“Keluar, kau, Ma Zimo!”Orang-orang berpakaian merah hitam yang sedang berdiri di tengah jalan raya itu bukan hanya berteriak memanggil nama presiden komisaris dari Group Ma, tetapi juga mengarahkan jari telunjuk mereka ke arah jendela mobil mewah yang dikemudikan Yin.Mantan jenderal besar Dinasti Qing itu hanya memutar-mutar telapak tangannya pada roda kemudi sembari melemaskan otot-otot kakinya.Meskipun telah dilarang keras, namun sesekali Yin mencoba mencuri pandang untuk melihat keadaan Ma Zimo melalui kaca spion. Sementara dia tidak mampu melihat jelas ekspresi apa yang ditunjukkan oleh Ma Yin Fei palsu. Ma Zimo tampak terkejut. Kelopak mata pria paruh baya itu memicing. Mungkin saja dia sedang memikirkan, gerangan orang-orang kurang ajar ini yang begitu berani menghentikan mobilnya di siang bolong?Sepertinya pria paruh baya itu tidak bisa memikirkan wajah satu orang pun!Karena mungkin terlalu banyak orang-orang yang sakit hati dan yang pernah dia singgung selama hidupnya.S
BRUUAAAAKK!Tiba-tiba saja mobil mewah itu pun terguncang. Lamunan Ma Zimo tentang Ma Yin Fei pun buyar seketika. Tahu-tahu dia melihat tubuh keponakannya itu membentur kap mesin, lalu terguling dan akhirnya jatuh ke jalan raya beraspal. “Hah?!”Ma Zimo terkejut bukan kepalang tatkala mendapati kalau Ma Yin Fei yang katanya memiliki kemampuan taekwondo dan kick boxing itu tak kunjung bangkit berdiri.Bulu kuduk Ma Zimo semakin meremang ketika melihat Pei Yan dan beberapa anak buahnya berjalan mendekati pintu mobil. Sungguh ketakutan yang dialaminya itu membuat dia melupakan satu hal, kalau pintu mobilnya itu telah dikunci oleh Yin.Suara pintu mobil pun terbuka. Yin turun dari mobil. Dia lalu mengembuskan napasnya dengan panjang. Begitu mantan jenderal besar Dinasti Qing itu membalikkan badan, sepasang matanya yang kecil langsung beradu pandang dengan mata Pei Yan yang menyorot tajam ke arahnya.“Siapa kau?” Pei Yan bertanya dengan nada suara yang berat. Seorang pria yang berdiri d
Indera penglihatan Yin yang mengalami buta warna itu mampu melihat gerakan tangan Pei Yan yang bergerak cepat. Sebelum ujung pisau lipat itu berhasil menyentuh pakaiannya, mantan jenderal besar Dinasti Qing itu langsung menepis pergelangan tangan Pei Yan dengan menggunakan tangan kirinya.PLETAK!“Hah?!” Pei Yan pun tersentak, karena mendapai pisau lipatnya tiba-tiba terlepas dari genggaman tangannya.Belum sempat pemimpin Baoshan itu berpikir, datanglah sebuah serangan lain dari Yin. Serangan yang berasal dari pukulan tangan kanan Yin yang begitu kuat itu langsung menghantam perutnya.BUGH!Satu pukulan itu berhasil membuat tubuh pemimpin Baoshan terseret hingga beberapa meter menjauhi Yin. Pria berusia sekitar pertengahan empat puluh tahun itu pun terjengkang di tengah jalan raya dan nyaris saja tertabrak oleh kendaraan lain.“Menantu tak berguna ini ternyata memiliki kemampuan,” gumam Ma Zimo yang awalnya terkejut menyaksikan pertarungan itu di dalam mobil.Apa yang mengejutkan Ma
“Hei, Pemuda ingusan! Kau tak perlu menunggu seranganku, karena siang ini kau akan mati di tanganku! Ma Zimo, tunggu giliranmu!” tantang Pei Yan.Ma Zimo yang mendengar perkataan Pei Yan di dalam mobil langsung memerosotkan tubuhnya. Kini dia hanya mampu meletakkan nasibnya di tangan sopir barunya yang kini sedang berada di dalam sandera anak buah Pei Yan.Apa yang kira-kira bisa diperbuat oleh menantu payah itu?Sementara hidup pemuda itu juga sedang berada di ujung tanduk!Entah apakah pemuda itu akan mati di tangan Pei Yan atau di tangan anak buah Pei Yan yang menjerat lehernya dengan rantai logam?Memang benar, kalau nasib Yin sedang diujung tanduk. Akan tetapi, mantan jenderal besar Dinasti Qing yang telah melewati kematian pertamanya itu tidak mempercayakan nasibnya di tangan orang-orang Baoshan!Dengan sikapnya yang tenang dan sorot matanya yang tajam, Yin memperhatikan bagaimana Pei Yan telah mengeluarkan jurus andalannya.“Serangan Macan Mengamuk!” teriak Pei Yan.Lompatan ya
Ma Yin Fei palsu tersenyum kecut tatkala Yin datang menghampirinya. Semenjak dirinya terkena serangan Pei Yan, lalu tubuhnya jatuh menimpa kap mesin, sejak itulah dia tak sadarkan diri.Ketika kesadarannya telah kembali, Ma Yin Fei palsu justru dikejutkan dengan adegan pertarungan yang dilakukan Yin melawan Pei Yan serta orang-orang Baoshan di jalan raya.Dia tidak menyangka, kalau mantan pekerja perpustakaan yang memiliki penyakit jantung bawaan itu sanggup menyerang Pei Yan. Bahkan membuat pemimpin dan beberapa orang Baoshan terluka.“Dari mana datangnya ilmu bela dirinya itu? Setelah berhasil selamat dari kecelakaan mobil, keberuntungan yang didapatnya naik berkali-kali lipat. Bukan hanya penyakit gagapnya saja yang telah sembuh, tetapi kemampuan ini—" Ma Yin Fei palsu berkata dalam hati.“Aku pria normal. Untuk apa kau memandangku seperti itu?” kata Yin.Dia kemudian menarik kembali uluran tangannya yang tadi sempat diberikannya kepada Ma Yin Fei palsu. “Kurasa kau masih bisa bangk
Lima belas menit sebelum pukul lima sore, asisten Mok telah tiba di kawasan Konsesi Perancis. Di mana itu adalah sebuah kawasan kependudukan Perancis yang masih dibiarkan berkembang di bagian Shanghai Tenggara. Tempat ini dulunya diperuntukkan bagi orang-orang Perancis yang menetap di Shanghai.Mok melayangkan pandangannya ke sebuah bangunan bergaya Eropa kuno yang berbaris dari ujung jalan yang satu ke ujung jalan yang lain.Tidak seperti bangunan yang ada di Shanghai pada umumnya, yang tingginya hampir mencapai langit. Bagunan yang dilihat Mok itu hanya memiliki dua lantai dengan dinding batunya yang tetap dibiarkan ter-ekspose dan jendela-jendela kaca dengan bingkai besi yang hanya bisa dibuka ke arah luar.“Tidak salah lagi, ini panti asuhannya. Gedung yang ada di dalam foto masih terlihat sama seperti sekarang. Padahal sudah puluhan tahun berlalu,” gumam Mok.“Kau sedang mencari siapa, Anak muda?”Pundak Mok sedikit tersentak ketika mendengar suara sapaan yang berasal dari belakan
Interkom di meja kerja berbunyi. Ma Zimo yang baru saja mendudukkan dirinya di atas kursi langsung menekan sebuah tombol merah yang berkedip-kedip.“Ya?”“Tuan Han ingin bertemu dengan Anda.” Terdengar suara feminin yang cukup familiar di telinga Ma Zimo. Suara sekretarisnya. Wanita itulah yang selalu menjadi garda paling depan bagi semua orang yang ingin bertemu dengan Presiden Komisaris Group Ma.Ma Zimo meminta sang sekretaris untuk mempersilakan tamu itu masuk.Pintu lantas terbuka, Ma Zimo perlu mengangkat kepala untuk melihat kehadiran seorang pria yang sedikit lebih muda darinya, namun memiliki tubuh yang jauh lebih tinggi dari tubuhnya.Dia adalah Han Ping—Kepala Keluarga Han.“Bagaimana kabar tanah yang ada di Baoshan?” Han Ping bertanya sambil mendudukkan dirinya di salah satu sofa panjang yang ada di tengah ruangan. “Kudengar mereka masih menolak untuk angkat kaki dari sana dan sudah tiga minggu ini, aku tidak mendengar perkembangan apa pun dari Group Ma. Apa perusahaanmu
Sudah tiga jam Lu Dong meninggalkan tempat kediaman Keluarga Lu seorang diri. Selama itu pula mobil listrik yang dikemudikannya terus berputar-putar menyusuri jalanan yang ada di Kota Shanghai.Dia belum menghubungi Li Na dan kedua putrinya. Dia juga tidak mengkhawatirkan, kelak akan tinggal di mana istri dan anak-anaknya itu setelah mereka kehilangan rumah besar tersebut.“Yang seharusnya dikhawatirkan itu aku,” gumam Lu Dong yang berbicara di balik kemudi. “Fen Fen dan Shen Shen sudah dewasa. Mereka bisa mengurus diri sendiri dan ibunya. Jika aku tidak berhasil menemukan Mey Mey dan membuat dia memuntahkan semua yang telah kuberikan, selamanya Lu Dong tidak akan pernah bisa bangkit kembali.”Selepas mengatakan hal tersebut, Lu Dong membawa mobil listriknya menuju Perpustakaan Shanghai. Sudah sangat lama pria paruh baya itu tidak menginjakkan kakinya ke dalam gedung tinggi dengan menaranya yang berbentuk mercusuar.“Aku ingin mencari Mey Mey!” pintanya kepada Dong Mey—seorang pustaka
“Kau tak perlu melakukan hal itu, Ma Zimo!”Kehadiran suara bariton yang mendadak terdengar di dalam ruangan, membuat Ma Zimo dan Asun terkejut. Mereka lantas mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan yang ada di lantai dua.Embusan angin yang hendak menyambut datangnya fajar telah menerbangkan beberapa lembar kain gorden yang menutupi jendela yang terbuka. Tampak sesosok bayangan bersembunyi di balik kain putih yang menjuntai hingga ke lantai. Asun langsung membidikkan senjata apinya pada bayangan tersebut.DOR!DOR!DOR!Seharusnya satu tembakan, namun yang terdengar justru tiga letupan senjata api. Ujung senapan M2 mendadak mengepulkan asap tipis, sedangkan Asun yang sebelumnya berdiri tegak untuk melindungi Ma Zimo mendadak roboh dengan sebuah timah panas yang bersarang di dada kirinya.“Hah?” Mulut Ma Zimo menganga ketika melihat tubuh orang kepercayaannya terkapar tak bernyawa.Yin memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Sambil meniup ujung senjata apinya y
M2 yang malam itu sedang bertugas menjaga pintu gerbang tempat kediaman Keluarga Ma tampak lari tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah. Sebuah kotak kardus yang lebih besar daripada kotak sepatu berada dalam tangannya.Dia berlari mendapatkan Ma Zimo dan Asun yang saat itu sedang berdiri di balkon lantai dua.“Lapor, Tuan. Ada sebuah paket untuk Anda.” M2 berucap sambil menyerahkan kotak kardus tersebut.Ma Zimo tak langsung menerima. Pria paruh baya itu justru mengernyit menatap kotak coklat yang masih tersegel rapi. Memang benar, pada salah satu bagian kotak terselip namanya tanpa nama pengirim.Aneh, pikir Ma Zimo. Lantas dia menyuruh Asun untuk membuka kotak tersebut.“Kurang kerjaan saja! Siapa yang mengirim paket pada dini hari seperti ini?” Asun menggerutu, sementara kedua tangannya telah bersiap hendak menyobek segel kardus dengan menggunakan sebuah anak kunci.“Aku tidak tahu,” jawab M2 yang melihat segel kotak tersebut terlepas.Bau amis yang menusuk langsung menyeruak dan meny
“Beraninya kalian Keluarga Ma mempermainkan Black Dragon!” geram Black Dragon dengan tatapan matanya yang menyalang tajam. Kepalan tangannya hampir saja membuat ponsel yang ada dalam genggaman tangan menjadi remuk redam.“A—apa maksud, Anda?” Ma Jia Wei tampak kebingungan. “Keluarga Ma tidak pernah mempermainkan siapa pun.”Pria berwajah dingin itu lantas memberikan ponselnya kepada Ma Jia Wei melalui salah seorang anak buahnya. Keterkejutan langsung melanda putra Ma Zimo.Dengan tangan dan tulang rahangnya yang gemetar, Ma Jia Wei pun berkata, “Tidak … ini sangat tidak mungkin. Sepupuku itu … dia tidak pernah ditemukan. Anda jangan mempercayai bualan orang yang tak jelas!”“Apa maksudmu?” Suara Black Dragon terdengar jauh lebih berat dari sebelumnya.“Ma Yin Fei telah menghilang selama dua puluh tahun lebih. Tidak ada seorang pun yang tahu, bagaimana rupa dan bentuk tubuhnya. Mungkin saja dia … sudah mati, karena penyakit jantung bawaannya. Atau … atau jika dia masih hidup, dia tidak
Ma Jia Wei yang berdiri lima langkah dari tempat Black Dragon itu menjadi terkejut, karena belum pernah dia mendapatkan perlakuan seperti ini dari seseorang.Kebanyakan justru orang-orang itulah yang memberi hormat kepadanya lebih dulu, bukan sebaliknya. Sayangnya, dia baru menyadari, kalau Shanghai Night Paradise bukanlah daerah kekuasaan Group Ma. Maka dengan sedikit membungkukkan badan, Ma Jia Wei akhirnya berkata, “Karena aku tidak mengerti kebiasaan kalian, jadi maafkan aku. Salam, Black Dragon.”Black Dragon hanya menyunggingkan senyum. Gestur tubuh yang diperlihatkan Ma Jia Wei itu tidak luput dari pengamatannya. Sungguh pria muda yang berdiri di hadapannya sambil mengenakan tuksedo hitam itu tidak memiliki adab dan sopan santun sedikit pun.Kehormatan serta nilai yang pernah Black Dragon berikan pada Ma Zimo, mendadak dipangkasnya menjadi setengah. Dengan tetap menampilkan wajah dan sorot mata yang dingin, dia mengayunkan dagunya ke arah Ma Jia Wei.“Apa yang membawamu kemar
Asun tahu, kalau seorang diri tidak akan mampu untuk menemui apalagi melawan kelompok mafia bawah tanah seperti Black Dragon. Pria paruh baya itu harus mengandalkan kemampuan tuan besarnya yang masih merupakan pemimpin keluarga kaya nomor satu se-Shanghai.“Bagaimana, apa kalian berhasil?” tanya Ma Zimo dari balik ponsel.Dengan sangat hati-hati Asun mulai berbicara. “Tuan, kita sedang menghadapi masalah.”Ma Zimo yang mendengar hal itu, lantas bangkit berdiri. Kelopak matanya yang kecil membeliak. “Masalah apa?”“Tuan, anak buah Black Dragon berhasil membawa pergi penipu itu,” jawab Asun.“Black … Dragon?” “Anda tidak salah dengar, Tuan.”Tidak ada kata umpatan yang keluar dari bibir Ma Zimo, karena sebenarnya pria paruh baya itu juga enggan berurusan dengan Black Dragon.Sebisa mungkin, Ma Zimo hanya akan menggunakan kekuatan anak buahnya sendiri untuk menekan saingan bisnis serta memperluas kerajaannya. Bukan karena dia takut, tetapi pria berperut buncit itu tidak sudi berbagi k
Malam masih belum berakhir. Setelah aksi bungkam yang dilakukan Feng Siyu di kantor polisi pusat, maka Kapten Chang dan beberapa anggota kepolisian akhirnya memindahkan pemuda itu ke kantor kejaksaan untuk menjalani interogasi tingkat lanjut.Pihak kejaksaan memutuskan untuk mengambil alih semua kasus yang melibatkan Feng Siyu, karena saking banyaknya perkara pidana dan perdata yang dituduhkan padanya. Pria yang memiliki bekas jerawat di wajah itu bukan hanya terlibat dalam kasus penggelapan dana, pencurian identitas, namun juga ada sangkut pautnya dengan kematian Ma Shin Fei serta percobaan pembunuhan yang dia lakukan terhadap Yin. Namun, rencana Kapten Chang tidak semulus yang dikira.Iring-iringan kendaraan polisi yang baru saja menempuh setengah perjalanan itu terpaksa berhenti, karena kehadiran dua mobil van putih yang tiba-tiba menghadang dan menghalangi. Ciiiitttt …!Suara rem yang diinjak secara mendadak hingga sampai mengeluarkan percikan api di jalan raya beraspal, membu
Malam itu menjadi malam yang sangat panjang bagi Shun Yuan alias Yin. Setelah membuka rahasia terbesar dalam dirinya, dia justru mendapat kejutan. Arthur Chen langsung mengembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Lelaki tua itu seakan ingin secepatnya pergi meninggalkan dunia menyusul si pemilik tubuh.“Beristirahatlah dengan tenang,” ujar Shun Yuan setelah menyimpan abu jenazah Arthur di rumah duka. “Aku ikut berduka cita,” hibur Lu Wan Wan yang ikut mendampingi Shun Yuan.Selepas memberi penghormatan terakhir, keduanya pun kembali ke gedung apartemen tak bernama itu. Dengan disaksikan dan dibantu oleh Lu Wan Wan, Shun Yuan membuka semua file-file peninggalan Arthur Chen.Hal pertama yang mereka cari adalah rekaman video kejadian kecelakaan yang terjadi di atas Jembatan Sungai Yang Tze beberapa bulan yang lalu. Mereka ingin mengetahui kebenarannya. Siapa yang sebenarnya terlibat dan siapa yang seharusnya dihukum.Mulut keduanya langsung menganga, begitu menyaksikan kalau
Teriakan Arthur yang menyangkal perkataan Feng Siyu itu membuat Yin menelengkan kepala. Dia menatap lelaki tua itu dengan sorot mata yang lebih dingin dari biasanya.“Yin … ini … bukan seperti yang kau kira,” ucap Arthur terbata-bata.“Jawab pertanyaanku! Apa benar kau juga berada di sana?” Yin meninggikan nada suaranya.Langkah tegap Yin yang mendominasi serta kedua tulang rahangnya yang mengeras, telah membuat tubuh Arthur seakan mengerut. Tanpa sadar punggung lelaki tua itu langsung membentur tepi meja. Namun, benturan itu tidak sebanding dengan suaranya yang tercekat di tenggorokan.Melihat kegugupan serta kegelisahan yang terpancara dari wajah Arhur, makin membuat Yin naik pitam. Mantan jenderal besar Dinasti Qing itu langsung menghardik lawan bicaranya. Serapat-rapatnya menyimpan bangkai, pada akhirnya pasti tercium juga. Dengan kepala yang tertunduk, akhirnya keluarlah pengakuan dari Arthur. “A—aku memang ada di sana.”Satu kalimat pengakuan itu lantas membuat Yin mengepalkan
Tuduhan yang dilontarkan Yin itu membuat manik mata Feng Siyu bergerak-gerak. Rupanya pria yang memiliki banyak bekas jerawat di wajah itu masih mengingat kejadian musim gugur tahun lalu. Di atas motor balap yang dikendarainya, dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana mobil listrik itu menabrak pagar jembatan lalu terjun bebas ke dalam sungai. Kebungkaman itu lantas membuat Yin menghampiri. Dengan sorot mata menyalang tajam serta kedua rahang yang mengeras, dia mencengkeram jaket hitam yang dikenakan Feng Siyu. Membuat pria itu bangkit sedikit menjauhi kursinya.“Jawab pertanyaanku! Apa kau yang melakukannya?!” Yin melotot dengan penekanan suara.Namun, itu tak membuat nyali Feng Siyu ciut. Pria itu justru memalingkan wajahnya ke arah lain. Sambil mencebikkan bibirnya, dia pun berkata, “Kau saja tidak tahu, lalu untuk apa aku menjawab.”“Kau!?” Yin langsung menunjukkan kepalan tangannya.“Tak perlu marah. Aku akan memberitahumu, tapi dengan satu syarat.”“Kau tak perlu