Ketika pintu mobil terbuka secara otomatis, Yin segera mengayunkan langkahnya memasuki salah satu rumah sakit terbesar yang ada di kota itu. Dia yang tidak tahu di mana tempat praktek Dokter Bert, langsung saja menghampiri dan bertanya pada orang pertama yang ditemuinya.“Aku ingin bertemu Dokter Bert.” Yin berkata kepada seorang perawat wanita yang menyapanya lebih dulu dengan sebuah senyuman. “Apa Tuan sudah mendaftar sehari sebelumnya?”Mendengar pertanyaan yang dilontarkan itu, membuat Yin tampak kebingungan. “Mendaftar apa?”“Sepertinya Tuan belum melakukannya. Baiklah, Tuan, kami akan membantu untuk melakukan pendaftaran jadwal praktek Dokter Bert,” jelas sang perawat.“Tunggu. Tunggu,” sela Yin, yang langsung membuat perawat wanita itu kembali menatap dirinya. “Kalau aku mendaftar sekarang, kira-kira kapan aku bisa menemui Dokter Bert? Lima menit lagi? Tiga puluh menit lagi? Atau berapa jam lagi?”“Tidak, Tuan.” Lagi-lagi perawat wanita itu melemparkan senyumnya yang manis ke
Selepas pertemuannya dengan Dokter Bert, Yin mengayunkan langkahnya dengan gontai menyusuri koridor Rumah Sakit Shanghai. Dia yang masih belum bisa menerima penjelasan Dokter Bert, memilih untuk tinggal sejenak di sebuah taman yang terletak di bagian dalam gedung rumah sakit.Banyak orang berkata, kalau pemandangan hijau adalah obat untuk kesehatan mata serta yang mampu membuat perasaan menjadi tenang.Akan tetapi, Yin yang mengalami buta warna tidak mampu menikmati semua keindahan dari taman kecil tersebut. Sekalipun banyak orang berkata, bahwa taman kecil itu sangat indah. Pria muda itu hanya duduk termenung seorang diri. Menatap dedaunan yang ada di sekitar dengan warna monokrom di matanya. Dia hanya mampu menggunakan indera penciumannya saat ini, untuk menikmati semerbak wangi kelopak-kelopak bunga yang baru saja bermekaran.Selain itu, nyanyian burung berkicau itu seakan mencoba untuk menghibur perasaan laranya kali ini.Di saat sepasang matanya itu melayang jauh ke depan, tanpa
“Pantas saja, Paman, kemarin aku melihatnya datang ke GT Automobile.”“Hah? Memangnya apa yang dia lakukan di showroom Keluarga Gao?” tanya Lu Dong dengan rasa terkejutnya yang luar biasa.“Di hadapanku dia berani berlagak seperti orang kaya, ingin membeli mobil listrik keluaran terbaru. Cih!” Judy Gao kembali mengumpat. "Ternyata uangnya adalah hasil curian!" “Apa kau bilang?” Manik mata Lu Dong membeliak. “Pecundang itu ingin membeli mobil baru di GT Automobile? Kau jangan bercanda!”“Aku serius!” seru Judy Gao.“Mengemudi saja dia tidak becus! Mana mungkin dia datang untuk membeli sebuah mobil?”Lu Dong lantas teringat dengan apa yang dilakukan Lu Wan Wan dengan suami payahnya itu. Selain menceraikan dan mengusirnya, parasit miskin itu keluar rumah dengan tidak membawa sepeser uang sama sekali.Lalu dari mana Yin mendapatkan uang untuk membeli mobil? Itu yang ada dalam pikiran Lu Dong saat ini.Saat dirinya meminta 5.000 Yuan dari Yin untuk sebuah kursi makan yang ada di sampi
Manik mata Yin langsung memicing begitu melihat lima orang pria berjaket kulit hitam menghadang langkahnya. Dia tidak mengenali orang-orang itu. Wajah mereka bukanlah seperti petugas keamanan GT Automobile yang pernah menyerangnya, bukan pula wajah anak buah Lu Dong.Lantas siapa mereka?“Akhirnya kesempatan untuk memberimu pelajaran datang juga.”Begitu mendengar suara bariton tersebut, Yin langsung membalikkan badan. Seketika itu juga wajah ovalnya itu langsung meradang tatkala melihat keponakan Li Na datang bersama dengan rekan-rekannya.“Mantan menantu! Aku hanya memberimu dua pilihan. Kembalikan uang pamanku atau serahkan dirimu sekarang juga!” seru Li Man dengan tatapan matanya yang berkilat.Seharusnya Yin dengan mudah memilih pilihan pertama, maka masalah pun selesai!Tetapi kenyataan yang terjadi adalah ponsel kepunyaan si pemilik tubuh baru itu tertinggal di dalam mobil listriknya. Lalu bagaimana dia bisa kembali dan masuk ke dalam, sementara kunci mobilnya tertinggal di sana
Sementara itu di depan sebuah gedung yang bernama Mayuan Food Company—sebuah perusahaan makanan yang dikelola oleh Keluarga Ma, tampak Arthur Chen sedang memainkan teropongnya untuk mengintai seseorang dari balik sebuah mobil box milik perusahaan tersebut.Hampir satu jam lelaki tua itu berada di sana dengan selembar masker, sebuah topi, dan kacamata hitam yang bertengger pada puncak hidungnya. Beberapa kali lelaki tua itu mengintip, namun targetnya belum juga muncul.Hingga pada menit yang kelima puluh, akhirnya Lu Wan Wan—orang yang dicari Arthur melangkah keluar dari gedung tinggi tersebut.Lagi-lagi Arthur belum bisa bertindak. Dengan sangat terpaksa dia harus bersembunyi kembali, karena dari arah yang berlawanan dia malah dikejutkan dengan kehadiran Ma Zimo—saudara laki-laki Ma Zimin (ayah kandung Yin) yang saat ini telah memimpin perusahaan Keluarga Ma.“Ishhh! Ada apa dengan hari ini?” runtuk Arthur. “Tadi di dalam bus, aku mendapat kentut dari seorang bocah, kemudian kaki kir
Awalnya Lu Wan Wan ingin bertanya pada Arthur Chen tentang keberadaan Yin.Namun, gerakan Arthur yang gesit itu tidak mampu memberikan sebuah jawaban kepada dirinya. Setelah menyerahkan semua barang titipan Yin, lelaki tua itu justru pergi meninggalkannya begitu saja di halaman Gedung Ma Yuan Food.Dan siang ini ….Ketika jam istirahat telah usai, Lu Wan Wan sedang duduk terpaku dalam sebuah kubikel yang ada di tempat kerjanya. Wanita muda itu bukan memandang layar laptopnya atau tumpukan file-file yang harus dia kerjakan, melainkan menatap semua barang pemberian Yin yang baru saja dia gunakan.Ada sebuah plaster, minyak gosok untuk luka memar, gulungan perban putih, obat antiseptik dan kapas kemasan. Lu Wan Wan meletakkan semua benda itu di atas meja kerjanya. Mungkin ini kedengarannya terlambat, akan tetapi dia baru menyadari, kalau pria yang baru saja diceraikan dan diusirnya itu ternyata menyimpan begitu banyak perhatian kepadanya.Tiga tahun lamanya, Lu Wan Wan mencoba mengenal
Melihat apa yang sedang dilakukan Yin di halaman depan Perpustakaan Shanghai, membuat sang mentari seolah malu dengan dirinya sendiri. Benda penerang yang seharusnya memancarkan sinarnya pada siang hari itu masih tetap bersembunyi di balik kumpulan awan kelabu.Membiarkan udara musim dingin bertiup menerpa ujung kemeja Yin yang tipis dan sepasang kakinya yang bebas dari alas kaki. Siang itu, dia melepas sepatu butut milik si pemilik tubuh baru agar sepatu satu-satunya itu tidak rusak.Sebenarnya dengan uang 2.000.000 Yuan yang dimilikinya, Yin bisa saja membeli sepatu baru yang lebih bagus. Hanya saja, entah kenapa dia justru tidak rela melihat sepatu butut itu menganggur di rak sepatu atau masuk ke dalam tempat sampah.“Lagipula, jika aku membeli sepatu baru, mana ada orang yang percaya, jika aku mampu membelinya. Mereka pasti akan menuduhku sebagai pencuri,” batinnya berkata.Sambil memikirkan siapa gerangan yang telah mengirim video misterius tersebut kepada Tuan Chao, Yin mencoba u
“Aku akan menerima lamaran Judy Gao.” Lu Wan Wan berkata kepada semua anggota Keluarga Lu yang sedang berkumpul di ruang makan.Dia melakukan semua ini bukan tanpa alasan. Kejadian yang dia lihat di halaman depan Perpustakaan Shanghai sudah memberinya jawaban—Yin tidak memiliki perasaan apa-apa padanya.Di mata pria muda itu, dirinya hanyalah seorang majikan lemah yang patut dikasihani. Dia memang tidak pernah menindas Yin seperti yang dilakukan oleh orang tua dan saudari-saudarinya.Ditambah lagi, pernikahannya dengan Judy Gao ini mungkin akan membawa dirinya keluar dari rumah yang mirip seperti neraka. Karena Keluarga Gao, pasti tidak akan mengizinkan putranya yang sudah menikah tinggal bersama dengan keluarga istrinya.“Wan Wan, sebelumnya kau mati-matian menolak usulan Ayah, kenapa sekarang mendadak berubah?” tanya Lu Fen Fen memandang curiga. “Apa jangan-jangan Judy telah—“ Putri tertua itu langsung menutup mulutnya, membayangkan sesuatu yang intim telah terjadi antara Judy Gao de
Malam itu menjadi malam yang sangat panjang bagi Shun Yuan alias Yin. Setelah membuka rahasia terbesar dalam dirinya, dia justru mendapat kejutan. Arthur Chen langsung mengembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Lelaki tua itu seakan ingin secepatnya pergi meninggalkan dunia menyusul si pemilik tubuh.“Beristirahatlah dengan tenang,” ujar Shun Yuan setelah menyimpan abu jenazah Arthur di rumah duka. “Aku ikut berduka cita,” hibur Lu Wan Wan yang ikut mendampingi Shun Yuan.Selepas memberi penghormatan terakhir, keduanya pun kembali ke gedung apartemen tak bernama itu. Dengan disaksikan dan dibantu oleh Lu Wan Wan, Shun Yuan membuka semua file-file peninggalan Arthur Chen.Hal pertama yang mereka cari adalah rekaman video kejadian kecelakaan yang terjadi di atas Jembatan Sungai Yang Tze beberapa bulan yang lalu. Mereka ingin mengetahui kebenarannya. Siapa yang sebenarnya terlibat dan siapa yang seharusnya dihukum.Mulut keduanya langsung menganga, begitu menyaksikan kalau
Teriakan Arthur yang menyangkal perkataan Feng Siyu itu membuat Yin menelengkan kepala. Dia menatap lelaki tua itu dengan sorot mata yang lebih dingin dari biasanya.“Yin … ini … bukan seperti yang kau kira,” ucap Arthur terbata-bata.“Jawab pertanyaanku! Apa benar kau juga berada di sana?” Yin meninggikan nada suaranya.Langkah tegap Yin yang mendominasi serta kedua tulang rahangnya yang mengeras, telah membuat tubuh Arthur seakan mengerut. Tanpa sadar punggung lelaki tua itu langsung membentur tepi meja. Namun, benturan itu tidak sebanding dengan suaranya yang tercekat di tenggorokan.Melihat kegugupan serta kegelisahan yang terpancara dari wajah Arhur, makin membuat Yin naik pitam. Mantan jenderal besar Dinasti Qing itu langsung menghardik lawan bicaranya. Serapat-rapatnya menyimpan bangkai, pada akhirnya pasti tercium juga. Dengan kepala yang tertunduk, akhirnya keluarlah pengakuan dari Arthur. “A—aku memang ada di sana.”Satu kalimat pengakuan itu lantas membuat Yin mengepalkan
Tuduhan yang dilontarkan Yin itu membuat manik mata Feng Siyu bergerak-gerak. Rupanya pria yang memiliki banyak bekas jerawat di wajah itu masih mengingat kejadian musim gugur tahun lalu. Di atas motor balap yang dikendarainya, dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana mobil listrik itu menabrak pagar jembatan lalu terjun bebas ke dalam sungai. Kebungkaman itu lantas membuat Yin menghampiri. Dengan sorot mata menyalang tajam serta kedua rahang yang mengeras, dia mencengkeram jaket hitam yang dikenakan Feng Siyu. Membuat pria itu bangkit sedikit menjauhi kursinya.“Jawab pertanyaanku! Apa kau yang melakukannya?!” Yin melotot dengan penekanan suara.Namun, itu tak membuat nyali Feng Siyu ciut. Pria itu justru memalingkan wajahnya ke arah lain. Sambil mencebikkan bibirnya, dia pun berkata, “Kau saja tidak tahu, lalu untuk apa aku menjawab.”“Kau!?” Yin langsung menunjukkan kepalan tangannya.“Tak perlu marah. Aku akan memberitahumu, tapi dengan satu syarat.”“Kau tak perlu
“Tapi kenapa aku harus—”“Karena dialah yang menyebabkan kakakmu mengakhiri hidupnya!” potong Arthur cepat.Begitu penjelasan itu telah diterima oleh Yin, detik itu juga mengayunlah sepasang kakinya yang terbungkus dengan pantofel untuk mengejar pria tersebut. Dia sempat melihat kalau pria itu telah berbelok dan meninggalkan kafe.Meskipun beberapa kelebihan yang dimilikinya telah diambil, namun Yin masih memiliki kemampuan seorang Jenderal Besar Shun Yuan, yaitu ilmu bela diri dan kemampuan untuk memetakan lingkungan sekitar.Pengejaran itu tak berlangsung lama. Dengan mengandalkan tendangannya yang mengayun di atas angin, maka salah satu kaki Yin itu mampu membuat pria tersebut jatuh tersungkur sebelum mencapai bahu jalan.BUGH! BRUAK!Yin langsung menarik bagian belakang jaket kulit yang dikenakan pria tersebut. Membuat tubuh pemiliknya terangkat hingga berdiri tegak. Kali ini sebuah benturan kembali terjadi.BRUAK!Yin membenturkan tubuh pria itu ke permukaan dinding batako yang m
Jarum jam belum berada tepat di angka tujuh. Nasi tim ayam yang baru saja di pesan juga belum sempat di santap. Namun, sebuah postingan yang mendadak dia temukan di sebuah laman internet membuat selera makan Arthur Chen lenyap seketika.“Akun ini …,” gumamnya dengan kelopak mata melebar menatap layar laptop. Dia nyaris tak percaya.Setelah sekian lama mencari akun yang tiba-tiba menghilang setelah menjungkir balikkan nama baik Ma Shin Fei di seluruh jagat dunia maya, kini tiada hujan maupun badai, atau bencana dahsyat lainnya, akun yang bernama Prosecutor itu mendadak muncul kembali ke permukaan. Siapa yang menduga di saat dirinya juga sedang mencari kepingan-kepingan informasi tentang kejahatan Ma Zimo dan Feng Siyu, akun berhantu itu tiba-tiba muncul.Mungkinkah ini adalah bantuan dari alam semesta?Lelaki tua itu tak mampu menjawab. Apa mungkin ada yang kebetulan di dunia kejahatan?Postingan yang ditulis oleh Prosecutor rupanya menggelitik hati Arthur. Bukan hanya satu, tetapi
Dari semua rencana yang ada di dalam kepala Feng Siyu untuk mencelakai Yin, nyatanya pria muda itu justru lebih tertarik untuk menyelesaikan dendam pribadinya terhadap Lu Dong.Malam hari selepas mengantar kepulangan Ma Zimo ke tempat kediaman Keluarga Ma, Feng Siyu diam-diam menyelinap keluar. Beberapa kali dia berusaha untuk menghindari dan mengecoh para penjaga rumah. Hingga akhirnya di halaman belakang yang sepi, pria itu pun berhasil melompati pagar tinggi, lalu mendarat di sebuah trotoar.“Stasiun 4!” pinta Feng Siyu kepada pengemudi taksi yang baru saja dihentikan olehnya.“Baik, Tuan.”Beberapa kali Feng Siyu sempat menoleh ke belakang untuk melihat, apakah ada anak buah Ma Zimo yang mengejarnya.Namun, hasilnya nihil. Yang dia lihat di balik jendela kaca itu hanyalah kegelapan malam yang dihiasi dengan siraman cahaya kuning dari lampu-lampu jalan yang menerangi kelamnya malam.Lima menit sebelum satu jam meninggalkan tempat kediaman Keluarga Ma, pengemudi taksi akhirnya menga
Terlambat!Seruan Arthur Chen itu tidak mampu menyelamatkan Yin dari kedatangan serta rasa penasaran Ma Zimo. Pria paruh baya itu ingin melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana sopir barunya itu bekerja.Bukan hanya langkah pendeknya saja yang bergerak cepat, namun pandangannya pun juga telah menangkap punggung yang menjulang tinggi tersebut.“Yin!” serunya sembari melewati Arthur Chen begitu saja.Tiga puluh tahun lebih tidak bertemu, membuat Ma Zimo melupakan sosok yang dicarinya selama ini, yaitu Chen Ting. Tidak ada yang lebih sadis dalam merenggut kenangan seseorang selain usia.Dan selama tahun-tahun kehidupannya, tak pernah sekalipun Arthur Chen mengalami keberuntungan seperti hari ini. Melihat keacuhan Ma Zimo, tak lantas membuat lelaki tua itu memilih untuk bergabung dengan mereka. Menurutnya meninggalkan tempat itu dalam diam adalah keputusan yang tepat. Yin yang mendengar panggilan itu lantas menoleh. Dia juga sempat melihat kepergian Arthur. Sambil berpura-pura men
Berita penangkapan Lu Dong itu juga didengar oleh Feng Siyu yang selama beberapa bulan ini telah mencuri identitas Ma Yin Fei di tempat kediaman Keluarga Ma. Kelima jari pemuda itu mengepal hingga membuat buku-bukunya memutih. Ponsel kecil yang ada dalam genggaman tangannya itu nyaris hancur lebur karena kemarahannya.Hasil kerja keras yang membawanya melakukan semua ini hilang menjadi tak bermakna. Akhirnya orang yang ingin dia bahagiakan telah tiada.Dengan tatapan mata yang menyalang Feng Siyu menatap foto mendiang Denise Allard pada layar ponselnya. Pemuda itu bersumpah dalam hati, bahwa dia tidak akan pernah melepaskan Lu Dong hingga pria paruh baya itu membayar semua kejahatannya. Nyawa ganti nyawa dan penjara tidak akan bisa membuat adik tirinya itu hidup kembali.“Jadi ini kerjaanmu seharian? Pantas saja ayahku tidak pernah mengajakmu ke tempat proyek atau membawamu ke pertemuan bisnisnya.”Suara bariton milik Ma Jia Wei itu membuat kedua pundak Feng Siyu tersentak. Dia langsun
Waktu hari menjelang siang, kelopak mata yang semula terpejam perlahan-lahan terbuka. Sepasang manik mata hitam itu bergerak-gerak kebingungan. Mencoba untuk mengingat dan mengenali keberadaan dirinya.“Di mana ini?” batinnya berkata.Sebelum dia sempat mengenali tempat itu, lambat laun setitik cahaya kecil hingga sekumpulan sinar mulai menerangi indera penglihatnya.Kejadian itu membuatnya semakin terkejut. Dia tergugu hingga mendudukkan dirinya di atas ranjang milik Pei Yan begitu melihat dunia yang semula tidak berwarna, kini ternyata indah.Dia pun memberanikan diri mengangkat kedua tangannya di depan dada. Membolak-bolakkin punggung dan telapak tangan tersebut berulang kali.“Inikah warna kulitku selama ini?” gumamnya.Ujung kemeja yang semula melekat pada tubuhnya itu kini ditarik untuk mendekat. Hingga membuat pandangannya itu mampu melihat dan mengenali warna pakaiannya sendiri, yaitu biru tua.“Kau sudah bangun rupanya.”Suara bariton yang tiba-tiba terdengar itu lantas membu