Tanpa menunggu jawaban Valerie, Dylan membantu Valerie bangun dan pria itu menarik lembut tangan Valerie masuk ke dalam mobilnya.Jantung Valerie berdegup semakin cepat takkala Dylan menyetir kendaraannya ke sebuah apartment. Mobil mereka masuk ke bagian basement.Besement yang terasa begitu sepi membuat kepala Dylan kosong dan tanpa meminta izin, Dylan langsung melepaskan seatbelt yang ia kenakan dan memundurkan kursinya. Pria itu langsung memiringkan tubuhnya dan meraih tengkuk leher Valerie dan memagut bibir tipis yang sedari tadi menggodanya.Mata Valerie membelalak mendapatkan ciuman tiba-tiba yang begitu liar dan kasar. Hanya sepersekian detik Valerie terkejut dan turut membalas ciuman Dylan sama liar dan agresifnya.“Oh my ciuman ini! Rasa ini yang begitu aku rindukan….” Gumam Valerie dan Dylan bersamaan.Mereka saling melumat dan menyesap lidah mereka masing-masing. Birahi dan gairah mereka begitu terlihat dari hawa panas tubuh mereka saat ini.Tidak ingin menunggu lama. Dylan
Keesokan harinya Marc yang risau melihat Valerie pulang dalam keadaan mood yang buruk, akhirnya datang ke pusat renang. “Hmm, aku tidak tahu kalau dia akan kelelahan seperti itu, pasti sulit untuknya mulai belajar renang saat ini,” Gumamnya pelan sambil memakirkan kendaraannya. Pria itu turun sambil melihat jam tangannya, “Hmm, sepertinya sebentar lagi Valerie selesai latihan.” Marc memasuki pusat renang itu, namun tatapannya tertuju pada wanita yang saat ini berjalan di depannya. “Damn! Kenapa wanita ini mengingatkanku pada Laura, postur tubuhnya begitu mirip dengan Laura.” “Oh my! Kenapa aku malah memikirkan dia,” batin Marc dan kembali mengabaikan wanita di depannya. Pria itu langsung berjalan kebagian belakang, di mana tempat ruang ganti berada. Karena dulu dia juga sering kesini, jadi Marc mengetahui sudut ruangan di gedung ini. Sedangkan Laura yang bingung dengan model pria, terpaksa mendatangi pria bernama Aldo ini dipusat renang. “Hmm, aku setidaknya harus melihat pria b
Setelah kesepakatan tadi, Laura saat ini sudah berada di Apartement studio bersama Dylan.Dylan yang tahu akan dirinya salah, hanya memperhatikan saat istrinya tengah memasukkan beberapa pakaian di dalam koper.“Kamu akan pergi sekarang ini juga, sayang?”Laura menoleh sesaat dan mengangguk. “Iya,” jawabnya singkat.“Hah… Dia pasti sangat kesal denganku saat ini…!” batin Dylan, mengehla napas pelan.Tidak cukup sepuluh menit. Laura sudah selesai mengatur pakaiannya di koper. “Ok aku pergi,” pamitnya kepada sang suami dengan santai dan berjalan keluar menuju pintu.“Sayang,”Laura menoleh sebentar ke suaminya, “Ada apa ?”Dylan yang ingin melarang istrinya hanya bisa menghelas nafas melihat sikap dingin Laura, “Tidak, hati – hati di jalan.”Hanya itu yang akhirnya terlontar dari mulutnya.“Ok… Aku pe
“Hmm… Mungkin 65 untuk Marc, dan 35 untuk Kak Dylan.” “Lalu bagaimana saat di atas ranjang? Seberapa puas kamu saat bersama mereka?” Dengan sedikit ragu, Valerie cukup kesulitan menjawabnya. Karena sejak bercinta dengan Dylan, saat dia berhubungan dengan Marc terasa biasa saja. “Uhm, 25 untuk Marc, dan 75 untuk Dylan.” Laura lagi – lagi terdengar menghela napas dan tersenyum melihat Valerie. “Saat aku pertama kali bertemu dengan Marc kembali. Jujur aku sangat senang dan jantungku tidak berhenti berdegup saat melihatnya.” “Jadi, kamu jangan merasa terbebani seperti ini. Mungkin jika aku dan Marc yang bertemu lebih dahulu, kami juga pasti akan melakukan hal yang sama.” Sambung Laura. Valerie sontak mengangkat wajahnya dan menatap Laura, “Kak?” Laura tersenyum hangat. “Val, mari lakukan ini.” Valerie bingung sampai mengerutkan keningnya. “Aku sudah melihat hasil kerja Marc, dan jujur aku sangat tertarik dan ingin Kerjasama
Dylan yang saat ini sedang sendiri di apartment studionya merasa gelisah memikirkan Marc yang malam ini tidur dengan istrinya dan Valerie. “Damn!” kesalnya.Pria itu merasa gelisah, pikirannya tak bisa tenang. Ia memutuskan untuk menghabiskan waktu di ruang gym pribadinya, tempat ia biasa mencari ketenangan. Ruang gym Dylan terlihat lengkap dan nyaman, dilengkapi dengan berbagai peralatan olahraga yang tertata rapi. Lantai berbahan karet menambah kenyamanan saat berolahraga, sementara cermin besar di dinding membuat ruangan terasa lebih luas. Pencahayaan yang pas dan sistem pendingin udara yang baik membuat suasana gym semakin sempurna.Pria tampan itu mengenakan singlet yang mengekspos otot-ototnya yang kekar. Ia mulai mengangkat barbel, merasakan beban yang menantang tubuhnya. Setelah itu, ia beralih ke beberapa alat berat lainnya, seperti mesin latihan dada dan leg press, untuk melatih seluruh tubuhnya.“Arggh Sial!! Kalian lagi ngapain seka
***Dylan tiba di depan cafe dan bar yang terletak di sudut jalan yang ramai tidak jauh dari Apartment studionya. Bangunan tersebut memiliki arsitektur menarik dengan kombinasi gaya modern dan klasik. Lampu-lampu neon yang berwarna-warni menghiasi fasad bangunan, menciptakan aura yang mengundang dan hangat. Papan nama cafe dan bar tersebut terpampang jelas, menarik perhatian para pejalan kaki yang lewat.Dari luar, Dylan bisa melihat suasana di dalam cafe dan bar melalui jendela-jendela besar yang memanjang. Pengunjung tampak menikmati minuman dan makanan mereka, sementara yang lainnya terlibat dalam percakapan yang akrab. Beberapa orang bahkan menikmati pertunjukan musik live yang sedang berlangsung di sudut ruangan.Dylan memarkir mobilnya di tempat parkir yang tersedia, lalu melangkah masuk ke dalam cafe dan bar tersebut. Begitu memasuki pintu, dia disambut oleh aroma kopi yang harum bercampur dengan wangi makanan lezat yang baru saja disajikan. Suasana di da
Pagi menjelang, Valerie membuka matanya dan betapa terkejutnya mendapati Laura yang saat ini sedang berlutut dan mengulum milik suaminya. Sedangkan Marc berbaring dengan tersenyum puas.“Ka.. kalian??” gumam Valerie tidak percaya jika Laura dan Marc kembali bercinta di saat dirinya masih tertidur.Dan di saat Valerie masih kebingungan. Marc langsung memiringkan tubuhnya dan meraih pinggang Valerie. “Eumhhp…”“Ahhhh Marc…!” desahan manja Valerie ketika Marc sudah mengulum puting dengan intens. Sedangkan tangannya yang lain meremas payudaranya yang satu.Hal tersebut membuat mereka bertiga kembali bercinta bersama di pagi ini. Marc memuaskan fantasi liarnya bersama Valerie dan Laura.Kedua wanita cantik dan seksi itu mengikuti segala keinginan dan fetis Marc.Suara erangan dan desahan terus terdengar dari dalam kamar ini. Mereka bertiga benar-benar bercinta dengan bebas dan tidak lagi canggung.
Marc yang berada di apartment nya merasa gelisah memikirkan Valerie yang saat ini berasa di studio milik Laura dan Dylan. Yah, karena ada Dylan. “Apa Valerie baik – baik saja?” gumamnya.Pekerjaan yang ada di laptopnya tidak dapat ia selesaikan sejak dua jam lalu. Pikirannya terlalu berfokus dengan apa ayng akan Valerie, Laura dan Dylan nantinya. “Damn! Mereka juga pasti akan bercinta!” gumamnya pelan seraya menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa.Sedangkan di Apartment studio, Valerie sudah kembali melakukan pemotretan. Wanita cantik itu jauh lebih rileks dan berpose dengan sangat baik.Aldo yang melihat Valerie seperti ini tersenyum tipis dan menikmati lekukan tubuh Valerie yang ada di rangkulannya. “Hah! Aku juga akan menidurinya! Aku tahu rahasianya, itu bisa aku jadikan senjata untuk mengajaknya! Karena aku yakin dia pasti takut kalau ketahuan oleh Laura!” pikirnya.“Ok Valerie, aku suka ekspresimu!