"Tidak! Kau harus bermain dengan caraku."Samantha terdiam, dia sudah mengeluarkan semua argumen yang sudah dia persiapkan sebelumnya, akan tetapi kalau itu juga tidak bisa mendapat persetujuan anak sulung klan Navarell, berarti sekarang waktunya diam dan mendengar!"Tidak mudah menemukan siapa ayah Tristan karena kalian berdua mabuk kan?Begitu banyak pria Navarell yang sehat dan memproduksi sperma dalam jumlah yang besar setiap harinya. Kami keluarga besar dan dominan pria, jadi satu-satunya jalan adalah kita tidak boleh tergesa-gesa memutuskan, biarlah keadaan akan membantu kita, jadi selama itu masih berjalan kalian adalah tanggung jawabku!" "Maksudnya?" "Kalian berdua di bawah tanggung jawabku!""Kami_""Jangan lagi membantah!""Jelaskan apa maksud 'dibawah tanggung jawabku' itu?Chase diam menatap Samantha, lalu duduk."Aku yang akan menjaga kalian, sampai kita tahu siapa ayah Tristan." "Aku harus memberi laporan kegiatan sehari-hari kepadamu?" "No!""No? So?""Kamu tidak us
"Oke, akan segera dibuat, ada lagi?" "Ya, setiap dua minggu aku akan pergi selama dua hari mengurus pekerjaanku!" Chase termenung."Jumat malam aku pergi, Minggu malam aku kembali," sambung Samantha."Apa pekerjaanmu? Tidak bisa dari rumah?" Samantha terdiam bingung harus menjawab bagaimana..."Tidak bisa! Dan tempatnya berpindah-pindah_""Kenapa kalimatmu membingungkan?" Potong Chase.Samantha langsung menyemburkan kekesalannya."Karena aku tidak ingin menjawab! Kau pernah bertanya tentang pekerjaanku dan mendapat jawaban yang sama, kenapa masih mencoba lagi?" Saat itu tangan mungil Tristan mendarat di dada Samantha, gerakan samar Samantha terkejut dan berjengit tidak luput dari perhatian Chase. Perlahan Samantha membawa tangan Tristan ke lehernya. Berhasil! Akan tetapi sepuluh detik kemudian tangan itu kembali ke dada Samantha. Kini wajah Samantha mulai memerah. Dia tersipu karena dia tahu Chase masih memandangnya lekat-lekat. Samantha berdiri dan berjalan ke arah kamar
"Kau begitu ingin memastikan karena kau senang atau...sedih?" "Keduanya melibatkan perasaan, pernikahan kita tidak! Jadi aku tidak senang juga tidak sedih, aku hanya ingin memastikan agar aku bisa menelepon ibuku." "Kau akan memberitahu ibumu?" "Tentu saja!" Samantha melihat rasa heran yang mendominasi raut wajah Chase. "Jangan khawatir, aku sangat tahu kita hanya akan menikah di catatan sipil, tanpa pemberkatan, tanpa resepsi, tanpa syukuran keluarga, tanpa embel-embel apapun!" Chase mengangguk. "Aku memberi tahu ibuku karena tidak pernah ada rahasia apapun dalam keluarga kami, santai.." ** "Malam Mam." "Hai Sayang, kok tumben telepon jam sekian?" "Aduhhh, sorry Mam masih malam banget ya, kok Mama belum tidur? Papa mana?" "Disini! Papa merana karena dicuekin anak dan istrinya," jawab suara maskulin. "Papaaaaa." Pekik Samantha yang sangat senang mendengar suara ayahnya. "I Miss you so much Daddy, Mommy." "Mas, putri kita lagi berbunga-bunga sepertinya, masa manggi
"Apa yang bikin kamu seyakin itu, Tha? Nggak ada pria normal yang nggak jatuh hati sama anak Mama.""Karena saat pertama kali kami bertemu, Samantha sedang menyamar Mam, maksudnya untuk menghindari paparazi tapi akhirnya keterusan, waktu itu Samantha nggak mungkin membuka penyamaran karena dia yang memang nggak percaya bakal yakin bahwa Samantha wanita kurang kerjaan..." Samantha berharap enam bulan segera datang, biar semua kerumitan ini cepat berlalu"Hmm, jadi awalnya karena menghindari paparazi akhirnya masalah berbalik dan sekarang anak Mama bingung harus gimana?" "Tepat Mam." "Kalau menurut Mama ya Samantha harus berterus terang, karena kebohongan yang satu akan diikuti oleh kebohongan yang lain, tapi itu berarti Samantha harus siap kehilangan Tristan." "Kalau Samantha tahu pasti Tristan berada di tangan orang yang menyayanginya, Samantha rela Mam.""Itu dia masalahnya, hanya saja sebenarnya selalu ada dua sisi mata uang, saat Chase Navarell tahu hal yang sebenarnya bisa
"Sudah terlanjur Nold, aku mandi dulu terus kita bahas semuanya, tungguin bentar aja." Sesegera mungkin Samantha mandi dan berganti wujud dengan rambut pirang dan kacamata plus gaun over size, Samantha berusaha membeli gaun over size yang kwalitasnya bagus agar setidaknya Samantha merasa nyaman walau memakai gaun kebesaran. Setelah puas dengan penyamarannya Ini Samantha pun segera turun."Yuk kita bahas.""Tha, ngapain sih pakai gaun Mamakku!" Gerutu Arnold.Arnold paling nggak suka melihat Samantha pakai gaun dan kacamata samaran, baginya itu dosa besar, dia yang gay aja bisa-bisa berubah haluan kalau Samantha mengerahkan daya tariknya. Daya tarik alami tanpa dibuat-buat.Luar biasa jelita, baik hatinya, indah tubuhnya, merdu suaranya, banyak uangnya...kaya raya, tapi hidupnya membaur dengan mereka semua, mau bergaul dengan penjaga rumah mereka, pelayan, penggemar, siapapun juga akan dilayani Samantha dengan sepenuh hati. Hmm...sayang sekali, belum menemukan tambatan hati. "Soa
Selesai mengucapkan kalimatnya, Chase langsung tahu itu salah. Pernikahan mereka bukan pernikahan sungguhan kan? Bagaimana bisa dia meradang hanya karena melihat Samantha dalam pelukan pria lain? Segera Chase meralat ucapannya."Aku tahu pernikahan kita pura-pura, tapi kau sendiri yang bilang jangan sampai ada kemesraan apapun dengan orang lain yang kita perlihatkan di depan Tristan! Itu berarti berpelukkan pun jangan!"Terlihat Samantha menatap Chase, pertanyaan terpancar dari sorot matanya. Chase berusaha menerka apa yang ada di otak Samantha. "Benar, asal jangan di depan Tristan! Kau bebas berpacaran dengan kekasihmu, barisan Barbie atau siapapun juga silahkan, pernikahan kita bukan pernikahan penuh bunga!" Chase makin mendekat hingga kini Samantha terjepit diantara Chase dan meja di ruang kerja Arnold."Kekasih? Barisan Barbie?" Chase mengulang pernyataan Samantha menjadi kalimat pertanyaan.Melihat Samantha diam saja kembali Chase melanjutkan. "Sudah mengerjakan PR rupan
Baru dua langkah Arnold berbalik. "Kau belum menjawab pertanyaanku, pakai ilmu apa? Dengan dandanan tempo dulu kayak begini bisa membuat dia kesengsem! Bayangkan... saat dia menemukan bahwa kau adalah Alana Drew, hmm dia akan memberikan bulan dan bintang untukmu, cuma matahari yang nggak." Samantha tertawa, memang sangat menghibur ngobrol dengan Arnold. "Gimana kalau aku maksa minta matahari?" "Dia harus berusaha keras membelinya dari Pak Mochtar Riady." Tawa Samantha kembali terdengar, dia tidak mengira maksud Arnold adalah Matahari Departemen Store, dasar! "Cukup!" kali ini bukan hanya suaranya saja yang terdengar menyela akan tetapi Chase tiba-tiba sudah ada disamping Arnold, langsung menggandeng dan membawa Samantha pergi. Arnold maklum pasti Chase sedang merasa panas hatinya. Hmmm....menarik, sangat menarik. Arnold tidak sabar menunggu saat Chase tahu tentang sosok istri pura-puranya
Begitu sampai di mobil Chase pasang badan melindungi Samantha dari si pemburu berita, sambil membantu Samantha yang bergerak lebih lambat karena ada Tristan dalam gendongannya. Begitu Samantha telah duduk, Chase berputar dengan cepat kemudian masuk ke sisi pengemudi. Dalam hati Chase bergumam seandainya saja dia tadi menggunakan salah satu sopirnya, dan membawa pengawalnya pasti sekarang dia bisa duduk menemani Samantha, duduk bertiga di belakang, dia tidak membawa mereka semua karena dia masih belum yakin dengan reaksi Samantha. "Sebenarnya kau mau mengajak kami ke mana?" Chase hanya memandang jalanan di hadapannya. "Bahasamu harus dirubah, bukan lagi 'kami' seharusnya 'kita' coba ulang." Chase menunggu balasan Samantha, dia sangat menikmati lidah tajam Samantha yang sedari awal sudah dengan berani mencaci maki dirinya. Selama ini tidak ada satupun orang-orang di sekitarnya yang berani melawan titahnya apa
'rumah impian.'Samantha sampai tidak bisa menahan seringai di wajahnya melihat keseluruhan ruangan yang begitu pas di hatinya. Dalam hati Samantha berkata bahwa inilah rumah impiannya, akan tetapi dia berusaha menahan bibirnya agar tidak menyuarakannya karena dia takut dikira berusaha mengambil hati si pemilik rumah.Samantha berkeliling kemudian dia menghempaskan tubuhnya ke sebuah sofa tunggal yang terlihat sangat empuk."Hmmm nyaman sekali." Samantha hanya sekilas melirik Chase yang sedang menelepon. "Aku bisa tertidur nyenyak hanya dengan berada di ruangan ini," gumam Samantha."Kau belum melihat ruangan lainnya." Sanggah Chase, yang ternyata mendengar gumaman Samantha, ada rasa bangga yang tersirat dalam kalimatnya."Pasti serupa, menjanjikan kenyamanan."Kali ini Samantha merasakan de javu saat melihat ruang keluarga. Ada sofa lebar yang panjang melingkar berhadapan dengan TV besar yang ditanam di dinding, karbet tebal yang terham
Begitu sampai di mobil Chase pasang badan melindungi Samantha dari si pemburu berita, sambil membantu Samantha yang bergerak lebih lambat karena ada Tristan dalam gendongannya. Begitu Samantha telah duduk, Chase berputar dengan cepat kemudian masuk ke sisi pengemudi. Dalam hati Chase bergumam seandainya saja dia tadi menggunakan salah satu sopirnya, dan membawa pengawalnya pasti sekarang dia bisa duduk menemani Samantha, duduk bertiga di belakang, dia tidak membawa mereka semua karena dia masih belum yakin dengan reaksi Samantha. "Sebenarnya kau mau mengajak kami ke mana?" Chase hanya memandang jalanan di hadapannya. "Bahasamu harus dirubah, bukan lagi 'kami' seharusnya 'kita' coba ulang." Chase menunggu balasan Samantha, dia sangat menikmati lidah tajam Samantha yang sedari awal sudah dengan berani mencaci maki dirinya. Selama ini tidak ada satupun orang-orang di sekitarnya yang berani melawan titahnya apa
Baru dua langkah Arnold berbalik. "Kau belum menjawab pertanyaanku, pakai ilmu apa? Dengan dandanan tempo dulu kayak begini bisa membuat dia kesengsem! Bayangkan... saat dia menemukan bahwa kau adalah Alana Drew, hmm dia akan memberikan bulan dan bintang untukmu, cuma matahari yang nggak." Samantha tertawa, memang sangat menghibur ngobrol dengan Arnold. "Gimana kalau aku maksa minta matahari?" "Dia harus berusaha keras membelinya dari Pak Mochtar Riady." Tawa Samantha kembali terdengar, dia tidak mengira maksud Arnold adalah Matahari Departemen Store, dasar! "Cukup!" kali ini bukan hanya suaranya saja yang terdengar menyela akan tetapi Chase tiba-tiba sudah ada disamping Arnold, langsung menggandeng dan membawa Samantha pergi. Arnold maklum pasti Chase sedang merasa panas hatinya. Hmmm....menarik, sangat menarik. Arnold tidak sabar menunggu saat Chase tahu tentang sosok istri pura-puranya
Selesai mengucapkan kalimatnya, Chase langsung tahu itu salah. Pernikahan mereka bukan pernikahan sungguhan kan? Bagaimana bisa dia meradang hanya karena melihat Samantha dalam pelukan pria lain? Segera Chase meralat ucapannya."Aku tahu pernikahan kita pura-pura, tapi kau sendiri yang bilang jangan sampai ada kemesraan apapun dengan orang lain yang kita perlihatkan di depan Tristan! Itu berarti berpelukkan pun jangan!"Terlihat Samantha menatap Chase, pertanyaan terpancar dari sorot matanya. Chase berusaha menerka apa yang ada di otak Samantha. "Benar, asal jangan di depan Tristan! Kau bebas berpacaran dengan kekasihmu, barisan Barbie atau siapapun juga silahkan, pernikahan kita bukan pernikahan penuh bunga!" Chase makin mendekat hingga kini Samantha terjepit diantara Chase dan meja di ruang kerja Arnold."Kekasih? Barisan Barbie?" Chase mengulang pernyataan Samantha menjadi kalimat pertanyaan.Melihat Samantha diam saja kembali Chase melanjutkan. "Sudah mengerjakan PR rupan
"Sudah terlanjur Nold, aku mandi dulu terus kita bahas semuanya, tungguin bentar aja." Sesegera mungkin Samantha mandi dan berganti wujud dengan rambut pirang dan kacamata plus gaun over size, Samantha berusaha membeli gaun over size yang kwalitasnya bagus agar setidaknya Samantha merasa nyaman walau memakai gaun kebesaran. Setelah puas dengan penyamarannya Ini Samantha pun segera turun."Yuk kita bahas.""Tha, ngapain sih pakai gaun Mamakku!" Gerutu Arnold.Arnold paling nggak suka melihat Samantha pakai gaun dan kacamata samaran, baginya itu dosa besar, dia yang gay aja bisa-bisa berubah haluan kalau Samantha mengerahkan daya tariknya. Daya tarik alami tanpa dibuat-buat.Luar biasa jelita, baik hatinya, indah tubuhnya, merdu suaranya, banyak uangnya...kaya raya, tapi hidupnya membaur dengan mereka semua, mau bergaul dengan penjaga rumah mereka, pelayan, penggemar, siapapun juga akan dilayani Samantha dengan sepenuh hati. Hmm...sayang sekali, belum menemukan tambatan hati. "Soa
"Apa yang bikin kamu seyakin itu, Tha? Nggak ada pria normal yang nggak jatuh hati sama anak Mama.""Karena saat pertama kali kami bertemu, Samantha sedang menyamar Mam, maksudnya untuk menghindari paparazi tapi akhirnya keterusan, waktu itu Samantha nggak mungkin membuka penyamaran karena dia yang memang nggak percaya bakal yakin bahwa Samantha wanita kurang kerjaan..." Samantha berharap enam bulan segera datang, biar semua kerumitan ini cepat berlalu"Hmm, jadi awalnya karena menghindari paparazi akhirnya masalah berbalik dan sekarang anak Mama bingung harus gimana?" "Tepat Mam." "Kalau menurut Mama ya Samantha harus berterus terang, karena kebohongan yang satu akan diikuti oleh kebohongan yang lain, tapi itu berarti Samantha harus siap kehilangan Tristan." "Kalau Samantha tahu pasti Tristan berada di tangan orang yang menyayanginya, Samantha rela Mam.""Itu dia masalahnya, hanya saja sebenarnya selalu ada dua sisi mata uang, saat Chase Navarell tahu hal yang sebenarnya bisa
"Kau begitu ingin memastikan karena kau senang atau...sedih?" "Keduanya melibatkan perasaan, pernikahan kita tidak! Jadi aku tidak senang juga tidak sedih, aku hanya ingin memastikan agar aku bisa menelepon ibuku." "Kau akan memberitahu ibumu?" "Tentu saja!" Samantha melihat rasa heran yang mendominasi raut wajah Chase. "Jangan khawatir, aku sangat tahu kita hanya akan menikah di catatan sipil, tanpa pemberkatan, tanpa resepsi, tanpa syukuran keluarga, tanpa embel-embel apapun!" Chase mengangguk. "Aku memberi tahu ibuku karena tidak pernah ada rahasia apapun dalam keluarga kami, santai.." ** "Malam Mam." "Hai Sayang, kok tumben telepon jam sekian?" "Aduhhh, sorry Mam masih malam banget ya, kok Mama belum tidur? Papa mana?" "Disini! Papa merana karena dicuekin anak dan istrinya," jawab suara maskulin. "Papaaaaa." Pekik Samantha yang sangat senang mendengar suara ayahnya. "I Miss you so much Daddy, Mommy." "Mas, putri kita lagi berbunga-bunga sepertinya, masa manggi
"Oke, akan segera dibuat, ada lagi?" "Ya, setiap dua minggu aku akan pergi selama dua hari mengurus pekerjaanku!" Chase termenung."Jumat malam aku pergi, Minggu malam aku kembali," sambung Samantha."Apa pekerjaanmu? Tidak bisa dari rumah?" Samantha terdiam bingung harus menjawab bagaimana..."Tidak bisa! Dan tempatnya berpindah-pindah_""Kenapa kalimatmu membingungkan?" Potong Chase.Samantha langsung menyemburkan kekesalannya."Karena aku tidak ingin menjawab! Kau pernah bertanya tentang pekerjaanku dan mendapat jawaban yang sama, kenapa masih mencoba lagi?" Saat itu tangan mungil Tristan mendarat di dada Samantha, gerakan samar Samantha terkejut dan berjengit tidak luput dari perhatian Chase. Perlahan Samantha membawa tangan Tristan ke lehernya. Berhasil! Akan tetapi sepuluh detik kemudian tangan itu kembali ke dada Samantha. Kini wajah Samantha mulai memerah. Dia tersipu karena dia tahu Chase masih memandangnya lekat-lekat. Samantha berdiri dan berjalan ke arah kamar
"Tidak! Kau harus bermain dengan caraku."Samantha terdiam, dia sudah mengeluarkan semua argumen yang sudah dia persiapkan sebelumnya, akan tetapi kalau itu juga tidak bisa mendapat persetujuan anak sulung klan Navarell, berarti sekarang waktunya diam dan mendengar!"Tidak mudah menemukan siapa ayah Tristan karena kalian berdua mabuk kan?Begitu banyak pria Navarell yang sehat dan memproduksi sperma dalam jumlah yang besar setiap harinya. Kami keluarga besar dan dominan pria, jadi satu-satunya jalan adalah kita tidak boleh tergesa-gesa memutuskan, biarlah keadaan akan membantu kita, jadi selama itu masih berjalan kalian adalah tanggung jawabku!" "Maksudnya?" "Kalian berdua di bawah tanggung jawabku!""Kami_""Jangan lagi membantah!""Jelaskan apa maksud 'dibawah tanggung jawabku' itu?Chase diam menatap Samantha, lalu duduk."Aku yang akan menjaga kalian, sampai kita tahu siapa ayah Tristan." "Aku harus memberi laporan kegiatan sehari-hari kepadamu?" "No!""No? So?""Kamu tidak us