Samantha sangat terkejut bagai disambar petir mendengar panggilan Tristan. Untunglah suasana masih riuh rendah hingga sepertinya Chase yang sedang berjabat tangan dengan seseorang di bawah panggung tidak mendengar apa yang Tristan ucapkan.
Samantha menguatkan hatinya untuk tidak berbalik.Dia yakin begitu dia melihat mata Tristan dia tidak akan memperdulikan penyamarannya, statusnya dan apapun juga, dia hanya akan berlari mendapatkan Tristan dan memeluknya.Samantha pun langsung memberi tanda kepada para pemain band untuk langsung lanjut ke lagu berikutnya.Kali ini Samantha tidak perlu memaksa diri menjiwai lagunya karena mengingat Tristan dan panggilannya saja sudah membuat Samantha nyaris menitikkan air mata.Lalu sampailah Samantha di lagu terakhir, lagu yang sedang merajai pasar internasional...yaitu 'solitaire' yang menggambarkan kesendirian, kesepian, lagu yang mewakili jutaan perasaan penggemarnya yang mungkin memiliki pasangan tapi tetap merasa send"Ok, antarkan aku cepattttt, Nold.""Tenanglah !""Aku sangat berharap kau punya kemampuan supranatural yang bisa membawa kita tiba di pesta hanya dalam waktu 30 menit.""Aku bisa membawamu lebih cepat dari itu.""Janji palsu!" "Kalau sampai bisa beneran aku dapat apa?""Maunya apa?" "Kenalin aku dengan salah satu pria klan Navarell yang terkenal dengan aura maskulin yang memukau itu, salah satu aja." "Aku kenalin kamu dengan penata riasku yang baru, kerenn abis.""Pria?" Tanya Arnold dengan suara ditarik. "Wanita! Cantik dan baik hati.""No thanks." "Kau selalu menolak, berbaik hatilah terhadap diri sendiri...siapa tahu kau bisa bergairah setelah mengenal mereka lebih dekat." "No thanks, Tha!" "Coba dulu, jangan terlalu cepat menolak.""Okay, aku akan mengikuti saranmu, aku akan mencoba.""Gitu dong.""Minggu depan, hari Jumat kosongkan jadwalmu.""Aku? Mau kursus kilat? Nggak usah teori...buang buang wa
"Yah, mari kita selesaikan urusan kita sesegera mungkin semoga malam ini aku bisa menemukan ayah Tristan, supaya kami tidak menjadi beban mu, kau tidak harus repot-repot mencari tempat tersembunyi hanya untuk menyembunyikan kami," Samantha berusaha menahan rasa nyeri di hati. "Kenapa kau berpikir aku menyembunyikan kalian dari yang lain?""Semua orang juga tahu tempat dudukmu seharusnya di depan bersama dengan para jajaran komisaris dan direksi tapi lihatlah... kau memilih tempat yang begitu tersembunyi, terhalang oleh pilar, aku bisa maklum...sangat amat memakluminya, yang aku heran kalau kau begitu malu terlihat bersamaku kenapa kamu memaksa aku untuk datang? Tidak bisakah kau mengadakan acara yang lebih private hanya untuk keluarga saja yang datang?"Samantha memuntahkan semua unek-uneknya, nampak Chase berusaha mengendalikan emosinya."Kau salah menterjemahkan situasi!" ujar Chase dalam desisan.Samantha hanya memandang Chase.Segera Chase bangkit berdiri kemudian dia mengambil
Samantha mendongak dan terkejut!Dia sedang menatap wajah suaminya versi lebih muda dan lebih ceria.Mereka berdua saling menatap tanpa suara, akhirnya Samantha yang terlebih dahulu bersuara. "Kau begitu mirip! Kalian bak pinang di belah dua, kau pasti saudaranya........ suamiku," gumam Samantha tanpa sadar.Pria muda dan ceria itu tersenyum lebih lebar kemudian sambil mengangkat keningnya dia menjawab pertanyaan Samantha. "Yah, aku memang saudaranya... suamimu!" Dia menekankan kata terakhir sambil perlahan membalikkan tubuhnya memandang wajah Chase.Samantha sadar kalau dia tidak dengan sengaja telah menyuarakan apa yang ada di pikirannya.'astagaaa...kenapa juga bibir ini pakai nyebut tentang suami segala! Padahal jelas jelas dia tidak menganggap ku sebagai istri, buktinya dia malu menunjukkanku pada orang-orang di dunianya!' Samantha geram dengan dirinya sendiri yang refleknya akhir-akhir ini seakan Chase adalah benar-benar suaminya, dia sering
LIMA BULAN KEMUDIAN."Kau jadi pulang jam berapa?" tanya Chase pada istrinya."Aku...flight terakhir.""Kenapa?""Tidak dapat tiket yang lebih awal.""Aku bisa kirim pesawatku.""Thank you, aku sudah dapat ticket." "Jangan lupa besok hari ulang tahun Daddy, semua berkumpul." "Pasti, aku akan datang, aku ingat waktu kita tinggal satu bulan bukan?" "Bukan itu maksudku!" 'aku hanya ingin kau pulang,' batin Chase. Yah, setelah tiga bulan menikah mereka pindah ke Indonesia, kebetulan Chase harus mengawasi pembukaan Kantor Cabang terbesar juga karena sebagian besar pria klan Navarell ada di Indonesia. Hanya saja yang makin membuat Chase gusar adalah setiap dua minggu sekali Samantha akan terbang meninggalkan Indonesia, dan kalau dahulu dia pulang Minggu siang maka kini Samantha baru sampai Minggu malam...malam menjelang pagi! Seperti Minggu ini, Samantha belum tiba padahal hari sudah akan berganti.Chase terlelap di sofa dengan TV masih menyala. Tiba-tiba Chase merasa ada yang mem
Chase memaksa otaknya yang kabur untuk berpikir, tadinya dia melepaskan Samantha karena ada yang mengganggu pikirannya. Akan tetapi walau berusaha keras tetap saja bayangan kenikmatan bibir Samantha lebih mendominasi dan membuatnya enggan memikirkan yang lain. Akhirnya Chase menyerah dan kembali memeluk Samantha. Mereka berciuman dengan dahaga yang dalam untuk ke sekian kalinya. Hingga akhirnya dengan terengah-engah Chase menegakkan tubuhnya, sambil bertolak pinggang mengatur nafas... Chase memandang Samantha yang seperti biasa menunduk tidak mau menatap mata Chase.Jarang sekali Samantha mau lama-lama menatap mata Chase. Biasa itu adalah bahasa tubuh orang yang tidak percaya diri, akan tetapi Chase yakin Samantha bukan orang yang tidak percaya diri.Hanya orang dengan kepercayaan diri yang tinggi yang berani menyemprot Chase, hanya orang yang yakin dengan diri sendiri yang berani membanting telepon setelah berteriak PARAH!Dia akan mencari tahu. Tidak mungkin Samantha menghind
Pinggang yang dipeluknya begitu langsing, tanpa lemak sedikitpun! Tadinya dia sibuk dengan dada istrinya yang memang besar dan berat di tangannya hingga dia kurang memperhatikan yang lain. 'Tapi kenapa istrinya menyembunyikan tubuh indahnya di bawah pakaian berlapis yang menyembunyikan bentuk tubuh indahnya?'Chase merenung sambil memeluk tubuh Samantha lebih erat. Gairahnya bangkit kembali! Chase terkejut.Dengan posisi memeluk Samantha dari belakang tangan Chase bebas bermain di area dada Samantha yang menggiurkan.Chase dengan sengaja melakukannya bukan hanya karena rasa penasaran yang besar akan tetapi lebih karena gairah besar yang kembali bangkit.Setelah yakin Samantha telah sadar sepenuhnya Chase langsung mendorong 'masuk' dan kembali mereka bersatu. Perasaan bersatu yang sangat nikmat itu kembali menguasai panca indra Chase.Entah berapa lama mereka terhubung, hingga akhirnya untuk kali kedua mereka menyongsong kepuasan yang lu
Samantha terbangun dalam pelukan Chase. Awalnya Samantha merasa bingung lalu kenangan percintaan kilat yang membutuhkan waktu nyaris satu jam memenuhi otaknya. Mengingat itu wajah Samantha seketika terasa panas! Betapa mereka berdua begitu liar...mereka hanya suami istri yang menikah dengan perjanjian bukan pernikahan berlandaskan cinta abadi yang tak lekang oleh waktu. Astagaaaaa....Samantha merasa sangat malu dengan dirinya yang sangat ketagihan dengan percintaan gaya Chase yang memabukkan. 'memangnya tahu gaya percintaan yang lain,' Samantha meledek dirinya sendiri. Setelah memantapkan hati Samantha segera bergeser perlahan dan akan membalikkan badannya saat tangan kekar merengkuhnya dan menariknya kembali."Mau kemana?" Suara maskulin nan seksi berbisik di pelipisnya. "Mau lihat Tristan.""Sudah aku titipkan suster.""Arnold sendirian.""Sudah aku suruh pulang." "Mau siap-siap, katanya ke ulang tahun Daddy? Sudah 'aku' suruh bu
Chase merasa ada yang meremas perutnya. Samantha membahas tentang perpisahan padahal Chase....tidak menginginkannya, mungkin nanti tapi tidak sekarang. Sebelum mereka bercinta pun dia sudah merasa nyaman bersama Samantha dan Tristan.Beberapa bulan terakhir rutinitasnya telah bergeser. Bisnis bukan lagi satu-satunya urusan yang menduduki peringkat pertama. Ada Samantha dan Tristan di sana. Apalagi setelah mereka bercinta, percintaan sepanjang malam, kembali Chase merasa ada ribuan kupu-kupu bertabrakan di perutnya. "Terserah kau. Cepatlah bersiap waktu kita sudah tidak banyak."Lalu Chase beranjak menuju ke kamarnya, dia akan segera mandi dan bermain tendang bola sembari menunggu waktu nya mereka berangkat.Chase masuk kamar dan melihat kamarnya yang masih berantakan, yah pasti kacau balau karena dia meninggalkan kamarnya pasca mereka bercinta gila-gilaan dan baru kembali sekarang.Chase segera mandi lalu mengeringkan badannya di samping tempat tidur sambil melihat ponselnya ya
"Apa yang nggak bisa terus?" "Ngomongnya." Terdengar helaan nafas lega dari sisi Chase. "Baguslah, harusnya memang bukan waktunya ngomong!" "Chaseeee." Teriakan Samantha tak bertahan lama karena dengan segera bibirnya mendapat serangan dari sang suami pura-pura. Tak berapa Chase menarik bibirnya dengan tubuh masih melekat. "Aku sudah kasih waktu lima menit, bahkan Dewa pun tidak akan tahan menunggu lama-lama dengan tubuh saling melekat begini, bicaralah dengan cepat, Sam." "Aku bukan mau bicara, aku mau mengakui sesuatu, aku ingin mengatakan bahwa selama ini aku telah.... kamu.........aku."Chase menegakkan badannya karena mendengar kalimat istrinya yang kacau balau kenapa Samantha sampai sebegitu nervous nya?"Hai santai, katakan ada apa?" Samantha segera melepaskan tangan Chase dari pinggangnya lalu dengan perlahan mundur. Saat kakinya menyentuh dinding, Samantha tahu itu sudah jarak terjauh yang bisa diupayakannya.
"Sam..why? Kau sana rindunya deng..." Chase tidak melanjutkan kalimatnya sebagai gantinya dia mengacak-acak rambutnya. "Mungkin mulut kita berkata lain tapi tubuh kita lebih jujur dalam meneriakkan kerinduannya," kata Chase dengan wajah tersiksa. Samantha pun yakin ekspresinya tidak lebih baik dari Chase. Dia sampai ingin menangis saat merasa tubuhnya terpisah dari tubuh Chase.Akan tetapi dia tidak mungkin membiarkan keadaan kembali keluar dari jalur yang direncanakan, sudah terlalu lama dia menyembunyikan sebuah DUSTA. Malam ini semua harus berakhir....Berakhir bahagia? Berakhir duka?Dia hanya bisa menunggu..."Chase, ada yang harus kita bicarakan." Chase memandang Samantha dengan wajah suntuk. "Kau tahu kalimat itu yang paling dibenci seorang pria? Kalimat 'kita harus bicara' mengindikasikan ada sesuatu yang tidak beres!" "Memang ada yang tidak beres." Mereka berdua termenung sejenak. "Kalau tentang apa ya
Chase sibuk mempersiapkan malam spesial menyambut kedatangan istri tersayang.Sesorean Chase merasa seperti remaja yang baru jatuh cinta, rasanya ingin waktu cepat berlalu tapi juga ingin waktu berhenti...Plin plan kan? 'mungkin beginilah yang namanya jatuh cinta, irasional, nggak masuk akal,' Chase sibuk bermonolog dengan diri sendiri. Chase sudah mengatur makan malam romantis tapi tetap di rumah saja, dia sudah terlalu rindu dengan Samantha, kalau mereka makan di luar bakalan panjang waktu perjalanan pulang perginya, lagian dia membutuhkan istrinya sendirian tanpa ada orang lain tanpa ada interupsi apapun! Agar mereka bisa bercakap-cakap sepuasnya, sejujurnya, akan dicurahkannya isi hatinya lalu dia akan memulai rayuan, mengerahkan segenap kemampuan mautnya, kalau Samantha belum bisa mencintainya minimal mereka telah terhubung dengan sangat kuat secara fisik. Chase setelah berpakaian lengkap yaitu setelan formal untuk makan malam dan dia juga telah
Arnold mengusap wajahnya mendengar pertanyaan tajam dari Samantha. "Kurang 10 menit lagi kau tampil, bersiaplah." Arnold menerangkan dengan wajah serius. "Kau tahu, kau harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi hingga kau bertingkah seperti pelindungku." Kembali mereka saling berpandangan, lalu Arnold memalingkan kepala sambil mengumpat."Lima menit lagi, Tha." Samantha mengangkat dagunya. "Aku tidak akan tampil sebelum kau bilang apa yang sebenarnya terjadi!" "Tha.." "Say it!" "Tha.." "Oh oke, kalau mau bermain lambat...silahkan, mari kita lihat siapa yang pegang bola saat ini." Samantha pun memilih kursi tunggal lalu duduk dengan santai, walau pun rasa gemuruh di dadanya tak juga mereda. "Ok, wajahmu muncul di surat kabar pagi ini, dan kini waktumu harus tampil." "Apa judul beritaku?" tanya Samantha yang reflek berdiri. Samantha bertahan ditempatnya walau pun Arnold berusaha mendorong dia untuk maju. "Nold? Apa judulnya?" Nampak Arnold ingin menendang se
Chase bersiap untuk pulang saat kembali ponselnya berdering. GRANDPA! 'Semoga ini tidak ada hubungannya dengan berita hari ini.' "Halo Grandpa?" "Aku tidak membesarkan mu untuk jadi pria kebanyakan, aku mendidik mu agar suatu hari kau bisa jadi pria pelindung keluarga besar mu dan keluarga kecilmu sendiri." "Grandpa_" "Kalau saja dari awal kau bilang terus terang, Grandpa akan cari cara lain untuk membesarkan cicit grandpa dan ibunya, Grandpa tadinya yakin kau mampu melihat jauh ke dalam hati wanita yang kalian bilang BUKAN WANITA YANG PANTAS untukmu! Omong kosong darimana itu? Hah?" "Grandpa, kasih kesempatan Chase untuk_" Berkali-kali Chase berusaha menyela akan tetapi Grandpa tidak pernah memberi kesempatan, nampaknya Grandpa begitu emosional sehingga tidak mau mendengarkan siapapun. "Memangnya siapa wanita yang pantas, bawa mereka ke sini, Grandpa akan bandingkan mereka dengan ibu Tri
Leda masih juga berdiri di hadapan Chase, hanya saja kali ini Leda mulai gentar. "Kau tuli? Keluar dari rumahku, kau dipecat!"Seketika Leda terbelalak, sepertinya bukan begini yang direncanakannya. "Chase_""Mr Chase Navarell! Dan tidak usah menjelaskan apapun, kau sudah di pecat, keluar sebelum kau menyesal berurusan denganku!" "Kau yang akan menyesal, Chase! Kau yang akan menyesal! Apa kurang ku dibanding istrimu yang lusuh, tidak bisa dandan, kedodoran, hah? Kelebihannya hanya dia melahirkan anakmu! Aku juga bisa, hamili aku, aku akan memberikan keturunan sebanyak yang kau inginkan!" Rentetan kalimatnya Leda tembakkan sambil berjalan mundur karena Chase terus maju dengan sikap mengancam. "Tutup mulutmu wanita gila, jangan pernah menghina istriku." Begitu kalimatnya selesai, Chase langsung teringat masalah yang ada dan sadar bahwa ada kemungkinan Leda terlibat di balik semua yang terjadi. "Kau yang merancang semua ini?" Chase bertanya sambil mendekatkan wajahnya, nampak Le
"Aku berusaha mengerahkan otakku kiri dan kanan untuk bisa mencerna penjelasanmu, Tha. Jadi karena sekarang Chase sudah tahu bahwa dia menikah dengan Sang Diva, maka_""Dia belum tahu, Bi." "Impossible Tha, kalian bercinta pakai gaya apa? Dia pasti tahu keindahan tubuh bagai iblis betina yang kau miliki.""Dia cuma tahu aku ternyata nggak gendut, tapi selebihnya dia belum tahu. Saat tidur bersamanya aku tetap mengenakan softlens ku, tetap dengan rambut pirang pucat jelek ini kan dan tetap tidak berdandan, jadi dia nggak tahu." "Dari awal aku tidak terlalu setuju kau mempertahankan penyamaran sampai selama ini awalnya hanya untuk paparazi kan, Tha? Kenapa jadi selama ini?""Terlanjur, Bi." "Kalau begitu MENGAKULAH sekarang, Tha. Aku yakin dia akan mengerti." "Aku takut melihat reaksinya, Bi. Dia pria yang sangat jujur, sangat berintegritas, dia pasti jijik dengan kebohonganku.""Coba dulu, Tha. Lakukan hari ini ceritakan semuanya jangan ada yang kau tutupi, jangan ada yang dise
"Sebenarnya aku lagi gabut, terus nggak bisa tidur dan sekarang moodku makin nggak jelas!"Samantha menunggu sahabatnya yang selalu berhasil mencerahkan suasana hatinya beraksi. Akan tetapi sampai lama belum juga Bianca bersuara."Biii?" "Hmm, makanya kalau main jangan setengah -setengah, jadinya nanggung, seandainya Dewa Yunani kamu ijinkan ikut kan nggak sampai duduk-duduk bengong gini, bisa nggak sempat duduk malah, bangun hajar, bangun hajar!" Membayangkan Chase malah makin membuat Samantha pusing. "Sayang sekali dia nggak ada di sini."kembali Bianca bersuara. "Masalahnya dia ada di sini." "WHAT? Jadi kamu ijinkan Chase ikut? Kamu udah terus terang? Kamu udah membuka identitas mu?""Nggak Bi! Itulah masalahnya. Kami tidak pergi bersama tapi dia ada di sini. Dia ada di sini bukan karena aku tapi karena ada janji dengan wanita lain." hening ....Mungkin Bianca sedang berpikir keras. "Tha...perjanjian kalian belum berubah kan?""Belum! Karena itu aku menelepon mu Bi! Kau ora
"Banyak hal menarik yang tidak hanya bisa memuaskan rasa ingin tahu sebagian orang saja, tapi hal yang kutemukan akan menggemparkan!"Samantha kembali menghadap piringnya jadi posisinya kini membelakangi pria asing itu. "Pergilah, kau tidak diterima di meja kami," kata Arnold sambil bangkit berdiri. Nampak si pria tak gentar sedikitpun, dia hanya berjalan berputar, lalu perlahan berada di sisi Arnold dan mulai mengangkat kameranya. Terjadi tarik menarik. "Aku bebas memberitakan apa yang kameraku tangkap." "Tidak tanpa seijin kami." Terjadi perdebatan antara Arnold dan pria asing itu.Sambil tersenyum mengejek sang pria asing menjawab Arnold. "Ijinkan aku mengambil foto yang akan melengkapi berita besok pagi dengan judul Hubungan Rahasia Istri Sang Penguasa!"Seketika Samantha menarik nafas panjang, tadinya dia menebak bahwa sang paparazi ini sudah tahu tentang penyamarannya, akan tetapi ternyata sepertinya dia hanya mencurigai ba