Nantikan next part ya. Maaf upnya blm bisa banyak2 lagi ada tugas di duta.🥰
S3 Bab 23 A"Ckk, aku harus buat perhitungan sama Yoga." Alea tidak menjawab justru bermonolog sendiri. "Yoga?" Kiki dan Andi saling pandang heran. "Dia bikin masalah lagi." Brak. Suara gebrakan meja membuat dua sahabat Alea berjingkat. "Ada apa, sih? Perlu aku bantu menghajarnya?" Andi mulai meradang mendengar keluhan sahabatnya. Sementara itu, Kiki hanya bisa mengusap lengan Alea setelah mengamati lekat mata sahabatnya itu sembab. Ia pikir semalam pasti Alea banyak menangis. "Aku perlu mencari Yoga, terutama bosnya. Kalian bisa temani, kan?" Kiki dan Andi melihat wajah Alea seperti menaruh dendam. Kedua tangan perempuan berpasmina navy itu juga terkepal di atas meja. Akhirnya, ketiganya mencari Yoga di fakultas manajemen. "Mbak, Al. Tumben ke sini, mau cari siapa?" Kali ini Alisa yang menyapa Alea lebih dulu. "Kamu lihat Yoga nggak, Lis?" "Oh, Mas Yoga? Ada di klinik." Alea menautkan dahinya. Apa mungkin Yoga berobat karena dihajar kemarin. "Ya sudah, aku ke sana dulu."
S3 Bab 23 B"Dasar lelaki brengs*k! Kamu pikir aku takut padamu? Kamu harus terima ini." Satu pukulan meluncur tepat mengenai rahang kiri Ronald. Tubuh lelaki itu terhuyung ke belakang hingga membentur meja kerjanya. "Hei, tenang dulu, Nona cantik! Apa-apan ini." Ronald ternyata hanya punya taring saat ada anak buahnya. Ketika sendiri, ia jelas tidak mampu melawan kemampuan beladiri Alea. "Rasakan ini!" Bug, bug. Pyar. Vas bunga di meja pun meluncur beradu dengan lantai. Tiba-tiba ada dua anak buah Ronald datang memberi perlawanan. Mereka mendengar keributan dari ruangan bosnya. Alea sudah tidak bisa mengendalikan diri. Ia ingin meluapkan amarahnya. Alea tidak diragukan lagi keahliannya berkelahi. Sebab, ia memiliki kemampuan karate hampir selevel dengan sensei nya. Pukulan bertubi ia ayunkan ke wajah maupun tubuh Ronald hingga lelaki itu jatuh tersungkur tak berdaya. Sementara itu, Andi membantu melawan anak buah Ronald yang sudah dihajar pula oleh Alea. Di sisi lain, Kiki berja
S3 Bab 24A"Ini ada di grup alumni, Mbak." "Apa?!" Alea membelalak tidak percaya. Kiki pun menutup mulutnya yang menganga. Video itu tidak begitu jelas, tetapi wajah dari samping sudah memperlihatkan Alea yang dipapah dua laki-laki memasuki hotel. "Grup alumni?" Alea mengeja dua kata itu. Grup alumni, artinya Damar kemungkinan ada di dalamnya. "Bagaimana kalian tahu video itu ada di grup alumni?" tanya Kiki mendesak salah satu mahasiswi yang menunjukkan ponselnya. "Hmm, itu Mbak. Kebetulan kakakku alumni kampus sini. Malahan video itu mungkin sudah nyebar ke grup-grup jurusan atau fakultas. "Apa?!" Kiki terkejut bukan main. Namun, Alea justru menulikan pendengarannya. Pikirannya justru tertuju pada kata alumni. Kemungkinan besar Damar juga lambat laun akan mengetahui berita ini. Padahal akhir pekan lelaki itu mau datang ke Yogya menyelesaikan urusan lamarannya dengan Alisa. "Al! Kamu nggak apa-apa?" Kiki mencoba menahan kedua lengan Alea yang sempat terhuyung. Alea tidak member
S3 Bab 24B"Kamu yakin bisa pulang sendiri, Al? Apa kami antar aja?" tawar Kiki. "Nggak usah, Ki. Kamu dan Andi kumpulin tugasnya aja, ya. Aku langsung pulang, kok." "Serius?" "Iya, jangan khawatir. Aku bisa bawa mobil sampai rumah." "Ya sudah, hati-hati ya, Al. Kalau ada apa-apa hubungi kami!" Gegas Alea menuju parkiran melewati jalan yang sepi. Baru membuka pintu mobil, ia dikejutkan oleh seruan laki-laki dari belakang. "Alea. Aku benar-benar minta maaf padamu. Aku tidak menyangka Bang Ronald bakal senekat itu sama kamu." "Percuma kamu bilang maaf. Kata itu tidak bisa mengembalikan masalah ini ke semula." "Al, tunggu! Aku akan lakukan apapun untukmu. Aku siap membantumu meredam berita itu. Aku bisa mencari Bang Ronald supaya tidak mengganggumu." Alea mendecis mendengarnya. "Cihh, membela diri sendiri saja tidak mampu. Bagaimana kamu mau menolongku? Lain kali pikirkan baik buruknya kalau memilih teman. Kamu tidak hanya melukaiku, Ga, tapi juga keluargaku." "Maaf, Al." "Terl
S3 Bab 25"Apa Alea berpacaran sejauh itu di belakangku?" guman Syifa. Alea yang merasa mamanya memperhatikan bagian lehernya, segera menutupkan pasminanya seolah syal. Gemuruh di dada pun menyambut. Ia lupa telah menanggalkan penutup kepalanya tadi. "Al, leher kamu?" "Hah, mana, Ma? Ini, nggak tahu tadi malam merah dan gatal. Kayaknya Al salah makan tadi siang," terang Alea sambil menggaruk pelan lehernya bagian kiri dan kanan. Ia lalu menutupkan pasminanya ke leher. "Oya? Nggak biasanya kamu alergi, Al." "Iya nih, Ma." "Ya sudah Mama ambilkan obat dulu." Alea merasa bersalah telah membohongi mamanya. Bagaimanapun juga meski mamanya belum tahu tentang masalah yang menimpanya di kampus, lambat laun pasti terendus juga. "Ini obat alergi sama vitamin. Diminum dulu lalu istirahat. Kamu kebanyakan pembur tugas harus diimbangi makan bergizi dan istirahat." Syifa begitu perhatian pada Alea. Mengingat sewaktu kecil Alea hanya mendapat kasih sayangnya tanpa perhatian sang papa. "Iya, M
S3 Bab 26"Ma, apa yang terjadi?" "Alea, Pa. Alea sudah kelewatan. Alea sudah terjerumus pergaulan bebas," celoteh Syifa. Zein yang tidak mengerti duduk perkaranya masih menuntut penjelasan. Sambil sesekali melirik ke arah putrinya yang berdiri menautkan kedua tangan. Wajah Alea yang sendu justru membuat Zein semakin ingin tahu. "Alea tidur dengan laki-laki di hotel, Pa. Mereka sudah kelewatan." Tangis Syifa kembali pecah. Zein merasakan seperti disambar petir. "Alea?!" Baik Irsyad dan Rendra ikut tercengang. Keduanya saling pandang bingung mau menjelaskan kejadian malam itu. Sebab Rendra mengikuti usul Irsyad supaya mengatakan bahwa Alea mengerjakan tugas di rumah temannya. Pun Kiki sahabat Alea juga membenarkan. "Katakan yang sebenarnya Alea!" "Pa, Ma. Al...." Zein mentatap tajam putrinya. Kedua tangan mencengkeram erat lengan Alea hingga membuat perempuan itu meringis menahan nyeri. "Apa benar yang dikatakan mamamu?" "Pa, Al juga nggak tahu. Al nggak sadar malam itu." "Jadi
S3 Bab 27Hari berlalu hingga akhir pekan tiba. Alea merasa hatinya tidak tenang. Setelah Syifa dan Zein menginterogasi tentang lelaki yang dekat dengan Alea ternyata adalah Damar. Papa dan mamanya ingin menanyakan perasaan Damar yang sesungguhnya. Bagaimanapun juga Alea tidak mau dibilang merebut calon dari sepupunya. Namun, Damar sendiri kekeh ingin bersamanya. Alea kini tidak lagi memiliki kepercayaan diri seperti sebelumnya. "Al, kenapa melamun?" tanya Syifa. Perempuan yang masih setia dengan profesinya sebagai dokter di klinik pribadi itu mulai melunak. Ia menyadari kesalahan bukan ada pada Alea. Irsyad telah menjelaskan semuanya. Alea adalah korban. Dengan merencanakan pernikahan, maka berita buruk tentang video itu bisa dihempaskan perlahan. "Al takut kalau Mas Damar sampai tahu masalah video itu, Ma." "Sayang, Papa dan Om Irsyad sudah mencoba meredamnya dengan rencana pernikahanmu." "Tapi orang-orang tidak tahu calonnya siapa. Mereka justru mengira Al menikah dengan lelaki
S3 Bab 28 "Apa kamu bisa mengingatnya, Al?" tanya Irsyad. "Hmm, kepala Al sakit, Om. Al sepertinya mulai ingat." Alea menatap fokus ke arah Irsyad yang justru memandangnya dengan wajah gusar. "Jadi, kamu bisa mengingatnya, Al?" "Al, Al nggak ingat lagi, Om." Alea meremas jilbab sambil mengetuk-ngetuk kepalanya. Ia sesekali mengaduh. "Hentikan, Al. Kalau kamu nggak ingat apa-apa biarkan saja! Sekarang duduklah dulu, Om buatkan coklat panas." Seperti mengulang kebiasaan Irsyad menenangkan Syifa. Ia menyiapkan secangkir coklat panas lalu dibawa le ruang tamu. "Ini minumlah! Di klinik ada Tante May. Kamu bisa minta tolong dia untuk memeriksa kesehatanmu. Bukankah hari ini kamu akan bertemu Damar dan keluarganya? Papa dan mamamu akan menyampaikan tentang pembatalan lamaran ke Alisa." Alea menyesap sedikit demi sedikit coklat di cangkir. Asapnya yang masih mengepul menguar. Aromanya begitu menghangatkan hatinya yang mulai gusar. "Al takut, Om." "Percayalah, kalau Damar benar mencint
S3 Bab 42 "Beginikah caranya menghukum diri sendiri, huh?" "Alea." Irsyad melebarkan matanya. Sedetik kemudian ia mengucek berulang untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah sebuah fatamorgana. "Al, kamu datang?" lirih Irsyad sambil menoleh ke sekitar. Tidak ada orang lain selain mereka berdua. Alea lantas duduk di kursi sebelah Irsyad dengan meja kecil sebagai penghalang. Irsyad berusaha menetralkan deru napasnya. Rasa haru menyeruak. Kesedihan karena memikirkan kebencian Alea terhadap dirinya pun terpatahkan. Nyatanya, Alea masih mau menemuinya. "Ya, aku datang karena ada yang mengundang," ucap Alea dengan wajah datar. Gaya bicaranya tidak sesopan dulu dengan menyebut aku saat bicara. Tatapannya tidak sedikitpun mengarah pada Irsyad. Lelaki itu sadar diri, Alea pasti masih benci padanya. "Kamu tahu Om tinggal di sini?" "Sangat mudah dicari, bukan?" cetus Alea. Irsyad hanya beroh ria. "Aku akan menikah, jadi silakan mau bicara apa?" lanjut Alea. Irsyad menarik napas dalam.
S3 Bab 41Sesampainya di rumah, Alea mengucap terima kasih pada Damar dan memaksanya segera pulang. "Alea!" "Mama?!" Perempuan paruh baya yang menanti kedatangannya segera memeluk erat. Ya, Syifa sudah seminggu sakit dan terbaring di tempat tidur merindukan putrinya. "Mama! Maafin Alea. Mama sakit gara-gara Alea, kan?" sesal Alea sambil mengeratkan pelukannya. "Tenanglah, Al. Mamamu sakit bukan karena kamu. Tapi dia ngidam." "Apa?!" "Ishh. Papa nih, nggak usah becanda. Orang anaknya barusan pulang malah dibecandaain." "Maksudnya apa, Pa? Mama ngidam? Mau punya adik bayi?" Alea sudah melototkan matanya horor ke arah papa dan mamanya. Sementara Rendra yang baru saja ikut duduk di sofa hanya bisa terkikik. "Apaan sih, Ren? Kamu ngerti?" "Tuh, Mama ngidam pengin punya mantu, Mbak," celetuk Rendra masih dengan tertawa renyah. "Astaga. Kamu masih SMA udah mau nikah? Awas ya, belajar dulu sana!" "Yeay, siapa juga yang mau nikah. Mbak Alea tuh yang dilamar sama Mas Damar. Mama dan p
S3 Bab 40 "Aku mau melamarmu." "Hah?!" Alea ternganga. "Mas Damar sudah gil*. Alisa mau dikemanain coba?" protes Alea. "Alisa mau menyelesaikan kuliahnya dulu. Saat di bandara, Alisa mengikuti kepergian Damar menyusul Alea. Namun, Alisa hanya mendapati Damar yang melangkah lesu di batas ruang masuk penumpang dan pengantar. "Mas Damar? Sudah ketemu Mbak Alea?" "Tidak Lisa. Alea sudah pergi." "Oh, gitu. Kita perlu bicara Mas." "Ya, Lisa." "Kami berdua memutuskan memilih jalan masing-masing terlebih dulu, Al. Siapa yang menemukan jodoh duluan ya tidak apa kalau mau menikah lebih dulu." "Astaga, memangnya kami berdua mainan. Mas Damar gonta ganti melamarku atau Alisa," ucap Alea tak terima. Namun, ia setengah bercanda. "Ya gimana lagi, kalian sama-sama cantik." "Dasar laki-laki!" "Ough. Jangan kasar Al. Kamu masih pakai jurus karatemu?" "Iya lah. Mau dihajar?" "Ampun, Al." Alea tersenyum mengembang. Tiga bulan ia bisa menghilangkan rasa sakit hatinya pada Damar. Hanya mela
S3 Bab 39 Dua bulan berlalu, Alea sudah mulai menikmati perannya di tempat tinggal yang baru. Ia kini tinggal di salah satu kota kecil di Austria yakni kota Klagenfurt. Saat sampai di Vienna Internasional Airport, Alea hanya memberi kabar pada keluarganya kalau sudah sampai. Ia meminta izin memberi kabar kembali setelah tiga bulan selesai. Setelah Syifa mengiyakan dengan berat hati, Alea pun menonaktifkan nomernya dan berganti ke nomer lokal. Satu yang tidak dikatakan Alea pada keluarganya adalah tempat akhir yang ia tuju. Keluarga tahunya Alea ada di kota Vienna bukan di Klagenfurt. "Al, masih lama nggak me time kamu?" tanya Aida satu-satunya mahasiswa dari Indonesia yang ada di Klagenfurt. Terhitung sekarang ada dua mahasiswa termasuk Alea. "Kenapa? Kamu terburu, ya?" jawab Alea sambil menikmati pemandangan danau yang membentang luas di depannya. Danau yang biasa dengan sebutan Wörthersee di Klagenfurt memang indah. Dengan berdiri di pinggir danau, Alea bisa melihat pegunungan A
S3 Bab 38 "Maaf, Ma. Alea harus pergi. Hanya tiga bulan saja, Alea janji Ma." "Sayang, Papa dan Mama pegang janjimu. Di sana tiga bulan jangan berbuat aneh-aneh. Kamu harus jadi wanita kuat seperti mamamu," pesan Zein. "Iya, Pa, Ma. Alea janji. Jaga diri Mama dan Papa. Alea berangkat sama Rendra saja." "Baiklah, Sayang. Hati-hati, jangan lupa kabari kami kalau sudah sampai di sana," lirih Syifa sambil memeluk erat Alea sebelum pergi meninggalkannya. "Gimana Alea, Pa?" "Ma, Alea anak yang kuat. Kita sebagai orang tua harus mendoakan yang terbaik untuknya. Selalu berprasangka baik sama Allah." Syifa mengangguk lalu menghambur ke pelukan Zein untuk menumpahkan tangisnya. Selama 20tahun ini Syifa tidak pernah ditinggalkan Alea. Justru Syifa yang meninggalkannya saat bertugas menjadi relawan. Namun, kali ini Alea yang pergi membuat hatinya bersedih. "Sayang, ingat Alea pergi untuk menuntut ilmu. Allah akan mengangkat derajat putri kita. Jadi kita tidak pantas bersedih. Kita seharusn
S3 Bab 37 Plak! "Keterlaluan kamu, Syad. Begini caramu membalas apa yang sudah kuberikan?! Kamu membalas sakit hatimu karena perasaanmu padaku, kan? Kamu memanfaatkan Alea, putriku?" "Tidak, Fa. Tolong jangan berpikir begitu." "Jangan pernah muncul lagi di hadapanku! Kamu pantas mendapat hukuman yang setimpal." Irsyad terhenyak, kekecewaan Syifa menari-nari di wajahnya. Ia merasa terluka karena telah mengecewakan hati Syifa. Perempuan yang sudah menjadi kakak angkatnya. Mengubah kehidupannya yang gelap hingga menjadi terang. Bahkan dulu namanya pernah singgah di hati Irsyad. Malam itu, Irsyad dan Rendra menemukan hotel tempat Alea dibawa Ronald berdasar informasi dari teman Alea bernama Yoga. Irsyad memaksa resepsionis mengecek kamar atas nama Ronald dengan dalih calon istrinya bersama laki-laki itu. Rendra menunggu di lobby, sedangkan Irsyad mencari ke kamar. Sesampainya di kamar yang dituju, Irsyad hanya mendapati Ronald yang membuka pintu dan Alea ada di dalamnya. Tanpa berpi
S3 Bab 36 "Maaf, sebaiknya saudara Irsyad menjelaskan di kantor. Karena Pak Ronald sudah memberi keterangan terkait kejadian di hotel malam itu sesuai yang dilaporkan Mbak Alea." "Saya pikir cukup lelaki bernama Ronald itu yang ditangkap, Pak," bela Alea. "Maaf, Mbak Alea. Kami perlu membawa Saudara Irsyad. Sebab dia juga berada di hotel yang sama malam itu." "Apa?!" pekik Alea. "Tenanglah Alea, ini pasti salah paham. Baik, saya akan ikut ke kantor." "Tapi, Syad. Acaranya?" Syifa menagih jawab atas pertanyaan yang sudah bisa ia tebak jawabannya. "Pak, kalau boleh Irsyad datang ke kantor polisi setelah acara akad nikah selesai," bujuk Zein. "Maaf, kami harus membawa saudara Irsyad sekarang juga." Zein tersentak, pun Syifa tidak bisa menahan air mata. Acara sakral putrinya mendadak kacau. Ini tentu tidak masuk dalam perkiraannya. Ia sungguh kasian pada Alea yang mendapat masalah bertubi. "Jangan khawatir Mas, Fa. Aku akan baik-baik saja. Setelah urusan dengan polisi selesai, ak
S3 Bab 35 Seminggu berlalu, Irsyad sudah menyelesaikan persiapan akad nikah bersama Alea. Sesuai kesepakatan, keduanya tidak menceritakan pada Syifa dan Zein kalau pernikahan ini dijalani serius. "Om kebayanya bagus, nggak? Udah pas belum?" tanya Alea dengan wajah tak henti-hentinya mengulas senyum. Ia terkadang geli sendiri. Hubungan yang baru mau dibangun dengan Damar kandas, ternyata tergantikan oleh sosok lelaki dewasa yang tidak jauh-jauh dari kehidupannya. "Jelas, cocok, Al. Yang makai juga cantik kok, iya kan, Mbak?" celetuk Irsyad pada petugas butik yang melayani. "Iya, Mbak Alea cantik. Apalagi memakai kebayanya, pas banget deh." "Ishh, Mbak bisa aja." Senyum kembali terukir di bibir Alea sambil memandang sekilas Irsyad yang mengambil jas lalu memakainya. "Sini, Al!" Irsyad melambaikan tangan supaya Alea berdiri di sampingnya. Keduanya berdiri di depan cermin. "Serasi banget, Om," ujar Alea. Namun, senyum Irsyad tiba-tiba surut. Lelaki itu mendekat ke telinga Alea hingg
S3 Bab 34 "Al, boleh Us ngobrol sebentar?" tanya Silvi dengan wajah serius. Ia membiarkan Maryam menikmati es krimnya di kursi tak jauh dari keduanya duduk. "Ya, Us." Alea merasa sedikit salah tingkah. Ia menduga Silvi akan bertanya tentang Omnya. "Apa benar Mas Irsyad mau menikahimu?" "Us Silvi sudah tahu?" tanya Alea. Jelas ia hanya berbasa basi. Pastilah Irsyad sudah memberitahu. Sebab sebelumnya Irsyad berencana melamar Silvi. "Mas Irsyad yang ngasih tahu. Sebenarnya Abi sudah berharap Mas Irsyad melamar Us, Al. Maryam juga seneng banget bisa punya ayah baru, tapi...." Ucapan Silvi menggantung saat ponsel Alea tiba-tiba berdering. "Maaf Us sebentar." "Iya benar, tas selempang warna krem." "Gimana, tadi Us? Maaf ada yang menyela," celetuk Alea sambil meletakkan ponselnya ke meja. "Kalian benar-benar akan menikah?" tanya Silvi dengan wajah sendu. "Kamu kan tahu Al, Mas Irsyad baru mau memulai lagi hubungan baik dengan Us. Abi juga sudah menerimanya. Kenapa dia harus merelak