Rindu itu tak berwujud, tapi hadir di rentang jarak dan waktu.
Rindu itu ... rasa yang tak mudah tuk dibendung.****
Bel sekolah berbunyi, menandakan waktu belajar telah usai. Chrystal segera merapikan buku-buku yang berserakan di atas meja dan memasukkannya ke dalam tas sekolah, lalu dengan rasa senang ia ikut berhamburan keluar kelas bersama teman-temannya.
Akhirnya hari yang sangat melelahkan ini berakhir juga, gumam Chrystal.
Sesaat Chrystal melihat ke kiri dan ke kanan. Terlihat suasana begitu gembira sama seperti hari-hari sebelumnya. Ada yang segera berlari ke orang tuanya yang sudah dari tadi menunggu untuk menjemput mereka, ada yang berlari ke kantin karena lapar, ada yang langsung menuju mobil jemputan sekolah yang sudah menunggu di parkiran sekolah, dan ada juga yang dengan sabar menunggu ojek online pesanannya datang.
Chrystal melihat jam yang melingkar di tangan kirinya, lalu melangkah perlahan menuju gerbang sekolah, berbelok ke kiri dan berhenti di halte di depan sekolah. Senang sekali rasanya karena hari ini papa berjanji akan menjemputnya. Jadi, hari ini Chrystal tidak harus pulang ikut mobil jemputan sekolah, dan tadi Chrystal sudah memberitahu Pak Lek, supir mobil jemputan sekolah bahwa hari ini papa yang akan menjemputnya. Berarti Chrystal bisa sampai di rumah lebih awal dari biasanya karena kalau ikut mobil jemputan dia harus menunggu lebih lama lagi, menunggu teman-teman lainnya yang belum selesai belajar dan menunggu teman-temannya selesai kelas.
Tak sabar Chrystal menunggu papa datang menjemputnya. Ia ingin segera tiba di rumah. Entah apa yang akhir-akhir ini membuat Chrystal merasa selalu ingin segera tiba di rumah, dan berada dekat-dekat dengan hp atau laptopnya.
Seandainya saja sekolah mengizinkan siswa untuk membawa hp ke sekolah, pasti saat ini aku bisa langsung mengecek hp atau mungkin saat ini pasti lagi seru-serunya chattingan dengannya, Chrystal bergumam dalam hati dan tanpa disadarinya terukir senyuman kecil di bibirnya.
Tidak terasa Chrystal sudah duduk menunggu selama satu jam, tapi papa masih belum juga datang. Ia melihat ke kiri dan ke kanan, tidak banyak lagi teman yang terlihat, hanya tinggal beberapa orang saja termasuk dirinya. Tiba-tiba ia mendengar suara seseorang memanggilnya, dengan refleks ia menengok ke arah samping dan ternyata itu adalah teman sekelasnya, Cynthia.
"Chrystal, kamu kok belum pulang? Ga ikut mobil jemputan?"
"Eh Cynthia, belum Cyn. Hari ini aku dijemput papa, jadi aku ga ikut mobil jemputan."
"Oh gitu ya, oke deh. Aku pulang duluan ya Chrys, nyokap sudah nunggu dari tadi." kata Cynthia sambil melambaikan tangannya dan segera berlalu.
"Iya Cyn, hati-hati ya."
"Kamu yang hati-hati bestie."
"Iya deh, makasih."
Selang beberapa menit setelah Cynthia pulang, gerimis pun mulai terdengar, rintik-rintik hujan dengan perlahan mulai turun membasahi jalanan yang terlihat sepi di depan halte sekolah. Chrystal mendengar suara motor dari kejauhan dan suara itu semakin mendekat, lalu berhenti di depan halte. Chrystal senang sekali ternyata itu adalah papanya. Dengan tergesa-gesa ia segera mengambil jas hujan berwarna ungu yang selalu ada di dalam tas sekolahnya, dan mulai memakainya.
Kakinya melangkah dengan penuh semangat menuju motor papa yang menunggunya, dan beberapa saat kemudian mereka pun segera melaju menembus gerimis yang tiba-tiba saja berubah menjadi tetes-tetes hujan yang cukup deras.
Dalam hati Chrystal berharap agar papa akan terus melajukan motornya tanpa berhenti walaupun hujan cukup deras. Chrystal tidak mau membayangkan seandainya papa berhenti dan berteduh dulu untuk menunggu hujan berhenti, berarti ia harus menunggu lebih lama lagi untuk bisa tiba dirumah.
"Jalan terus ... jangan berhenti ... gapapa hujan ... gapapa ... jalan terus aja ... jangan berhenti." Crystal terus bergumam dan berharap dalam hatinya.
Tak terasa menit-menit pun berlalu, akhirnya mereka pun tiba di rumah.
Setibanya di rumah, Chrystal segera membuka jas hujannya yang basah kuyup, lalu menuju rak sepatu yang terletak di garasi, melepaskan kaus kaki dan sepatunya dengan tergesa-gesa. Kemudian ia segera berlari menuju ke kamarnya."Kehujanan ya, Chrystal?"
"Iya ma."
"Segera ganti bajumu nak supaya tidak masuk angin. Setelah itu kita makan ya, mama sudah membuatkan sop ayam kesukaanmu." lanjut mama.
"Wah asik, tunggu ya ma." jawab Chrystal sambil berlari menaiki anak tangga yang menuju ke kamarnya.
Chrystal langsung melesat menuju kamarnya yang berada di lantai atas, membuka pintu dan segera melangkah masuk ke dalam kamarnya. Ia langsung mengambil hpnya yg tergeletak di atas meja belajarnya, dan dengan tergesa-gesa membuka aplikasi chatting, tapi sesaat dia terdiam, ada rasa kecewa tebersit di wajahnya.
Kok ga ada chat dari dia ya? Biasanya setiap pulang sekolah chat selalu sudah menunggu.
Chrystal membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil menggenggam hpnya. Chrystal berharap seseorang akan mengirimkan chat untuknya. Pandangannya tertuju pada wallpaper di dinding kamarnya. Di sana ada gambar Menara Eiffel yang tampak begitu megah dan anggun yang ditempel pada dinding dekat tempat tidurnya dan selalu menemani lamunannya sampai ia terlelap ke alam mimpi yang indah. Inilah salah satu alasan yang membuat dirinya sangat betah berlama-lama berada di dalam kamarnya dan terkadang enggan untuk meninggalkan ruangan itu.
Wallpaper Kota Paris dengan Menara Eiffel yang indah, rak buku besar di sudut kamar dengan berbagai macam buku dan novel yang sebagian besar adalah buku-buku dan novel tentang Kota Paris, Prancis. Ia sangat menyukai segala sesuatu tentang Prancis, Paris dan Menara Eiffel. Chrystal bahkan mengoleksi buku-buku tentang Prancis, Kota Paris dan Menara Eiffel. Novel, majalah, dan benda-benda souvenir, seperti gantungan kunci, tote bag, dompet, tas bahkan sendok dan garpu atau botol minum bergambar Paris dan Menara Eiffel. Ia sangat tergila-gila dengan benda-benda tersebut bahkan ia rela bersusah payah hunting ke sana kemari untuk mendapatkannya.
Angannya mulai menari-nari, membayangkan suatu saat nanti di mana ia akan berada di sana di Kota Paris, di antara gemerlapnya lampu-lampu di bawah Menara Eiffel, pergi ke Musée du Louvre, berjalan menyusuri jembatan Pont d' Avignon, melihat Festival Cahaya tahunan terbesar Fête des Lumières, mengunjungi Palais des Papes di Avignon, lalu pergi ke kota tua Lyon dan beribadah di Katedral Basilique Notre-Dame de Fourvière yang begitu anggun dan megah di puncak bukit tertinggi di Kota Lyon, mewujudkan semua yang sangat diimpi-impikannya sejak lama.
Tiba-tiba lamunannya terhenti ketika mendengar suara mama memanggilnya, dan tiba-tiba saja mama sudah berada di dalam kamarnya.
"Lho kok kamu belum ganti baju seragam, nak? Ngapain aja dari tadi?" terdengar suara mama mengagetkannya.
"Iya ma, sebentar lagi."
"Ya ampun sayang, ganti bajumu dan mandi dulu sana, nanti sakit kalau terlalu lama memakai baju yang basah. Abis itu cepat turun ya, kita akan makan, papa sudah menunggu." kata mama.
"Iya ma." jawab Chrystal
"Cepat mandinya ya, mama tunggu."
"Ok ma. Chrystal mandi dulu ya."
Chrystal segera masuk ke kamar mandi. Air hangat yang mengguyur tubuhnya terasa begitu nyaman. Tanpa disadarinya, ia bersenandung lagu kesayangannya.
Hello, it's me
I waswonderingif after all theseyearsyou'd like to meetTo go over everythingThey say that time'ssupposed to heal ya But I ain't done much healingHello, can you hear me?
I'min California dreaming about who we used to be When we wereyounger and freeI'veforgotten how itfelt before the world fell at our feetThere's
such a difference between usAnd a millionmilesSetelah selesai makan siang, Chrystal cepat-cepat kembali lagi ke kamarnya. Untunglah papa harus segera kembali ke kantor, jadi tadi mereka tidak harus berlama-lama berada di meja makan. Chrystal melihat hpnya sekali lagi dan berharap hp itu akan segera berbunyi, tapi masih sama seperti tadi hpnya hanya diam, berarti tidak ada chat yang masuk.
Sekarang ngapain ya?
Mau baca buku sudah dibaca semua, mau bikin pr hari ini tidak ada pr karena hari ini semua mapel ulangan. Mau nonton tv jam segini tidak ada berita atau film yang menarik, main game bosan, mau tidur belum mengantuk.
Ia pun berjalan menuju meja belajarnya, lalu menghirup teh hangat yang tadi dibuatkan mama untuknya. Ia memandang ke luar jendela, hujan masih turun dengan derasnya. Sesekali terdengar suara petir dan terlihat kilat dari balik tirai jendela kamarnya.
Terlintas di benaknya, apa yang sedang dia lakukan di sana ya. Chrystal melirik jam dinding di kamarnya, sekarang tepat jam tiga sore. Sesaat Chrystal menghela nafas, dan bertanya dalam dirinya apakah dia masih tidur ya. Saat ini di sana di belahan bumi tempat tinggalnya baru jam lima pagi karena perbedaan waktu di antara negara mereka hampir 10 jam.
Tak jarang Chrystal harus bangun tengah malam hanya untuk chatting dengannya karena saat itu di sana sedang siang hari, dan ia selalu berusaha mencuri-curi waktu untuk bisa chatting dengan Chrystal di sela-sela jam belajarnya di kampus hanya untuk say Good night pada Chrystal, karena saat itu di sini pasti sudah larut malam.
Ah, tapi biasanya dia selalu bangun pagi sebelum jam lima, khusus untuk menyapaku sepulang dari sekolah, gumam Chrystal dalam hati.
Chrystal pun selalu tak sabar ingin selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan good morning untuknya saat dia terbangun di pagi hari, tapi mungkin saja saat ini dia masih terlelap. Chrystal mencoba untuk menghibur dirinya sendiri.
Akhirnya ia pun menuju rak buku dan mulai mencari sebuah novel untuk dibacanya. Pilihannya jatuh ke sebuah buku yang sebenarnya sudah berulang kali dibacanya, yaitu 'Twilight' karya Stephanie Mayer.
Chrystal mulai membuka halaman demi halaman novel Twilight itu, tapi pikirannya masih melekat pada hp dalam genggamannya. Ia masih terus menunggu, dan berharap agar hp itu segera bernyanyi membawa chat dari dia, tapi hp itu masih tetap diam tak bersuara, menciptakan keheningan. Chrystal masih terus menunggu dan berharap.
PING! Chrystal mengecek hpnya. Senyumnya seketika mengembang, dan semua beban hari ini tiba-tiba hilang dalam sekejap ketika melihat siapa yang mengirim chat itu. Dia adalah Ares, teman setianya. Mereka sudah bersahabat sejak lama, sejak Chrystal masih di kelas 7. Chrystal pun mulai membaca chat dari Ares. AresHai. Lagi apa? ChrystalHai. Aku lagi baca buku sambil minum teh hangat. ChrystalKamu lagi apa? Baru bangun ya? AresIya, aku bangun agak terlambat karena semalam tidur larut malam. AresBagaimana denganmu? Apa harimu menyenangkan? Chrystal
Jarak bukanlah suatu penghalang untuk menjalin persahabatan, dan persahabatan yang dipisahkan oleh jarak, bukanlah tidak mungkin untuk saling bertemu. **** Chrystal segera bersiap-siap. Ia membuka lemari pakaiannya, dan mulai mencari map berwarna cokelat yang berisi dokumen-dokumen pentingnya. Chrystal pun menemukan paspornya, ia ingat terakhir ia menggunakan paspor itu saat liburan akhir tahun yang lalu ketika dia diajak tantenya pergi berlibur ke Guangzhou, China. Mereka jalan-jalan mengunjungi Canton Tower, yang sebagian orang bilang Cantik Tower sebagai Menara Eiffelnya Guangzhou. Sangat senang menikmati musim dingin di Guangzhou dan bisa pergi ke Canton Tower yang megah menjulang tinggi yang merupakan landmarknya Kota Guangzhou. Menjelajahi keindahan Pearl River dengan kapal wisata untuk melihat indahnya perpaduan keind
Chrystal bergegas turun dari TGV, yaitu Train à Grande Vitesse yang berarti kereta berkecepatan tinggi, train berwarna biru muda dengangaris putih di bagian atasnya itu yang telah membawanya dari Paris menuju ke Kota Avignon. Selama dua jam lebih ia duduk di TGV yang bergerak dengan kecepatan 300 km per jam. Chrystal memilih tempat duduk di tingkat atas, kereta cepat ini adalah kereta dua tingkat. Jadi, Chrystal dapat menikmati dengan jelas indahnya pemandangan alam dari dalam kereta TGV yang sungguh-sungguh indah menakjubkan, pemandangan alam pedesaan di Prancis. Hamparan rumput hijau, pepohonan musim gugurdan peternakan sapi dan domba, serta kebun anggur yang membentang luas di sepanjang perjalanan, semuanya dapat dinikmati dari dalam TGV walaupun kereta api melaju dengan kecepatan tinggi. "Kamu sudah di mana, Chrys?" Ares mengirim chat. "Aku sudah sampai di Stasiun TGV Gare d'Avignon. Aku baru saja turun
Kota Paus Avignon di Province-Alpes-Cote d Azur. Ares mengajak Chrystal makan siang di Restoran Le Bercail. Restoran yang terletak persis di tepi Sungai Rhone. Aresmemilih tempat duduk yang berada di teras luar yang menghadap ke kompleks Istana Paus Palais des Papes. Cantik sekali pemandangan dari teras Restoran Le Bercail ini, apalagi saat ini sambil makan siang berdua dengan Ares. Budaya makan di Prancis ternyata sangat berbeda. Kata Ares orang-orang di negara ini bisa menghabiskan waktu yang cukup lama pada saat makan, dan makanan yang mereka makan pun biasanya jumlahnya banyak dan bervariasi terutama pada acara-acara
Deburan ombak yang lembut di tepian pantai .... Menyapa hangat putihnya pasir yang terhampar luas .... Mengukir indah nya rasa yang tercipta .... Menyimpan kenangan yang terpahat di hati, di kaki Pegunungan Pyrenees di Teluk Biscay ....****Akhirnya mereka pun sampai di Pantai Biarritz, setelah melewati hampir dua jam perjalanan. Kawasan Pantai Biarritz yang berbatasan dengan Spanyol ini termasuk salah satu wilayah yang lumayan mahal di Prancis, tapi semuanya tak ada artinya dan terbayar sudah dengan keindahan yang terbentang di hadapannya ini. Banyak orang lokal duduk-duduk di cafe di sepanjang garis Pantai Biarritz di Barat Prancis ini, ada juga beberapa turis asia di sana, menikmati musim dingin yang terasa han
"Chrys, halo. Halo Chrys.""Ya, halo. Kenapa Fio?""Kamu udah siap belum? Aku otw ke rumahmu sekarang ya.""Aku lagi ga di rumah Fi. Emang ada apa? Tumben kamu mau ke rumah?""Masa kamu lupa Chrys, hari ini kan kita geladi bersih buat lomba padus besok.""Ya ampun, aku lupa Fi. Aku sekarang lagi di Prancis.""What? di Prancis? Kamu ga lagi mimpi, Chrys? Gimana bisa kamu ada di Prancis?""Ceritanya panjang Fi, nanti aja deh aku ceritanya." jawab Chrystal"Nanti kalau aku sudah pulang ya," lanjut Chrystal."Kamu ke sana sama siapa, Chrys?""Kamu pasti ga percaya kalau tahu aku pergi sama siapa.""Emang sama siapa, Chrys?""Ada deh." jawab Chrystal bikin Fiola semakin penasaran."Udah dulu ya Fi, nanti aku telepon lagi. Aku mau lihat Fête des L
Palavras nao bastam, nao da pra entender E esse medo que cresce e nao para Kata-kata tidaklah cukup, kau tak kan pernah mengerti Dan ketakutan yang tumbuh ini, tidak kian berhenti Jantungku berdebar kencang, Dan aku sendirian di sini ....
"Chrystal, kenalkan ini Claire, dulu kami sekelas di .... " kata-kata Ares tiba-tiba terhenti seketika, dan betapa kagetnya Ares begitu menyadari bahwa Chrystal tidak ada di sana, tidak berada di bangku kayu di sisinya. Padahal barusan ia duduk berdua dengan Chrystal di bangku ini."Chrystal?"Ares pun mulai melayangkan pandang ke sekitarnya, mencoba untuk menemukan Chrystal. Ares bermaksud ingin mengenalkan Claire pada Chrystal, tapi ia tidak menemukan Chrystal.Ares tidak menyadari sudah sejak kapan Chrystal tidak ada di sana, bukankah tadi mereka sedang duduk bersama di bangku itu sebelum Claire datang dengan tiba-tiba.Tapi mengapa Chrystal tiba-tiba pergi meninggalkanku, ya? Mengapa ia diam-diam pergi beg
"Ya ampuun, Chrystal!"Seketika Chrystal kaget, itu kan suara Fio, mengapa tiba-tiba Fiola ada di sini? Sejak kapan dia ada di sini ya dan ngapain juga dia nyusul aku ke sini?Chrystal memandang ke sekelilingnya, semuanya terlihat gelap. Masih sama gelap seperti tadi, bahkan sekarang benar-benar sangat gelap. Tidak ada lagi lampu-lampu yang indah tadi. Lampu-lampu indah bentuk hati yang mengelilingi dirinya dan Ares, semuanya tiba-tiba hilang entah ke mana, yang ada hanya gelap. Chrystal melihat ke atas, di sana di atas atap juga gelap. Tidak ada lagi lampu-lampu yang tergantung indah berbentuk hati yang mengelilingi dirinya dan Ares, semuanya tiba-tiba menghilang begitu saja. Semuanya berubah menjadi gelap, benar-benar gelap. Tak ada setitik cahaya pun yang tampak.Chrystal kembali mencoba melihat ke langit di atas atap transparan itu, tapi Chrystal tidak melihat bintang-bintang yang tadi gemerlap bertaburan di langit malam di atas Kota Paris itu. Chrystal melihat ke luar jendela kac
Cinta itu aneh .... Datangnya tak tau arah, dan tak kenal waktu,tak tau tempat berlabuh .... Tapi cinta itu berjuta rasanya .... ***Setelah menunggu cukup lama dalam antrean di depan lift, akhirnya Chrystal dan Ares pun berada di dalam lift yang akan membawa mereka menuju lantai dua La Tour Eiffel. Angin bertiup dingin saat Chrystal melangkahkan kaki keluar dari lift, tapi angin dingin itu terlupakan seketika. Kota Paris yang indah memukau tampak membentang di hadapannya. Kota Paris di malam hari yang bertabur cahaya lampu yang berwarna-warni, benar-benar telah menghipnotisnya dengan keindahan yang luar biasa, yang belum pernah dilihatnya. Chrystal sesaat terdiam, terpana dengan hati berbunga-bunga. Chrystal sangat bahagia. Ya, saat ini Chrystal sedang berada di atas kota cahaya ini. Dari balkon lantai dua monumen ini terlihat seluruh Kota Paris yang gemerlapan. Tampak di kejauhan Sungai Seine di bawah sana, airnya mengalir berkilauan dalam pantulan cahaya aneka warna lampu-la
Chrystal menutup pintu kamar apartemen auntynya. Hari ini adalah hari terakhir Chrystal di Kota Paris ini, dan hari ini ia merasa sangat bahagia. Pagi hari ini ia disambut dengan sunrise yang indah di ufuk Timur Kota Paris ini. Lalu berjalan menyusuri Kota Paris di pagi hari bersama aunty yang sangat disayanginya. Petit dejeuner yang istimewa bersama aunty Vee yang sudah sekian lama dirindukan nya. Ya, aunty Vee memang selalu memanjakan nya sejak ia masih kecil dulu, aunty Vee sangat menyayangi nya. Menghabiskan waktu seharian bersama aunty Vee membuatnya benar-benar merasa sangat bahagia. Hari ini adalah hari pertama nya menyusuri jalan-jalan setapak di Kota Paris, tapi hari ini juga adalah hari terakhir nya berada di kota ini, bahkan hari terakhir nya di Prancis, karena besok pagi ia harus kembali pulang ke Jakarta. Besok pagi saat hari berganti, saat mentari pagi belum muncul, berarti aku sudah berada di dalam pesawat yang akan membawaku kembali pulang ke rumah. Besok aku akan k
Chrystal dan auntynya berjalan perlahan menyusuri jalan Rue des archives menuju kafe Le Ju.’ Aunty Vee sering menikmati sarapan paginya di tempat ini, selain Les Marronnies, yang letaknya tidak jauh dari kafe Le ju’ ini. Kafe Le ju’ adalah salah satu kafe favorit di Kota Paris untuk menikmati sarapan kesukaan aunty Vee. Menurut aunty Vee, makanannya super duper lezat, tempatnya nyaman dan harganya bersahabat dengan kantong alias tidak terlalu mahal dibandingkan tempat lainnya. Kafe Le ju’ terletak di 16 Rue des archives di Kota Paris. Tidak sulit untuk menemukan tempat ini, selain berada di pusat kota tempat ini juga cukup terkenal. Cocok buat turis atau orang yang ingin makan enak dengan budget yang lebih ringan. Cuaca pagi cukup cerah karena mentari menampakkan sinarnya di ufuk cakrawala, menebarkan sedikit kehangatan di musim dingin yang terasa sangat dingin. Chrystal dan aunty Vee memakai mantel panjang yang tebal berlapiskan bulu angsa di dalamnya dengan selendang wol menutupi
“Lama amat sih lu ngangkat telepon gue, Chrys.” Suara Fiola terdengar dari seberang sana begitu Chrystal menerima panggilan video call darinya.“Lagian siapa suruh lu telepon gue pas gue lagi mandi.”“Gue jadi ga bersih nih mandinya," balas Chrystal.“Gila lu Chrys, beneran lu udah nyampe Paris?“ tanya Fiola tak percaya.“Iya dong, gimana keren ga? Keren kan, Fi?"“Widiiih keren, keren Chrys! Keren abis.”“Keren banget sih lu, Chrys!” Fiola terus nyerocos seperti mercon yang sumbunya baru saja disulut korek api.“Btw gue juga pengen dong Chrys, pengen liat sunrise di Paris nya.”“Masih ada ga Chrys sunrisenya?“ Fiola bertanya dengan tidak sabar.“Duuh gila, keren bet sih lu Chrys.” “Hehe, satu-satu napa Fi nanyanya.""Beneran nih lu pengen liat?“ tanya Chrystal yang membuat Fiola jadi semakin penasaran.“Ya iyalah Chrys, masa lu doang yang liat, ajak-ajak gue napa, Chrys!““Kasih liat ga ya?“ Chrystal sengaja menggoda Fiola, membuat Fiola tambah semakin penasaran.“Jangan canda lu
Chrystal melihat jam yang terletak di atas meja di samping tempat tidurnya. Jarum jam itu menunjukkan pukul enam lewat sepuluh menit. Ia segera menyibakkan selimut tebal yang menutupi tubuhnya lalu bangun dari tempat tidurnya yang besar kemudian berjalan menuju jendela besar yang ada di kamarnya. Ia membuka kedua tirai putih yang menutupi kedua jendela kamarnya itu dan menariknya ke sisi pinggir jendela.Di hadapannya tampak sebagian Kota Paris yang terbentang jauh di bawah sana, dan terlihat mulai semakin ramai. Matahari pagi mulai muncul dari kejauhan di ufuk timur Kota Paris. Bangunan pencakar langit di sekitar apartemen auntynya ini tampak masih diterangi lampu-lampu, demikian juga lampu-lampu jalanan dan taman-taman kota masih terlihat menyala. Chrystal melayangkan pandangannya jauh ke bawah, di sana tampak Menara Eiffel dari kejauhan. Menara itu terlihat begitu anggun berdiri tegak menjulang paling tinggi di antara bangunan-bangunan pencakar langit lainnya. Bangun
Kereta api cepat TGV yang ditumpangi Chrystal mulai bergerak meninggalkan stasiun kereta api Gare de la Part-Dieu di Kota Lyon. Chrystal duduk di lantai atas memandang ke luar jendela, tampak Sungai Seine yang mulai bergerak menjauh di belakangnya. Ares duduk di sampingnya. Dua kursi di depan yang menghadap ke arah mereka berdua tampak kosong sementara empat kursi yang saling berhadapan di samping mereka hanya ditempati oleh seorang pria setengah baya yang sedang asyik membaca sebuah buku, sesekali pandangan matanya menatap keluar jendela kereta yang melaju semakin kencang. Hampir tak terdengar suara kereta itu bergerak, tapi Chrystal menyadari kalau kereta itu bergerak sangat cepat.Chrystal memandang ke sampingnya, Ares duduk di kursi di sampingnya. Ia melihat Ares memejamkan matanya menyandarkan kepalanya pada kursi kereta yang empuk itu. Ares tampak sangat lelah. Ia tidak tahu pasti apakah Ares benar-benar sedang tertidur ataukah Ares hanya lelah dan memejamkan mata
Chrystal berdiri di atas balkon menatap ke bawah. Kota Lyon tampak membentang di hadapannya di bawah sana. Hampir seluruh sudut Kota Lyon terlihat dari sini. Kota Lyon yang indah gemerlapan di malam hari. Lamunannya kembali melayang ke masa itu.“Kita akan pergi ke atas menara yang tinggi di Basilique Notre-Dame di puncak Bukit Fourviere di kota tua Lyon. Aku akan memperlihatkan padamu betapa indahnya Kota Lyon pada malam hari dari ketinggian.”“Seberapa tinggikah menara itu?““Sangat tinggi, sehingga kita dapat melihat seluruh Kota Lyon dari atas menara.”“Tapi aku sangat takut berada di ketinggian.”“Kamu pasti tidak akan takut, karena ada aku, aku akan selalu menjagamu.”“Bagaimana caranyakita bisa ke atas menara itu?"“Kita akan naik banyak tangga untuk menuju ke sana.”“Benarkah?““Ya, ada banyak tangga yang a
Sesaat mereka menghentikan langkah kaki mereka. Chrystal menatap ke depan, di hadapannya berdiri sebuah monumen yang benar-benar luar biasa megahnya, yang terdapat di puncak Bukit Fourviere ini. Bangunan yang dapat dilihat dari semua arah di Kota Lyon ini merupakan simbol Kota Lyon. Ternyata bangunan ini sangat besar dan luas berbentuk persegi yang memanjang ke belakang, dan diapit bukan hanya oleh dua pilar besar yang tinggi, tapi diapit oleh empat buah pilar besar bersegi delapan yang sangat tinggi. Kalau diperhatikan baik-baik benar apa yang dikatakan orang, bangunan ini seperti gajah yang sedang terbalik, badannya di bawah dan keempat kakinya mengarah ke atas. Chrystal mengangkat kepalanya memandang ke atas pilar-pilar tersebut, dan di puncak ke empat pilar tersebut terdapat masing-masing sebuah salib yang menjulang tinggi.Pada samping Katedral tersebut terdapat sebuah menara lonceng tinggi yang agak terpisah d