enjoy reading. jangan lupa like dan komentar yuk.🥰
S3 Bab 28 "Apa kamu bisa mengingatnya, Al?" tanya Irsyad. "Hmm, kepala Al sakit, Om. Al sepertinya mulai ingat." Alea menatap fokus ke arah Irsyad yang justru memandangnya dengan wajah gusar. "Jadi, kamu bisa mengingatnya, Al?" "Al, Al nggak ingat lagi, Om." Alea meremas jilbab sambil mengetuk-ngetuk kepalanya. Ia sesekali mengaduh. "Hentikan, Al. Kalau kamu nggak ingat apa-apa biarkan saja! Sekarang duduklah dulu, Om buatkan coklat panas." Seperti mengulang kebiasaan Irsyad menenangkan Syifa. Ia menyiapkan secangkir coklat panas lalu dibawa le ruang tamu. "Ini minumlah! Di klinik ada Tante May. Kamu bisa minta tolong dia untuk memeriksa kesehatanmu. Bukankah hari ini kamu akan bertemu Damar dan keluarganya? Papa dan mamamu akan menyampaikan tentang pembatalan lamaran ke Alisa." Alea menyesap sedikit demi sedikit coklat di cangkir. Asapnya yang masih mengepul menguar. Aromanya begitu menghangatkan hatinya yang mulai gusar. "Al takut, Om." "Percayalah, kalau Damar benar mencint
S3 Bab 29 "Jadi, Mas Irsyad menanggapinya?" Irsyad tidak menjawab hanya mengedikkan bahu. Wajah Silvi sontak saja bersemu merah. Dari arah pintu penghubung klinik dengan rumah, Alea masih mencuri dengar obrolan dua insan itu. Alea lalu melangkah berat menuju rumahnya. Ia sudah pamit May kalau ada tamu di rumahnya dan nanti akan kembali ke klinik untuk periksa. "Nggak apa-apa Alea. Bukankah kamu yang mendukung Om Irsyad sama Us Silvi?" Kata hati Alea menenenangkan. "May, Alea mana?" Irsyad mencari-cari perempuan yang mengusik pikirannya sedari tadi. Namun, yang dicari ternyata sudah menghilang. "Katanya ada tamu yang datang ke rumah." Irsyad hanya beroh ria lalu masuk ke kamarnya. Di rumahnya, Alea merasa gusar. Setelah melihat yang datang adalah Refan dan juga keluarga Damar. Tentu saja Om nya dan papa Damar pasti mau membahas tentang bisnis bersama papanya. Tapi ada juga mama Damar yang memandangnya dengan sikap datar. Alea hanya meneguk salivanya. "Apa kabar Om, Tante?" "Alh
S3 Bab 30 "Mas Damar benar, Ma. Alea nggak pantas untuknya. Alea nggak pantas dicintai. Alea akan cari jalan lain. Alea nggak mau buat Papa dan Mama malu." "Ya, pergi jauh mungkin solusi yang tepat saat ini," batin Alea. Syifa memilih keluar dari kamar dari pada tidak bisa mengontrol emosi. Bisa-bisa Alea yang terkena imbasnya. Dengan langkah gontai Alea menghamburkan diri ke ranjang setelah menutup pintu kamar. Ia menelungkuokan wajahnya ke bawah bantal. Tangis pun meledak kembali. Ia berharap dengan menangis bisa mengurangi sesak di dada. Tak disangka Alea menangis lama hingga tertidur dengan posisi telungkup. Bahkan suara derit pintu tidak mengusik lelapnya. "Alea, Sayang. Bangunlah! Hari sudah sore. Kamu belum salat Asar, kan?" "Jam berapa, Ma?" "Jam empat, Al. Kamu sudah tidur lama." "Benarkah?" Alea merasa kepalanya pening. Ia melewatkan makan siangnya. Selesai Zuhur tadi, ia memilih tidur. Tak ingin membiarkan diri malasmalasan di ranjang, Alea bangkit lalu ke kamar m
S3 Bab 31 "Ada apa, Pak?" tanya Ronald yang tadi sempat memejamkan mata di perjalanan. "Ada yang menghentikan mobil kita, Pak," jawab sopir sedikit takut karena mengganggu tidur bosnya. "Sial*n. Siapa yang berani mengganggu tidurku?" "Keluar!" teriak Alea. "Oh, ternyata kamu Nona cantik. Ada urusan apalagi mencariku? Kamu butuh lelaki yang akan menikahimu, huh? Apa idolamu itu sudah menolakmu?" Alea tersentak mendapati Ronald bisa menebak pikirannya. "Kamu terkejut, aku sampai tahu tentangmu dan Damar?" Ronald mengikis jarak antara dirinya dan hingga membuat Rendra melompat dari motornya. Namun, Alea memberi kode dengan tangannya untuk menahan diri. Ia tidak mau berbuat curang dengan menyerang Ronald dua lawan 1. Sementara itu, sopir juga ikut keluar dan distop oleh bosnya. "Orang licik sepertimu, aku tidak heran kalau kamu punya banyak rival." Gelak tawa meluncur dari mulut Ronald. "Kami sudah berkawan lama, Nona. Bahkan kami selalu bersaing untuk mendapatkan sesuatu yang in
S3 Bab 32 "Nggak, Al. Om yang akan bertanggung jawab. Om akan menikah denganmu." Alea tercengang mendengar ucapan Irsyad. Ya, terkesan gil* memang. Omnya tiba-tiba mau menikah dengannya. "Om sudah nggak waras. Al lagi nggak mau diajak bercanda." Alea beringsut meninggalkan Irsyad. Namun, lelaki dewasa itu segera menahan. "Om serius. Ayo kita menikah!" Alea justru memandang jauh dengan tatapan kosong. Entah apa yang dilamunkannya. Irsyad mencoba menggoyangkan bahunya berulang. "Al, jangan banyak berpikir atau semuanya akan bertambah rumit." "Nggak, Om. Ini hanya ide konyol. Pasti ada jalan lain. Nggak harus gini juga mengorbankan kebahagiaan Om Irsyad.". "Alea, andai kamu tahu kebahagiaan Om seperti apa. Aku pikir kamu juga punya perasaan sedikit saja sama, Om," batin Irsyad. "Menikahlah dengan Om. Nggak ada niat buruk, Om hanya membantu meredam berita buruk tentangmu. Setelahnya kalau kamu ingin sendiri, Om bisa melakukannya. Dari pada menikah dengan lelaki lain, belum tentu s
S3 Bab 33 Waktu berlalu, Alea mulai memberanikan diri ke kampus. Bahkan Irsyad memaksakan diri mengantarnya. Tak ayal, ada saja kasak kusuk yang membahas calon suami Alea. "Alea! Gimana kabarmu, kangen tahu," seru Kiki dari arah gedung kuliah. Alea lalu berlari memeluk sahabatnya itu. "Alhamdulillah sehat. Gimana kabar kampus, nih. Sejak tiga hari kamu nggak kasih kabar, Ki. Andi mana?" "Dia lagi sibuk ngurus laporan kegiatan. Ayo kita ngobrol-ngobrol aja di gazebo!" ajak Kiki. Keduanya lalu berjalan bergandengan tangan menuju gazebo di dekat taman. "Eh bukannya itu Alea? Udah berani aja ke kampus. Jadi nikah nggak, sih? Apa cuma pengalihan berita aja? Sampai jadi anak durhaka ya, perusahaan orang tuanya ikutan kena imbas," ucap salah seorang mahasiswa yang berada di sudut gedung. Alea masih bisa menangkap obrolan yang bikin telinganya panas. Ia hendak menghampiri, tetapi Kiki mencegah. "Biarkan saja, Al. Dia memang mulutnya pedas, hobi gosip masalah orang. Nggak ada habisnya ngu
S3 Bab 34 "Al, boleh Us ngobrol sebentar?" tanya Silvi dengan wajah serius. Ia membiarkan Maryam menikmati es krimnya di kursi tak jauh dari keduanya duduk. "Ya, Us." Alea merasa sedikit salah tingkah. Ia menduga Silvi akan bertanya tentang Omnya. "Apa benar Mas Irsyad mau menikahimu?" "Us Silvi sudah tahu?" tanya Alea. Jelas ia hanya berbasa basi. Pastilah Irsyad sudah memberitahu. Sebab sebelumnya Irsyad berencana melamar Silvi. "Mas Irsyad yang ngasih tahu. Sebenarnya Abi sudah berharap Mas Irsyad melamar Us, Al. Maryam juga seneng banget bisa punya ayah baru, tapi...." Ucapan Silvi menggantung saat ponsel Alea tiba-tiba berdering. "Maaf Us sebentar." "Iya benar, tas selempang warna krem." "Gimana, tadi Us? Maaf ada yang menyela," celetuk Alea sambil meletakkan ponselnya ke meja. "Kalian benar-benar akan menikah?" tanya Silvi dengan wajah sendu. "Kamu kan tahu Al, Mas Irsyad baru mau memulai lagi hubungan baik dengan Us. Abi juga sudah menerimanya. Kenapa dia harus merelak
S3 Bab 35 Seminggu berlalu, Irsyad sudah menyelesaikan persiapan akad nikah bersama Alea. Sesuai kesepakatan, keduanya tidak menceritakan pada Syifa dan Zein kalau pernikahan ini dijalani serius. "Om kebayanya bagus, nggak? Udah pas belum?" tanya Alea dengan wajah tak henti-hentinya mengulas senyum. Ia terkadang geli sendiri. Hubungan yang baru mau dibangun dengan Damar kandas, ternyata tergantikan oleh sosok lelaki dewasa yang tidak jauh-jauh dari kehidupannya. "Jelas, cocok, Al. Yang makai juga cantik kok, iya kan, Mbak?" celetuk Irsyad pada petugas butik yang melayani. "Iya, Mbak Alea cantik. Apalagi memakai kebayanya, pas banget deh." "Ishh, Mbak bisa aja." Senyum kembali terukir di bibir Alea sambil memandang sekilas Irsyad yang mengambil jas lalu memakainya. "Sini, Al!" Irsyad melambaikan tangan supaya Alea berdiri di sampingnya. Keduanya berdiri di depan cermin. "Serasi banget, Om," ujar Alea. Namun, senyum Irsyad tiba-tiba surut. Lelaki itu mendekat ke telinga Alea hingg