidak mungkin. Sepupuku itu … dia tidak pernah ditemukan. Anda jangan mempercayai bualan orang yang tak jelas!”“Apa maksudmu?” Suara Black Dragon terdengar jauh lebih berat dari sebelumnya.“Ma Yin Fei telah menghilang selama dua puluh tahun lebih. Tidak ada seorang pun yang tahu, bagaimana rupa dan bentuk tubuhnya. Mungkin saja dia … sudah mati, karena penyakit jantung bawaannya. Atau … atau jika dia masih hidup, dia tidak
Ma Jia Wei yang berdiri lima langkah dari tempat Black Dragon itu menjadi terkejut, karena belum pernah dia mendapatkan perlakuan seperti ini dari seseorang.Kebanyakan justru orang-orang itulah yang memberi hormat kepadanya lebih dulu, bukan sebaliknya. Sayangnya, dia baru menyadari, kalau Shanghai Night Paradise bukanlah daerah kekuasaan Group Ma. Maka dengan sedikit membungkukkan badan, Ma Jia Wei akhirnya berkata, “Karena aku tidak mengerti kebiasaan kalian, jadi maafkan aku. Salam, Black Dragon.”Black Dragon hanya menyunggingkan senyum. Gestur tubuh yang diperlihatkan Ma Jia Wei itu tidak luput dari pengamatannya. Sungguh pria muda yang berdiri di hadapannya sambil mengenakan tuksedo hitam itu tidak memiliki adab dan sopan santun sedikit pun.Kehormatan serta nilai yang pernah Black Dragon berikan pada Ma Zimo, mendadak dipangkasnya menjadi setengah. Dengan tetap menampilkan wajah dan sorot mata yang dingin, dia mengayunkan dagunya ke arah Ma Jia Wei.“Apa yang membawamu kemar
Asun tahu, kalau seorang diri tidak akan mampu untuk menemui apalagi melawan kelompok mafia bawah tanah seperti Black Dragon. Pria paruh baya itu harus mengandalkan kemampuan tuan besarnya yang masih merupakan pemimpin keluarga kaya nomor satu se-Shanghai.“Bagaimana, apa kalian berhasil?” tanya Ma Zimo dari balik ponsel.Dengan sangat hati-hati Asun mulai berbicara. “Tuan, kita sedang menghadapi masalah.”Ma Zimo yang mendengar hal itu, lantas bangkit berdiri. Kelopak matanya yang kecil membeliak. “Masalah apa?”“Tuan, anak buah Black Dragon berhasil membawa pergi penipu itu,” jawab Asun.“Black … Dragon?” “Anda tidak salah dengar, Tuan.”Tidak ada kata umpatan yang keluar dari bibir Ma Zimo, karena sebenarnya pria paruh baya itu juga enggan berurusan dengan Black Dragon.Sebisa mungkin, Ma Zimo hanya akan menggunakan kekuatan anak buahnya sendiri untuk menekan saingan bisnis serta memperluas kerajaannya. Bukan karena dia takut, tetapi pria berperut buncit itu tidak sudi berbagi k
Malam masih belum berakhir. Setelah aksi bungkam yang dilakukan Feng Siyu di kantor polisi pusat, maka Kapten Chang dan beberapa anggota kepolisian akhirnya memindahkan pemuda itu ke kantor kejaksaan untuk menjalani interogasi tingkat lanjut.Pihak kejaksaan memutuskan untuk mengambil alih semua kasus yang melibatkan Feng Siyu, karena saking banyaknya perkara pidana dan perdata yang dituduhkan padanya. Pria yang memiliki bekas jerawat di wajah itu bukan hanya terlibat dalam kasus penggelapan dana, pencurian identitas, namun juga ada sangkut pautnya dengan kematian Ma Shin Fei serta percobaan pembunuhan yang dia lakukan terhadap Yin. Namun, rencana Kapten Chang tidak semulus yang dikira.Iring-iringan kendaraan polisi yang baru saja menempuh setengah perjalanan itu terpaksa berhenti, karena kehadiran dua mobil van putih yang tiba-tiba menghadang dan menghalangi. Ciiiitttt …!Suara rem yang diinjak secara mendadak hingga sampai mengeluarkan percikan api di jalan raya beraspal, membu
Malam itu menjadi malam yang sangat panjang bagi Shun Yuan alias Yin. Setelah membuka rahasia terbesar dalam dirinya, dia justru mendapat kejutan. Arthur Chen langsung mengembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Lelaki tua itu seakan ingin secepatnya pergi meninggalkan dunia menyusul si pemilik tubuh.“Beristirahatlah dengan tenang,” ujar Shun Yuan setelah menyimpan abu jenazah Arthur di rumah duka. “Aku ikut berduka cita,” hibur Lu Wan Wan yang ikut mendampingi Shun Yuan.Selepas memberi penghormatan terakhir, keduanya pun kembali ke gedung apartemen tak bernama itu. Dengan disaksikan dan dibantu oleh Lu Wan Wan, Shun Yuan membuka semua file-file peninggalan Arthur Chen.Hal pertama yang mereka cari adalah rekaman video kejadian kecelakaan yang terjadi di atas Jembatan Sungai Yang Tze beberapa bulan yang lalu. Mereka ingin mengetahui kebenarannya. Siapa yang sebenarnya terlibat dan siapa yang seharusnya dihukum.Mulut keduanya langsung menganga, begitu menyaksikan kalau
Teriakan Arthur yang menyangkal perkataan Feng Siyu itu membuat Yin menelengkan kepala. Dia menatap lelaki tua itu dengan sorot mata yang lebih dingin dari biasanya.“Yin … ini … bukan seperti yang kau kira,” ucap Arthur terbata-bata.“Jawab pertanyaanku! Apa benar kau juga berada di sana?” Yin meninggikan nada suaranya.Langkah tegap Yin yang mendominasi serta kedua tulang rahangnya yang mengeras, telah membuat tubuh Arthur seakan mengerut. Tanpa sadar punggung lelaki tua itu langsung membentur tepi meja. Namun, benturan itu tidak sebanding dengan suaranya yang tercekat di tenggorokan.Melihat kegugupan serta kegelisahan yang terpancara dari wajah Arhur, makin membuat Yin naik pitam. Mantan jenderal besar Dinasti Qing itu langsung menghardik lawan bicaranya. Serapat-rapatnya menyimpan bangkai, pada akhirnya pasti tercium juga. Dengan kepala yang tertunduk, akhirnya keluarlah pengakuan dari Arthur. “A—aku memang ada di sana.”Satu kalimat pengakuan itu lantas membuat Yin mengepalkan
Tuduhan yang dilontarkan Yin itu membuat manik mata Feng Siyu bergerak-gerak. Rupanya pria yang memiliki banyak bekas jerawat di wajah itu masih mengingat kejadian musim gugur tahun lalu. Di atas motor balap yang dikendarainya, dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana mobil listrik itu menabrak pagar jembatan lalu terjun bebas ke dalam sungai. Kebungkaman itu lantas membuat Yin menghampiri. Dengan sorot mata menyalang tajam serta kedua rahang yang mengeras, dia mencengkeram jaket hitam yang dikenakan Feng Siyu. Membuat pria itu bangkit sedikit menjauhi kursinya.“Jawab pertanyaanku! Apa kau yang melakukannya?!” Yin melotot dengan penekanan suara.Namun, itu tak membuat nyali Feng Siyu ciut. Pria itu justru memalingkan wajahnya ke arah lain. Sambil mencebikkan bibirnya, dia pun berkata, “Kau saja tidak tahu, lalu untuk apa aku menjawab.”“Kau!?” Yin langsung menunjukkan kepalan tangannya.“Tak perlu marah. Aku akan memberitahumu, tapi dengan satu syarat.”“Kau tak perlu