enjoy reading. jangan lupa komentar dan lovenya yuk. makasih sudah menanti up nya.🥰
S3 Bab 27Hari berlalu hingga akhir pekan tiba. Alea merasa hatinya tidak tenang. Setelah Syifa dan Zein menginterogasi tentang lelaki yang dekat dengan Alea ternyata adalah Damar. Papa dan mamanya ingin menanyakan perasaan Damar yang sesungguhnya. Bagaimanapun juga Alea tidak mau dibilang merebut calon dari sepupunya. Namun, Damar sendiri kekeh ingin bersamanya. Alea kini tidak lagi memiliki kepercayaan diri seperti sebelumnya. "Al, kenapa melamun?" tanya Syifa. Perempuan yang masih setia dengan profesinya sebagai dokter di klinik pribadi itu mulai melunak. Ia menyadari kesalahan bukan ada pada Alea. Irsyad telah menjelaskan semuanya. Alea adalah korban. Dengan merencanakan pernikahan, maka berita buruk tentang video itu bisa dihempaskan perlahan. "Al takut kalau Mas Damar sampai tahu masalah video itu, Ma." "Sayang, Papa dan Om Irsyad sudah mencoba meredamnya dengan rencana pernikahanmu." "Tapi orang-orang tidak tahu calonnya siapa. Mereka justru mengira Al menikah dengan lelaki
S3 Bab 28 "Apa kamu bisa mengingatnya, Al?" tanya Irsyad. "Hmm, kepala Al sakit, Om. Al sepertinya mulai ingat." Alea menatap fokus ke arah Irsyad yang justru memandangnya dengan wajah gusar. "Jadi, kamu bisa mengingatnya, Al?" "Al, Al nggak ingat lagi, Om." Alea meremas jilbab sambil mengetuk-ngetuk kepalanya. Ia sesekali mengaduh. "Hentikan, Al. Kalau kamu nggak ingat apa-apa biarkan saja! Sekarang duduklah dulu, Om buatkan coklat panas." Seperti mengulang kebiasaan Irsyad menenangkan Syifa. Ia menyiapkan secangkir coklat panas lalu dibawa le ruang tamu. "Ini minumlah! Di klinik ada Tante May. Kamu bisa minta tolong dia untuk memeriksa kesehatanmu. Bukankah hari ini kamu akan bertemu Damar dan keluarganya? Papa dan mamamu akan menyampaikan tentang pembatalan lamaran ke Alisa." Alea menyesap sedikit demi sedikit coklat di cangkir. Asapnya yang masih mengepul menguar. Aromanya begitu menghangatkan hatinya yang mulai gusar. "Al takut, Om." "Percayalah, kalau Damar benar mencint
S3 Bab 29 "Jadi, Mas Irsyad menanggapinya?" Irsyad tidak menjawab hanya mengedikkan bahu. Wajah Silvi sontak saja bersemu merah. Dari arah pintu penghubung klinik dengan rumah, Alea masih mencuri dengar obrolan dua insan itu. Alea lalu melangkah berat menuju rumahnya. Ia sudah pamit May kalau ada tamu di rumahnya dan nanti akan kembali ke klinik untuk periksa. "Nggak apa-apa Alea. Bukankah kamu yang mendukung Om Irsyad sama Us Silvi?" Kata hati Alea menenenangkan. "May, Alea mana?" Irsyad mencari-cari perempuan yang mengusik pikirannya sedari tadi. Namun, yang dicari ternyata sudah menghilang. "Katanya ada tamu yang datang ke rumah." Irsyad hanya beroh ria lalu masuk ke kamarnya. Di rumahnya, Alea merasa gusar. Setelah melihat yang datang adalah Refan dan juga keluarga Damar. Tentu saja Om nya dan papa Damar pasti mau membahas tentang bisnis bersama papanya. Tapi ada juga mama Damar yang memandangnya dengan sikap datar. Alea hanya meneguk salivanya. "Apa kabar Om, Tante?" "Alh
S3 Bab 30 "Mas Damar benar, Ma. Alea nggak pantas untuknya. Alea nggak pantas dicintai. Alea akan cari jalan lain. Alea nggak mau buat Papa dan Mama malu." "Ya, pergi jauh mungkin solusi yang tepat saat ini," batin Alea. Syifa memilih keluar dari kamar dari pada tidak bisa mengontrol emosi. Bisa-bisa Alea yang terkena imbasnya. Dengan langkah gontai Alea menghamburkan diri ke ranjang setelah menutup pintu kamar. Ia menelungkuokan wajahnya ke bawah bantal. Tangis pun meledak kembali. Ia berharap dengan menangis bisa mengurangi sesak di dada. Tak disangka Alea menangis lama hingga tertidur dengan posisi telungkup. Bahkan suara derit pintu tidak mengusik lelapnya. "Alea, Sayang. Bangunlah! Hari sudah sore. Kamu belum salat Asar, kan?" "Jam berapa, Ma?" "Jam empat, Al. Kamu sudah tidur lama." "Benarkah?" Alea merasa kepalanya pening. Ia melewatkan makan siangnya. Selesai Zuhur tadi, ia memilih tidur. Tak ingin membiarkan diri malasmalasan di ranjang, Alea bangkit lalu ke kamar m
S3 Bab 31 "Ada apa, Pak?" tanya Ronald yang tadi sempat memejamkan mata di perjalanan. "Ada yang menghentikan mobil kita, Pak," jawab sopir sedikit takut karena mengganggu tidur bosnya. "Sial*n. Siapa yang berani mengganggu tidurku?" "Keluar!" teriak Alea. "Oh, ternyata kamu Nona cantik. Ada urusan apalagi mencariku? Kamu butuh lelaki yang akan menikahimu, huh? Apa idolamu itu sudah menolakmu?" Alea tersentak mendapati Ronald bisa menebak pikirannya. "Kamu terkejut, aku sampai tahu tentangmu dan Damar?" Ronald mengikis jarak antara dirinya dan hingga membuat Rendra melompat dari motornya. Namun, Alea memberi kode dengan tangannya untuk menahan diri. Ia tidak mau berbuat curang dengan menyerang Ronald dua lawan 1. Sementara itu, sopir juga ikut keluar dan distop oleh bosnya. "Orang licik sepertimu, aku tidak heran kalau kamu punya banyak rival." Gelak tawa meluncur dari mulut Ronald. "Kami sudah berkawan lama, Nona. Bahkan kami selalu bersaing untuk mendapatkan sesuatu yang in
S3 Bab 32 "Nggak, Al. Om yang akan bertanggung jawab. Om akan menikah denganmu." Alea tercengang mendengar ucapan Irsyad. Ya, terkesan gil* memang. Omnya tiba-tiba mau menikah dengannya. "Om sudah nggak waras. Al lagi nggak mau diajak bercanda." Alea beringsut meninggalkan Irsyad. Namun, lelaki dewasa itu segera menahan. "Om serius. Ayo kita menikah!" Alea justru memandang jauh dengan tatapan kosong. Entah apa yang dilamunkannya. Irsyad mencoba menggoyangkan bahunya berulang. "Al, jangan banyak berpikir atau semuanya akan bertambah rumit." "Nggak, Om. Ini hanya ide konyol. Pasti ada jalan lain. Nggak harus gini juga mengorbankan kebahagiaan Om Irsyad.". "Alea, andai kamu tahu kebahagiaan Om seperti apa. Aku pikir kamu juga punya perasaan sedikit saja sama, Om," batin Irsyad. "Menikahlah dengan Om. Nggak ada niat buruk, Om hanya membantu meredam berita buruk tentangmu. Setelahnya kalau kamu ingin sendiri, Om bisa melakukannya. Dari pada menikah dengan lelaki lain, belum tentu s
S3 Bab 33 Waktu berlalu, Alea mulai memberanikan diri ke kampus. Bahkan Irsyad memaksakan diri mengantarnya. Tak ayal, ada saja kasak kusuk yang membahas calon suami Alea. "Alea! Gimana kabarmu, kangen tahu," seru Kiki dari arah gedung kuliah. Alea lalu berlari memeluk sahabatnya itu. "Alhamdulillah sehat. Gimana kabar kampus, nih. Sejak tiga hari kamu nggak kasih kabar, Ki. Andi mana?" "Dia lagi sibuk ngurus laporan kegiatan. Ayo kita ngobrol-ngobrol aja di gazebo!" ajak Kiki. Keduanya lalu berjalan bergandengan tangan menuju gazebo di dekat taman. "Eh bukannya itu Alea? Udah berani aja ke kampus. Jadi nikah nggak, sih? Apa cuma pengalihan berita aja? Sampai jadi anak durhaka ya, perusahaan orang tuanya ikutan kena imbas," ucap salah seorang mahasiswa yang berada di sudut gedung. Alea masih bisa menangkap obrolan yang bikin telinganya panas. Ia hendak menghampiri, tetapi Kiki mencegah. "Biarkan saja, Al. Dia memang mulutnya pedas, hobi gosip masalah orang. Nggak ada habisnya ngu
S3 Bab 34 "Al, boleh Us ngobrol sebentar?" tanya Silvi dengan wajah serius. Ia membiarkan Maryam menikmati es krimnya di kursi tak jauh dari keduanya duduk. "Ya, Us." Alea merasa sedikit salah tingkah. Ia menduga Silvi akan bertanya tentang Omnya. "Apa benar Mas Irsyad mau menikahimu?" "Us Silvi sudah tahu?" tanya Alea. Jelas ia hanya berbasa basi. Pastilah Irsyad sudah memberitahu. Sebab sebelumnya Irsyad berencana melamar Silvi. "Mas Irsyad yang ngasih tahu. Sebenarnya Abi sudah berharap Mas Irsyad melamar Us, Al. Maryam juga seneng banget bisa punya ayah baru, tapi...." Ucapan Silvi menggantung saat ponsel Alea tiba-tiba berdering. "Maaf Us sebentar." "Iya benar, tas selempang warna krem." "Gimana, tadi Us? Maaf ada yang menyela," celetuk Alea sambil meletakkan ponselnya ke meja. "Kalian benar-benar akan menikah?" tanya Silvi dengan wajah sendu. "Kamu kan tahu Al, Mas Irsyad baru mau memulai lagi hubungan baik dengan Us. Abi juga sudah menerimanya. Kenapa dia harus merelak
S3 Bab 42 "Beginikah caranya menghukum diri sendiri, huh?" "Alea." Irsyad melebarkan matanya. Sedetik kemudian ia mengucek berulang untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah sebuah fatamorgana. "Al, kamu datang?" lirih Irsyad sambil menoleh ke sekitar. Tidak ada orang lain selain mereka berdua. Alea lantas duduk di kursi sebelah Irsyad dengan meja kecil sebagai penghalang. Irsyad berusaha menetralkan deru napasnya. Rasa haru menyeruak. Kesedihan karena memikirkan kebencian Alea terhadap dirinya pun terpatahkan. Nyatanya, Alea masih mau menemuinya. "Ya, aku datang karena ada yang mengundang," ucap Alea dengan wajah datar. Gaya bicaranya tidak sesopan dulu dengan menyebut aku saat bicara. Tatapannya tidak sedikitpun mengarah pada Irsyad. Lelaki itu sadar diri, Alea pasti masih benci padanya. "Kamu tahu Om tinggal di sini?" "Sangat mudah dicari, bukan?" cetus Alea. Irsyad hanya beroh ria. "Aku akan menikah, jadi silakan mau bicara apa?" lanjut Alea. Irsyad menarik napas dalam.
S3 Bab 41Sesampainya di rumah, Alea mengucap terima kasih pada Damar dan memaksanya segera pulang. "Alea!" "Mama?!" Perempuan paruh baya yang menanti kedatangannya segera memeluk erat. Ya, Syifa sudah seminggu sakit dan terbaring di tempat tidur merindukan putrinya. "Mama! Maafin Alea. Mama sakit gara-gara Alea, kan?" sesal Alea sambil mengeratkan pelukannya. "Tenanglah, Al. Mamamu sakit bukan karena kamu. Tapi dia ngidam." "Apa?!" "Ishh. Papa nih, nggak usah becanda. Orang anaknya barusan pulang malah dibecandaain." "Maksudnya apa, Pa? Mama ngidam? Mau punya adik bayi?" Alea sudah melototkan matanya horor ke arah papa dan mamanya. Sementara Rendra yang baru saja ikut duduk di sofa hanya bisa terkikik. "Apaan sih, Ren? Kamu ngerti?" "Tuh, Mama ngidam pengin punya mantu, Mbak," celetuk Rendra masih dengan tertawa renyah. "Astaga. Kamu masih SMA udah mau nikah? Awas ya, belajar dulu sana!" "Yeay, siapa juga yang mau nikah. Mbak Alea tuh yang dilamar sama Mas Damar. Mama dan p
S3 Bab 40 "Aku mau melamarmu." "Hah?!" Alea ternganga. "Mas Damar sudah gil*. Alisa mau dikemanain coba?" protes Alea. "Alisa mau menyelesaikan kuliahnya dulu. Saat di bandara, Alisa mengikuti kepergian Damar menyusul Alea. Namun, Alisa hanya mendapati Damar yang melangkah lesu di batas ruang masuk penumpang dan pengantar. "Mas Damar? Sudah ketemu Mbak Alea?" "Tidak Lisa. Alea sudah pergi." "Oh, gitu. Kita perlu bicara Mas." "Ya, Lisa." "Kami berdua memutuskan memilih jalan masing-masing terlebih dulu, Al. Siapa yang menemukan jodoh duluan ya tidak apa kalau mau menikah lebih dulu." "Astaga, memangnya kami berdua mainan. Mas Damar gonta ganti melamarku atau Alisa," ucap Alea tak terima. Namun, ia setengah bercanda. "Ya gimana lagi, kalian sama-sama cantik." "Dasar laki-laki!" "Ough. Jangan kasar Al. Kamu masih pakai jurus karatemu?" "Iya lah. Mau dihajar?" "Ampun, Al." Alea tersenyum mengembang. Tiga bulan ia bisa menghilangkan rasa sakit hatinya pada Damar. Hanya mela
S3 Bab 39 Dua bulan berlalu, Alea sudah mulai menikmati perannya di tempat tinggal yang baru. Ia kini tinggal di salah satu kota kecil di Austria yakni kota Klagenfurt. Saat sampai di Vienna Internasional Airport, Alea hanya memberi kabar pada keluarganya kalau sudah sampai. Ia meminta izin memberi kabar kembali setelah tiga bulan selesai. Setelah Syifa mengiyakan dengan berat hati, Alea pun menonaktifkan nomernya dan berganti ke nomer lokal. Satu yang tidak dikatakan Alea pada keluarganya adalah tempat akhir yang ia tuju. Keluarga tahunya Alea ada di kota Vienna bukan di Klagenfurt. "Al, masih lama nggak me time kamu?" tanya Aida satu-satunya mahasiswa dari Indonesia yang ada di Klagenfurt. Terhitung sekarang ada dua mahasiswa termasuk Alea. "Kenapa? Kamu terburu, ya?" jawab Alea sambil menikmati pemandangan danau yang membentang luas di depannya. Danau yang biasa dengan sebutan Wörthersee di Klagenfurt memang indah. Dengan berdiri di pinggir danau, Alea bisa melihat pegunungan A
S3 Bab 38 "Maaf, Ma. Alea harus pergi. Hanya tiga bulan saja, Alea janji Ma." "Sayang, Papa dan Mama pegang janjimu. Di sana tiga bulan jangan berbuat aneh-aneh. Kamu harus jadi wanita kuat seperti mamamu," pesan Zein. "Iya, Pa, Ma. Alea janji. Jaga diri Mama dan Papa. Alea berangkat sama Rendra saja." "Baiklah, Sayang. Hati-hati, jangan lupa kabari kami kalau sudah sampai di sana," lirih Syifa sambil memeluk erat Alea sebelum pergi meninggalkannya. "Gimana Alea, Pa?" "Ma, Alea anak yang kuat. Kita sebagai orang tua harus mendoakan yang terbaik untuknya. Selalu berprasangka baik sama Allah." Syifa mengangguk lalu menghambur ke pelukan Zein untuk menumpahkan tangisnya. Selama 20tahun ini Syifa tidak pernah ditinggalkan Alea. Justru Syifa yang meninggalkannya saat bertugas menjadi relawan. Namun, kali ini Alea yang pergi membuat hatinya bersedih. "Sayang, ingat Alea pergi untuk menuntut ilmu. Allah akan mengangkat derajat putri kita. Jadi kita tidak pantas bersedih. Kita seharusn
S3 Bab 37 Plak! "Keterlaluan kamu, Syad. Begini caramu membalas apa yang sudah kuberikan?! Kamu membalas sakit hatimu karena perasaanmu padaku, kan? Kamu memanfaatkan Alea, putriku?" "Tidak, Fa. Tolong jangan berpikir begitu." "Jangan pernah muncul lagi di hadapanku! Kamu pantas mendapat hukuman yang setimpal." Irsyad terhenyak, kekecewaan Syifa menari-nari di wajahnya. Ia merasa terluka karena telah mengecewakan hati Syifa. Perempuan yang sudah menjadi kakak angkatnya. Mengubah kehidupannya yang gelap hingga menjadi terang. Bahkan dulu namanya pernah singgah di hati Irsyad. Malam itu, Irsyad dan Rendra menemukan hotel tempat Alea dibawa Ronald berdasar informasi dari teman Alea bernama Yoga. Irsyad memaksa resepsionis mengecek kamar atas nama Ronald dengan dalih calon istrinya bersama laki-laki itu. Rendra menunggu di lobby, sedangkan Irsyad mencari ke kamar. Sesampainya di kamar yang dituju, Irsyad hanya mendapati Ronald yang membuka pintu dan Alea ada di dalamnya. Tanpa berpi
S3 Bab 36 "Maaf, sebaiknya saudara Irsyad menjelaskan di kantor. Karena Pak Ronald sudah memberi keterangan terkait kejadian di hotel malam itu sesuai yang dilaporkan Mbak Alea." "Saya pikir cukup lelaki bernama Ronald itu yang ditangkap, Pak," bela Alea. "Maaf, Mbak Alea. Kami perlu membawa Saudara Irsyad. Sebab dia juga berada di hotel yang sama malam itu." "Apa?!" pekik Alea. "Tenanglah Alea, ini pasti salah paham. Baik, saya akan ikut ke kantor." "Tapi, Syad. Acaranya?" Syifa menagih jawab atas pertanyaan yang sudah bisa ia tebak jawabannya. "Pak, kalau boleh Irsyad datang ke kantor polisi setelah acara akad nikah selesai," bujuk Zein. "Maaf, kami harus membawa saudara Irsyad sekarang juga." Zein tersentak, pun Syifa tidak bisa menahan air mata. Acara sakral putrinya mendadak kacau. Ini tentu tidak masuk dalam perkiraannya. Ia sungguh kasian pada Alea yang mendapat masalah bertubi. "Jangan khawatir Mas, Fa. Aku akan baik-baik saja. Setelah urusan dengan polisi selesai, ak
S3 Bab 35 Seminggu berlalu, Irsyad sudah menyelesaikan persiapan akad nikah bersama Alea. Sesuai kesepakatan, keduanya tidak menceritakan pada Syifa dan Zein kalau pernikahan ini dijalani serius. "Om kebayanya bagus, nggak? Udah pas belum?" tanya Alea dengan wajah tak henti-hentinya mengulas senyum. Ia terkadang geli sendiri. Hubungan yang baru mau dibangun dengan Damar kandas, ternyata tergantikan oleh sosok lelaki dewasa yang tidak jauh-jauh dari kehidupannya. "Jelas, cocok, Al. Yang makai juga cantik kok, iya kan, Mbak?" celetuk Irsyad pada petugas butik yang melayani. "Iya, Mbak Alea cantik. Apalagi memakai kebayanya, pas banget deh." "Ishh, Mbak bisa aja." Senyum kembali terukir di bibir Alea sambil memandang sekilas Irsyad yang mengambil jas lalu memakainya. "Sini, Al!" Irsyad melambaikan tangan supaya Alea berdiri di sampingnya. Keduanya berdiri di depan cermin. "Serasi banget, Om," ujar Alea. Namun, senyum Irsyad tiba-tiba surut. Lelaki itu mendekat ke telinga Alea hingg
S3 Bab 34 "Al, boleh Us ngobrol sebentar?" tanya Silvi dengan wajah serius. Ia membiarkan Maryam menikmati es krimnya di kursi tak jauh dari keduanya duduk. "Ya, Us." Alea merasa sedikit salah tingkah. Ia menduga Silvi akan bertanya tentang Omnya. "Apa benar Mas Irsyad mau menikahimu?" "Us Silvi sudah tahu?" tanya Alea. Jelas ia hanya berbasa basi. Pastilah Irsyad sudah memberitahu. Sebab sebelumnya Irsyad berencana melamar Silvi. "Mas Irsyad yang ngasih tahu. Sebenarnya Abi sudah berharap Mas Irsyad melamar Us, Al. Maryam juga seneng banget bisa punya ayah baru, tapi...." Ucapan Silvi menggantung saat ponsel Alea tiba-tiba berdering. "Maaf Us sebentar." "Iya benar, tas selempang warna krem." "Gimana, tadi Us? Maaf ada yang menyela," celetuk Alea sambil meletakkan ponselnya ke meja. "Kalian benar-benar akan menikah?" tanya Silvi dengan wajah sendu. "Kamu kan tahu Al, Mas Irsyad baru mau memulai lagi hubungan baik dengan Us. Abi juga sudah menerimanya. Kenapa dia harus merelak