Keesokan harinya ….Sinar matahari pada musim dingin yang jatuh pada bulan Februari itu mulai menerpa setiap jalan dan bangunan tegak di Kota Shanghai. Sinar lembut itu menembus sepasang netra seorang pria muda yang sedang terlelap.Baru saja kelopak mata itu terbuka, Yin langsung dikejutkan dengan keadaan dirinya.Kemeja tipis dan celana panjang yang dia kenakan semalam masih tetap melekat pada tubuhnya. Pecahan cangkir juga masih terlihat berserakan, menghiasi lantai ruang besar yang dipenuhi dengan segala macam perabot.Detik itu juga Yin langsung menyadari, bahwa hari telah berganti dan dia masih berada dalam tempat tinggal Arthur. Segera saja dia menegakkan tubuhnya yang jangkung di depan ranjang.“Hari ini aku masih hidup?” Seakan masih belum percaya bahwa hidupnya belum berakhir, Yin menyentuh tangan dan wajahnya. Meskipun dia tidak bisa merasakan rasa sakit akibat cubitannya sendiri, namun dia mampu melihat bekas cubitan tersebut—lebih gelap dari warna kulitnya.“Ini bukan m
Siang ini ketika setengah dari karyawan Perpustakaan Shanghai sedang mengambil jam istirahat mereka, Yin keluar dari gedung tinggi tersebut seorang diri. Dia menolak ajakan Denise yang memintanya untuk makan siang bersama.Dia justru memilih untuk mengikuti petunjuk arah yang dikirim Arthur melalui sebuah aplikasi pada ponsel si pemilik tubuh.Lima belas menit menaiki metro, Yin akhirnya tiba di depan sebuah gedung tinggi yang dikelilingi dengan dinding kaca seluruhnya. Wajah maskulinnya yang berbentuk oval itu menengadah. Menatap sebuah papan nama besar yang terpampang jelas di depan pintu masuk.“GT Automobile? Apa ini toko yang kau maksud?” Yin bertanya pada Arthur melalui ponsel.“Itu bukan toko, tapi showroom sekaligus produsen mobil listrik yang sangat terkenal di negara ini.”“Apa kau yakin, kalau di dalam sana ada mobil listrik keluaran terbaru?”“Kau tak usah ragu. Ada banyak mobil listrik dijual di sana. Carilah mobil yang kau sukai. Jika harganya lebih dari 2.000.000 Yuan, k
Empat orang petugas keamanan itu melakukan seperti yang diperintahkan Judy Gao. Dengan disaksikan oleh semua pengunjung dan para karyawan, mereka menyeret Yin menuju pintu keluar gedung GT Automobile.Namun, disaat mereka hendak melemparkan pemuda itu ke jalan, sesuatu yang tidak disangka pun terjadi.Mantan jenderal besar Dinasti Qing itu justru menjugkirbalikkan keadaan!Dengan cepat Yin memutar kedua tangan dan tubuhnya. Gerakan itu sontak membuat para petugas keamanan tak menyadari, bahwa kini bahayalah yang sedang mengintai mereka.Yin berhasil menangkap salah satu tangan petugas keamanan yang berada sangat dekat dengannya. Kemudian digunakanlah tubuh dan kaki lawannya itu untuk menghalau serangan petugas lain.BUGH!BUGH!BUGH!Dua orang petugas yang ada di depan Yin langsung jatuh terjengkang di atas trotoar. Kemudian disusul oleh petugas ketiga yang mendapat lemparan tubuh kawannya.BRUAAK!Tubuh kedua petugas keamanan yang terlempar itu berhasil merobohkan sebuah neon box yang
TING!Seiring dengan suara lift yang terdengar, maka pintu besi yang ada di hadapan Yin pun terbuka dengan sendirinya. Kini pria muda berusia 27 tahun itu telah berada di lantai dasar dari gedung apartemen tersebut.Yang dimaksud dengan lantai dasar adalah sebuah lantai bawah tanah yang awalnya memang dibuat oleh pengelola gedung untuk lahan parkir apartemen. Namun, oleh Arthur Chen lahan parkir itu kini difugsikan untuk menyimpan semua koleksi mobil pribadinya yang berjumlah lima buah. Salah satunya adalah mobil listrik jenis SUV, yang mereka naiki tadi siang. “ARTHUR CHEN, di mana kau?” teriak Yin dengan suara nyaring.“Aku di sini.”Yin hanya mendengar suara serak itu berkata, namun sosok lelaki tua itu masih belum juga menampakkan batang hidungnya. Barulah setelah Yin memanggil nama tersebut untuk yang kedua kalinya, barulah lelaki tua itu muncul dari balik kain pembungkus dengan ukurannya yang sangat besar.Yin yang tidak tahu, apa isi dalam kain besar tersebut, langsung bertany
Ketika pintu mobil terbuka secara otomatis, Yin segera mengayunkan langkahnya memasuki salah satu rumah sakit terbesar yang ada di kota itu. Dia yang tidak tahu di mana tempat praktek Dokter Bert, langsung saja menghampiri dan bertanya pada orang pertama yang ditemuinya.“Aku ingin bertemu Dokter Bert.” Yin berkata kepada seorang perawat wanita yang menyapanya lebih dulu dengan sebuah senyuman. “Apa Tuan sudah mendaftar sehari sebelumnya?”Mendengar pertanyaan yang dilontarkan itu, membuat Yin tampak kebingungan. “Mendaftar apa?”“Sepertinya Tuan belum melakukannya. Baiklah, Tuan, kami akan membantu untuk melakukan pendaftaran jadwal praktek Dokter Bert,” jelas sang perawat.“Tunggu. Tunggu,” sela Yin, yang langsung membuat perawat wanita itu kembali menatap dirinya. “Kalau aku mendaftar sekarang, kira-kira kapan aku bisa menemui Dokter Bert? Lima menit lagi? Tiga puluh menit lagi? Atau berapa jam lagi?”“Tidak, Tuan.” Lagi-lagi perawat wanita itu melemparkan senyumnya yang manis ke
Selepas pertemuannya dengan Dokter Bert, Yin mengayunkan langkahnya dengan gontai menyusuri koridor Rumah Sakit Shanghai. Dia yang masih belum bisa menerima penjelasan Dokter Bert, memilih untuk tinggal sejenak di sebuah taman yang terletak di bagian dalam gedung rumah sakit.Banyak orang berkata, kalau pemandangan hijau adalah obat untuk kesehatan mata serta yang mampu membuat perasaan menjadi tenang.Akan tetapi, Yin yang mengalami buta warna tidak mampu menikmati semua keindahan dari taman kecil tersebut. Sekalipun banyak orang berkata, bahwa taman kecil itu sangat indah. Pria muda itu hanya duduk termenung seorang diri. Menatap dedaunan yang ada di sekitar dengan warna monokrom di matanya. Dia hanya mampu menggunakan indera penciumannya saat ini, untuk menikmati semerbak wangi kelopak-kelopak bunga yang baru saja bermekaran.Selain itu, nyanyian burung berkicau itu seakan mencoba untuk menghibur perasaan laranya kali ini.Di saat sepasang matanya itu melayang jauh ke depan, tanpa
“Pantas saja, Paman, kemarin aku melihatnya datang ke GT Automobile.”“Hah? Memangnya apa yang dia lakukan di showroom Keluarga Gao?” tanya Lu Dong dengan rasa terkejutnya yang luar biasa.“Di hadapanku dia berani berlagak seperti orang kaya, ingin membeli mobil listrik keluaran terbaru. Cih!” Judy Gao kembali mengumpat. "Ternyata uangnya adalah hasil curian!" “Apa kau bilang?” Manik mata Lu Dong membeliak. “Pecundang itu ingin membeli mobil baru di GT Automobile? Kau jangan bercanda!”“Aku serius!” seru Judy Gao.“Mengemudi saja dia tidak becus! Mana mungkin dia datang untuk membeli sebuah mobil?”Lu Dong lantas teringat dengan apa yang dilakukan Lu Wan Wan dengan suami payahnya itu. Selain menceraikan dan mengusirnya, parasit miskin itu keluar rumah dengan tidak membawa sepeser uang sama sekali.Lalu dari mana Yin mendapatkan uang untuk membeli mobil? Itu yang ada dalam pikiran Lu Dong saat ini.Saat dirinya meminta 5.000 Yuan dari Yin untuk sebuah kursi makan yang ada di sampi
Manik mata Yin langsung memicing begitu melihat lima orang pria berjaket kulit hitam menghadang langkahnya. Dia tidak mengenali orang-orang itu. Wajah mereka bukanlah seperti petugas keamanan GT Automobile yang pernah menyerangnya, bukan pula wajah anak buah Lu Dong.Lantas siapa mereka?“Akhirnya kesempatan untuk memberimu pelajaran datang juga.”Begitu mendengar suara bariton tersebut, Yin langsung membalikkan badan. Seketika itu juga wajah ovalnya itu langsung meradang tatkala melihat keponakan Li Na datang bersama dengan rekan-rekannya.“Mantan menantu! Aku hanya memberimu dua pilihan. Kembalikan uang pamanku atau serahkan dirimu sekarang juga!” seru Li Man dengan tatapan matanya yang berkilat.Seharusnya Yin dengan mudah memilih pilihan pertama, maka masalah pun selesai!Tetapi kenyataan yang terjadi adalah ponsel kepunyaan si pemilik tubuh baru itu tertinggal di dalam mobil listriknya. Lalu bagaimana dia bisa kembali dan masuk ke dalam, sementara kunci mobilnya tertinggal di sana
Suara dobrakan pintu yang disertai teriakan itu langsung direspon oleh sepuluh orang pria yang berada di dalam ruangan. Mereka yang sedang berdiri mengitari meja bilyard itu sekonyong-konyong menegakkan kepala lalu membusungkan dada.BRAKKK!Dua tongkat bilyard terlempar mendarat di atas meja dengan sempurna, membuyarkan beberapa barisan bola biru yang semula terdiam. Beberapa kaki itu pun mengayun santai, seakan tanpa beban begitu mendapati kehadiran seorang pemuda berpostur yang tak lebih dari 170 sentimeter.Feng Siyu mengenal seorang pria yang berada di barisan paling depan. Pria itu mengenakan setelan jas kemeja warna hitam. Dengan tiga barisan kancing teratas yang dibiarkan tetap terbuka, memperlihatkan otot-otot dadanya yang bergelombang.Pria itu mendapat julukan Black Dragon di lingkungan sekitar. Tidak, mungkin sepak terjangnya yang mengerikan dan tidak mengenal belas kasihan itu sudah terdengar seantero Shanghai. Tidak ada seorang pun yang tahu, siapa nama asli pria tersebu
Pada saat itu juga mundurlah Lu Wan Wan dari hadapan Yin alias Shun Yuan. Kegamangan segera menghampirinya seiring dengan mulutnya yang tertutup oleh telapak tangannya sendiri.Ingin rasanya dia tidak mempercayai perkataan pria yang telah mengambil kendali atas tubuh suaminya, tapi apa yang pria ini katakan tidak sepenuhnya salah. Karena dia sendiri juga telah membaca buku harian tersebut.“Siapa? Siapa yang telah mencelakainya?” tanya Lu Wan Wan dengan suaranya yang bergetar.Shun Yuan bisa saja langsung menyebutkan satu nama yang dicurigainya saat ini, tetapi dirinya belum yakin karena kurangnya bukti-bukti yang dimiliki. “Aku masih belum yakin, siapa saja yang telah terlibat. Tapi aku mulai mencurigai beberapa orang.”Tatapan mata Lu Wan Wan memicing. “Apa katamu? Beberapa? Itu artinya ….”“Lebih dari satu orang yang menginginkan kematiannya,” sambung Shun Yuan. “Entah mereka memiliki tujuan yang berbeda atau saling bekerja sama.”Kepala Lu Wan Wan menggeleng. “Aku sungguh tidak per
Tiga jam. Itulah waktu yang diperlukan Yin untuk diam termenung di atas Jembatan Sungai Yangtze. Menatap derasnya arus sungai yang tampak kelam dan pekat di waktu malam. Sepercik pertanyaan mendadak terbersit dalam sanubari sang mantan jenderal besar Dinasti Qing tersebut.Mungkinkah selama ratusan tahun, tubuhku tersimpan di dalam sana?Tiga ratus lima puluh empat tahun itu bukan waktu yang singkat. Pantas, keadaan sungai ini juga sudah sangat jauh berbeda dari zaman Dinasti Qing.Dan di dalam sungai inilah, kisah antara dirinya dan si pemilik tubuh terjadi.Mendadak sebuah suara ketukan tumit sepatu yang mengayun di atas trotoar membuat daun telinga Yin bergerak-gerak. Seperti biasa indera pendengaran yang tajam pemberian dari Dewa Kematian, mampu membuat mantan jenderal besar Dinasti Qing itu mampu mendengar suara semut yang berjalan hingga mampu memilah-milah jenis suara meskipun di belakang punggungnya terdengar hiruk pikuk kendaraan roda empat berlalu lalang. Kehad
“Denise, halo …. Halo …!” seru Feng Siyu.Selama beberapa saat pria muda berusia 27 tahun itu tampak tertegun menatap layar ponselnya yang masih menyala. Baru beberapa menit yang lalu, dia menerima panggilan dari adik tirinya yang bernama Denise Allard.Saudara perempuan namun berbeda ayah itu kerap menghubunginya di jam-jam malam. Selepas makan malam lebih tepatnya, karena pada saat itulah segala aktivitasnya di dunia kerja telah terhenti.Namun, apa yang baru saja terjadi?Feng Siyu justru tidak mendengar suara Denise. Bulu kuduknya mendadak dikejutkan dengan suara teriakan minta tolong, suara seorang atau beberapa orang pria dan suara gedebuk-gedubuk yang tak jelas.Jangan-jangan ….Pikiran Feng Siyu lantas tertuju pada panggilan ponsel yang diterimanya sore tadi di Gedung Madox Colour. Kedua tangannya langsung mengepal, mengingat ancaman si penelepon. Padahal mereka telah bersepakat, bahwa si penelepon akan memberinya sedikit waktu dan tidak akan mengganggu adiknya yang saat ini t
Begitu Mey Mey mendengar suara bariton itu berkata, jantungnya seakan hendak melompat keluar dari tubuhnya. Suara yang disertai dengan seringai dan langkah tegap itu benar-benar mengintimidasi dirinya.Menyihir gadis blasteran itu untuk berhenti, lalu bergerak mundur hingga akhirnya punggungnya yang terbungkus dengan selembar pakaian tidur tipis itu menempel di depan dinding ruang tamu.BUGH!Rasa dingin langsung menjalari telapak tangan Mey Mey begitu Lu Dong berhasil mengunci tubuhnya dengan kedua lengannya yang kekar. Manik mata birunya itu tampak bergerak-gerak.“Ma—mau apa kau … kemari?”Mendengar suara intonasi yang terbata-bata itu lantas membuat Lu Dong terkekeh. Puncak hidung kekasih kecilnya itu masih sama seperti dulu. Seperti sebuah papan luncur yang turun ke bawah, lalu menukik tajam ke atas. Dia tidak menyangkal, bahwa dia sangat menyukai hidung Mey Mey, selain dari apa yang tersembunyi di balik pakaian tidur gadis itu.Sembari memberi sedikit kecupan pada puncak hidung
Malam ini mobil listrik yang dikemudikan Lu Dong langsung meluncur membelah lalu lintas Kota Shanghai. Kendaraan roda empat itu bergerak menuju ke arah utara. Di mana terdapat tiga pulau aluvial dataran rendah yang berpenghuni di muara Sungai Yangtze. Salah satu dari ketiga pulau itu adalah Chongming.Lu Dong meninggalkan mobil listriknya di pelabuhan dan memilih menggunakan feri, agar lebih cepat tiba di tempat tujuan. Dia tidak ingin memberi kesempatan Mey Mey untuk kabur lagi dari hadapannya. Malam ini juga, dia harus menuntaskan masalahnya dengan tikus kecil itu.“Berapa lama kapal ini menuju Chongming?” tanyanya kepada nahkoda.“Jika cuaca bagus, dua puluh menit lagi kita akan tiba di sana. Apa Tuan akan berhenti di Desa Terapung Chu Zhang?”“Tidak. Turunkan aku di Chongming!”“Naiklah!” Nahkoda itu berseru kepada Lu Dong.Layar dibentangkan. Suara mesin menderu-deru di bawah alas kaki, diikuti dengan gumaman para penumpang yang sudah mulai berdesakan memasuki kapal. Jumlah mereka
Kegelapan baru saja muncul menyapa Shanghai. Meskipun Li Na tidak menyukai kedatangan Lu Dong, tetapi berkat Lu Shen Shenlah, pria paruh baya itu akhirnya memiliki tempat tinggal untuk meletakkan kepalanya malam ini.Lu Dong sudah tidak perlu repot-repot lagi memikirkan menu makan malamnya hari ini dan hari-hari selanjutnya. Dia juga tidak perlu risau akan angin malam yang kerap menusuk-nusuk persendiannya yang sudah tidak muda lagi.Tak masalah jika Li Na tidak mengizinkannya untuk tidur dalam kamar. Dia tahu, kalau kemarahan istrinya itu hanya sementara. Esok hari, wanita itu pasti akan kembali merajuk dan malam berikutnya, dia akan kembali menikmati empuknya busa kasur yang ada di apartemen ini, pikirnya. “Ayah, kami hanya punya ini.” Lu Shen Shen berkata sembari memberikan potongan selimut tipis kepada Lu Dong.“Tak masalah.” Lu Dong menarik kedua sudut bibirnya lebar ketika menerima pemberian putri keduanya itu. “Kau memang putri Ayah yang paling berbakti. Ngomong-ngomong … di
Yin tersenyum dingin, karena dia memiliki jawaban atas pertanyaan Arthur. Namun, dia tidak langsung memberitahu pria tua tersebut. Dia justru menanyakan topik utama mengenai kedatangannya kali ini."Lalu bagaimana dengan Denise Allard dan kakak laki-lakinya?"“Aku telah menemukan tempat tinggal Denise. Gadis itu sekarang tinggal di rumah Keluarga Feng.” Arthur menunjuk ke sebuah titik koordinat yang berkedip pada layar laptopnya.Yin menatap titik koordinat yang letaknya agak jauh dari tempat Kediaman Keluarga Lu. “Kau mendatanginya?”“Tentu saja! Aku membantumu sekaligus mengerjakan tugas yang diberikan Lu Dong. Untuk menemuinya, aku menyamar menjadi seorang nenek tua. Salah seorang tetangganya yang sedang kehabisan gula."Yin tergelak. Membayangkan bagaimana wajah maskulin yang keriput itu berubah menjadi seorang nenek tua dengan rambut putihnya yang tergelung ke belakang lengkap dengan selembar daster bermotif bunga yang menutupi tubuh atletis Arthur. "Melihat nenek-nenek jadian y
DEG!Kali ini bukan hanya wajahnya saja yang membeku, melainkan juga detak jantungnya serasa hampir berhenti mendadak tatkala mendengar suara bisikan tersebut. Perlu waktu beberapa detik untuk membuat Ma Yin Fei palsu menyadari bahwa ada seseorang yang mengetahui dosa masa lalunya.“Siapa kau?” teriak Ma Yin Fei palsu sembari mengarahkan pandangannya ke sekitar koridor.Pria yang memiliki tinggi tidak lebih dari 170 sentimeter itu memutar tumitnya beberapa kali, lalu bergerak ke sana kemari. Namun, apa yang dilakukannya itu tak kunjung mendapat jawaban. Koridor panjang itu terlihat kosong, dingin dan lengang. Dari kejauhan dia hanya mampu menangkap pintu ruang kerja Ma Zimo yang masih tertutup.Berarti mantan pustakawan itu masih berada di dalam, lalu siapa yang bicara tadi? Pikiran Ma Yin Fei palsu mulai berkecamuk. Embusan angin yang membelai tengkuk lehernya serta kebisuan yang tejadi di sekitar koridor, membuat sekujur tubuh Ma Yin Fei palsu meremang. Tatapan matanya mendadak beru