Dengan terkejut Samantha mengamati wajah Salim. Entah kenapa wajah Salim sangat tidak ramah saat ini. Tidak sama seperti saat pertama kali mereka bertemu di kantor sipil tadi.Hal yang membuat Samantha menjadi tidak nyaman. Hal yang aneh tapi tak bisa dilarang. "Ada yang bisa saya bantu?" tanya Samantha."Yah, aku memang ingin meminta bantuanmu," balas Salim. "Sebutkan, semoga aku bisa membantu." "Kau tidak sedang bekerjasama untuk menjebak temanku kan?" tanya Salim langsung pada pokok masalah tanpa mengurangi rasa penuh curiga di wajahnya."Maksudmu?" "Jadi begini, aku merasa aku mengenalmu, nggak mungkin kan, aku merasa kamu itu bukan kamu!" Salim merasa ada yang janggal antara Samantha dan Chase. Dari apa yang ia dengar, dan apa yang ia lihat. Salim merasa ada sesuatu yang ditutupi oleh Samantha hingga membuatnya menaruh rasa curiga."Apa alasanmu berpikir begitu?" Samantha mengernyitkan dahinya. Hatinya benar merasa bahw
Selesai makan, mereka pulang kembali ke rumah Samantha. "Thank you," kata Samantha saat mereka hanya berdua."Thank you untuk?" "Karena tidak memaksakan keinginanmu." "Ini tentang tempat tinggal?" Memang Chase mengiyakan saja saat Samantha mengutarakan maksudnya untuk kembali ke rumahnya, pertimbangan Chase adalah karena barang-barang Tristan masih belum ada yang dipindah jadi sementara mereka akan tinggal di rumah Samantha sambil mempersiapkan segala sesuatunya saat pindah ke rumah Chase.Samantha merasa sangat senang masih bisa tinggal di rumah lamanya. "Tentang segalanya, kau tidak memaksakan keinginanmu, kau mau mendengarkan orang lain, kau mengalah, dan contoh lain yang sejenis, masih banyak tapi aku sudah lupa." Chase memandang istrinya dari dekat. "Kau....berbeda....." Gumam Samantha sambil menggigit bibirnya.Chase memandang cukup lama sebelum akhirnya menjawab. "Berbeda? Jadi aneh?" Samantha menggelengkan kepalanya.
"Ke mana?" Samantha mengulang bagai burung beo. Tidak mungkin Samantha jawab dengan jujur, tapi dia juga tidak ingin berdusta. "Ke...t-tempat kerjaku." "Ke kantormu? Apa tidak sebaiknya dia bersamaku saja di rumah?" saran Chase. Samantha terdiam, kalau dipikir-pikir memang lebih sederhana kalau Tristan di rumah saja bersama dengan Chase. Hanya saja ini tidak berjalan satu dua kali tapi akan berjalan selama 6 bulan yang akan datang. "Tidak apa-apa Chase, ini bukan hanya satu kali saja kan, tapi setiap dua minggu sekali dalam 6 bulan perkawinan kita, bayangkan berapa belas kali kamu harus mengosongkan jadwalmu? Jadi sebaiknya sesuai rencana awal saja agar tidak merepotkan," semakin ke sana suara Samantha semakin rendah. Chase mengerutkan keningnya. "Jika kau membawa Tristan pergi bersamamu, nanti dia tinggal dengan siapa saat kamu 'bekerja' pikirkan baik
"Bos?" Salim berkata sambil melambaikan tangannya.Chase menghela nafas panjang. "Ok, aku akan usahakan hadir sebentar, bersiaplah menggantikan aku sebelum dan sesudah. Sekarang aku pulang dulu ya.""Kau baik-baik saja?" "Of course I am!""Kau Chase Navarell?" "Kau sedang mabuk?" Chase balik bertanya."Soalnya aku merasa tidak seperti ini Bos yang ku kenal. Biasa urusan pekerjaan itu nomor satu!" "Sekarang juga tetep nomor satu, tapi ada hal lain yang lebih penting." Salim garuk-garuk lehernya."Kalau ada yang lebih penting ya bukan nomor satu namanya, Bro." Sambil mengomel Salim pun berlalu meninggalkan ruangan Chase. Belum sepuluh detik kembali pintu terbuka."Chase, jangan lupa ajak pasangan." Chase mengerutkan keningnya. "Karena?" "Karena tema tahun ini 'COUPLE' jadi datang harus berpasangan!""Pakai tema couple segala, kalian bikin susah aja." "Namanya aja inovasi Bro, biar nggak sama dengan tahun-tahun yang lalu kan, kalau tidak ada pasangan Leda pasti bersedia!" "L
"Perusahaan sebesar PT MSS Global dengan ribuan karyawan, apa susahnya dapet info? Apalagi kalau berhubungan dengan Owner-nya yang tampan, kaya raya dan lajang." Sebenarnya Chase otomatis akan mengkoreksi pernyataan Sherly bahwa dia tidak lajang, tapi diurungkannya, lagi-lagi dia hampir melupakan bahwa pernikahannya itu hanya pura-pura!"Aku mengajakmu untuk makan malam, malam ini, Sher." "Malam ini? Aku terlanjur janji akan keluar dengan Stella dan Sonia, Honey!"Chase sebenarnya sudah muak dengan trik jual mahal Sherly, selalu menolak di awal, walau ujung-ujungnya menerima ajakan Chase."Oke, kalau begitu batal.""Eh Honey, coba aku telepon mereka sebentar, setelah itu aku akan meneleponmu kembali, ok?"Chase menutup teleponnya dan seketika menyesal sudah menelepon Sherly.Tadinya dia menelepon Sherly karena bingung dengan perasaannya sendiri yang selalu teringat Samantha.Ting...Ada notifikasi pesan masuk dari Samantha!{Sorry, slo
Di hotel Samantha sedang kebingungan menyusun rencana. Kalau untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan penampilannya di acara Gathering PT MSS Global sudah beres karena di siapkan semuanya oleh manajer dan tim nya.Sekarang yang jadi masalah adalah jam berapa dia meninggalkan ruangan sebagai Alana Drew dan akan kembali secepatnya ke ruangan itu sebagai Samantha.Untung baginya acara itu di selenggarakan di hotel, bukan di gedung mereka sendiri yang tak kalah megah dan mewahnya. Selagi Samantha termenung, tiba-tiba ponselnya berdering. "Halo?" "Tha..." "Hai Bi, ada apa?" "Tha, kau tahu aku baru saja bertemu dengan siapa?" "Kalau sampai aku tahu, berarti aku masih ada keturunan langsung Baba Yaga, nggak takut kamu?" Terdengar tawa renyah Bianca."Tha, gimana kabarnya si tampan?" Bianca yang langsung terkesima pada pandangan pertama selalu berusaha menanyakan kabar Chase."Kurang baik, dia inginnya aku bisa segera bergabung d
"Selamat malam semua..." Samantha menyapa dengan lantang, dia tahu bahwa dia jangan berbicara dengan nada normal jika tidak ingin dikenali. "SELAMAT MALAMMMMM." Semua yang hadir kompak membalas salam Sang Diva."Selamat dan sukses buat PT MSS Global, terima kasih sudah mengundang Alana untuk bersama-sama merayakan keberhasilan PT MSS Global yang kembali meraih penghargaan tertinggi di bidang pertambangan." Terdengar sorak Sorai menyambut ucapan selamat dari Sang Diva. "Thank you juga buat semua yang sudah hadir di tempat ini, thank you buat support kalian selama ini sudah menjadi fans setia Alanaaaa, love youuuu." Kembali para fans menjadi histeris mendengar salam dan ucapan cinta dari Alana Drew."Masih ada lagu spesial yang aku akan nyanyikan buat kalian semua." Lalu kembali intro lagu kedua mengalun kali ini kembali suara merdu Alana Drew menyanyi begitu indah, menghipnotis seluruh pengunjung yang hadir, tak seorang pun yang berlalu lalan
Samantha sangat terkejut bagai disambar petir mendengar panggilan Tristan. Untunglah suasana masih riuh rendah hingga sepertinya Chase yang sedang berjabat tangan dengan seseorang di bawah panggung tidak mendengar apa yang Tristan ucapkan. Samantha menguatkan hatinya untuk tidak berbalik. Dia yakin begitu dia melihat mata Tristan dia tidak akan memperdulikan penyamarannya, statusnya dan apapun juga, dia hanya akan berlari mendapatkan Tristan dan memeluknya. Samantha pun langsung memberi tanda kepada para pemain band untuk langsung lanjut ke lagu berikutnya.Kali ini Samantha tidak perlu memaksa diri menjiwai lagunya karena mengingat Tristan dan panggilannya saja sudah membuat Samantha nyaris menitikkan air mata. Lalu sampailah Samantha di lagu terakhir, lagu yang sedang merajai pasar internasional...yaitu 'solitaire' yang menggambarkan kesendirian, kesepian, lagu yang mewakili jutaan perasaan penggemarnya yang mungkin memiliki pasangan tapi tetap merasa send
"Apa yang nggak bisa terus?" "Ngomongnya." Terdengar helaan nafas lega dari sisi Chase. "Baguslah, harusnya memang bukan waktunya ngomong!" "Chaseeee." Teriakan Samantha tak bertahan lama karena dengan segera bibirnya mendapat serangan dari sang suami pura-pura. Tak berapa Chase menarik bibirnya dengan tubuh masih melekat. "Aku sudah kasih waktu lima menit, bahkan Dewa pun tidak akan tahan menunggu lama-lama dengan tubuh saling melekat begini, bicaralah dengan cepat, Sam." "Aku bukan mau bicara, aku mau mengakui sesuatu, aku ingin mengatakan bahwa selama ini aku telah.... kamu.........aku."Chase menegakkan badannya karena mendengar kalimat istrinya yang kacau balau kenapa Samantha sampai sebegitu nervous nya?"Hai santai, katakan ada apa?" Samantha segera melepaskan tangan Chase dari pinggangnya lalu dengan perlahan mundur. Saat kakinya menyentuh dinding, Samantha tahu itu sudah jarak terjauh yang bisa diupayakannya.
"Sam..why? Kau sana rindunya deng..." Chase tidak melanjutkan kalimatnya sebagai gantinya dia mengacak-acak rambutnya. "Mungkin mulut kita berkata lain tapi tubuh kita lebih jujur dalam meneriakkan kerinduannya," kata Chase dengan wajah tersiksa. Samantha pun yakin ekspresinya tidak lebih baik dari Chase. Dia sampai ingin menangis saat merasa tubuhnya terpisah dari tubuh Chase.Akan tetapi dia tidak mungkin membiarkan keadaan kembali keluar dari jalur yang direncanakan, sudah terlalu lama dia menyembunyikan sebuah DUSTA. Malam ini semua harus berakhir....Berakhir bahagia? Berakhir duka?Dia hanya bisa menunggu..."Chase, ada yang harus kita bicarakan." Chase memandang Samantha dengan wajah suntuk. "Kau tahu kalimat itu yang paling dibenci seorang pria? Kalimat 'kita harus bicara' mengindikasikan ada sesuatu yang tidak beres!" "Memang ada yang tidak beres." Mereka berdua termenung sejenak. "Kalau tentang apa ya
Chase sibuk mempersiapkan malam spesial menyambut kedatangan istri tersayang.Sesorean Chase merasa seperti remaja yang baru jatuh cinta, rasanya ingin waktu cepat berlalu tapi juga ingin waktu berhenti...Plin plan kan? 'mungkin beginilah yang namanya jatuh cinta, irasional, nggak masuk akal,' Chase sibuk bermonolog dengan diri sendiri. Chase sudah mengatur makan malam romantis tapi tetap di rumah saja, dia sudah terlalu rindu dengan Samantha, kalau mereka makan di luar bakalan panjang waktu perjalanan pulang perginya, lagian dia membutuhkan istrinya sendirian tanpa ada orang lain tanpa ada interupsi apapun! Agar mereka bisa bercakap-cakap sepuasnya, sejujurnya, akan dicurahkannya isi hatinya lalu dia akan memulai rayuan, mengerahkan segenap kemampuan mautnya, kalau Samantha belum bisa mencintainya minimal mereka telah terhubung dengan sangat kuat secara fisik. Chase setelah berpakaian lengkap yaitu setelan formal untuk makan malam dan dia juga telah
Arnold mengusap wajahnya mendengar pertanyaan tajam dari Samantha. "Kurang 10 menit lagi kau tampil, bersiaplah." Arnold menerangkan dengan wajah serius. "Kau tahu, kau harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi hingga kau bertingkah seperti pelindungku." Kembali mereka saling berpandangan, lalu Arnold memalingkan kepala sambil mengumpat."Lima menit lagi, Tha." Samantha mengangkat dagunya. "Aku tidak akan tampil sebelum kau bilang apa yang sebenarnya terjadi!" "Tha.." "Say it!" "Tha.." "Oh oke, kalau mau bermain lambat...silahkan, mari kita lihat siapa yang pegang bola saat ini." Samantha pun memilih kursi tunggal lalu duduk dengan santai, walau pun rasa gemuruh di dadanya tak juga mereda. "Ok, wajahmu muncul di surat kabar pagi ini, dan kini waktumu harus tampil." "Apa judul beritaku?" tanya Samantha yang reflek berdiri. Samantha bertahan ditempatnya walau pun Arnold berusaha mendorong dia untuk maju. "Nold? Apa judulnya?" Nampak Arnold ingin menendang se
Chase bersiap untuk pulang saat kembali ponselnya berdering. GRANDPA! 'Semoga ini tidak ada hubungannya dengan berita hari ini.' "Halo Grandpa?" "Aku tidak membesarkan mu untuk jadi pria kebanyakan, aku mendidik mu agar suatu hari kau bisa jadi pria pelindung keluarga besar mu dan keluarga kecilmu sendiri." "Grandpa_" "Kalau saja dari awal kau bilang terus terang, Grandpa akan cari cara lain untuk membesarkan cicit grandpa dan ibunya, Grandpa tadinya yakin kau mampu melihat jauh ke dalam hati wanita yang kalian bilang BUKAN WANITA YANG PANTAS untukmu! Omong kosong darimana itu? Hah?" "Grandpa, kasih kesempatan Chase untuk_" Berkali-kali Chase berusaha menyela akan tetapi Grandpa tidak pernah memberi kesempatan, nampaknya Grandpa begitu emosional sehingga tidak mau mendengarkan siapapun. "Memangnya siapa wanita yang pantas, bawa mereka ke sini, Grandpa akan bandingkan mereka dengan ibu Tri
Leda masih juga berdiri di hadapan Chase, hanya saja kali ini Leda mulai gentar. "Kau tuli? Keluar dari rumahku, kau dipecat!"Seketika Leda terbelalak, sepertinya bukan begini yang direncanakannya. "Chase_""Mr Chase Navarell! Dan tidak usah menjelaskan apapun, kau sudah di pecat, keluar sebelum kau menyesal berurusan denganku!" "Kau yang akan menyesal, Chase! Kau yang akan menyesal! Apa kurang ku dibanding istrimu yang lusuh, tidak bisa dandan, kedodoran, hah? Kelebihannya hanya dia melahirkan anakmu! Aku juga bisa, hamili aku, aku akan memberikan keturunan sebanyak yang kau inginkan!" Rentetan kalimatnya Leda tembakkan sambil berjalan mundur karena Chase terus maju dengan sikap mengancam. "Tutup mulutmu wanita gila, jangan pernah menghina istriku." Begitu kalimatnya selesai, Chase langsung teringat masalah yang ada dan sadar bahwa ada kemungkinan Leda terlibat di balik semua yang terjadi. "Kau yang merancang semua ini?" Chase bertanya sambil mendekatkan wajahnya, nampak Le
"Aku berusaha mengerahkan otakku kiri dan kanan untuk bisa mencerna penjelasanmu, Tha. Jadi karena sekarang Chase sudah tahu bahwa dia menikah dengan Sang Diva, maka_""Dia belum tahu, Bi." "Impossible Tha, kalian bercinta pakai gaya apa? Dia pasti tahu keindahan tubuh bagai iblis betina yang kau miliki.""Dia cuma tahu aku ternyata nggak gendut, tapi selebihnya dia belum tahu. Saat tidur bersamanya aku tetap mengenakan softlens ku, tetap dengan rambut pirang pucat jelek ini kan dan tetap tidak berdandan, jadi dia nggak tahu." "Dari awal aku tidak terlalu setuju kau mempertahankan penyamaran sampai selama ini awalnya hanya untuk paparazi kan, Tha? Kenapa jadi selama ini?""Terlanjur, Bi." "Kalau begitu MENGAKULAH sekarang, Tha. Aku yakin dia akan mengerti." "Aku takut melihat reaksinya, Bi. Dia pria yang sangat jujur, sangat berintegritas, dia pasti jijik dengan kebohonganku.""Coba dulu, Tha. Lakukan hari ini ceritakan semuanya jangan ada yang kau tutupi, jangan ada yang dise
"Sebenarnya aku lagi gabut, terus nggak bisa tidur dan sekarang moodku makin nggak jelas!"Samantha menunggu sahabatnya yang selalu berhasil mencerahkan suasana hatinya beraksi. Akan tetapi sampai lama belum juga Bianca bersuara."Biii?" "Hmm, makanya kalau main jangan setengah -setengah, jadinya nanggung, seandainya Dewa Yunani kamu ijinkan ikut kan nggak sampai duduk-duduk bengong gini, bisa nggak sempat duduk malah, bangun hajar, bangun hajar!" Membayangkan Chase malah makin membuat Samantha pusing. "Sayang sekali dia nggak ada di sini."kembali Bianca bersuara. "Masalahnya dia ada di sini." "WHAT? Jadi kamu ijinkan Chase ikut? Kamu udah terus terang? Kamu udah membuka identitas mu?""Nggak Bi! Itulah masalahnya. Kami tidak pergi bersama tapi dia ada di sini. Dia ada di sini bukan karena aku tapi karena ada janji dengan wanita lain." hening ....Mungkin Bianca sedang berpikir keras. "Tha...perjanjian kalian belum berubah kan?""Belum! Karena itu aku menelepon mu Bi! Kau ora
"Banyak hal menarik yang tidak hanya bisa memuaskan rasa ingin tahu sebagian orang saja, tapi hal yang kutemukan akan menggemparkan!"Samantha kembali menghadap piringnya jadi posisinya kini membelakangi pria asing itu. "Pergilah, kau tidak diterima di meja kami," kata Arnold sambil bangkit berdiri. Nampak si pria tak gentar sedikitpun, dia hanya berjalan berputar, lalu perlahan berada di sisi Arnold dan mulai mengangkat kameranya. Terjadi tarik menarik. "Aku bebas memberitakan apa yang kameraku tangkap." "Tidak tanpa seijin kami." Terjadi perdebatan antara Arnold dan pria asing itu.Sambil tersenyum mengejek sang pria asing menjawab Arnold. "Ijinkan aku mengambil foto yang akan melengkapi berita besok pagi dengan judul Hubungan Rahasia Istri Sang Penguasa!"Seketika Samantha menarik nafas panjang, tadinya dia menebak bahwa sang paparazi ini sudah tahu tentang penyamarannya, akan tetapi ternyata sepertinya dia hanya mencurigai ba